Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PAPER INDIVIDU

PENYIMPANAN DAN PERKECAMBAHAN BENIH JAMBUN (Syzygium cumini)


MK. Penympanan dan Pengujian Mutu Benih (AGH450)

Oleh :
ITA MADYASARI
A24063159

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Syzygium cumini termasuk ke dalam keluarga suku jambu-jambuan (Myrtaceae
). Syzigium cumini merupakan pohon indigenous India, tetapi juga dapat ditemukan
di Asia Tenggara dan Afrika bagian timur. Masyarakat Indonesia mengenal jenis i
ni dengan berbagai nama antara lain : jambe kleng (Aceh), Jambu kling (Gayo), ja
mbu kalang (Mink.), jamblang (Sunda), juwet, duwet, duwet manting (Jawa), dhalas
, dhalas bato, dhuwak (Madura), juwet, jujutan (Bali), klayu (Sasak), duwe (Bima
), jambulan (Flores), raporapo jawa (Makasar), alicopeng (Bugis), jambule (Terna
te). Dalam bahasa inggris orang mengenalnya dengan nama java plum, black plum, b
lack berry, jambolan, jambul.
Buah ini merupakan jenis asli kawasan Indo-Malaysiana, termasuk Indonesi
a. Beberapa bagian tanaman ini digunakan sebagai bahan baku obat diabetes mellit
us. Bagian yang digunakan adalah buah, biji, dan kulit batangnya (Dalimarta dala
m Mudiana,2007). Buah ini juga dapat digunakan sebagai obat disentri batuk rejan
dan sariawan. Saravan dan Leelavinothan (2006) menambahkan kulit kayunya dapat
digunakan untuk mengobati diuretic, constipasi, sakit perut, menghilangkan gas d
ari perut, demam dan antibacterial. Buah dan benihnya dapat digunakan sebagai ob
at diabetes, parangitis, infeksi jamur, dan penyakit limpa,. Daunnya dapat berfu
ngsi sebagai penguat gigi dan gusi. Selain itu, daunnya juga dapat digunakan unt
uk mengobati diabetes, constipasi. Dan mencegah keluarnya darah pada feses.
Informasi mengenai perilaku pertumbuhan Syzygium cumini sangat sedikit.
Sentra produksi atau kawasan budidaya jenis ini belum banyak. Salah satu untuk m
engetahui perilaku perkembangannya adalah dengan mengetahui proses perkecambahan
biji dan pertumbuhan semai setelah perkecambahan. Menurut Tjitrosoepomo dalam M
udiana (2007) perkecambahan adalah proses terbentuknya kecambah. Kecambah adalah
tumbuhan kecil yang baru muncul dari biji dan hidupnya masih tergantung pada pe
rsediaan makanan yang terdapat dalam biji.
Penelitian Mudiana (2007) mengenai perkecambahan Syzygium cumini dihasil
kan bahwa potensi tumbuh maksimum sebesar 53.33%, sedangkan daya kecambahnya seb
esar 6.67%. Menurut Roemantyo dalam Mudiana (2007) biji yang jatuh berserakan di
atas permukaan tanah memiliki daya hidup yang lebih rendah daripada biji yang b
erasal dari buah yang dipanen di pohon pada saat masak fisiologi. Faktor lingkun
gan tempat penyemaian juga berpengaruh terhadapa proses perkecambahan. Menurut M
udiana (2007) PTM dan DB yang rendah disebabkan oleh media perkecambahan yang te
rlalu basah atau lembab sehingga biji Syzygium cumini menjadi busuk. Perkecambah
an biji Syzygium cumini pada hitungan pertama jatuh pada 18 HST dan hitungan ter
akhir pada 40 HST. Tipe perkecambahan Syzygium cumini adalah epigeal karena epik
otilnya muncul di atas permukaan tanah.
Benih Syzygium cumini adalah benih rekalsitran. Benih rekalsitran adalah
benih yang tidak dapat diturunkan kadar airnya samapi rendah, tidak dapat disim
pan pada suhu rendah dan tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Menu
rut Roberts dan King dalam Anandalkshmi et al. (2005) benih rekalsitran tidak to
leran terhadap pengeringan dan temperature rendah. Tanaman yang memproduksi beni
h rekalsitran mempunyai ciri-ciri lingkungan tempat tumbuhnya di daerah basah at
au tumbuh di daerah kering tropis dimana lingkungan mendukung untuk pertumbuhan
buah setiap tahunnya. Untuk mengetahui Syzygium cumini termasuk benih rekalsitra
n atau bukan, maka diperlukan suatu proses penelitian penmyimpanan pada kadar ai
r tertentu dan suhu tertentu.
Abbas et al. (2005) melakukan penellitian mengenai kadar air kritikal be
nih Syzygium cumini. Kadar air yang digunakan adalah 60% (tanpa pengeringan), se
telah pengeringan didapat kadar air sebesar 45%, 30%, dan 18% dan disimpan dalam
aluminium fiol pada suhu 15oC sampai digunakan. Dari hasil penelitian tersebut
bahwa kadar air 60% mempunyai daya berkecambah paling besar. Kadar air 18% benih
Syzygium cumini tidak dapat berkecambah atau telah mati. Hal ini menunjukkan ba
hwa benih Syzygium cumini termasuk benih rekalsitran karena tidak dapat berkecam
bah pada kadar air rendah (18%).
Anandalakshmi et al. (2005) juga mengadakan penelitian mengenai seed storage stu
dies in Syzygium cumini dengan perlakuan kadar air tanpa pengeringan sebesar 42.
5% disimpan dalam plastic pada suhu 30-28oC, 20oC, 10oC, dan 0-5oC selama 20, 40
, 60, 75, 170 hari. Selain itu juga disimpan dengan kadar air 35.8%, 31.1%, 24.1
%, 19.6% dan 11.4% disimpan dalam plastic pada suhu 30-28oC, 20oC, 10oC, dan 0-5
oC selama 30, 75, 120, 165, 180, dan 270 hari. Penelitian mengenai wadah kemasan
juga dilakukan dengan menggunakan polybags, kantong kain, kantong kertas dan pl
astic dengan kadar air 44.2% disimpan pada suhu 20oC selama 5 bulan. Hasil yang
didapat menunjukan bahwa benih tanpa perlakuan pengeringan baik disimpan dalam w
adah polybag karena daya berkecambahnya sebesar 83.3% setelah disimpan 5 bulan,
sedangkan pada kadar 10% disimpan pada suhu 10-20oC menghasilkan daya berkecamba
h sebesar 48%, lebih tinggi dari perlakuan yang lain. Sehingga apabila benih dit
urunkan kadar airnya sampai 11% dan disimpan dalam wadah polybags pada suhu 10-2
0oC dapat memperpanjang viabilitas dan vigor benih selama sembilan bulan.
Hasil yang diteliti oleh Abbas et al. (2003) dan Anandalakhsmi et al. (2005) wal
aupun mempunyai pendapat yang sama bahwa Syzygium cumini merupakan benih rekalsi
tran tetapi terdapat perbedaan. Penlitian Abbas et al. (2003) mengatakan bahwa p
ada kadar air 18% benih Syzygium cumini tidak mampu berkecambah lagi, sedangkan
menurut penelitian Anandalakshmi et al. (2003) benih Syzygium cumini masih mampu
berkecambah pada kadar air 11%.
Kedua penelitian tersebut menguatkan bahwa benih pohon tropis merupakan benih re
kalsitran yang tidak mampu tahan pengeringan (kadar air rendah) dan suhu yang re
ndah. Hal ini dapat dilihat bahwa benih Araucaria hustenii, Aesculus hippocastan
um juga merupakan tanaman tropis yang benihnya rekalsitran. Penelitian yang meng
uatkan bahwa benih pohon tropis merupakan benih rekalsitran adalah penelitian ya
ng dilakukan oleh Rekha et al. (2009) mengenai standardization of storage condit
ions to prolong of seed of Artocarpus heterophyllus lam A tropical fruit tree.
Penelitian Rakha et al. (2009) dilakukan dengan menyimpan benih A. heterophyllus
pada suhu 25±2oC, 20oC, 15oC dan 0±2oC selama 5 minggu dengan kadar air yang
telah ditetapkan oleh ISTA. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa beni
h yang disimpan pada suhu 25±2oC, 15oC dan 0±2oC pada minggu ke empat tidak ma
mpu berkecambah. Benih yang disimpan pada suhu 20oC dapat berkecambah setelah di
simpan 5 minggu. Daya berkecambahnya sebesar 41%.
Ketiga penelitian mengenai penyimpanan benih pohon tropis yang telah dijabarkan
dapat disimpulkan bahwa untuk benih rekalsitran dalam mempertahankan viabilitasn
ya lebih baik disimpan pada suhu 20oC. Penyimpanan benih rekalsitran lebih baik
lagi apabila wadah kemasannya menggunakan bahan kedap udara agar kadar air dalam
benih tidak berubah sesuai dengan udara di lingkungan. Untuk kadar air kritikal
Syzygium cumini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut karena kedua penelitian
mengenai penyimpanan benih tersebut memiliki kadar air kritikal yang berbeda se
hingga diperlukan penelitian lagi untuk mengetahui kadar air kritikal sebenarnya
.

DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M., M. Mumtaz Khan, M.J. Iqbal, and B. Fatima. 2003. Studies on jaman (S
yzigium cuminii L. Skeels) seed storage behavior. Pak.J.Agri. Sci 40 (3-4) : 164
-169.
Anandalakshmi, R., V. Sivakumar, R. R. Warrier, R. Parimalam, S. N. Vijayachandr
an, and B. G. Singh. 2005. Seed storage studies in Syzygium cumini. Journal of T
ropical Science 17(4) : 566-567.
Mudiana, D. 2007. Perkecambahan Syzigium cumini (L.) Skeels. Boidiversitas 8 (1)
: 39-42.
Saravan, G., dan Leelavinothan, P. 2006. Effects of Syzygium cumini bark on bloo
d glucose, plasma insulin and C-peptida in streptozotocin induced diabetic rats.
Int J Endocorinol Metab 4 : 96-105.
Rekha, R., B. Warrier, B. Gurudev Singh, R. Anandalakshmi, V. Sivakumar, S. Geet
ha, A.M. Kumar, and M.T. Hedge. 2009. Standardization of storage conditions to p
rolong viability of seeds of Artocarpus heterophyllus lam-A tropical fruit tree.
Journal of Agricultural and Biological Science 4(2) : 6-9.

Anda mungkin juga menyukai