Anda di halaman 1dari 32

0

MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS CABE


PEMBERDAYAAN POTENSI WIRA-USAHA PETANI KECIL MELALUI
PENDAMPINGAN
Bahan Kajian MK. Perencanaan Pengembangan Wilayah
Diabstraksikan oleh Prof Dr Ir Soemarno MS
PMPSLP PPSUB Nopember 2011

RINGKASAN
Pengembangan kawasan agribisnis ini dirancang dalam rangka ikut mendukung
gerakan nasional pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui upaya pemberdayaan
dan penguatan usaha ekonomi rakyat, dengan penyiapan pemuda desa sebagai kader
wirausahawan yang handal, serta menerapkan teknologi inovatif dalam budidaya
sayuran cabe-besar.
Program Payung Pemberdayaan Wira-usaha ini terdiri atas lima kegiatan yang
saling berkaitan, yaitu:
1. Menyusun Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha di kalangan pemuda,
mahasiswa /alumni, serta kendala-kendala yang dihadapi (Kegiatan A).
2. Merancang Panduan Paket Sistem Pembelajaran DIKLAT Singkat Profesional WiraUsaha Hortikultura Cabe (Kegiatan B)
3. Melaksanakan DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha bagi Mahasiswa /alumni
dan Kelompok Tani KUBA Hortikultura (Kegiatan C).
4. Melaksanakan Pemagangan Wira-usaha, Pemberdayaan KUBA Cabe dan Networking (Kegiatan D)
5. Ujicoba Model Wira-usaha Hortikultura Cabe melalui Sistem KUBA Terpadu dengan
Pendampingan (Kegiatan E)
Rincian sasaran kegiatan adalah sbb:
No

Kecamatan

Jumlah

Jumlah

Jumlah
Jumlah
mahasiswa
Dosen
KUBA
Petani
(Pendamping (Pembimbing
KUBA)
mahasiswa)
1.
Poncokusumo
5
20
5
2
2.
Tumpang
5
20
5
2
3.
Dau
5
20
5
2
4.
Wajak
5
20
5
2
5.
Bumiaji
5
20
5
2
Jumlah
25
100
25
10
KUBA = Kelompok Usaha Bersama Agribisnis Komoditas Cabe-besar.
Mahasiswa /alumni dan Dosen pendamping berasal dari Program Studi Agrokompleks
dan Program Studi Manajemen Perusahaan.

I. LATAR BELAKANG
Gerakan pengentasan penduduk miskin dari kemiskinannya , pemberdayaan
sumberdaya manusia desa dan penguatan usaha ekonomi rakyat di seluruh tanah air
menghadapi tantangan dan kendala sangat serius akibat krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Oleh karena itu diperlukan berbagai terobosan kegiatan dan/atau
program khusus untuk menghadapi sistuasi krisis ekonomi.
Salah satu program khusus untuk mensukseskan gerakan nasional di Jawa
Timur dituangkan dalam Gerakan Kembali ke Desa (GKD) dan Produk Unggulan Desa
(One village one product). Program ini dikonsepkan bukan merupakan program yang
berdiri sendiri tanpa memerlukan dukungan program lain, namun justru melalui program
inilah diharapkan dapat dipadukan berbagai program sektoral maupun regional yang
diarahkan untuk pembangunan wilayah dan masyarakat desa. Dengan demikian
dampak positif daripada program ini akan semakin besar dan pada akhirnya
kemiskinan dan keterbelakangan secara berangsur-angsur dan pasti dapat
ditanggulangi.
Sebagai suatu program yang strategis dan koordinatif, dalam
pelaksanaan GKD dan PUD (Produk Unggulan Desa) harus dipupuk dan dibina
semangat kebersamaan yang tinggi di antara berbagai pihak yang terkait baik yang
berkedudukan "membantu" maupun yang "dibantu" yaitu penduduk desa itu sendiri,
termasuk generasi muda santri Pondok Pesantren di pedesaan Jawa Timur.
Salah satu bentuk kegiatan penunjang dalam kerangka implementasi program
GKD dan PUD ialah Penyiapan generasi muda santri untuk mampu menjadi
"pengusaha" Agribisnis di Desa dan dari Desa. Dengan dukungan bantuan dana
khusus obsesi ini dapat dilakukan kegiatan DIKLAT dan Program Aksinya dengan
tujuan meningkatkan akses dan kualitas sumberdaya manusia mahasiswa sebagai
kader pembangunan bangsa dan pada gilirannya mampu bersama-sama dengan
masyarakat desa mengembangkan usaha agribisnisnya (dengan basis Produk
Unggulan Desa) untuk memperbaiki taraf hidupnya secara bertahap dan berkelanjutan.
Dengan memperhatikan kenyataan bahwa kelembagaan sosial di pedesaan dan
kelompok-kelompok masyarakat yang ada belum memadai untuk mengembangkan
usaha ekonomi desa, serta keterbatasan akses POKMAS terhadap berbagai fasilitas
dan kemudahan-kemudahan yang disediakan pemerintah, maka diperlukan upaya
khusus untuk menyiapkan mahasiswa dan masyarakat desa, khususnya kelompok tani
sayuran sebagai kader pembangunan mandiri yang berwawasan wirausahawan.
Kegiatan seperti ini sangat relevan untuk dilaksanakan di UNIBRAW, mengingat Visi
Unibraw tahun 2005, adalah:
(1). Menjadi perguruan tinggi yang mampu menghasilkan sarjana yang beriman kepada
Tuhan YME, bermoral Pancasila, memiliki kemampuan penalaran akademik
dan/atau profesional yang tinggi, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta
mandiri dalam mengembangkan dan mengabdikannya untuk hajat hidup
masyarakat, bangsa dan negara
(2). Menjadi research and development university yang menghasilkan baik insan
akademik yang cerdas, inovatif dan produktif, maupun karya ilmiah yang
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta percepatan
pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
(3). Menjadi resource university sebagai salah satu pusat informasi pendidikan,
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama bagi
kawasan timur Indonesia
(4). Menjadi center of excellence untuk rujukan layanan masyarakat dalam berbagai
bidang ilmu unggulan, termasuk Wira-usaha, dan Hortikultura.

Pemilihan komoditas hortikultura sayuran didasarkan atas beberapa


pertimbangan sbb:
(1). Wilayah Kabupaten Malang memiliki lahan dataran tinggi yang luas dan subur
dengan kondisi iklim yang mendukung untuk tumbuhnya berbagai jenis tanaman
hortikutura sayuran bernilai ekonomis tinggi. Sebagian dari potensi sumberdaya
lahan ini sekarang merupakan "lahan tidur" yang tidak diolah secara intensif untuk
menghasilkan komoditas sayuran, karena petani tidak mampu menyediakan modal
yang cukup untuk usahataninya, terutama untuk biaya pestisida. Sementara itu
mereka belum familiar dengan teknologi budidaya inovatif yang dapat menekan
aplikasi pestisida.
(2). Wilayah pedesaan kabupaten Malang memiliki tenaga kerja yang banyak dengan
kualifikasi agraris yang cukup baik. Sebagian besra dari mereka ini sekarang
sedang mengalami dampak krisis ekonomi, yaitu kesulitan mendapatkan pekerjaan
di luar sektor pertanian dan terbatasnya kesempatan kerja di sektor pertanian
tradisional.
(3). Ekspor Indonesia khusus sayur-sayuran pada tahun 1994 baru mencapai 1.160
ton. Dibandingkan dengan potensial permintaan, nilai ini masih sangat rendah.
Khusus kebutuhan negara Jepang saja untuk komoditi sayuran beku tahun 1996
mencapai 605.449 ton. Ekspor sayuran beku Indonesia ke Jepang sampai tahun
1996 hanya mencapai 1.932 ton dan menduduki tingkat ke 11. Ekspor sayuran
Indonesia ke Jepang sudah dirintis oleh PENGUSAHA SUASTA dan beberapa
lembaga lain, namun masih sangat terbatas.
(4). Peluang pasar ke Jepang untuk sayuran di masa mendatang cukup
mengembirakan dimana selaku konsumsi per kapita rakyat Jepang untuk sayuran
meningkat, demikian juga tampak kecenderungan masyarakat Jepang mulai
meninggalkan kegiatan di bidang pertanian karena dianggap tidak ekonomis,
akibat tingginya upah tenaga kerja dan mahalnya harga tanah. Peluang pasar
domestik juga sangat besar, terbukti dari tingginya harga riil komoditas sayuran
cabe besar ini di pasar-pasar kota besar di Indonesia.
(5). Memperhatikan potensi yang cukup baik dan peluang besar untuk mengisi pasar
domestik dan pasar ekspor maka perlu penanganan secara serius dengan
mengoptimalkan tenaga kerja dan lahan-lahan tidur yang tersebar di wilayah
Pedesaan sekitar Malang melalui kegiatan ini.
II. TUJUAN UMUM
Merancang dan menguji-coba model pemberdayaan wira-usaha petani
hortikultura sayuran melalui kegiatan pendampingan oleh mahasiswa. Penerapan
model ini diharapkan akan dapat bermanfaat dalam:
1. Ikut mendukung gerakan nasional pemberdayaan dan penguatan ekonomi
rakyat , melalui penyiapan mahasiswa, pemuda desa dan kontak tani (ketua
KUBA) sebagai kader wirausahawan yang handal.
2. Memantapkan wawasan serta pemantapan sikap-mental wira-usaha
mahasiswa/alumni , pemuda desa, dan kontak tani sebagai kader
pembangunan yang mandiri dan berjiwa wirausahawan.
3. Menumbuhkan dan meningkatkan kualifikasi mahasiswa /alumni, pemuda
desa dan kontak tani sebagai pengelola usaha produktif dalam wadah
lembaga ekonomi rakyat yang mandiri dan mengakar di masyarakat.

4. Memberikan bekal tambahan mengenai pengetahuan dan ketrampilan tentang


wira-usaha profesional, teknologi tepatguna, dan pengetahuan praktis lain
yang terkait dengan wira-usaha.
5. Memperbaiki usaha produktif masyarakat, khususnya kelompok tani
hortikultura sayuran guna mengatasi dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan.
Tujuan Khusus
1. Menyusun Sistem Informasi tentang Minat dan kendala-kendala berwira-usaha di
kalangan mahasiswa /alumni, serta masyarakat petani hortikultura , terutama dalam
situasi krisis ekonomi sekarang ini (Kegiatan A).
2. Merancang Panduan Paket Sistem Pembelajaran DIKLAT Singkat Profesional WiraUsaha Komoditas unggulan Sayuran (Kegiatan B)
3. Melaksanakan DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha bagi Mahasiswa/alumni,
Pemuda Desa dan kontak tani (Kegiatan C).
4. Melaksanakan Pemagangan Wira-usaha, Pemberdayaan KUBA Hortikultura
Sayuran dan Net-working (Kegiatan D)
5. Ujicoba Model Wira-usaha Produk Unggulan melalui Sistem KUBA Terpadu dengan
Pendampingan (Kegiatan E)
III. HASIL YANG DIHARAPKAN
1. Rancangan model pemberdayaan wira-usaha petani kecil hortikultura sayuran
melalui kegiatan pendampingan oleh mahasiswa. Model ini diharapkan terdiri atas:
a. Rancangan Sistem Informasi tentang Minat berwirausaha di kalangan
mahasiswa /alumni, serta kendala-kendala yang dihadapi masyarakat petani
kecil dalam mengembangkan usahanya.
b. Buku Panduan Paket Kurikulum dan Sistem Pembelajaran DIKLAT Singkat
Profesional Wira-Usaha Hortikultura
c. Buku Pandunan DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha bagi Mahasiswa
/alumni dan Pemuda Desa.
d. Buku Panduan Pemagangan Wira-usaha, Pemberdayaan KUBA Hortikultura
Sayuran dan Net-working
e. Buku Panduan Uji Petik Model Wira-usaha Hortikultura Sayuran melalui
Sistem KUBA Terpadu dengan Pendampingan.
2. Model Pemberdayaan Wira-usaha ini dimaksudkan mempersiapkan mahasiswa /
alumni / Pemuda desa sebagai Kader Pembangunan yang mandiri dan Wirausahawan
Muda tangguh yang mempunyai kualifikasi khusus, yaitu:
a. Sikap mental dan wawasan wira-usaha yang dapat diandalkan untuk mendukung
kiprahnya dalam kegiatan sosial-ekonomi di pedesaan, serta mempunyai
kemampuan untuk beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungan masyarakat
desa sekitarnya .
b. Menguasai dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan teknis tentang:
b.1. Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan koperasi agribisnis di
pedesaan dan usaha ekonomi rakyat
b.2. Wawasan dan ketrampilan pragmatis kewira-usahaan dan kepeloporan,
khusunya dalam lingkup agribisnis hortikultura

b.3. Pengalaman dalam aplikasi Manajemen usaha Bisnis di Pedesaan: Agribisnis,


Koperasi, Kemitraan dalam usaha, dan manajemen kelembagaan keuangan,
b.4. Operasionalisasi sistem wira-usaha agribisnis hortikultura sayursan di desa:
perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut pengendalian usaha agribisnis di
pedesaan .
b.5. Kemampuan sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator bagi kelompok
masyarakat pedesaan di sekitarnya .

IV. RUANG LINGKUP KEGIATAN


Komponen Kegiatan
Program Payung Pemberdayaan Wira-usaha ini terdiri atas lima kegiatan yang
saling berkaitan, yaitu:
1. Menyusun Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha di kalangan mahasiswa
/alumni, masyarakat petani hortikultura sayuran serta kendala-kendala yang
dihadapi (Kegiatan A).
(LPPP + PS Hortikultura + PS Manajemen + ASPERTI Jatim)
2. Merancang Panduan Paket Kurikulum dan Sistem Pembelajaran DIKLAT Singkat
Profesional Wira-Usaha Komoditas Unggulan Hortikultura (Kegiatan B)
(LPPP+ASPERTI + PS Hortikultura + PS Agribisnis + PS Manajemen)
3. Melaksanakan DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha bagi Mahasiswa /alumni ,
Pemuda Desa dan Kontak Tani Hortikultura (Kegiatan C).
(LPPP + Koperasi + Petani + DEKPOP, BRI )
4. Melaksanakan Pemagangan Wira-usaha, Pemberdayaan KUBA Hortikultura
Sayuran dan Net-working (Kegiatan D)
(LPPP + PS Hortikultura + PS Manajemen + ASPERTI + Petani KUBA)
5. Ujicoba Model Wira-usaha Hortikultura Sayuran melalui Sistem KUBA Terpadu
dengan Pendampingan (Kegiatan E)
(LPPP + PS Hortikultura + PS Manajemen + ASPERTI + Petani KUBA)
Konsep-konsep Teori
(1). Sistem Agribisnis
Sistem agribisnis merupakan kegiatan yang kompleks yang dimulai dari
pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai pemasaran produk- produk yang
dihasilkan oleh suatu usahatani atau agroindustri yang saling berkaitan satu sama lain.
Dalam agribisnis terdapat subsistem yang terdiri dari : a) sistem pengadaan dan
penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan sumberdaya pertanian, b)
subsistem produksi pertanian atau usahatani, c) subsistem pengolahan hasil-hasil
pertanian atau agroindustri dan d) subsistem pemasaran hasil-hasil pertanian.
Penyediaan dan penyaluran sarana produksi mencakup semua kegiatan yang
meliputi perencanaan, pengolahan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi untuk
memperlancar penerapan teknologi dalam usahatani dan memanfaatkan sumberdaya
pertanian secara optimal. Teknologi yang dimaksud adalah teknik-teknik bercocok
tanam, penggunaan bibit baru yang lebih baik, penggunaan pupuk dan pestisida.
Disamping itu dalam kegiatan pra usahatani dalam agribisnis yaitu pemilikan tenaga
kerja, pemilikan sarana produksi yang tepat dan efisien. Untuk mendorong terciptanya
sistem agribisnis yang dinamis, khususnya yang menunjang terlaksananya usahatani
yang baik dan menjamin pemasaran hasil pertanian serta pengolahan hasil pertanian
diperlukan jasa dari pemerintah dan kelembagaan seperti jasa transportasi, jasa
keuangan, jasa penyaluran dan perdagangan serta jasa penyuluhan. Sektor jasa akan
menghubungkan aktivitas subsistem yang terkait dalam agribisnis.
Pengembangan agribisnis haruslah diawali dengan perencanaan yang terdiri dari
perencanaan lokasi, komoditas, teknologi, pola usahatani beserta skala usahanya
untuk mencapai tingkat produksi yang optimal. Dalam pada itu dalam tingkat
pengolahan hasil, diperluas dan diperbaiki dari pengolahan sederhana sampai dengan
pengolahan lanjut yang laku di pasaran yang lebih luas. Dalam subsistem

pemasaranpun harus berubah yaitu dari pemasaran tradisional lokal, diperluas sampai
ke regional dan ekspor. Untuk maksud tersebut diperlukan ketrampilan manajemen
pemasaran, informasi pasar dan promosi.
Dalam kegiatan agribisnis haruslah banyak-banyak menerima informasi pasar
untuk input maupun output. Agribisnis merubah dan meningkatkan usahatani yang
bersifat lokal, mikro menjadi usahatani yang lebih besar dan luas berskala usaha yang
lebih besar; dapat menjangkau ruang lingkup yang lebih luas. Sehingga membutuhkan
modal yang besar dan ini akan bersaing dengan usaha lain. Agribisnis yang masih
dalam tahap awal dan perkembangan membutuhkan dukungan dan pembinaan berupa
pendidikan dan pelatihan serta kemitraan usaha. Pembangunan
pertanian
yang
berwawasan agribisnis bertujuan : 1) menarik dan mendorong sektor pertanian, 2)
menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel; 3)
menciptakan nilai tambah; 4) meningkatkan penerimaan devisa; 5) menciptakan
lapangan kerja dan 6) memperbaiki pembagian pendapatan. Sedangkan wawasan
agribisnis itu sendiri memperhatikan : a) aspek lingkungan; b) permintaan; c)
sumberdaya dan d) teknologi (Anonimous, 1994).
Lingkungan yang mendukung berupa iklim bisnis akan mendorong dan
mengambangkan agribisnis. Iklim bisnis berupa tersedianya kebutuhan- kebutuhan
yang saling terkait satu sama lain, dan saling membutuhkan. Sehingga komponenkomponen didalamnya aktif bekerja secara fungsional. Disamping itu iklim bisnis akan
terjadi dengan adanya pengaruh dari luar yang secara langsung menyentuh aktivitas
produksi maupun pemasaran.
Permintaan pasar amat berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis.
Mekanisme pasar dan perubahan permintaan didalamnya akan mempengaruhi volume
kegiatan agribisnis. Adanya permintaan secara lokal maka agribisnis itu relatif kecil dan
apabila permintaan sudah meluas sampai regional, nasional dan ekspor maka volume
kegiatan agribisnis itu makin besar. Dengan demikian ada korelasi antara besarnya
kegiatan agribisnis dengan luasnya dan mekanisme permintaan.
Tersedianya sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan
manusia, sebagai modal dasar dalam mengembangkan agribisnis. Kecukupan akan
sumberdaya, maka pengembangan agribisnis tergantung pada kemampuan manusia
untuk memanfaatkannya. Kemampuan itu diwujudkan dalam bentuk teknologi yang
diciptakannya.
(2). Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA)
Secara garis besar tujuan KUBA dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1) tujuan
intern KUBA dan 2) tujuan ekstern KUBA. Tujuan intern KUBA yaitu : a) memenuhi
kebutuhan para anggotanya; b) menyediakan kesempatan kerja; c) meningkatkan
pendapatan para anggotanya (KUBA produksi); d) menghemat biaya pemasaran; e)
media pendidikan untuk para anggotanya; f) mengurangi kerugian para anggota
(efisien); g) mengembangkan cita-cita para anggotanya; h) sebagai media pendidikan
bagi para anggotanya dibidang usaha; i) KUBA dapat menyebar luaskan hasil-hasil
pembangunan dan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Tujuan ekstern yaitu KUBA dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitarnya, dan
dapat mengangkat tingkat perekonomian masyarakat kecil menjadi tingkat
perekonomian lebih atas.
Dari tujuan tersebut maka kegiatan KUBA hendaklah sejalan dengan pola
pembangunan pertanian pada umumnya. Dalam Tri Matra Pembangunan Pertanian
mengandung 3 aspek yaitu : (1) Wilayah terpadu yaitu keterpaduan antar sektoral,

subsektoral pusat dan daerah; dan antar badan usaha, petani-KUBA dengan Badan
Usaha Swasta, petani-KUBA dengan Badan Usaha Negara; (2) Komoditas terpadu,
yang didasarkan pada skala prioritas komoditas di sustau wilayah dengan
mempertimbangkan keterpaduan dengan penyediaan sarana produksi proses produksi,
penanganan pasca panen, pengolahan-agroindustri pemasaran; (3) Usaha terpadu,
yaitu keterpaduan yang diarahkan pada usahatani dalam satu kesatuan kelompok,
petani, kesatuan hamparan-wilayah yang memenuhi skala ekonomi yang
menguntungkan, kesatuan wilayah dan komoditas dalam rangka mencapai tingkat
pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga usaha yang layak. Sejalan dengan itu
KUBA yang berada di pedesaan haruslah dapat mengisi pembangunan pertanian di
wilayahnya.

PETANI
plasma

PETANI

plasma
KUBA
(INTI)

plasma

PETANI

plasma
PETANI

Perguruan Tinggi mengadakan pembinaan kepada KUBA yang dalam hal ini para
pengurus dan anggotanya menurut bidang usaha masing-masing. Petani sebagai
kader pembangunan (pertanian) berfungsi sebagai penyuluh dan pembina petani dan
masyarakat sekitarnya.
Petani - kelompok tani sebagai plasma yang menerima teknologi dari santri.
Perguruan Tinggi mengadakan monitoring dan mengadakan evaluasi keberhasilan
Perguruan Tinggi itu sendiri terhadap KUBA dengan mengadakan ukuran-ukuran
tertentu.

PENGUSAHA

ASOSIASI

Mahasiswa

PERG.TINGGI

BURUHTANI
Petani

KUBA

PEMERINTAH

KUBA

KUBA

KELOMPOK
USAHA

TIM PENDAMPING

PETANI / KELOMPOK TANI

(3). Faktor yang mempengaruhi pembinaan KUBA Komoditas Sayuran


Membina KUBA SAYURAN berarti memberikan teknologi (IPTEK) baru yang
diharapkan dapat diterima dan diterapkan oleh para anggota dan pengurus KUBA
SAYURAN. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan proses penerimaan
innovasi adalah : 1) sifat innovasi, 2) saluran komunikasi yang digunakan, 3) keadaan
masyarakat (KUBA SAYURAN) yang akan menerima innovasi, 4) peran penyuluh, 5)
jenis pengambilan keputusan. Teknologi innovasi yang akan di innovasikan kepada
KUBA SAYURAN hendaklah mempertimbangkan persyaratan yaitu dari segi teknis,
sosial dan ekonomi. Segi teknis bahwa teknologi mudah dilaksanakan oleh penerima;
segi sosial, tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah atau norma masyarakat yang
ada dan segi ekonomi, memberi keuntungan.
Saluran komunikasi mempengaruhi cepat lambatnya teknologi itu sampai pada
obyek dengan metoda komunikasi yang tepat maka pesan itu dengan mudah diterima.
Metoda komunikasi yang tepat di daerah pedesaan adala face - to face atau kunjungan
langsung ke obyeknya. Kondisi masyarakat di lingkungan KUBA SAYURAN mempunyai
karakteristik tersendiri sehingga diperlukan metoda tertentu agar pesan (teknologi) itu
mudah diterima. Dalam pada itu peranan penyuluh mutlak. Dengan penyuluh yang
berkualitas maka akan lebih mudah meyakinkan pesan yang diberikan kepada
obyeknya.
Penyuluh sebagai pembina hendaklah memenuhi persyaratan : 1) menguasai
ilmu pengetahuan (IPTEK), 2) pandai bergaul menghormati norma- norma yang ada, 3)
mempunyai tekad dan idealisme yang tinggi untuk mensukseskan programnya.
Penyuluh hendaknya dapat dengan cepat mampu menganalisis situasi dan dapat
membaca problema yang dihadapi oleh obyek dan segera mengambil langkahlangkah untuk mengatasinya.
Pengambilan keputusan untuk menerima teknologi baru dilakukan oleh klien
(petani) dengan cara individual atau berkelompok atau berdasarkan instruksi dari
pejabat yang berwenang; bahkan oleh pemimpin non formal. Oleh karena itu perlu

dipertimbangkan saluran mana yang lebih efektif agar teknologi itu dapat segera
diterima oleh klien (petani).
6.1. KEGIATAN A
6.1.1. Judul Kegiatan:

Studi Minat Berwira-usaha di Kalangan Mahasiswa


/alumni dan Kendala yang Dihadapi Masyarakat Petani
Hortikultura dalam Mengembangkan Wira-Usahanya.

Selama ini, sistem pendidikan tinggi telah dipaksa untuk senantiasa secara
dinamik merespon perkembangan IPTEK secara global dan mengantisipasi dinamika
pasar kerja dan pasar usaha secara memadai, hal ini karena beberapa alasan :
(1). Etos yang tumbuh di masyarakat selama ini adalah bahwa pendidikan tinggi adalah
sarana memasuki pasar kerja/pasar usaha. Padahal, dalam realitas, pasar kerja
berkembang di luar lingkungan perguruan tinggi. Apabila pendidikan tinggi ternyata
tidak relevan dengan kebutuhan pasar dan tidak dinamis dalam mengikuti
perkembangan pasar kerja, lambat laun perguruan tinggi akan kehilangan
perannya dalam memberdayakan masyarakat dalam pembangunan nasional dan
terlebih lagi dalam komunitas global.
(2). Pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan industri; karena efektivitas, efisiensi,
dan kebutuhannya yang spesifik, telah mulai mengembangkan sendiri
kelembagaan penelitian dan pengembangan di lingkungannya, sehingga Iptek
mulai dihasilkan, dikembangkan, serta disahihkan di luar perguruan tinggi. Dengan
demikian perguruan tinggi telah kehilangan sebagian
peran yang secara
tradisional dan monopolistik dimilikinya melalui Tridharma Perguruan Tinggi yaitu :
menghasilkan sumberdaya manusia yang terdidik dan terlatih, ilmu pengetahuan
dan teknologi baru, serta jasa pembangunan.
(3). Laju perkembangan IPKTEK yang sangat pesat telah mendorong pendidikan tinggi
untuk mengubah paradigma pendidikannya dari belajar sesuatu menjadi selalu
belajar dan dari mengajarkan ilmu pengetahuan menjadi mengajarkan cara
belajar , baik melalui sistem klasik maupun dengan sistem observasi/ partisipasi
langsung dengan dunia nyata.
(4). Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sumberdaya dan sumber gerak utama
dalam perkembangan dan kemajuan perekonomian suatu bangsa. Sementara itu,
ekonomi, yang mengacu pada perangkat tata nilai tertentu, selalu merupakan tolok
ukur dasar untuk menilai perkembangan suatu masyarakat. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sistem nilai merupakan
unsur penentu dalam setiap upaya pengembangan masyarakat dan bangsa.
(5). Masuknya masyarakat dan bangsa dalam percaturan komunitas global jelas tak
mungkin dihindari. Selain arus barang, jasa, serta juga tenaga ahli akan melintas
batas negara tanpa hambatan, globalisasi komunikasi dan informasi akan
mengubah tatanan sosio-kultural suatu
bangsa. Perubahan-perubahan
mendasar akan terjadi dari nation society menjadi world society, dari kultural
monolitik kearah cross-cultural. Peran pendidikan tinggi dalam menjembatani
peralihan mendasar ini perlu disusun dalam format baru agar tak terjadi cultural
shock serta disintegrasi ikatan budaya bangsa dan agar jati diri bangsa tetap
terjamin dalam kehidupan antar bangsa.

6.1.2. Tujuan Khusus

10

1. Mengetahui persepsi, minat dan tanggapan/respon mahasiswa dan Dosen terhadap


pengembangan program pembelajaran kewira-usahaan
2. Mengetahui kendala-kendala yang dirasakan oleh mahasiswa dan dosen dalam
mengaktualisasikan minat wira-usahanya
3. Mengetahui opini, saran/pendapat dari kalangan mahasiswa dan dosen, serta suasta
(ASPERTI) terhadap upaya epemberdayaan wira-usaha agribisnis hortikultura di
wilayah Malang
4. Mengetahui minat dan kendala yang dihadapi oleh petani dan/atau kelompok tani
hortikultura di wilayah Malang dalam mengembangkan usahanya
5. Menganalisis sejauh mana kendala teknologi inovatif dan permodalan membatasi
usaha agribisnis hortiluktura.

6.1.3. Metode dan Pendekatan


A. Permasalahan yang Dihadapi Perguruan Tinggi
1. Bagaimana perguruan tinggi meng-up-date perannya agar pendidikan tinggi tetap
relevan terhadap perubahan serta kecenderungan-2 baru yang berkembang diluar
dirinya, terutama perkembangan dunia wira-usaha? Bagaimana peran itu
ditransformasikan kedalam kurikulum sebagai core pendidikan sedemikian rupa agar
kurikulum itu menjadi lentur dan dinamis mengikuti kecenderungan yang senantiasa
berubah itu ?
2. Bagaimana Program pendidikan kewira-usahaan harus dikembangkan untuk
mendukung implementasi konsep kurikulum yang didasarkan pada paradigma
pendidikan : Learning how to learn , Memberikan kail dan bukan ikannya ? .
3. Hal-hal apa yang dapat dipandang sebagai acuan dalam menciptakan suasana yang
kondusif bagi proses pembelajaran Kewira-usahaan? Bagaimana benchmarking
dapat dilakukan untuk itu ?
4. Hal-hal apa yang dapat dituangkan dalam konsep pendidikan kewira-usahaan agar
relevan terhadap perkembangan iptek dan pasar kerja ?
5. Bagaimana konsep pengembangan kurikulum yang mengisyaratkan upaya
memelihara dan mengembangkan Iman dan Takwa dalam dinamika perkembangan
Iptek mutakhir, terutama kewira-usahaan?
B. Permasalahan Petani Hortikultura di wilayah pedesaan Malang
Beberapa hal yang diperkirakan menjadi permasalahan yang dihadapi oleh petani
sayuran di Wilayah pedesaan Malang adalah:
(1). Permasalahan rendahnya Kapabilitas dan Ketersediaan Sumber daya Alam bagi
proses produksi primer. Rendahnya kapabilitas sumberdaya lahan megakibatkan
tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani produsen, akibat
selanjutnya ialah proses produksi kurang efisien dan harga jual produk yang relatif
tinggi. Hal ini diperburuk oleh semakin mahalnya harga-harga sarana produksi
(bibit, pupuk, dan pestisida) seiring dengan berlangsungnya krisis ekonomi dan
melemahnya nilai tukar rupiah.
(2). Keterbatasan penguasaan faktor produksi pertanian, khususnya lahan usaha dan
sarana produksi. Sejumlah besar rumah tangga petani tidak memiliki lahan
garapan (sawah) atau hanya menguasai lahan sangat sempit (kurang dari 0,05ha).
Hal ini diperkirakan juga berpengaruh terhadap minat petani untuk berwira-usaha.

11

(3). Surplus tenagakerja pedesaan dengan ketrampilan teknis dan manajemen yang
terbatas, karena terbatasnya kesempatan untuk berlatih (bukan keterbatasan
pendidikan). Sebagai dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan, sebagian
besar tenagakerja (penduduk usia produktif) sedang menganggur.
(4). Keterbatasan alternatif pilihan teknologi budidaya untuk komoditi sayuran yang
ekonomis, teknologi pasca panen dan pengolahan hasil, serta teknologi non
pertanian. Kelompok petani kecil di desa tidak mempunyai akses yang memadai
untuk menentukan alternatif usaha tanaman dan agro-teknologinya, sehingga
produktivitas marginalnya sangat rendah. Perkembangan lapangan kerja off-farm
juga belum didukung oleh teknologi tepat guna yang memadai, atau masih bersifat
kecil-kecilan dan sederhana sekali.
(5). Keterbatasan informasi teknologi inovatif, pembinaan, fasilitas permodalan,
proteksi usaha dan kesempatan (opportunity), suatu lingkaran yang lazim dalam
bisnis modern. Hampir dalam setiap kegiatannya mereka harus melakukan secara
swakarsa dan bersedia untuk harus puas dengan apa yang menjadi miliknya saja,
tanpa keinginan untuk lebih dari apa yang mungkin. Sementara itu faktor produksi
unggulan tersebut dikuasai oleh sektor perkotaan industrial, terutama dalam wujud
informasi, teknologi dan fasilitas permodalan.
(6). Nilai tukar perdagangan (term of trade) barang produk pedesaan lebih rendah
terhadap barang produk perkotaan atau sektor modern. Hal ini mengakibatkan
warga desa kurang memperoleh surplus yang berarti, hampir dalam semua
lapangan pekerjaan yang dilakukan, sehingga tidak memungkinkan melakukan
akumulasi kapital. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya nilai tukar petani.
(7). Terbatasnya volume uang yang beredar di pedesaan, hal ini merupakan dampak
dari produktivitas marjinal yang sangat rendah atau nol dan keterbatasan fasilitas
kredit resmi yang masuk ke desa. Sebagian besar penduduk di pedesaan jika
memerlukan kredit untuk tambahan modal akan mencari pada saluran kredit atau
lembaga keuangan non- formal.
(8). Belum berfungsinya kelembagaan swadaya masyarakat di pedesaan yang mampu
menampung prakarsa, peran-serta dan swadaya masyarakat untuk mengentas diri
sendiri. Kelembagaan yang ada masih kurang fungsional dan/atau tingkat
swadaya rendah.
(9). Rendahnya tingkat kesejahteraan rumah tangga petani yang pada kenyataannya
sangat berhubungan erat dengan (a). Masalah pendapatan yang diperoleh, (b).
Masalah Gizi dan pangan, (c). Masalah kesehatan, (d). Masalah kematian, (e).
Masalah lingkungan pemukiman, (f). Masalah Pendidikan, (g). Masalah
penguasaan IPTEK/Ketrampilan, (h). Masalah pemilikan lahan, (i). Masalah
Kesempatan kerja, dan (j). Masalah prasarana/sarana kebutuhan dasar.
C. Konsep Relevansi Pendidikan
Salah satu isu strategis dalam pengembangan pendidikan tinggi adalah perlunya
peningkatan relevansi pendidikan tinggi. Produk pendidikan tinggi, baik lulusan maupun
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkannya, saat ini dipandang belum
seluruhnya mampu berperan dalam memenuhi kebutuhan pasar dalam arti yang luas.
Employability lulusan perguruan tinggi masih cukup rendah dalam arti lulusan tak
terserap pasar ( unemployment ) yang berakibat pada pengangguran intelektual.
Namun apabila terserap oleh pasar tak selalu berkorelasi dengan kompetensi
akademik yang diperoleh lulusan dari pendidikannya ( misemployment ). Hal ini akan
berdampak pada munculnya bentuk pengangguran terselubung ( disguised
unemployment ). Lulusan yang berhasil terserap pasarpun ternyata tidak banyak

12

berada dalam posisi middle atau top management di tengah komunitas dalam artian
luas.
C.1. Beberapa Batasan Relevansi Pendidikan Tinggi
Relevansi Pendidikan Tinggi adalah keterkaitan pendidikan tinggi dalam
memainkan perannya ( pendidikan, penelitian, dan pelayanan ) di masyarakat, serta
juga keterkaitannya dengan dunia kerja /dunia usaha, keterkaitannya dengan
pemerintah dan interkasi dengan berbagai jenjang dan jenis pendidikan lainnya.
Untuk menjaga Relevansi Pendidikan Tinggi perlu dikembangkan suatu University
Networking yang akan saling berinteraksi, yakni dengan
* pemerintah
* dunia usaha dan industri /suasta
* kepentingan setiap orang/ masyarakat
* mahasiswa dan dosen
Masalah Relevansi setiapkali akan mencuat manakala terjadi suatu perubahan
dari suatu situasi ke situasi lain yang berbeda atau berubah dengan cepat, atau apabila
kekuatan-kekuatan dalam masyarakat saling tarik-menarik. Kondisi sedemikian pada
saat ini telah terjadi dengan adanya revolusi teknologi informasi dan komunikasi yang
telah mengubah dunia menjadi suatu global society dengan segala dampak dan
kebutuhannya. Dalam keadaan demikian pendidikan tinggi harus mampu memainkan
peran mendasar dengan menempatkan seluruh resources yang dimilikinya serta
semangat kebebasan dari keterikatan tertentu dalam melayani apa yang relevan
dengan humanitas dan masyarakat pada umumnya.
C.2. Parameter Umum Relevansi Pendidikan
(1). Relevansi dengan Pemerintah
Meningkatkan relevansi di bidang ini berarti melakukan networking dengan
pemerintah:
a. Peranan Pemerintah terutama adalah menetapkan kebijaksanaan umum
seluruh sektor pembangunan ( Pemerintah Pusat maupun Daerah ). Salah
satu peran perguruan tinggi untuk ini adalah menyampaikan informasi baik
hasil penelitian maupun kajian akademis yang berkaitan dengan
pembangunan.
Dengan demikian kebijaksanaan yang akan disusun
pemerintah dilandasi oleh hasil penelitian dan kajian perguruan tinggi.
b. Perguruan tinggi melakukan analisis, evaluasi dan antisipasi berdasarkan
kriteria kebenaran dan keadilan terhadap isu-isu dalam masyarakat terhadap
implementasi kebijakan pemerintah kepada masyarakat.
c. Perguruan tinggi melatih dan mencetak pemimpin masa depan. Sebagian
daripadanya kelak akan menjadi pengambil keputusan dalam pemerintahan.
Oleh karena itu kerjasama dan saling keterkaitan dengan pemerintah
seyogyanya melalui suatu " explicit eductional contract " antara pemerintah
( Pusat/Daerah ) dengan dunia pendidikan tinggi yang merupakan
kerjasasama yang mutual dan saling menguntungkan. Pemerintah
menyandang dana pendidikan yang digunakan perguruan tinggi untuk
menghasilkan calon pemimpin bagi pembangunan.
(2). Relevansi dengan Dunia Usaha/Industri

13

Globalisasi perekonomian dunia, peningkatan operasi perusahaan multinasional,


serta dampaknya , modernisasi proses produksi barang dan jasa, seluruhnya
menghajatkan advanced technology. Oleh karenanya, pendidikan tinggi harus
senantiasa menyusun kurikulumnya guna menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan
industri khususnya dalam lifelong training and education. Dengan demikian
kurikulum pendidikan tinggi harus mengarah pada prinsip belajar sepanjang hayat.
Salah satu hasil penting dari kontak dunia pendidikan tinggi dan dunia
usaha/industri adalah terbangunnya entrepreneural spirit dalam pendidikan tinggi,
termasuk didalamnya pengajaran efisiensi, efektivitas, serta perasaan berkompetisi
dan kebutuhan "skills" dalam berkompetisi bagi peserta didik. Sebaliknya pendidikan
tinggi berkontribusi bagi dunia usaha/industri dalam hal pemanfaatan hasil risetnya
serta dampak multiplier dari hasil riset itu bagi universalitas pengembangan dunia yang
lebih harmonis.
Dunia usaha telah terbiasa beradaptasi terhadap setiap perubahan pasar. Dunia
pendidikan tinggi seyogyanya juga mempunyai kepekaan semacam itu secara
memadai.
Karenanya dibutuhkan kerjasama agar perguruan tinggi dapat
mengadaptasinya tanpa kehilangan identitas khusus serta prioritas-prioritas lainnya
dalam mengantisipasi kebutuhan jangka panjang masyarakat.
Salah satu kendala utama pengembangan kurikulum yang lazim dihadapi adalah
bagaimana mendinamisasikannya menjadi kurikulum yang lentur. Umumnya para
pengembang kurikulum terlampau sering menambahkan pengetahuan / materi ajar
baru dalam kurikulumnya. Sementara pengetahuan itu sendiri maju dan berkembang
amat cepat sehingga materi itu akan ketinggalan zaman. Pengetahuan kimia misalnya
berkembang dua kali lipat dalam waktu kurang dari enam tahun, teknologi informatika
berkembang dua kali lipat hanya dalam lima bulan. Maka penekanan pendidikan harus
digantikan dari " transmission of knowledge " menjadi " process for generating
knowledge ". Paradigma ini kemudian disebut " Teaching How to Learn .
Pendidikan tinggi harus proaktif terhadap perkembangan pasar kerja dengan
menganalisis, memprakirakan, dan menyiapkan timbulnya bentuk dan lapangan kerja
baru. Untuk itu Kerjasama Riset dengan dunia usaha dan industri diperlukan.
Kerjasama dengan dunia usaha baik usaha besar maupun kecil dibutuhkan dan
diarahkan untuk memberikan pelatihan dasar bagi mahasiswa dan Pelatihan
Berkelanjutan karyawan yang meneruskan pendidikannya. Perlu pula Kerjasama
dalam penyelenggaraan Training Courses, "cost sharing" untuk beberapa jenis
pelatihan, "link-work and training", penggunaan bersama yang saling menguntungkan
baik dalam hal sumberdaya manusia maupun fasilitas, serta transfer teknologi pertu
dikembangkan dalam kerangka kerjasama itu.
Untuk menyiapkan lulusan memasuki pasar kerja , pendidikan tinggi harus
mampu mengembangkan Business Incubator Enterprises " dengan dukungan
pemerintah, komunitas setempat, dan sektor produktif yang ada.

(3). Relevansi bagi siapa saja/ Masyarakat


1. Deklarasi Jomtien pada 1990 menyatakan harapan " Education for all by
2000. Harapan ini ternyata sulit menjadi kenyataan antara lain karena
pendidikan adalah sesuatu yang mahal. Maka relevansi pendidikan tinggi
dikaitkan pula dengan upaya "Pemerataan dan perluasan kesempatan
belajar". Oleh karena itu, kondisi ekonomis masyarakat patut menjadi
pertimbangan untuk memberi peluang kesempatan memperoleh pendidikan
tinggi.

14

2. Perluasan kesempatan belajar juga dilakukan bagi setiap orang yang telah
bekerja akan tetapi berminat mengikuti pendidikan tinggi. Untuk hal yang
sama berlaku pula bagi mahasiswa yang pernah drop-out.
3. Pemerataan kesempatan belajar serta pemenuhan kebutuhan untuk belajar
sepanjang hayat mengharuskan perguruan tinggi perlu melakukan diversifikasi
program dan sistem pendidikan untuk memberi kesempatan yang lebih luas
bagi siapa saja untuk memperoleh keterampilan tingkat tinggi, pelatihan,
pengetahuan dan informasi yang kesemuanya merupakan bagian dari
prasyarat yang dibutuhkan untuk memasuki lapangan kerja.
4. Kemajuan Teknologi Informasi telah pula membuka peluang belajar dimana
saja, di dalam maupun di luar kampus, di laboratorium, di perpustakaan atau di
lapangan, kapan saja, per individu atau dalam kelompok. Pengertian dimana
saja dan kapan saja juga melahirkan " Paradigma Life-long Education ".
Siapapun pada saatnya sambil atau setelah bekerja sekian lama berkeinginan
kembali belajar dan memperoleh peluang menjadi bagian masyarakat
akademik lagi.
Dampaknya pada dunia pendidikan tinggi adalah
diperlukannya kesiapan pendidikan tinggi memfasilitasi kebutuhan itu.
(4). Relevansi dengan Mahasiswa dan Dosen
1. Relevansi dengan mahasiswa diartikan sebagai pendekatan lain dari sekedar
memandang mahasiswa sebagai subjek yang belajar melainkan sebagai
manusia seutuhnya. Karena itu suatu "Academic Atmosphere Environment "
sangat dibutuhkan. Dalam lingkungan pendidikan dimana dosen sering tidak
respek terhadap komitmennya ( sering tidak hadir, menunda kuliah, dsb ) tak
akan mendidik pembentukan tanggungjawab. Lingkungan yang mendorong
kompetisi tak sehat tidak akan mendidik solidaritas. Karena itu, pendidikan
tinggi harus dirancang dan dikelola sebagai "ruang pendidikan" dan bukan
"tempat untuk pengajaran "
2. Relevansi dengan dosen diartikan sebagai pemenuhan kebutuhan dosen itu
sendiri, seperti sistem insentif dan sistem penghargaan dan promosi,
kebutuhan untuk memajukan pengetahuan diri sendiri (seperti belajar pada
pusat unggulan, kehadiran pada pertemuan ilmiah internasional, networking,
akses ke teknologi informasi, dsb) serta kesempatan evaluasi diri selain
dievaluasi institusi.
(5). Relevansi Pendidikan dan Profil Lulusan
Dengan relevansi pendidikan seperti dirangkum diatas, lulusan pendidikan
diharapkan akan memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan wira-usaha yang adaptif terhadap perubahan-perubahan
sosial. Karakteristik ini diperoleh melalui pendidikan yang:
* Menerapkan pengintegrasian materi ilmu sosial dalam aspek materi
pendidikannya.
* Proses belajar aktif dan berfikir kreatif, serta mandiri yang memberikan
kemampuan mencari, membangun hipotesis, menganalisis dan mensistesis
implementasi teoretis dalam kegiatan praktis di lapangan berinteraksi
dengan usaha masyarakat secara langsung.
2. Kemampuan membentuk masyarakat produktif melalui kerjasama dengan
anggota masyarakat lainnya sambil tetap mempertahankan kebebasan
kehidupan individual dalam masyarakat. Kemampuan ini diperoleh antara lain:
a. melalui proses belajar " off campus " dalam berbagai komunitas.

15

b. melalui pembentukan kebiasaan belajar berkelompok


c. melalui proses belajar mengajar yang berorientasi pada masalah yang
dihadapi oleh masyarakat (Problem Based Approach)
4. Memiliki daya saing yang tinggi. Kemampuan ini bercirikan :
* Memiliki visi yang jelas dan karakter yang kuat
* Memiliki entrepreneural spirit yang tinggi
* Memiliki originalitas dan kreativitas
* Memiliki kemampuan mengidentifikasi dan memecahkan masalah
* Mampu beradaptasi terhadap perubahan global
* Memiliki kemampuan memimpin
* Memiliki tanggungjawab yang tinggi dalam komunitasnya
* Memiliki
kemampuan
berkomunikasi
secara
simultan
(karena
pemaharnannya dalam ilmu pengetahuan, budaya/bahasa, dan politik)
(6). Relevansi Pendidikan dan Profil Perguruan Tinggi
Untuk memiliki tingkat relevansi pendidikan serta karakteristik lulusan seperti
diatas, maka perguruan tinggi hendaknya:
1. Mampu mempersiapkan lulusan yang mudah masuk ke pasar kerja
(Employability). Untuk ini pendidikan tambahan diperlukan antara lain:
* Entrepreneurship (kewira-usahaan)
* Penguasaan teknologi informasi/ komputasi
* Kompetensi khusus di bidangnya ( profesionalisme keilmuan)
2. Pendidikan berbasis " Job Career Approach "
Meningkatkan University Networking dengan masyarakat sekitarnya dengan
mengadakan " Explicit Educational Contract " untuk maksud pengembangan
pendidikan:
a. mendapatkan masukan dari komunitas di luar kampus untuk memperoleh
real needs bagi peserta didiknya.
b. mendapatkan lahan pelatihan aplikatif bagi peserta didik yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan industri
secara timbal balik mengaplikasikan teori yang diperolehnya bagi
masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha/industri mendapatkan
kesempatan untuk mengkaji (menganalisis, mensisntesis, dan
mengevaluasi) isu-isu dalam masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan
industri.
c. mendapatkan bantuan dana dan/atau fasilitas dari masyarakat untuk
pengembangan pendidikannya.
3. Bekerjasama dengan masyarakat, pemerintah, dunia usaha/industri maupun
antar perguruan tinggi dalam mengaplikasikan hasil riset untuk masyarakat
dan sebaliknya mendapat lahan riset bagi peserta didik; memberikan layanan
kepada masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan industri.
4. Sharing facilities and resources dengan masyarakat, pemerintah, dunia
usaha dan industri.
5. Meningkatkan kepekaan dalam upaya pemerataan dan perluasan
kesempatan belajar bagi :
a. masyarakat yang kurang mampu
b. masyarakat bekerja yang membutuhkan pendidikan
c. masyarakat tak terjangkau pendidikan.
d. untuk lifelong education
6. Terakhir dan amat penting adalah menegakkan 4 pilar pendidikan:

16

a. Learning to Know, dengan mengkombinasikan ilmu pengetahuan yang


umum dan cukup dengan aplikasi lebih dalam pada substansi yang lebih
kecil/spesifik. Ini juga berarti Learning to Learn, atau Specialization
b. Learning to Do , belajar tidak saja untuk mendapatkan skill bekerja, tetapi
juga, kompetensi menghadapi berbagai situasi yang berubah, dan bekerja
dalam team
c. Learning to Live Together, dengan mengembangkan saling pengertian dan
menghargai kebebasan individual.
d. Learning to Be, dengan mengembangkan kepribadian diri, kemandirian,
evaluasi diri, dan tanggung jawab diri.
D. Metode Pengumpulan Data/Informasi
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei yang
melibatkan sejumlah sampel mahasiswa, dosen, petani / kontak tani dan suasta yang
tergabung dalam ASPERTI Jawa Timur.
Wawancara langsung dilakukan oleh enumerator yang terlatih dan menggunakan
daftar isian terstruktur yang disusun berdasarkan konsep yang diuraikan di atas.
E. Sampel Penelitian
1. Sampel Mahasiswa S1 Unibraw, yaitu seluruh mahasiswa di Program Studi
Hortikultura dan PS Aghribisnis Fakultas Pertanian (sekitar 200 orang) , dan
mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi (sekitar 50 orang).
2. Sampel Dosen, yaitu dosen-dosen di PS Hortikultura dan PS Manajemen yang
mengajar mata-kuliah yang ada kaitannya dengna kerwira-usahaan, sekitar 20
orang.
3. Sampel Petani/Kontak tani hortikultura di wilayah Kecamatan Bumiaji, Dau, Wajak,
Tumpang dan Poncokusumo, sebanyak 50 orang yang dipilih secara sengaja.
4. Sampel anggota ASPERTI sebanyak 20 orang dari berbagai profesi, ditetapkan
secara sengaja.

6.2. KEGIATAN B
6.2.1. Judul Kegiatan: Penyusunan Panduan Paket Sistem DIKLAT Singkat
Profesional Wira-Usaha Hortikultura Sayuran
Latar Belakang
Kerangka acuan kegiatan-kegiatan pengembangan budaya kewirausahaan dari
Dirjen Dikti diawali dengan kegiatan Kuliah Kewirausahaan ( KWU ). Pada tahun
anggaran 1999/2000 Ditjen Dikti
telah mencanangkan Program percepatan
entrepreneur bagi dosen dan mahasiswa yang akan lulus. Kegiatan -kegiatan Hibah tim
IBA ( Integrasi Bahan Ajar ) entrepreneurship juga diarahkan untuk dapat

17

diintergrasikan dengan hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta


melibatkan mahasiswa, dosen dan masyarakat sekitar kampus..
Bertumpu dari hal-hal di atas, serta sesuai dengan program payung ini, maka
dipandang perlu melakukan kegiatan Perancangan Sistem Pembelajaran dan Modulmodul Bahan Ajar Kewirausahaan (dengan Komoditas unggulan sayuran Cabe besar).
6.2.2. Tujuan Khusus
Tujuan:
1. Merancang dan Menyiapkan Sistem pembelajaran dan bahan ajar kewirausahaan
dalam bentuk:
a. Kurikulum
b. Silabus
c. GBPP
d. SAP
e. Hand-Out ( Diktat, Buku )
2. Sistematik modul-modul :
a. Pokok bahasan
b. Sub pokok bahasan
c. Tujuan intruksional
d. Petunjuk cara mempelajari pokok bahasan dan sub pokok bahasan
e. Buku acuan yang disarankan
f. Uraian dan contoh
g. Teori /konsep
h. Contoh/aplikasi
i. Ringkasan
j. Tugas dan latihan
k. Daftar istilah
l. Soal-soal latihan
m. Kunci jawaban soal-soal latihan
3.

Merancang dan mempersiapkan Program Penyegaran /orientasi bagi para


instruktur ( dosen ) kewirausahaan yang handal dan mampu bertindak sebagai
interface pada setiap bidang ilmu (Fakultas) di lingkungan Universitas.

Sasaran Kegiatan
1. Mendorong terwujudnya atmosfer akademik yang kondusif bagi pengembangan
kewirausahaan yang handal.
2. Mendorong terjalinnya kemitraan dan networking yang lebih tangguh antara sivitas
akademika, masyarakat hortikultura dan lembaga/instansi terkait termasuk
suasta/pedagang sayuran
3. Mendorong pengembangan sikap dan jiwa kewirausahaan bagi masyarakat petani
hortikultura Cabe-besar.
6.2.3. Metode dan Pendekatan
a. Rangkaian kegiatan
1. Diskusi antar anggota Tim penanggung-jawab dan tim penyusun modul bahan ajar
dengan tujuan untuk menyamakan persepsi dan gerak langkah dalam
melaksanakan pekerjaan/tugas masing-masing

18

2. Pembuatan Draft Modul Bahan Ajar denan mengunakan refernsi yang relevan serta
sistematika modul yang cocok untuk pendidikan profesional kewira-usahaan
hortikultura
3. Pembahasan Draft Modul bahan ajar, melalui kegiatan semi-loka yang melibatkan
Tim penyusun, dosen instruktur kewira-usahaan, mahasiswa, ASPERTI, Kantor
Koperasi, BRI, dan Kontak Tani
4. Penyusunan
Buku
pedoman:
Modul-modul
Kewira-usahaan,
dengan
mengakomodasikan hasil-hasil pembahasan dalam semi-loka
5. Penyegaran/orientasi Dosen Instruktur, melibatkan sekitar 25 orang dosen.

6.3. KEGIATAN C
6.3.1. Judul Kegiatan: DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha bagi
Mahasiswa Alumni dan Pemuda Desa
6.3.2. Tujuan Khusus
Program pendidikan dan pelatihan ini pada hakekatnya tujuannya secara
keseluruhan adalah:
1. Mendukung gerakan nasional pemberdayaan KOPERASI PEDESAAN dan
penguatan ekonomi rakyat, melalui penyiapan mahasiswa dan kelompok tani di
pedesaan sebagai kader wirausahawan yang handal, khususnya komoditi
hortikultura sayuran.
2. Memantapkan wawasan kebangsaan /Ketahanan Nasional serta pemantapan sikapmental para peserta sebagai kader pembangunan yang mandiri dan berjiwa
wirausahawan.
3. Menumbuhkan dan meningkatkan kualifikasi mahasiswa sebagai pengelola
KOPERASI sebagai lembaga ekonomi rakyat yang mandiri dan mengakar di
masyarakat.
4. Memberikan bekal tambahan mengenai pengetahuan umum tentang pembangunan
koperasi pedesaan, permasalahan kemiskinan , teknologi tepatguna agroteknologi,
dan pengetahuan lain yang terkait dengan kewira-usahaan dan manajemen
agribisnis komoditi sayuran.
Setelah DIKLAT selesai diharapkan peserta sebagai Kader Pembangunan yang
mandiri dan Wirausahawan Muda Pedesaan menguasai dan mempunyai kualifikasi
khusus, yaitu:
1. Sikap mental dan wawasan wira-usaha yang dapat diandalkan untuk mendukung
kiprahnya dalam kegiatan agribisnis di pedesaan, serta mempunyai kemampuan
untuk beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungan masyarakat desa
sekitarnya .
2. Menguasai dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan teknis tentang:
2.1. Kewira-usahaan: Agribisnis komoditas unggulan cabe besar
2.2. Pengalaman dalam aplikasi Manajemen usaha agri-bisnis di Pedesaan:
Agribisnis hortikultura sayuran, Koperasi, Kemitraan dalam usaha, dan
kelembagaan keuangan,
2.3. Operasionalisasi sistem agribisnis hortikultura di desa: perencanaan,
pelaksanaan dan tindak lanjut pengendalian usaha bisnis di pedesaan .
2.4. Kemampuan sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator bagi kelompok
masyarakat pedesaan di sekitarnya .

19

6.3.3. Metode dan Pendekatan


A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan pendidikan dan pelatihan ini meliputi:
1. Recruitment dan seleksi awal oleh Tim Pelaksana.
2. Seleksi calon peserta pendidikan dan pelatihan
3. Pelaksanaan pelatihan selama 15 hari yang melibatkan sebanyak 30 orang terdiri
atas 15 orang mahasiswa PS Hortikultura, 15 orang mahasiswa PS agribisnis, dan
10 orang petani ketua KUBA sebagai calon Kader Pembangunan dan
Wirausahawan di Pedesaan.
B. PESERTA DIKLAT
Peserta pelatihan adalah mahasiswa Unibraw dan ketua KUBA dari pedesaan
yang bersedia menjadi Kader Pembangunan yang mandiri dan Wirausahawan Muda.
Mereka ini dipersiapkan menjadi pelopor masyarakat desa dalam mengembangkan
usaha ekonomi desa, dan sekaligus sebagai mitra kerja yang memandu kelompok
masyarakat pedesaan yang menyatukan diri dalam kelompok usaha bersama
Agribisnis (KUBA). Pemilihan dan penunjukkan dikoordinasikan dengan pemerintah
daerah setempat.
Program pelatihan melibatkan sekitar 40 orang peserta, terbagi terbagi menjadi
lima kelompok (setiap kelompok 8 orang, 6 orang mahasiswa + 2 orang petani KUBA).
C. METODE
a. Pendekatan DIKLAT
1. Para calon Kader Pembangunan dan Wirausahawan Muda Pedesaan yang akan
berkiprah di wilayah pedesaan , disiapkan secara khusus dengan pembekalan
teknis dan non-teknis mengenai sistem dan mekanisme pembangunan masyarakat
desa, profil masyarakat miskin dan masalah-masalah kemiskinan di pedesaan,
strategi pengembangan sumberdaya manusia dan usaha agribisnis, serta kewiraswastaan. Penyiapan aspek mental-spiritual dilakukan secara khusus untuk lebih
memupuk dan memantapkan sikap mental yang idealistik, dedikatif, dan
transparansi; serta berwawasan kebangsaan yang handal.
2. Para peserta DIKLAT ini berfungsi sebagai pioneer yang membantu masyarakat
desa dalam rangka mengidentifikasi potensi usaha-usaha ekonomi desa dan
sekaligus mengembangkannya.
3. Para peserta DIKLAT ini juga diharapkan mampu membina kelompok-kelompok
masyarakat desa , terutama dalam upaya mengembangkan usaha-usaha
produktifnya dengan identifikasi Produk Unggulan Desa berbasis agribisnis
pekarangan - lebah madu.
b. Metode Pelaksanaan
Metode KWU bagi mahasiswa sebagai Calon Wirausahawan Muda ini pada
hakekatnya merupakan proses belajar yang partisipatif dengan menggunakan metode
belajar: Ceramah; Curah pendapat (diskusi); Tanya jawab; Diskusi kelas dan kelompok;
Diskusi pleno; Penugasan perorangan; Penugasan kelompok; Bermain peran
(Simulasi); Demonstrasi atau peragaan; Studi kasus.

20

Penggunaan metode-metode di atas sifatnya luwes, disesuaikan dengan


dinamika proses belajar yang terjadi di dalam kelas dan kelompok.

6.3. MATERI DAN PROSES DIKLAT


A. Materi
Materi pelatihan dikelompokkan menjadi empat program (rinciannya terlampir),
yaitu
(1). Program 1. Program Pembekalan dan Pemantapan sikap mental, wawasan dan
pengetahuan praktis Kewira-usahaan
1. Pengantar Kewira-usahaan
- Orientasi umum organisasi dan kewirausahaan
- Komunikasi bisnis
- Membangun cooperate culture
- Teknik negosiasi
2. Perilaku Wirausaha dan Rambu-rambu wirausaha
3. Achievement motivation ; Organisasi dan manajemen
(2). Program 2. Program Pembekalan Pengetahuan dan Ketrampilan Teknis
dalam lingkup Manajemen Agribisnis:
1. Usahatani Hortikultura
2. Penanganan Pascapanen produk sayuran
3. Pembentukan dan pembinaan kelembagaan KUBA
4. Agroteknologi Hortikultura Sayuran
5. Pengelolaan Sumberdaya Tanah dan Air Berwawasan Lingkungan
6. Manajemen Pemasaran Hasil Hortikultura Sayuran
(3). Program 3. Program Pembekalan Dasar Ketrampilan Wirausaha , mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian/pemantauan, serta evaluasi usaha
agribisnis sayuran.
1. Administrasi praktis dan pembukuan ; Wawasan perdagangan antar pulau
dan export/import
2. Teknik manajemen kelayakan/ Penyusunan Studi Kelayakan ; Operasi
bisnis: Agribisnis Hortikultura Sayuran
3. Teknik membuat kontrak kerja bisnis
(4). Program 4. Program simulasi dan kunjungan lapangan dalam usaha-usaha
agribisnis sayuran di sekitar Wilayah Malang.
B. Proses Pelatihan
Mengingat peserta pelatihan adalah orang-orang yang telah dewasa maka
proses dan pendekatan yang tepat adalah menggunakan azas yang partisipatif.
Kegiatan belajar yang berdasarkan pendekatan ini menempatkan peserta yang telah
memiliki bekal pengetahuan, pengalaman, ketrampilan sebagai subyek, serta
cenderung berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan teknis dan non-teknis.
Pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang telah dimiliki peserta merupakan
potensi yang harus digali dan dikembangkan untuk dapat saling tukar pengalaman dan
pengkayaan satu dengan yang lain. Prinsip-prinsip dalam proses pelatihan ini adalah :

21

1. Memperhatikan dan menghargai pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki


oleh peserta.
2. Memusatkan perhatian pada penemuan dan pemecahan permasalahan secara
bersama.
3. Mengutamakan keikutsertaan peserta secara aktif dan merata.
4. Pelatih bertindak sebagai fasilitator yang turut melibatkan diri di dalam proses
belajar.
5. Mengutamakan kegiatan peningkatan penghayatan dan pengalaman dari para
peserta pelatihan.
6. Dalam hal-hal tertentu peserta dapat dijadikan narasumber bagi pemecahan
masalah.
D. Media Belajar
Alat bantu belajar dan sarana yang dapat digunakan antara lain adalah:
1. Media belajar: Makalah, Transparan, Lembar bacaan, lembar tugas, Lembar kasus,
Daftar isian, dan Poster
2. Sarana Belajar: Pengeras suara; OHP, slide projector, Papan tulis, Spidol, Kertas
dinding, dan lain-lain
E. Pengorganisasian Pelatihan
a. Panitia Penyelenggara
Panitia penyelenggara adalah tim ahli dari Unibraw bekerjasama dengan
beberapa instansi terkait yang ada di wilayah Malang dan sekitarnya. .
b. Tim Fasilitator
Tim fasilitator terdiri dari para pakar yang dipilih sesuai dengan bidang ilmu
yang diperlukan, dan instansi pemerintah /suasta lain yang terkait.
F. Waktu dan Tempat
1. Waktu pelatihan
Pelatihan ini dilaksanakan sesuai jadwal waktu yang telah ditentukan, secara
keseluruhan memerlukan waktu 35 hari. Jadwal harian disusun sedemikian rupa dalam
rangka untuk mengembangkan sikap kedisiplinan, ketekunan, ketelitian, dan semangat
pengabdian. Rincian jadwal secara keseluruhan disajikan dalam Lampiran .
2. Tempat Pelatihan
Pelatihan diselenggarakan di tiga lokasi yang berbeda. Pelaksanaan Program1 Program-2 dan Program-3 berlokasi di Kampus Unibraw, Malang, dan Program-4 di
wilayah sentra produksi sayuran di Dati II Kabupaten Malang. Pada setiap lokasi
praktek lapangan akan ditempatkan satu kelompok (5 orang, empat orang mahasiswa
dan satu orang dosen pendamping lapangan) yang tinggal di selama lima hari.

22

6.3.4. Jadwal Kegiatan


No
1
2
3
4
5
6
7

Kegiatan

Minggu ke:

1
Persiapan
***
Pendaftaran
dan ***
orientasi peserta
Penyiapan
materi
bahan DIKLAT
Pelaksanaan DIKLAT
Evaluasi
Penyusunan Laporan
Penggandaan laporan

***

***

***

***
***
****
***

Rekapitulasi Materi Pelatihan


NO.

TANGGAL

1
2

Hari ke 1
Hari ke 2

Hari ke 3

Hari ke 4

5.

Hari ke 5

6.
7

Hari ke 6
Hari ke 7

8.

Hari ke 8

9.
10
11

Hari ke 9
Hari ke 10
Hari ke 11

MODUL

MATERI
Persiapan/pendaftaran
Pengantar Wira-usaha
Perilaku Wirausaha dan Rambu-rambu
wirausaha
Achievement motivation ; Organisasi dan
manajemen
Ketrampilan Wira-usaha:
Administrasi praktis dan pembukuan
Wawasan perdagangan antar pulau dan
export/import
Teknik manajemen kelayakan/ Penyusunan
Studi Kelayakan ; Operasi Agribisnis
Sayuran
Teknik membuat kontrak kerja bisnis
Ketrampilan Agribisnis Sayuran:
Usahatani Hortikultura
Pembentukan dan pembinaan
kelembagaan KUBA
Agroteknologi dan Pascapanen
Manajemen Pemasaran Hasil Sayuran
Kunjungan Lapangan

Tempat/Lokasi

Kampus
Kampus
Unibraw
Kampus
Unibraw
Kampus
Unibraw
Kampus
Unibraw
Kampus
Kampus
Unibraw
Kampus
Unibraw
Kampus
Kampus

23

6.4 . KEGIATAN D
6.4.1. Judul Kegiatan: Pemagangan Wira-usaha, Pemberdayaan KUBA dan
Net-working
Dasar pemikiran perlunya kegiatan pemagangan wira-usaha sebagai alternatif
bagi program Kuliah Kerja Nyata adalah karena perubahan fenomena kebijakan dan
kondisi masyarakat pedesaan yang terkena dampak krisis ekonomi. Salah satu kondisi
yang perlu dicermati pada saat ini adalah krisis ekonomi yang berkepanjangan
berdampak snagat buruk terhadap masyarakat khalayak sasaran program KMW.
Responsif dengan kondisi tersebut, Pemerintah saat ini telah menentukan 3 (tiga)
prioritas program yang harus ditangani baik di tingkat pusat maupun daerah yaitu (1)
pembenahan dalam bidang ekonorni, (2) membantu masyarakat miskin yang terkena
dampak krisis, dan (3) membantu para penganggur, termasuk para korban PHK.
Respon inilah vang perlu ditindaklanjuti dengan program kegiatan pemagangan wirausaha oleh mahasiswa yang bermitra dengan petani.

6.4.2. Tujuan Khusus


a. Tujuan Kegiatan
1. Meningkatkan keberdayaan mahasiswa bersama dengan masyarakat pedesaan
dalam wira-usaha agribisnis komoditas sayuran
2. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian mahasiswa terhadap upaya pemberdayaan
masyarakat pedesaan melalui penerapan teknologi inovatif dalam usahatani
komoditas sayuran, khususnya cabe-besar
3. Menciptakan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang dapat diakses oleh
angkatan kerja di pedesaan yang kehilangan pekerjaan akibat dampak krisis
ekonomi.
4. Meningkatkan citra komoditas sayuran dataran tinggi (khususnya cabe besar) sebagai salah satu komoditas unggulan wilayah.
b. Sasaran Kegiatan
(1). Memberikan wawasan kepada para mahasiswa agar siap dan mampu berwirausaha dengan berbekal pengalaman bermitra mengembangkan usaha agribisnis di
pedesaan.
(2). Membantu berkembangnya petani kecil mandiri di pedesaan berbasis pada
tersedianya sumberdaya alam dan ketrampilan yang telah dimiliki khalayak
sasaran.
(3). Membantu mewujudkan kemitraan antara Perguruan Tinggi dan masyarakat
sekitarnya dalam mengembangkan usaha agribisnis rakyat secara melembaga.

6.4.3. Metode dan Pendekatan


A. Pengertian
Kegiatan Magang Wira-usaha (KMW) adalah pengamalan llmu Pengetahuan,
dan Teknologi tepat guna oleh mahasiswa secara melembaga terhadap masyarakat di
luar kampus dengan tujuan utama menumbuh-kembangkan usaha kecil di pedesaan
dan sekaligus sebagai arena magang bagi mahasiswa.
B. Jenis Kegiatan

24

(1). Menggali potensi dasar mengenai komoditas dominan, komoditas andalan dan
komoditas unggulan sayuran yang memungkinkan untuk dikembangkan di suatu
desa. Dalam tahap ini akan dilakukan komparasi antara hasil penelitian dan
kegiatan pengabdian yang telah dilakukan dengan data terbaru dalam survai
pendahuluan mengenai potensi tersebut.
(2). Mengkaji tentang potensi sumberdaya manusia yang terlibat dalam
pengembangan usaba kecil sesuai dengan penggolongan komoditas yang telah
dilakukan, utamanya berkaitan dengan aksesnva terhadap teknologi tepat guna,
permodalan, dan pengembangan jaringan pemasaran.
(3). Menentukan khalayak sasaran antara strategic yaitu pengusaha kecil, dan instansi
terkait yang pernah melakukan pembinaan di berbagai bidang, sehingga akan
dapat dirancang konsep pola kemitraan dalam implementasi program KMW.
(4). Menempatkan mahasiswa di lapangan sebagai mitra petani dalarn proses
pengembangan usaha secara professional dengan pendekatan interdisipliner.
Peranan mahasiswa ditekankan pada kemitraan dalam pengembangan teknologi
tepatguna, permodalan, dan pengembangan jaringan pemasaran hasil usaha.
C. Indikator Kinerja
(1). Ketepatan studi pendahuluan dalam menetapkan komoditas dominan menjadi
komoditas andalan/unggulan dalam pengembangan industri kecil, yaitu diukur dari
kesesuaian sumberdaya yang tersedia dengan kelangsungan pengembangan
usaha.
(2). Peningkatan kualitas sumberdaya khalayak sasaran, diukur dengan peningkatan
kemampuannya dalam mengadopsi teknologi tepatguna, peningkatan permodalan,
dan peningkatan jaringan pemasaran, dan peningkatan hasil usaha.
(3). Efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan program KMW, diukur dengan
alokasi dana, waktu, dan kemitraan yang dapat menunjang tumbuh dan
berkembangnya usaha kecil di desa mitra kerja
(4). Keberhasilan menyiapkan wirausahawan dari kalangan mahasiswa, yaitu diukur
dengan kesiapan peserta menjadi wirausaha baru.
D. Tahapan Pelaksanaan KMW

(1).
(2).
(3).
(4).
(5).

(1). Tahap Persiapan


Persiapan dari segi kelembagaan
Menetapkan rencana lokasi penerjunan sesuai dengan pertimbangan segi
keterjangkauan dan keringanan biaya (lokasi di wilayah Kabupaten Malang).
Melakukan peninjauan dan pengkajian lokasi yang direncanakan untuk
memudahkan penyelenggaraan kegiatan lapangan.
Mengurus perijinan pada Pemerintah Daerah Tingkat II, Kecamatan dan
Desa/Kelurahan, berkaitan dengan pemilihan lokasi dan rencana penerjunan.
Menjalin kerja sama dengan berbagai instansi terkait, berkaitan dengan
penyelenggaraan kegiatan pembekalan maupun penyelenggaraan kegiatan
lapangan.
Berdasarkan hasil peninjauan dan pengkajian, maka disusunlah perencanaan
kegiatan pembekalan dan penyelenggaraan kegiatan lapangan.

Persiapan dari segi mahasiswa


(1). Secara administratif mahasiswa harus mendaftarkan diri pada Penanggung-jawab
kegiatan di LPM Unibraw.

25

(2) Mahasiswa peserta KMW terdiri atas 15 orang dari PS Hortikultura (FP) dan 15
orang dari PS Agribisnis (FP) membentuk kelompok sendiri, setiap kelompok terdiri
atas tiga-empat mahasiswa dan dibimbing oleh seorang dosen pembimbing
lapangan (DPL).
(3). Berdasarkan hasil konsultasi dengan Tim Pelaksana, kelompok peserta KMW yang
sudah terbentuk harus memilih lokasi sendiri di wilayah Kabupaten Malang dengan
menentukan kelompok sasaran masyarakat (KUBA) yang mernpunyai potensi
mengembangkan usaha agribisnis sayuran. Setiap KUBA beranggotakan sekitar
10 orang petani penggarap lahan, dengan luas lahan sekitar 1-2 ha.
(4). Setelah menentukan lokasi dan kelompok sasaran, maka mahasiswa diwajibkan
menyusun proposal kegiatan dan melapor ke sekretariat Tim Pelaksana KMW
untuk kemudian ditentukan rencana kerjanya.
(5). Mahasiswa kelompok KMW secara terprogram beraktivitas sendiri di lapangan
dalam rentang waktu 1 (satu) bulan setelah selesai mengikuti pembekalan singkat.
(6). Kelompok mahasiswa peserta KMW harus berkonsultasi dengan DPL minimal 3
(tiga) kali yaitu dengan rincian:
(a). Konsultasi pertama, melaporkan lokasi dan kelompok sasaran (KUBA) yang
dipilih, pertimbangan dalam pemilihan lokasi dan kelompok sasaran,
karakteristik kelompok sasaran, program pembinaan dan pengembangan yang
direncanakan (disajikan dalam bentuk diskusi dengan DPL).
(b). Konsultasi ke dua, kelompok peserta KMW menyajikan dan mendiskusikan
perkembangan kegiatan lapangan dengan DPL. Kemudian DPL mengunjungi
dan mengecek kebenaran laporan kelompok peserta KMW, dalam berbagai
kasus dimungkinkan DPL ikut memberikan konsultasi secara langsung dengan
kelompok sasaran (KUBA).
(c). Konsultasi ke tiga, kelompok peserta KMW menyampaikan laporan akhir,
rekomendasi dan pertanggung-jawaban kepada DPL. Kemudian DPL
rnelakukan mengevaluasi kebenaran laporan akhir tersebut dan memberikan
penilaian kegiatan lapangan.
(2). Latihan Pembekalan
Tujuan Khusus Pembekalan
Setelah selesai mengikuti Latihan Pembekalan mahasiswa diharapkan dapat:
(1). Mempersiapkan diri baik secara fisik rnaupun mental untuk mengabdi kepada
kelompok sasaran.
(2). Mengidentifikasi berbagai permasalahan riil yang dihadapi oleh kelompok sasaran
(KUBA) dan berusaha untuk mencarikan solusinya.
(3). Menyusun, mengaktualisasikan dan menilai tingkat keberhasilan program kerja
yang telah disusun di masing-masing lokasi.
Materi Latihan Pembekalan
(1).
(2).
(3).
(4).

Secara garis besar materi pembekalan program KMW terdiri atas 4 bagian yaitu:
Materi tentang misi, visi, tujuan dan latar belakang perlunva kegiatan KMW.
Materi tentang pendekatan sosial dan teknik penyusunan laporan.
Materi tentang bagaimana mengevaluasi kegiatan KMW.
Ruang lingkup kegiatan KMW.
Penyelenggaraan Latihan Pembekalan

26

Latihan Pembekalan Program KMW dilakukan dengan metode ceramah, diskusi,


dan simulasi dengan rangkaian kegiatan meliputi:
(1). Latihan Pembekalan oleh Tim Pelaksana tentang pemahaman KMW dilakukan
sebanvak 3 kali tatap muka dalam satu semester (setiap tatap muka dilakukan
pembekalan dalam dua session) dan materi tentang teknologi terapan diberikan
oleh para pakar sesuai dengan khalayak sasaran yang akan dikembangkan.
(2). Tim Instruktur Pembekalan terdiri dari Dosen perguruan Tinggi, Depnaker, Kadin,
Deprinda, BKKBN, Depsos, Perbanas, Pemda dan instansi terkait lainnva.
(3). Tim Instruktur Pembekalan bertugas memberikan materi latihan pembekalan
kepada mahasiswa peserta KMW.
(4). Pada akhir kegiatan latihan pembekalan diadakan evaluasi dalam bentuk ujian
tertulis.
(5). Mahasiswa yang berhak mengikuti evaluasi tersebut adalah mereka yang hadir
minimal 80 % dari keseluruhan materi yang diberikan oleh Instruktur.
(6). Hasil evaluasi latihan pembekalan didasarkan kepada frekuensi kehadiran dalam
latihan pembekalan dan hasil ujian tertulis.
(7). Mahasiswa yang telah mengikuti latihan pembekalan dan tidak dinyatakan gugur,
wajib mengikuti kegiatan lapangan pada semester yang bersangkutan.
(3). Kegiatan Lapangan.
a. Bentuk kegiatan lapangan.
Melakukan pembinaan terhadap khalayak sasaran yang telah ditetapkan yaitu
para penganggur untuk program KKS dan para pengusaha kecil di pedesaan untuk
program KMW. Lama pelaksanaan kegiatan lapangan antara 1 bulan, yang inisiatip
dan pelaksanaannya diusulkan oleh setiap ketompok peserta (interdisipliner) sesuai
dengan usulan kegiatan yang diajukan dan telah disetujui oleh Tim Pelaksana KMW.
b. Pengorganisasian.
(1). Setelah pendaftaran dilakukan, mahasiswa membentuk kelompok secara
interdisipliner dengan jumlah empat orang
(2). Kelompok yang telah disusun didaftarkan pada tim pelaksana, dengan
menyertakan pula program kerja yang telah disusun serta lokasi kegiatannya.
(3). Setelah disetujui program dan kelompoknya maka ditentukan pembimbingnya,
(4). Sebelum kegiatan lapangan dilaksanakan, dilakukan latihan pembekalan dengan
materi khusus untuk menajamkan program yang telah disusun dan rencana
pelaksanaannya.
(5) Dalam kelompok mahasiswa peserta KMW dilakukan pembagian tugas secara
internal sehingga dapat terjalin kerjasama antar kelompok untuk melakukan
pembinaan terhadap pengembangan usaha tertentu.
(6). Secara periodik melaporkan atau konsultasi dengan pembimbing tentang kegiatan
yang telah dilakukan.
c. Program Keria.
Ruang lingkup kegiatannya terfokus pada pemberdayaan "social Capital"
kelompok sasaran. Peserta KMW melaksanakan kegiatan dalam tahapan-tahapan
sebagai berikut

27

(1), melakukan identifikasi tentang kondisi sosial masvarakat dan jumlah para
penganggur pada daerah sasaran, termasuk tingkat pendidikan ketrampilan yang
dipunyai, umur, alamat tempat tinggal, pekerjaan sebelumnya jika pernah bekerja;
dan usaha kecil yang telah dikembangkan.
(2). menentukan kelornpok sasaran program dan sekaligus merancang bentuk
kegiatannya.
(3). Perencanaan program kerja lebih diarahkan pada upaya perluasan kesempatan
kerja yang meliputi :
(a). pola pekerja sementara yaitu dilaksanakan secara berkelanjutan dalam
rentang waktu tertentu.
b). pengembangan pekerja mandiri yaitu menciptakan lapangan kera vang
produktip dan berkelanjutan
cl). melaksanakan padat karva penganggur terampil melalui pola lembaga ekonomi
produktip atau pembentukan wirausaha baru.
(4). Melaksanakan padat karya bagi tenaga yang tidak terampil berupa padat karya
perkotaaan/pedesaan atau padat karya pertanian dan kehutanan.
(5). pemilihan komoditi dan jasa andalan di tingkat kecamatan, kabupaten/kodya
dikaitkan dengan program padat karya tenaga kerja trampil untuk menciptakan
kesempatan kerja.
(6). mengajak Pemda II setempat untuk memberikan tempat yang layak pasar untuk
beroperasinva para pengelola sektor informal.
E. Evaluasi Peserta KMW
a. Latihan Pembekalan
(1). Kebadiran mahasiswa dalam latlhan pembekalan
Mahasiswa diwajibkan hadir minimal 80 % dari keseluruhan tatap muka yang
telah ditetapkan. Sebagai sanksi tidak dipenuhinva persyaratan tersebut, mahasiswa
tidak diperkenankan untuk mengikuti Ujian maupun kegiatan di lapang.
(2). Pemahaman materi latihan pembekalan:
Untuk mengevaluasi pemahaman materi, dilakukan ujian tulis materi latihan
pembekalan pada akhir latihan pembekalan.
b. Kegiatan lapangan.
(1). Program; adalah bentuk kegiatan yang berencana, baik berupa fisik maupun non
fisik yang dilaksanakan dalam kurun waktu pelaksanaan program KMW dan
berguna untuk kepentingan masyarakat maupun mahasiswa. Unsur-unsur yang
dinilai meliputi
(a). Perencanaan Program : adalah bagaimana mahasiswa membuat rencana
program yang sesuai dengan permasalahan yang timbul di masyarakat.
(b). Manfaat program yang akan dilaksanakan bagi khalayak sasaran.
(2). Pelaksanaan Program
Unsur yang dinilai meliputi : tingkat penyelesaian program respon masyarakat
terhadap program mahasiswa, dan tingkat keterlibatan individu mahasiswa
terhadap pelaksanaan program
(3). Laporan pelaksanaan adalah suatu laporan yang dituangkan dalam bentuk buku
laporan mengenai program baik yang sudah dilaksanakan maupun vang belum
sempat diselesaikan serta saran yang perlu ditindak lanjuti.
Buku laporan

28

pelaksanaan dalam bentuk laporan kelompok mahasiswa.


meliputi : format isi stematika laporan dan isi laporan.

Unsur yang dinilai

6.5. KEGIATAN E
6.5.1. Judul Kegiatan: Ujicoba Model Wira-usaha Produk Unggulan CabeBesar melalui Sistem KUBA Terpadu
6.5.2. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan keberdayaan masyarakat pedesaan dalam ikut menggerakkan
ekonomi rakyat
2. Meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan umumnya melalui penerapan
teknologi inovatif dalam usahatani komoditas sayuran, khususnya cabe-besar
3. Menciptakan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang dapat diakses oleh
angkatan kerja di pedesaan yang kehilangan pekerjaan akibat dampak krisis
ekonomi.
4. Meningkatkan citra komoditas sayuran dataran tinggi (khususnya cabe besar) sebagai salah satu komoditas unggulan wilayah.

6.5.3. Metode dan Pendekatan


Ujicoba model Usaha agribisnis Cabe-besar dilakukan pada lahan milik petani,
dimana petani pemilik bertindak sebagai manajer usaha dan didampingi oleh tim
pendamping yang terdiri dari empat orang mahasiswa /ALUMNI dan seorang dosen
pembimbing. Kegiatan ujicoba ini meliputi :
1. Persiapan kelompok (KUBA): lahan dan kepemilikannya; orientasi kelompok
2. Perencanaan usaha agribisnis komoditas cabe besar
3. Penyiapan lahan dan pengadaan sarana produksi
4. Pelaksanaan budidaya tanaman cabe besar hingga panen
5. Penanganan pasca panen
6. Pemasaran/penjualan hasil
7. Evaluasi hasil usahatani.
A. INSTANSI yang Terlibat
1. ASPERTI: Asosiasi Petani dan Pengusaha Hortikultura
a. Mengkoordinasikan dengan instansi terkait di daerah.
b. Pengadaan lahan (dapat lahan tidur atau lahan milik petani KUBA)
c. Pengadaan sarana dan prasarana penunjang usahatani sayuran.
2. Departemen Pertanian/Dinas Pertanian Daerah
- Pengadaan informasi bibit
- Pengadaan tenaga penyuluh lapangan
- Membantu Pemilihan lokasi yang cocok dengan jenis tanaman sayuran
- Budidaya tanaman
- Pembinaan teknis
- Sertifikasi
- Membantu Pelatihan anggota kelompok tani KUBA.

29

3. Perguruan Tinggi (Universitas Brawijaya)


a.Bantuan tenaga sarjana baru sebagai pendamping/mitra usaha bagi KUBA
b.Bantuan teknis dan manajerial dalam pengelolaan usaha
c.Memfasilitasi forum komunikasi antar pihak (FORKA : Forum Komunikasi
Agribisnis) dalam pelaksanaan program
d.Membantu pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program.
4. Pengusaha Suasta/Pedagang sayuran
a. Menampung hasil produksi petani/pengusaha kecil/menengah
b. Pengolahan hasil panen
c. Membantu penyediaan informasi
d. Bantuan pengadaan informasi bibit baru
e. Melakukan ekspor atau pemasaran dalam negeri.
5. BRI : Informasi mengenai lembaga perkreditan bagi usaha pertanian
6. Kantor Koperasi: Informasi mengenai kebijakan pengembangan Koperasi Agribisnis
B. KEGIATAN OPERASIONAL
Pokok kegiatan meliputi :
1. Tahap persiapan.
a. Pertemuan dengan segenap unsur FORKA
b. Peninjauan lapangan
c. Penyusunan program kerja operasional
e. Konsultasi dengan Pemda setempat
f. Identifikasi/Survey penentuan lokasi
g. Penandatanganan MOU
h. Pembuatan profil Agribisnis
i. Pengadaan lahan.
2. Tahap pelaksanaan
a. Seleksi calon petani (KUBA) dan seleksi tenagakerja
b. Pelaksanaan kerja lapangan
c. Pembinaan Produksi dan Manajemen
d. Pembinaan kemitraan
e. Pengadaan bibit semprotan dan alsin
f. Pengadaan modal kerja
g. Pengendalian mutu, Monitoring dan evaluasi
3. Tahap pengembangan
a. Identifikasi peluang pasar
b. Identifikasi lokasi baru
c. Pengembangan lokasi baru
d. Pengembangan komoditas baru
e. Monitoring dan evaluasi

C. LOKASI

30

Lokasi kegiatan ujicoba model ini adalah wilayah Kabupaten Malang:


No

1.
2.
3.
4.
5.

Kecamatan

Poncokusumo
Tumpang
Dau
Wajak
Bumiaji
Jumlah

Jumlah

Jumlah

KUBA

Petani

5
5
5
5
5
25

20
20
20
20
20
100

Jumlah
mahasiswa
(Pendamping
KUBA)
5
5
5
5
5
25

Jumlah Dosen
(Pembimbing
mahasiswa)
2
2
2
2
2
10

D. KOMODITAS
Komoditas yang dikembangkan adalah komoditas tanaman sayuran unggulan wilayah;
Cabe besar, Terong, Lobak, Sawi Putih, Wortel, bawang putih, Bawang merah, Bawang
daun, kobis daun, Kacang hijau, dan lainnya.
E. POLA USAHA DAN PEMBINAAN
E.1. Pola Usaha
Agar KUBA dan petani yang dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan pasar maka
dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :
- Setiap satu-dua hektar lahan usaha petani dilibatkan satu tim pendamping, satu
KUBA (Kelompok Usaha bersama Agribisnis) dan sejumlah tenaga kerja dengan
kapasitas sekitar 750 - 1000 HOK (hari orang kerja).
- Dilakukan pembimbingan dan pendampingan praktis oleh tim pendamping yang
bekerjasama dengan PPL dari Dinas Pertanian Daerah.
- Setiap kesempatan dilakukan diskusi kelompok mengenai teknologi inovatif dan
manajemen usaha
- Dilakukan evaluasi 3 kali (awal, pertengahan dan terakhir musim/panen)
E.2. Monitoring dan Evaluasi
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh kegiatan yang telah dilakukan selama
pembinaan, maka dilakukan 1) monitoring dan 2) evaluasi.
Monitoring adalah mengamati perkembangan dan kemajuan dari jauh melalui laporan
aktivitas secara frekuentif dengan mencatat setiap kegiatan dan hasil-hasil yang telah
dicapai serta permasalahan yang terjadi.
Untuk mengetahui hasil dan monitoring dilakukan pencatatan harian (recording) harian
dengan mengisi tabel monitoring kegiatan :
-------------------------------------------------------------------------------------------------No. Tanggal Jenis Kegiatan Keterangan: Hasil & Masalah
-------------------------------------------------------------------------------------------------1. ....... ................
.................................
2. ....... ................
.................................
3. ....... ................
.................................
4. ....... ................
...............................
Recording ini diisi oleh ketua KUBA setiap hari/mingguan yang kemudian secara
berkala didiskusikan dengan Tim Pendamping.

31

Dari hasil pengumpulan data, informasi dari monitoring kemudian dianalisis selanjutnya
dievaluasi, kemudian diadakan peninjauan lapangan untuk mengetahui keadaan
sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai