Anda di halaman 1dari 15
TIN|AUAN BUKU Membela Tanggung Jawa Moral Yeremias Jena Judul Moral Reponsibilry he Ways Pengarang, : Carlos]. Moya Penerbit : Routledge, London and . New York, 2006 Tebal sii + 233 halaman ISBN ISBN 0415371953 Kita bereaksi cukup eras terhadap berbagai pelanggaran norma moral, baik ira dilakukan oleh para pejabat publik, maupun anggota masyarakat biast, Demikianlah, kita eecewa dan marah ketika pejabat publik ‘melakukan tindaksin korupsi, menyalabgunakan kekussean demi kepentingan pribadi, atau golongan, mangkir cari tgas dan tanggung jawabnya, membuat kebjalan publik _yang merugikan kepentingan masyarakst, merekayasa proses pengadilan, dan sebagainya. ‘Kita juga marah ketika ada anggota masyaralat (individu) bertindak asusila atau perilakts ‘Kriminal lainnya. Kekecewaan dan kemarahan kita merefleksikan sikap moral yang ‘umum diterima, babwa setiap individu memniliki tanggung jariuib moral terhadap apa yang dipilirkan, dikatakan, diucapkan, dan tindakantindakannys. Reaksi kita ‘mengungkapkan suatu kelaziman pemahaman mengenai tanggung javab moral sebagai -semacam property of buanan agents. . i sini kita seakan menerima begit sa, baba individ memang memilki tanggungjawab moral, Bawa bagan dar tanggung jawvab moral pejabat publikacklah bekerja berdasarkan etos Kerja yang balk, mereaiasikan epentingan masyaralat, dan membebaskan iri dati sikap dan/atau tindakan yang merugikan kepentingan umum. ‘Tanggung jawab moral yang sama juga ditunnut dari sedap individy, babwa saa ‘mentaati norma moral publik adalah hal yang tidak bisa ditawar sejauh sescorang adalah bagian integral masyarakat. Dalam arti itu seakan menjadi kelaziman bahwa sebagai individ yang memilik tanggung jawab moral, kita acalah pelaku moral yang bebas dan ‘yang memilki kehendak bes, Bawa kegagalan sehaga pela moral yang bebas dalam ‘mentaati norma moral akan dikecan, sementara keberhasilan menyesuaikan diri dengan norma moral akan dpyj dan didulung ESPONS volume 5 no.1 2010): 115-129 (@) 2010 PPEUNIKA ATI JAVA, Jaara, ssn 085-8689 [RESPONS -JULL2010, Sejauh Kesadaran semacam ini diterima begitu soja, kita sebetwlaya bisa ‘menyebutnya sebagai semacam Kiondisi alamiah. Buku Carlos Moya berjudul Moral Reponsbilie The Ways of Scpticim (Routledge, London and New York: 2006) ‘menyebut Kesadaran ini sebagai “kondlsialamiah” dalam pengertian kesadaran individ akan tanggung jawab mora scbagaimana umm berlaku dalam masyarakat. Bagian dari keesadaran alamiah in tidak hanya sikap mengecam atau mendulung pelanggaran atau kketaatan pada norma moral, tap juga afirmasiterhadap kebebasan dan kehendak:bebas sebagai hal yang konstinsif hag’ rangungjawab moral itu seni. Sama seperti skap tidak krits dan dogmatis pada ummumnya, menerima begit sja ‘tanggung jasab moral sebagai bagian integral dar skap dan tindakan pelaku moral stra dapat menjerat dan membelenggu kesadaran moral kita sendiri, seakan-akan tanggung. jawab moral sesuam yang tidak bisa diclkkan. Kalaupun tanggung jawab moral cdsepakati sebagai aspek taeterelakkan dari toralitassikap dan tindskan moral, dalam arti apa kita harus memahami kenisayaan in? Dalam diskursus etka kontemporer ‘mengenai tanggung jawab moral, Carlos Maya justru melihat tren meningkatnya sikap skeptsisme terhadap tanggung javrab moral. Kesimpulan ini berdasarkan analis Carlos ‘Moya tethadap beberapa buku etka yang terbit dua dekade trai, sebut saja The Non Reality of Free Will (1991), Free Will and Illusion (2000), Living Without Free Will (2001) serta ratusan artikel di jurnal filsafat dan etika. Menurut Carlos Moya, keyakinan tradisional terhacap tanggung jawab moral sebagai bagian konsttutif kesadaran moral justru digerogoti oleh sikap skeptis para filsuf modern terhadap kehendak bebas. ‘Bagi Carlos Moya, buktebuku tersebut jel menyangkal reltas kehendak bebas (fee cil). Masiahaya,jika kehendak bebas disangkal, apakah tanggung jawabt moral dengan senclrinya ditolak? Carlos Moya mendetcksi sesustu yang menarik, babwa di tengah upaya menyangkal kehendak bebas, muncul sekicar upaya untuk mencegah agar skeptisimme tethadap kehendsk bebas tidak merambah ke skeptsisme terhadap tanggung jawab mora. Dengan kata hin, orang bolch saa menyangkal kehendak bebas asaljangan menegasikan tanggung jawab moral. Moya melihat bahwa ustha pencegahan jiu diakulaan dengan mengutakan balrwa kehendak bebas (fee will —yang dipahami sebagai kebebasan untuk memilh dan bertindal secara berbedsdan tanggung jawab moral bersift independen satu sama hain alias tidak saling mengandaikan (Carlos Moya/CM: 2). ‘Dalam konteks inilah Carlos Moya melthat dua tren yang saling melengkpi dalam diskursus etka mengenai tanggung jawab moral. Di situ pihak muneal sikap skeptisterhadap tanggug jawab mora sebagai bagian integral dari kesadaran dan sikap ‘moral individu. Tetapi di lain pihak ada upaya untuk mempertahankan tanggung jawab moral dengan mengajukan tess bahwa kehendal bebas dan tanggug jawab moral tidak sling mengandaikan, sehingga menegasi yang sata tidak secara otomatis meniadakan ‘yang hainaya. Bagi Carlos Moya, cara berargumentasi emacam ini bukan hanya tidak Imenyakinkan, tapi jugs mehimpuhkan Kemampuan argumentasi kita “Us Respons 15 (2010)01 TINIAUAN BUKU rmempertahankan tanggung jawab moral dan lehendak bebas sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kesadaran dan tindakan moral manusia. Buku ini sebenarnya merupakan usaha serius mempertahankan tanggung jawab moral dan Kehendal bebassebagsi bagian Konsinutif dari mamusia sebagiipelaku moral, (moral agent), Pembelaan ini dilakukan dengan mematahkan argumen-argumen yang dikkemukakan kaum skeptis yang menegasikan tanggung jawab moral. Memurut Carlos Moya, biasanya ada empat argumen dasir yang dikernukakan kaum skeptis dalam rmenegasikan tanggung jawab moral. Keempat argumen int dirumuskan demiksian (1) eterminisme bist bear atau sla @)jka determinisme benar, tanggung jawab moral tent sesuatu yang tidak mungkin; (3) jika determinisme salah, tanggung jawab moral tenu sesuatu yang tidak mungkin; dan (4) karena itu, tanggung jzwab moral adalah sesuata yang vik mnglin, Selurub isi buku Carlos Moya ini adalah ustha sstematis ‘membuktkan atau lebih tepatnya meruntubkan keempat argumen yang diermukakan ‘kaum skeptis tersebut. “MEnvet AMATRAN TANGGUNG Jawa MORAL Dalam bab pertamna dan Kedua buku Moral Responsibility: The Ways of Scepticion, Carlos Moya membahas premis pertama yang dikemukakan kum skeptis sekaligus ‘memustkan perhatiannya pada premis kedua yang scbenarnys juga didulung kum inkompatbilis (rcompaciilse argument), Para pendulkung inkompatiblis berpendapat baka tanggung.jawab moral menunnut adanya alses kepada kemungkinan- ‘kemungkinan aktemarif pilihan dan tindakan (slemate possbiliti’). Karena determinisme ‘menutup atau memblok akses kepada kemungkinan atau alternatifpilihan dan tindakan, maka tuntutan terhadap tanggung jawab moral tidak mBidapatkan tempat. Kaum skeptis din kaum inkompatibilis menegasikan tanggung jawab moral Salah seorang fibuf yang sangat lantang mendukung inkompotibilsme tangeung jawab moral dan Kebebasin adalah Pete? van Inwagen. Dalam bulsunya berjudul An Exay on Free Wil, Inwagen mengatakan,,"Tfdeteririon is true, then our acts are the consequences of the las of nature and events inte remove past. But it fs noc up to us what swent on before we were bor, ane nicer isp tos what tbe Laws of nature are. Therefore, the consequences of these things (inchuding our present acs) are not up to us (Clarendon Press, Oxford: 1983, lm. 56). ‘ ‘Apakah dengan begita determinisme harus dali sebagai benar? Menurut Carlos Moya, mendssrkan diri padi cara berpikir Inwagen dan para_pendukung inkompasbilisme mora, bahwa deteminisme benar, maka kiea harus menerima -konselcvensi bahwa seluruh kejadian stat ini (ermasuk seluruh tindakan mans) adalah alibat dari hukum alam. Karena tidak ada satu orang pun memilik kas atas hulsum alam dan selurub Kejadian yang tehh lampaw, maka tak seorang pun mampa menghindiri konsekuenstkonsckwensi yang ditimbulkan oleh hukum alam serta Respons 15 (2010) 01 ate RESPONS -JULI2010, segjadiankejadian masa lampau terse. Dalam ant int logs sia mengatakan baba jika determinism benat, kita tidals punya akses apa pun kepada alteraae possibilities dalam tindskan kica. Sebogai pelea moral, kita bertind:k sematemata berchsarkan perincah Jhukum alam yang deterministis, dan karenaivu mush ita diuuntar tanggnng jab Carlos Moya setuju bahwa alternate possibilities adiah kondisi niscaya bagi Krebebasin din tanggung jawab moral. Artinya, peau moral menliki kemampuan melampaui determinisme sejub dia memiliki kebebasan dalam memilih salah satu dart berbagai akernatiftindakan, Meskipun demikian, bagi Carlos Moya, absennya alternate possiblities tidak ants berat pelaku moral terbebaskan dari tanggung jab moral tau ppelaku moral tidale bisa dimintakan pertanggungjawaban moral. Alssannya, ada kasus tertentu di mana pelaku moral bertanggung jawab terhadap cindakan-indalsannya meskipun akses terhadap alteraate posites tertutup sama sekali oleh determinism. ‘Dengan kata lan, pelacu moral tetap bertindak dalam cara tertentu tidak pedal seberapa besa ruang aksesnya techadap alternate possiblities. Dalam hal ini dia berangeung jawab ‘ethadip sekiruh tindakan moralnya, bahkan ketika alison untuk mengumbil kepurusan dan kepurusannya benar-benar tidak koheren (CM: 2006, hm. 53). ‘Apakah penolakan Carlos Moya terkadap determinisme sebagaimana dikemokakan argumentasi pertama di aras culup meyakinkan? Untuk menjawab ini kkita peru memahami juga bagaimana Moya menyangkal argumentasi kedua, Pertanyaannya, apakah argumentas kedua tersebut memang menjadi senjata pamungkas agi kaum skepais uncuk menolak tanggung jawab moral ketika pelaku moral tdale smemilki aerate possbsltes sama sekali? Apakah determinisme memberangus total alternate posible? Z ‘Menyimak pertanyaan ini kita sebenarnya teringat perdebatan Klas kelompok ‘compatibilis: dan. kelompok imcompatibilis. Bagi kaum kompatibilis, meskipun ada determinisme—segala seuata tad arena disebabloan oleh ssuatu sebchumnya—pelala ‘moral tetap memaliki tanggung jawab atas seluruh tindakan moralaya persis ketika dia ‘memiki kehendale bebas (fee wil). Jedi, misalnya apakah Anda akan melakukan tindakan korupsi atau tidal jika Anda bekerja di sebuah instru dengan strukcumnya ‘yang memberi ruang bag) tindakan korupsi dan penyalahgunaan kekuastan? Kala Seruktur insttus! yang Koruptif tersebut diposisian sebagai pendeterminasi tindaan, maka menurut kaum skeptis dan pembela inkompatiilisme (incompatibiliss), pelaku ‘mond yang melakukan korups tidak bist dimintai pertnggungizwaban moral Sementara bagi pendultung kompatiilisme mora, determinisme dan tanggung jawab ‘moral tidak perlu diperlawankan. Justa ketika mafia‘ emi kehendak bebas, dia sebetulnya membuka dri kepada kermungkinan tindakan (altemate pasibliti). Dalam art ini sebeulnya alternate posites memampukan pelasu moral bertindale melampaui dikte determinisme. d Hamy Frankfurt termasik flsuf yang secara sstematik beragumentas! mendukung pandangin kam inkompatblis. Dalam artelnya berjudul Alernate Possibilities and Moral Reponsiilicy Journal of Philosophy, Talun 1969, No. 66, him. -118- Respons 1512010) 01 TIJAUAN BUXU $2939), Frankfurt menolak alterate posibiltes sebagai prinsip yang mengafirmast tanggung jawab moral, Penolakan semaca ini menimbulkan pertanyaan kritisapakah deerminisme memang memiliki kemampuan menutup akses pelaku moral kepada cternate possibilities? Nyatanya kebanyakan kita nyars tidals pemah mempersoalkan cleerate possibilities karena memnang, cocok seswai dengan intuisi kita tentang tanggung jawab moral. Kebanyakan kita jus beranggapan bahwa alternate posites adalah prinsip tindskan yang sanggup mempengaruhi resonable desire tentang tanggung jawab ‘moral, bahwa kita bist mengontrol pera kita, ‘Apa konselensinya ka prinsip alternate pestis sama sali ditolak? Menolak prinsip ini bagi Moya sama saa dengan mendukung skeptisime moral sebagaimana diusung David Hume dan para pendukungnya, bahwwa dari sesuatu yang ada (i) kita tidak bisa menarik sustu Keharusan (ought) (CM: 2006, him. 27). Leb tegas lg, bog Moya, meno prinip aerate posibiltes sama saja dengan menghancurkan dan ‘memburub etka itu senclri. Tertang hal ini Moya memberi contoh bert. etka kita ‘mengecam tindakan sescorang, kita melakukan ini Karena asumsi balwa dia seharusnya Ge ought) ataw wajb bertindak sebalikaya (alternate posibilitia). Dalam konteks etka praktis, menyangkal prinsip alterate posiblites sama artinya dengan_mengamini tindakan tidak bermoral trtentu, hal yang dalam kehidupan bersama hampir mustahil diolerr. Beshadapan dengan orang atau kelompok terenn yang melanggar prinsip ‘mora, kita jusru mengecam alu menghujt tindakantindakan tersebut. Ini ‘menunjukkan bahwa mereka scharusay2 bertindak lain (abemate posibilts) dasi tindakan aktual mereka, ‘Mari kita Ieabali ee cara beragumentasi kaum inkompatibilis. Mengikuti prinsip yang mereka usung, kegagilin bertindake dalam cara yang disepakati secara moral Sebenarnya mengimplikasikan bahwa pelaku moral tidak: mampu membebadkan disi dari determinisme. Bagi kaum inkompaibilis, Kocaman kita tethadap mereka yang gagal ‘mendasirkan tindakan pada prinip mora tertentu tidaklah relevan dan gugur dengan sendirinya (CM: 2006, him. 27), Jka kta tegp bersikukuh mendesakkan tanggung jawab moral kepada peau moral tersebut, kita memberikan beban moral berebihan pac, cla yang seharusnya tidal pert dia pikul. Stbagai pendukung wtama jnkcompatibilsme, “Harry Frankfurt sendiri berpendapat bahvvajika membebankan tanggung jawab moral kkepada pelaku moral demi menyelamatkan tanggung jawab moral sebagaimana kita asumskan elsistensinya, kitajuseru membebani dia secara berlebihan dan melampaui apa ‘yang sebarusnya tidak ditanggungnya. : "Apakah dengan begitu Harry Frankfurt berhal meno tanggung jawab moral sebagai hal yang kompatibel dengan kebebasan dan tindakan moral? (CM: 2006, hlm 28)? Carlos Moya membultikan balwa Harry Frankfurt tidal berhasl menolak prinip alemate posibilivis. Menurat Moya, apa yang dilakukan Frankfurt sebetulnya ingin ‘menguji keyalinan ints kita, bahwa tangung jawab moral itu past ada karena acanya prinsip altarate possi, Teapi ketka akternatif tindakan itu absen sama sekali, imislnya karena paksaan ata tekanan seperti yang diasumsikan Frankfurt, apakah mash Respons 15 2010) 01 -119- RESPONS - JULI ack tanggung jawab moral? Meaurut Carlos Moya, di hadapan determinisme yang sangat ‘keras sekali pun, setiap pelakuu moral sebenamya memiliki kemampvan mengoperasikan prinsip akemaif tindskan yang mungkin (he principle of posible action/PPA) yang intinya menegaskan bala “s person 8 naoally responsible for filing to perform a groen act if he could haw performed that act” (CM: 2006, hlm. 30). Di sini Carlos Moya ingin ‘menegaskan balswa baik prinsip ahernatftindakan maupun PPA sumasama merupalan prinsp tindakan (flaksanakan atau tidak diassanakan) yang menuntut tanggung jawab moral jadi bukan sintsi atau kasus hipotess. Prinsip ini akan semakin kat jka cdtambah dengan prinsip kemungkinan pencegahan (principle of pusible prevenion). Misilnya, kerika mengetahui adanya perampokan dan seseorang tidak menelpon polis, dda dikecam karena tidak memilit tanggong jawab. Tarapi ketika dia tidak menelpon arena jaringan telpon sedang rusik, dia vidal bisa dikecam atau dipersalahlan (CM 2005, him. 32). Antinya seseorang harus mempertanggungjawabkan tindakan- tindakannya jk tindskantindalsn ada dalam kemampuanaya untuk meakuksnnya Di sini determinisme, prinsip alterna indakan, dan prinip akeratif tindakan yang smungkcin ketigatigaaya diapresiasi dan ciberi tempat. ‘Tapa Cusur DENGAN MENGENDALIKAN DETERMINSME, (Carlos Moya teras mendisauskan masalah tanggungjawab moral ini di bab ketiga bbukunya. Menarike mencermati bagaimana Moya membela tanggung jawab moral di bab fini, Menurut dia setisp pelakaa moral bertanggung jawab atas tindakan-indakonnya bulan sematermata Karena dilah sumber atau alasin terjadinya sesuatu (CM 2006, him 76), tetapisekaligs juga bahwa tindskantindaksannya ita dipyji atau dikecam. Pujan aca. ‘kecaman karena tindakan tertenta bukan pertamatama Krena pelakus moral menjadi sebab atau alasan teradinya sebuah tindakant moral, eapi lebih karenatindakan tndalsan moral tersebut bersifat evalusti Setiap tindakan yang sifatnya evaluat dikategorikan sebagai tindskan moral. Tindalsan morahmenuntut justia, karena itu tanggung jawab ‘moral menjadi hal yang nuutlak perlu bagiupaya justfikasitindakan (CM: 2006, hm. 7). cdemikian, ada kondisi-kondisi tertentu yang dituntut demi terjadinya tanggung jawab mora. Berhacapan dengan kuatnya serangan determinisme, Carlos ‘Moya mengusulkan pentingnya memeging Kendali dan tidak membiarkan diridkuasi determinisme. Jusra kemampuan memegang kendall inlah yang pada akhimya ‘menentukan apakah seorang pela moral panas dip atau dcela secara moral (CM: 2006, hl. 77) Bagaimana peak: moral bist memilki kendal.azau kontrol ats selurah tindakan morilnya? Moya sebenamnya meminjam konsep Kanti tentang tanggung jawab moral, bahwa setiap pelaku mocal yang rasional memiliki otonomi moral bukan sija ‘karena dia tidale mendasarkcan tindakan tindakan moralnya pada prinsip-prinsip tindakan eternal tert, teapi jugi Karena kemampoannya menetapkan prinsipprinsp ai Respons 15 (2070) 01 TTINIAUAN BUKU tindakan yang rasional dan universal sebagai prinsip penjusifikas seluruh perbuatan moralnya (CM: 2006, him. 78). Pembeluan Moya terhacap tanggung jawab moral juga didasarkan pada tilsannya ‘yang simpati pada pemikiran Kompatiblsme (Kasi), Sebagaimana lita ketahu, urn, ‘kompatibilis berpendapar babwa tanggung jawab moral dan determinisme tale pera dipertentanglan karena keduanya berifat kocksisensi. Jusru berhadapan dengan Jauatnya determinisme, tanggung javab moral semakin dimuntut karena manusia adalah rmakbluke yang memiliki kebebasin, cermasuk kebebasin mengendalikan hasrat- Jasrataya dan memutuskan tindakan apa yang diambil (CM: 2006, him. 80), Babwa earena Kebebasan can kehendak bebss (fee wil), pelaku moral memiliki kemampuan, ‘menentukandiri (CM: 2006, bm. 82) dan memegang kendliatas seluruh tindakannya, PPandangan kan kompatbils (casi) ini mengandung kelemahan mendasar ka aspek. Kebebasan dan kendali utama yang dipegang pelaicu moral atasselurub tindakan ‘moralnya tidak didisarkan pak kehendalebebas (fee wil) Bagi pemikirinkompatils seperti Frankfurt, kebebasan yang dimiliki peaks moral diam menentukantindakan- tindakannya belum —mencerminkan apakah tindskantindakannya _betubbetul ‘merupakan tindskan moral ata tidak? Skepesisme Frankfurt ini mendesok kita untuk ‘menegaskan bahwa tindakan moral yang patut dimintai pertanggunganjawab hanyalah ‘yang bersumber dati kehendak bebas, yan ehendak untuk menentukan hasrat (die) tertentu sebagai indskannya dan mengesampingkan atau menolak merealsskan hast hast lainnya. Mengandalkan hanya aspek kebebasan dalam menentukan dan rmengendalkan tindakan sebetulnya belum membedakan secara disingtf tindakan- tindakan manusia dan binatang. Tindakan yang berul-betul bebas harus bers dari Ikehendalcbebas, yak kehendak yang spenginginkan dan mengekselusihasra tertentu sebagai tindakcnays. Bara pada tahap inlah seorang pelalaymoral memiliki kebebasan bertindak (feedan: ofacion) dalam artinya yang penuh (CME: 2006, him, 8491). Berbeda dengan prinsip kompabilsme Klasit dan keite Frankfurt, cara Gary ‘Watson membelatanggung jawab mora, pun menarik dideskripsikan (CM: 2006, hlm. 951), Gary Watson sebagaimana diangkat Carlos Moya dalam bulsunya, berpendapat boakwa kompatbilsme Kasi tidsk memadai karena menganalis kebebasan. hanya berdasarkan kontrol pelaku moral atas basra-hasratny/a. Sementara pandangan Frankf ‘pun belumn menyyentuh ke persoalan bagaimana pelafzu moral dapat menginginksn hasrat tertentu dan mengeiminasikan hasrachasrat hinnyg? Watson memperhatkan bahwa ada semacam meksanisme pskkologis yang beroperai dalam dirt mamusia ketika harus ‘menentukan tindakandindakan tertentu yang hanusciambl. Seorang Gary Watson akan mengatakan babwa manusia meni hascatsekalgus juga nila (ale), Ketka imbul basat vent untuk melalucan tindalcan tertenr, ‘manusia sebagi mahldluk rasional melakukan apa yang dscbut “atoning” (CM: 2006, iim. 92). Hasrat yang memios tindakan dievaluai dan dipuruskan secaratasional dengan mengacu kepada nlainili vertentu. Niki yang pro Kepada hasrat trtennu ‘yang menguatian tindakan moral tertentu menjadian hasrat sebagai “keinginan-yang “2M fRespors 15 2010) 01 RESPONS -JULI2010, rasional” (atonal cand}, sementara hast nay wtap tinggal sebagai seladar hasta (mer desi, Mel proses pseologissemacam nich seorag pela moral menimbang, emutustan, dan mengambil tindakantindakan moralnya setiap hari. Dalam koateks Jn pula tanggung ab moral mele erat pa indakaninakan rasa stip plan mora. Mlalui referensi kepada berbagai pemikiran semacam inilih Carlos Moya menegaskan possi periirannya, bahwa tanggung jawab moral tidal pemah bisa Gipiahkan dat seiap tindakan moc, Bagi Carlos Moya kala pon determinisme Denar, tonagung jwab mol take has dpertentanglan dengannya, Justa mea renal secara benar apa itu kebebasan, apa itu kehendak bebas, serra mekanisme prikolog cham pengambilan keparsan dan tndskan mor, Kita dapat merahami veara lebih baik apa itu tanggung jawab moral (CM: 2006, him, 112-113). Di tangan Carlos Moya, tanggung jawab moral “diamatkan” oleh Konsep mengenai kehendsle tebas kemampuan menentokan di emampuan mengendalikan determinisme melalui berbags pertimbangan rsionl yang mengstasi dorongan atau hast, sera kemampuan ‘mcklsulsn plhantindakan moral berdasorkan referens pada nani ere [KEMAMPUAN MENGHADAP! PrURALISME MORAt Bab ketiga buku ini Khusus membabas premis Ketgn, bahwajika deerminisme ben maka tanggung javab moral tidak ada. Ini Karena tanggung jawab moral vbikan adanya Kontrol akhir pelaku moral tas tindskantindskannya, Karena deemninisme telah mencak Kontrol atau pemegang kendali, tanggung,jawab moral dng sendvinya pun ikut dingasian. Demikinlah, Bb tiga bu inj antare bin fmendikusian penolakan terhadap cangging jawab moral dengan menegaskan Jkemampuan pela moral sebagai pengendal air sehuru tindakan moray ‘Masih. tentang tanggung jaa moral, bub keempat buku ini membahas penolakan” elompoke Kompatbilsme moral erbadap tanggung jwab mora “Meskipun para pendulung kompatbilsme moral tdak memossikan determinisme din tanggung java dalam tndskan moral sebagai dv bal yang sng menaan, mere tap menetapkan semacam kondisi tere yang harus dipenhi agar pelabus moral trem enggung javab mora atas tindskantindakannya. Bagi kaum kompaiiis era psssiies adalah kon yang pela (eres onion) bag tanggung jab ‘ova, tetapi belam menjadi kondisi yang memadai (ficient condition), Menurat Carlos Moya, Kaum kompatbils memandang pembedsan jini penting Karena mereka berpendapar bahwa pada sat pela mora mengeskusi tindalsn moral tertentt (hoen accion), bis ssja tdi baba pilban tindakan terebut dlambil sears ‘enampangan (rbivay). Bagi mereka, pei moral tile beranggung jawab tas Tiuklentindslannya jika keputusin untuk bertndak diambil socaraserampangan. Hal Sang sama juga terjadi ketka seo tndskan moral tatensa dipengarui ok gaa fespons 15201001 TINIAUAN BUKU ‘manipulasi eksternal tertentu yang menyebabkan pelaku moral tidak menjadi pengontrol althir tingkah laku moralnya. Demikianla, altemate posibiltes sekaligus bisa menjadi _sffcient condition jka berbagai konelisi kontrol diperhatikan, entah ina pengontrol akhir ‘yang dimainkan pelaku moral ata tindakan-tindskannya maupus: manipulsi eksternal ‘ertentu yang turut mempengaruhi eksekustindalsan moral (CM: 2006, him 114115). Carlos Moya seberulaya seuja, bahwa contol condition merupakan aspele yang penting diperharikan dalam tindakan mora, Karena aspele ini menggarishawahi Ikebebasan manusia. Mempertimbangkan sunggub-sungguh berbagai kondisi pengootrol inj akan membanta kita membedakan tindskantindakan moral mana yang ekscksinya sngat dikondlsikan och mnipulasi ekstemal tertentu dan perlaku. moral mana yang sungguh-sungguh merupasan pilihan bebas pela. moral. Dalam ani ini Carles Moya ‘mengapresisi cara berpikir krtis kaum kompatibilis, babwa alternate possibilities hanya bisa menjadi prinsip yang memberi ruang bagi kermanglinan pelaku moral melampaui determinisme moral jka prinsip tersebut menjadi kondisi yang perky sekaligus kondisi yang niscaya. Carlos Moya kemudian menambahkan kemampuan relleksi evauatif (euadluacive reflection) sebagai aspek lin yang tidak kalah penting dalam melampaui determinisme moral. Bagi Moya, dengan kemampoan refleksi evaluatif, pelaku moral yang, inteligen dan rasional dapat bebas memilih tindakantindskannya dan menjadi pengontol alhir scuruh perilakunya (CM: 2006, him 115). Inilah faltoraktor kkonsinutif yang menenrukan kadar tanggung jawab moral setiap pelaku moral. Bagi Moya, setiap tindskan moral mengandung tangguing jawab moral jikatindakan versebut dambil oleh pelaku moral yang rasional dan inteigen, yang mengeksekusitindakan- tindakannya bukan secara serampangan (arbiray), teapi berdasarkan pertimbangan rasional dan pilihan atasprinsip moral tertento. Inlah kemampuan relleksi evaluaif yang ‘menampilkan sekaligus berbagai pilihan tindalcan dan mengelcselusitindakan moral tertentu yang paling bisa dipertangeungjawabkannya (CM: 2006, him 116) “Hlanus diakui, semua yang dideskripsikan di sini adalah keadaan atau Kondis ideal, Peranyaannya, apakah seorang pelaku moral tidak bertanggung jawab atas tindakan- tindakan moralnya jka dia bukanlah pengontrol teralchir (estimate contro) tindakan- tindakannya? Jadi misalnya, apakah si A tidal bisa dipersalahkan secara moral jika tind:kan korupsi yang melbatkan dirinya tradi karena sistem birokasi kekuasian di ‘mana dia menjadi baganaya “mengharuskan” demikian? Bagi Carlos Moya, tanggung jawab moral tidak harus diaku atau dinegast dengan hanya meibat apakah pelaku moral rmerupakan pengontrol terakhir tindskantindakcannya atau tidak, Demi mempertabankan argumennya ini, Carlos Moya meniperdalam makna konsep Spengontrol eralshie” (calimate contro) tersebut. Apa yang dimaksud dengan “pengontrol terakhis” dan bagaimana kita memahaminya secara proporsional sebagai onal yang niscaya bag tanggung jawab moral? Menurut Carlos Moya, sltimate contra terdiri dari kata “iaacy* dan “control”. Ubimacy menckankan aspek “the absence of sfcient antecedent cases, beyond the agent’ reich ofthe controlling factor, be it practical judgement, a dice, or even te agent heel"; Respons 15 (2010)01 “123. RESPONS -JU ‘dan ini menentukan pelakuu moral sebagai the stimacy (CM: 2006, him. 117), Sementara itu, dengan contol dimalcsad untuk menckankan aspek raional, wolional,evalatif dai tindskan moral, Demikanlah Si adalah she sdriacy ja dia tidak dicikte ole aktor ‘pengontrol eksteenal apapun, Kika hendak mengeksekus'tindalsan moral tertent, Si adalah pelaku moral yang rasional, yang memiliki kehendak, yang berkat refleksi evaluatiinya —mampumengimbil tindakan moral tertentu yang dapat dipertanggungjawabkannya. [Lagilag int adalah gambaran. kondlst ideal pengambilan keputusan moral. Bagi ‘Moya, sebetulnya dalam Kehidupan pralsts, sult menemukan seorang pelaku. moral ‘menjadi sumberterakhie (timate sure) skaligus pengontrolterakhir (timate control) pada seat yang bersimaan dalam tindalsantindalkan moralaya sebagaimana dicta citakan Immanuel Kant. Seiap pela moral basanya berusaha menjaga kescimbangan antara eeckua espe tersebur (CM: 2006, lm 117). Pengontrolterakhir memang mengafirmasi cksixensi kebebasan; baka elses tindakancindslean tertentu benarbenar berasl dai Ikchendake bebas pelaku moral, Meskipun demikkian, menurut Moya, bukan tidak ‘mungkin sinus particular dan Keadaan poli mempengaruhi kehendal bebas dalam. tindalkan moral (CME 2006 hlm 122), Dalam arti ini naiflah kita mengharapkan pelaku ‘moral menjadi sumber terakhir (dlimate source) dan sansatunya sumber bagi seluruh tindakan moralnya, Memang peak moral raional sebagai he uimay scbagaimana juga ddcitactakan Kant tetap menjadi faktor pening, misalnya keisa kita ingin mendesakkan rill moral teresna supaya menjadi nlai moral publik. i sini pela moral scbagai sumber terdkbir prinsip moral mengindikasikan adanya otemtstas cli mana kehendak bebas (fee wil) terekspresican secara penuh dalam cli peau mora selasu sumber teralchir (CME: 2006, him 123). Teta sckal lag koncls idea ini td harus menyandera tanggung jawab moral ketika siast parlor terenmu aggu Keadzan polis tertentu mempengaruhi pengambilan keputusan moral. Karena itu, bagi Carlos Moya ‘antangannya bukan pada sejauh mana otentisitas semakin tinggi yang juga memurnikan_ Ikehendak bebas,retapi bagaimana pelaku moral menghadapi “dhe problem of plurality” (CM 2006, lim 127), di mana otentista atau uals moral pela moral dtentukan bbukan oleh kadar db utimacy teapi kemampvan menentukan phan mora di hadapan beraneea ragam pian moral yang tersedia. [Bexentak PADA KEYARINAN MORAL? Ketika menegskan tanggung javab moral, Carlos Moya membedakan konsep “sumber terakhit” (he ultimate sour) dan “kontrol rasional” (rational contro). Apakah pembedaan semacam ini sanggup menjedi jalan Keluar yang meyakinkan uncut ‘menegakantanggung jawab mora? ‘Pertanyaan ini berhubungan dengan keraguan yang dikemukakan Galen Scrawson, bahwa “bse 2ifdetonmsninaton is logically impossible" (CM 2006, hm. 145). “2 Flespons 15 (2010) 01 ‘TIMIAUAN BUKU, Alasannya, “ove eldterminination” menuntt acta complaion seiap pian tindakan yang harus dipertabankan secara Konsisten (dak boleh mengalamni apa yang debut bags “inte rages’) ac, misalayaseorang placa moral berada dalam suas pan roma alas harus melakkan orups' atau tidak? Mengla prinsip tdeimacy of ource ddan rational control, pelakts moral memang sedang menghadapi sebuah situasi dilema onl (Guay atau kesidaran bahwa ada dilema moral yang sedang fadhadap) Keachran inilah yang memicu nalar (reson) untuk melaukan rfles! evaluat Begita pelaku moral mengelelasi sebuah prnsp penjusifkasiindakan, prinsp tesebut dak fhanya bersfat raion, retapi juga menunjukan originals tindakan,babsva its adalah tindalcan moral si A (ndskank). Tanggung jab moral lla terkit erat dengan phan | rasiona tindakan moral terebut. Eksekusitindakan berdasarkan prinsip penjusifikas tertent ini yang disilah sebagai actual completion, apa yang, sehariasi kita sebut sebagai tindakan konleret tertenny berdssizkan prinsip mora tertenr. Agar pelaku moral dapat menentukan dei secara otentik (oe sefdeterminatior), eksckusi tindakan moral berdasarkan prinsip penjustfkasi tertentu int tidak boleh mengalam emunduran dalam arti pela mon harus konsisten mendasrkan perakunya pada prinsp penusihast ‘yang telah ditetapkannyatersebur Bagi Stravson, masuahnya take semucah ins Tindkan moral yang dpi (Gctual completion) sernghalijusru memunjuckan adanya infinite ges. Dengan Kata hain, hamp!> mustahil mengharaplan pelakuy moral scala bertindak secara konsien sesuai prinp penjstia tindakan yang telah diplihnya, padabal pluralsme mora telah menjadi fakta keras yang harus dihadapinya. Lebih lanjut Swrawson juga melihat bahwa pillhan tindakan yang ciambilsecararasional serng tidak secara otomatis besa sui, Tindskan seringlali didorong oleh pilihan individu atau pilhan pelasw moral terdssakan keachan atau konsizus atin (mental const) vertent, apa yang disebut juga sebogai“karakaer” yang pembentukannya dkut dipéigaruhi oleh stuast aktual tertent (CM: 2006, lm 145) Di sinlah Carlos Moya melihatperkunya sikap kritis terusmenerus terhadap tagging jawab moral Apalab dengan inengfirmas tanggung jawvab mora, ica tah bechasil memenangkan perdebatan melaw'n determinisme? Carlos Moya mengingatkan ita sdaruh dskusi yang dikemukakan di ats yang mencoba membedakan pel. onal scbagai sumberultim (imate sour) dan sebagai pengontrol rasional (ational ‘onto semauanya menekankan secaa berkbihan kemampuan Kehendak (wil) dan Senna hal yang bechubungan dengannya, terutama pilitanpilihan tindskan (vice). Babwa A bereanggung javab atastindakantindakan-moralnya karena dia memilih, bertindak dalam cara tertentu suai prinsip moral tertentu yang tla dipiihnya Gecara rsona), Maseahnya, apa yang bisa diafirmasi jika pemabamaA seperti ini dol Soawson sebagai sit contoh bul yang menolak sikap percaya berlebihan pada Tkemampuan Kebendsk bebas (fee cil) pelau mora? Apakah menang tile ada tanggung jawab moral ketika kehendak (ui) telah ditolak sebagai bagian integral dari phan dan tindakan mora? Sembari menckankan pentingnya sella berikap kris Respons 15 (2010) 01 iZS- RESPONS-JULI2016, terhadap setiap pertimbangan dan refleksi moral, Carlos Moya menawarkan gagasan, bahwa masslahnya bukan sematamata terletak pada bagaimana pelaku moral memih tindakan-tindskan moralnya secara raional (nice) dan menghendhak tindakan tesebut sebogaitindskannya sendiri, epi lebih pada bagaimana pelaku moral meyakin babwa phan dan tindskan moralaya adalah tepat dan dapat dipertanggungiwablan. Dalarn hal ini Carlos Moya memberikan penelanan pada keyakinan moral (eli) sebagai semacam jalan eluar mengatasiserangan deserminism (CM: 2006, hlm 147). ‘Untuk menjelaskan posisi pemikirannya mengenai keyakinan moral, Carlos Moya meminjam pemikiran Berard William (1973), seorang flsuf moral abad K20, rerurama dalam karyanya Problems ofthe Saf (Cambridge University Pres, 1973) Bagh Bernard William, pengunbilan kepurusin moral seharusaya malampaui kendall ataa kontrol kehendsk, dan ins hanya bisa dilakukan olch apa yang dsebutnya sebagai Keyakinan (elie. Bagi dia, hanya keyakinan yang tidak dikomtrol oleh kebenda. Mengutip Bernard William, Carlos Moya menuli, “Beligf are rot wader our direct voluntary contol, for there sot mel room for deciding to believe” (CME: 2005 bla. 152} Mengapa pengambilan kepurusin moral harus dibebaskan dari Kontrol atau kendali Kehendak? Carlos Moya berpendapar, bahwa tujuan tertinggi dari setip pengambilan Jkeputusan moral adalah Kebenaran (tv), dan Kebenaran tersebut bukan merupakn has dari sebuah reflcksi evaluaifpelaku moral, wap penyingkapan kebenaran pada ddrinya, Demikianlah, Si A memilih untuk berbohong demi kebaikan mayoritas orang, sisalnya (perspekifutltarism), plan tindakan ini diambil bukan Karena kepatuhan pada prinsip “the greats good for the greatest mumber of people” sebagai has kllulas rrsional manusia, teapi merupakan semacam penyingkapan kebenaran pada disinya sendiri (CM: 200, lm. 153) Carlos Moya menulis, “Bale aim to conform themes to the eazy ings actualy are, ebeves for example, dacsions andl dere aim to ange the world so that itconformsto them” (CM: 2006, him 153). Persoalsnnya, apakah cukup memadai jk pelaku moral menjusifikas tindakan- tindskannya pada keyakinan tenentu? Sejauh mana keyakinannya sungguh-sungguh ‘merupakan pengungkapan stas prnsip penjustifa’tindakan yang eksistensinya bulkan smerupaltan hasl air dari sebuah proses penalarsn moral (nord reasoning)? Apakah keyalkinan menlik esixens pada dirinya sendiri jadi mem karakter substan, tau ‘ctap merupakan bush dari sebuah penalaran moral? Pertanyaan semacam intidalemadsh djawabsecara meyakinkan, dan tampalinya ‘Carlos Moya menyadari hal ini, Sebagai jalan keluat, Moya mengatakan bahwa tidak semua keyakinan (lf) relevan dalam mendhsarkan tanggung jawab moral. Bag dia Jnanya Keyakinan evaluatf udactioe belief) yang dapat dic sebagai prinsip penjustfikasitindakan dan tanggung jawab moral (CM: 2006, tm. 157). Di sini Freon eel pate Cadac Mge dca ae rh pb oogcnmt isi evaluatif, dengan dua karaktersik urama, yakni (I) kemampuan mengekspresian cara bagaimana seorng pelku mora memahami Kehidupan manusia yang. pantas didup foke wey a person concetes ofa oman life tht is word lings dan (Q) memiliki -126- Respons 152010) 01 TINIAUAN BUKU kkonsckuenstkonsekuensi potensial sebagai kriteria bagi pilthan dan patokan bagi tindakan [and should have potential conseuences asa criterion for choice ana guide for action] (CM: 2006, hlm. 157), ‘Bagaimana keyakinan (lig) schagai prinsip penjustifikasi tindakan dan tanggung jawab moral bisa ciaplikaskan? Bayangkan Si A sedang menghadapi sebualt masala moral di mana dia harus menentukan tindak moral yang harus diambilnya. Bagaimana si ‘A dapat merujuk paca keyakinan sebagai pembimabing tindskan mora Carlos Moya babwa dalam situs demikian, Si A harus mengoperasikan keyakinan evaluat (caluative bli) secara benar yang sebetulnya sodah ada dalam dirinya sendisi ‘melalui (1) pengungkapan seara juju nail yang dant Si A; 2) skap atau purusan partikular mengenai situasi konkret tertenmu yang dihadapis dan (3) pilihan-pilihan aktual sertatindakan konkret Si sendiri. Bigi Carlos Moya, prosss pengoperasan keyakinan evaluat ini hanya munglin terjadjka lima kondisi ama terpenuhi, yak (I) kemampuan Si A menghubungkan nilhi yang dianutnya dengan tanggung jewab moral yang lebih besar yang siftnya sskripif (mewajibkan) dan bahva prinip urmum yang askriptif tersebut adalah int ta ppusst atau pengatur perlaku moral dari Si A; @) prinsipprinsip moral umum yang sifaznya askripi itu harus benar-benar merupaisn prinsp peajustiikastindakan moral SiA secara aktuak (§) Si A harus memilki kontrol yang rasonal terhadup keyakinan- Keeyakinan moralnya sendin, baboa keyakinanrkeyakinan tersebut harus bisa dipertanggungawablan secaa rasonal; () prinsip moral tesebut harus menjadi prinsip ppenjustifikas! sap tindakan moral, takan tej bahwa kacangkadang, pelaka moral bertindak bertentangan dengannya; dan (6) pelakus moral tidale berskap doggnatis terhadip prinsipprinsip tindakannya tetapi josru harus memiliki ateratf prinsip tindakan yang bis. dirujuk jika prinsip moral yang bedaku sekarang sudsh dake smeemackai lagi (CM: 2006, hm. 157) : ‘Penurur ‘Mengjkuti seluruh argumentasi yang dibangun Carlos Moya dalam buku ini, tampa bah senjata terancal yang digunakan melawan determinisme adalah nalar (eon). Kita dapat memahami pihan argumentasi Carlos Moya ini dari sudue epistemologis maupun eis. : Secatra epistemologis, Carlos Moya melanjutkgn warisan sikap kritis Cartesanisme yang mevajblan saiap penahu mempertanggungwabkanpurusan dan ‘engetahuannya secarajelas dan teplah pila schagai tunutan rial ights yang wid dipenui dalam setiap produksi pengetahuan (cientia). Hanya pengetahuan jenis ini yang ‘mampa membebaskan penal dri skap dogmas dan kepercayaan mf pada keyakinan tertents yang sebetulaya sckadaropini yang tidak didulung oleh bukti yang, memadai (ficient evidence} -17- Respons 15 2010)01 RESPONS -JULL2019 Dalam ari ini seberulaya tradsitradsi besaretikatarublh deontologisme dan untlitarisme—sebenary' dapat daca dalam konteks usaha rasonal mendasirkan prinip penjustifkstindskan bukan pada prinsip-peinsip arkaic atau prinsipprinsip dogmats Tertentu yang Sftnya elsternal (heteronomi moral) api pada prinsip penjusifla tindskan yang dapat diuniversalkan (wiiversalizability principle). Dalam terang dua tradisi besar etika ini kita mengerti betapa pelaku moral memiliki tanggung jawab terhadap seluruh pilhan dan tindakan mocnya persis Ketika prinip penjustifikast tindalsan Elconstruks dan dikes sebegcu eupa sesuaitujuan akhir yang ingin dicapa Secara ets prinsip penjustiias yang djadikan sebagai dasartindakan tidak hanya memiliki karakter clear and distinct, tetapi justra memiliki kandungan bukti_ yang memadhi (uffcient evidona). Rujulsan Carlos Moya kepada etka keyakinan (his of eligh sebenaraya wajir jit divempatkan dalam konteks usa mengitad. atau tmelampaui determinisme kehendak (wl) Menatik dicatat, behendhk (il) memang mampu membebaskan pelku moral ‘dari kutukan determinisme. Artinya, pilihan untuk menghendaki sebuah tindakan moral sebagai tindskanky mampu melepaskan diri dari belenggu determinismne, balwa tindakan moral diventulsn sepenubnya oleh prinsip atau mekanisme tertenta yang p= ‘tablished, Meskipun demikian, tampaknya Carlos Moya sadar benar, kehendale (wil) dapat menjadi determinisme bart jka sehuruh pengambilan kepurusin dan tindskan moral dipercayakan begita sja pada kehendak bebas (fee wil) dalam menentulan tindikan moral pasa proses letisime prinsip moral dan Kontrol rasonal (uational mtr). Merujuls ke epistemolog) Descartes, kita bis. memahami kegundahan Citlos ‘Moya ini dan alasan mengapa dia mengusullsan ecika keyakinan (ebics of bei) sebagai senjata pamungkas membela tanggung jawab moral menghadipi serangan determinisme. Descartes menegaskan dalam Maziation, bahwa ketika membuat sebuah purusan, “it clear by the mara light that prepsion of the intellect shoud altaeys precede [praccedere simper debere] she determination ofthe wil? (1641, 7: €0). Dari sinilah para pembela etika keeyakinan merumuskan ovdo merck, bahwa sebagai pelaku moral “we are afwigs bli to hace sifcient evidence for cory one of ou belief" (Andrew Cignell, 2010, him, 2), Demikianla, pilhan mendssirkan tindalsn pada prinsip mora) terenta seala didksarkan paca keyakinan (elie) baba prinsip moral tesebut didukung oleh bukti yang memadki (sficient evidenc). Menyimals kondistkondisi yang dipersyarthan Carlos Moya big} eyakinan evalua (eudative bi dist tampa elas bagaimana tuntutan bulk yang memadai (scien evidence) sungguh deri tempat. "Tampaknya Carlos Moya bukan seorang evidence mumi yang berskukuh ‘mempertahankan keyakinan, baba stip keyakinan moral selalu dan harus didasarkan pach bulti yang memadai. Keterbultan pada altemnatfprinsptindakan moral dan sap Jets techadap prinsiptindskan yang dipiih peau moral saat ini tampalaya member tempat bagi prinip prima face yang sehin sangyt didulung kaum ronevidencas semacam Wiliam James, juga lebih diterima sebagai penjstfikas prinip moral yang aoe Respons 15 2010}01 TIRUAUAN BUKU smemadhi afcen). Dalam art ini usiha Carlos Moya membela dan mempertahanksan tanggung jawab moral melawan serangan determinisme harus dikarakan berhasil dan smennuaskan.*** DarTar PUSTAKA, Audi, Robert, The ethics of belief dancatic selfcontrol and intelectual virtne, Synthese (2008) 161: 405418, Bourke, John, Reponsibility, Freelom and Determinism, Philosophy, Vol. 13, No. 51 (ul 1939, pp. 276287, Cambridge University Pres on behalf of Royal Instte of Philosophy, 1938. Carlos]. Moya, Mora Repos the Ways of pti, Routledge, London and New “York, 2006, Deery, Oisin, Extending Compatibiliso: Control, Responsibility, and Blame, Res Publica 13:209-230, Springer, 2007, Haji, Ishtiyaque, Freedorn and Practical Reason, Ethic Theory Moral Practice 2008), 12:169-179. Ryan, Sharon, Date Comp cond the Ethics of Bei Philosophical Suadies 114: 47-79, Kwwer Academic Publishers, Netherlands, 203, Smythe, Thomas W., Mona! Reponsibliy, The Journal of Value Inquiry 33: 493-506,” Kluwer Academie Publishers, 199. a espons15 20101 ieriae

Anda mungkin juga menyukai