RINGKASAN
Pengembangan kawasan agribisnis ini dirancang dalam rangka ikut mendukung
gerakan nasional pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui upaya pemberdayaan
dan penguatan usaha ekonomi rakyat, dengan penyiapan pemuda desa sebagai kader
wirausahawan yang handal, serta menerapkan teknologi inovatif dalam budidaya
sayuran cabe-besar.
Program Payung Pemberdayaan Wira-usaha ini terdiri atas lima kegiatan yang
saling berkaitan, yaitu:
1. Menyusun Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha di kalangan pemuda,
mahasiswa /alumni, serta kendala-kendala yang dihadapi (Kegiatan A).
2. Merancang Panduan Paket Sistem Pembelajaran DIKLAT Singkat Profesional WiraUsaha Hortikultura Cabe (Kegiatan B)
3. Melaksanakan DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha bagi Mahasiswa /alumni
dan Kelompok Tani KUBA Hortikultura (Kegiatan C).
4. Melaksanakan Pemagangan Wira-usaha, Pemberdayaan KUBA Cabe dan Networking (Kegiatan D)
5. Ujicoba Model Wira-usaha Hortikultura Cabe melalui Sistem KUBA Terpadu dengan
Pendampingan (Kegiatan E)
Rincian sasaran kegiatan adalah sbb:
No
Kecamatan
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
mahasiswa
Dosen
KUBA
Petani
(Pendamping (Pembimbing
KUBA)
mahasiswa)
1.
Poncokusumo
5
20
5
2
2.
Tumpang
5
20
5
2
3.
Dau
5
20
5
2
4.
Wajak
5
20
5
2
5.
Bumiaji
5
20
5
2
Jumlah
25
100
25
10
KUBA = Kelompok Usaha Bersama Agribisnis Komoditas Cabe-besar.
Mahasiswa /alumni dan Dosen pendamping berasal dari Program Studi Agrokompleks
dan Program Studi Manajemen Perusahaan.
I. LATAR BELAKANG
Gerakan pengentasan penduduk miskin dari kemiskinannya , pemberdayaan
sumberdaya manusia desa dan penguatan usaha ekonomi rakyat di seluruh tanah air
menghadapi tantangan dan kendala sangat serius akibat krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Oleh karena itu diperlukan berbagai terobosan kegiatan dan/atau
program khusus untuk menghadapi sistuasi krisis ekonomi.
Salah satu program khusus untuk mensukseskan gerakan nasional di Jawa
Timur dituangkan dalam Gerakan Kembali ke Desa (GKD) dan Produk Unggulan Desa
(One village one product). Program ini dikonsepkan bukan merupakan program yang
berdiri sendiri tanpa memerlukan dukungan program lain, namun justru melalui program
inilah diharapkan dapat dipadukan berbagai program sektoral maupun regional yang
diarahkan untuk pembangunan wilayah dan masyarakat desa. Dengan demikian
dampak positif daripada program ini akan semakin besar dan pada akhirnya
kemiskinan dan keterbelakangan secara berangsur-angsur dan pasti dapat
ditanggulangi.
Sebagai suatu program yang strategis dan koordinatif, dalam
pelaksanaan GKD dan PUD (Produk Unggulan Desa) harus dipupuk dan dibina
semangat kebersamaan yang tinggi di antara berbagai pihak yang terkait baik yang
berkedudukan "membantu" maupun yang "dibantu" yaitu penduduk desa itu sendiri,
termasuk generasi muda santri Pondok Pesantren di pedesaan Jawa Timur.
Salah satu bentuk kegiatan penunjang dalam kerangka implementasi program
GKD dan PUD ialah Penyiapan generasi muda santri untuk mampu menjadi
"pengusaha" Agribisnis di Desa dan dari Desa. Dengan dukungan bantuan dana
khusus obsesi ini dapat dilakukan kegiatan DIKLAT dan Program Aksinya dengan
tujuan meningkatkan akses dan kualitas sumberdaya manusia mahasiswa sebagai
kader pembangunan bangsa dan pada gilirannya mampu bersama-sama dengan
masyarakat desa mengembangkan usaha agribisnisnya (dengan basis Produk
Unggulan Desa) untuk memperbaiki taraf hidupnya secara bertahap dan berkelanjutan.
Dengan memperhatikan kenyataan bahwa kelembagaan sosial di pedesaan dan
kelompok-kelompok masyarakat yang ada belum memadai untuk mengembangkan
usaha ekonomi desa, serta keterbatasan akses POKMAS terhadap berbagai fasilitas
dan kemudahan-kemudahan yang disediakan pemerintah, maka diperlukan upaya
khusus untuk menyiapkan mahasiswa dan masyarakat desa, khususnya kelompok tani
sayuran sebagai kader pembangunan mandiri yang berwawasan wirausahawan.
Kegiatan seperti ini sangat relevan untuk dilaksanakan di UNIBRAW, mengingat Visi
Unibraw tahun 2005, adalah:
(1). Menjadi perguruan tinggi yang mampu menghasilkan sarjana yang beriman kepada
Tuhan YME, bermoral Pancasila, memiliki kemampuan penalaran akademik
dan/atau profesional yang tinggi, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta
mandiri dalam mengembangkan dan mengabdikannya untuk hajat hidup
masyarakat, bangsa dan negara
(2). Menjadi research and development university yang menghasilkan baik insan
akademik yang cerdas, inovatif dan produktif, maupun karya ilmiah yang
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta percepatan
pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
(3). Menjadi resource university sebagai salah satu pusat informasi pendidikan,
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama bagi
kawasan timur Indonesia
(4). Menjadi center of excellence untuk rujukan layanan masyarakat dalam berbagai
bidang ilmu unggulan, termasuk Wira-usaha, dan Hortikultura.
pemasaranpun harus berubah yaitu dari pemasaran tradisional lokal, diperluas sampai
ke regional dan ekspor. Untuk maksud tersebut diperlukan ketrampilan manajemen
pemasaran, informasi pasar dan promosi.
Dalam kegiatan agribisnis haruslah banyak-banyak menerima informasi pasar
untuk input maupun output. Agribisnis merubah dan meningkatkan usahatani yang
bersifat lokal, mikro menjadi usahatani yang lebih besar dan luas berskala usaha yang
lebih besar; dapat menjangkau ruang lingkup yang lebih luas. Sehingga membutuhkan
modal yang besar dan ini akan bersaing dengan usaha lain. Agribisnis yang masih
dalam tahap awal dan perkembangan membutuhkan dukungan dan pembinaan berupa
pendidikan dan pelatihan serta kemitraan usaha. Pembangunan
pertanian
yang
berwawasan agribisnis bertujuan : 1) menarik dan mendorong sektor pertanian, 2)
menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel; 3)
menciptakan nilai tambah; 4) meningkatkan penerimaan devisa; 5) menciptakan
lapangan kerja dan 6) memperbaiki pembagian pendapatan. Sedangkan wawasan
agribisnis itu sendiri memperhatikan : a) aspek lingkungan; b) permintaan; c)
sumberdaya dan d) teknologi (Anonimous, 1994).
Lingkungan yang mendukung berupa iklim bisnis akan mendorong dan
mengambangkan agribisnis. Iklim bisnis berupa tersedianya kebutuhan- kebutuhan
yang saling terkait satu sama lain, dan saling membutuhkan. Sehingga komponenkomponen didalamnya aktif bekerja secara fungsional. Disamping itu iklim bisnis akan
terjadi dengan adanya pengaruh dari luar yang secara langsung menyentuh aktivitas
produksi maupun pemasaran.
Permintaan pasar amat berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis.
Mekanisme pasar dan perubahan permintaan didalamnya akan mempengaruhi volume
kegiatan agribisnis. Adanya permintaan secara lokal maka agribisnis itu relatif kecil dan
apabila permintaan sudah meluas sampai regional, nasional dan ekspor maka volume
kegiatan agribisnis itu makin besar. Dengan demikian ada korelasi antara besarnya
kegiatan agribisnis dengan luasnya dan mekanisme permintaan.
Tersedianya sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan
manusia, sebagai modal dasar dalam mengembangkan agribisnis. Kecukupan akan
sumberdaya, maka pengembangan agribisnis tergantung pada kemampuan manusia
untuk memanfaatkannya. Kemampuan itu diwujudkan dalam bentuk teknologi yang
diciptakannya.
(2). Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA)
Secara garis besar tujuan KUBA dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1) tujuan
intern KUBA dan 2) tujuan ekstern KUBA. Tujuan intern KUBA yaitu : a) memenuhi
kebutuhan para anggotanya; b) menyediakan kesempatan kerja; c) meningkatkan
pendapatan para anggotanya (KUBA produksi); d) menghemat biaya pemasaran; e)
media pendidikan untuk para anggotanya; f) mengurangi kerugian para anggota
(efisien); g) mengembangkan cita-cita para anggotanya; h) sebagai media pendidikan
bagi para anggotanya dibidang usaha; i) KUBA dapat menyebar luaskan hasil-hasil
pembangunan dan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Tujuan ekstern yaitu KUBA dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitarnya, dan
dapat mengangkat tingkat perekonomian masyarakat kecil menjadi tingkat
perekonomian lebih atas.
Dari tujuan tersebut maka kegiatan KUBA hendaklah sejalan dengan pola
pembangunan pertanian pada umumnya. Dalam Tri Matra Pembangunan Pertanian
mengandung 3 aspek yaitu : (1) Wilayah terpadu yaitu keterpaduan antar sektoral,
subsektoral pusat dan daerah; dan antar badan usaha, petani-KUBA dengan Badan
Usaha Swasta, petani-KUBA dengan Badan Usaha Negara; (2) Komoditas terpadu,
yang didasarkan pada skala prioritas komoditas di sustau wilayah dengan
mempertimbangkan keterpaduan dengan penyediaan sarana produksi proses produksi,
penanganan pasca panen, pengolahan-agroindustri pemasaran; (3) Usaha terpadu,
yaitu keterpaduan yang diarahkan pada usahatani dalam satu kesatuan kelompok,
petani, kesatuan hamparan-wilayah yang memenuhi skala ekonomi yang
menguntungkan, kesatuan wilayah dan komoditas dalam rangka mencapai tingkat
pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga usaha yang layak. Sejalan dengan itu
KUBA yang berada di pedesaan haruslah dapat mengisi pembangunan pertanian di
wilayahnya.
PETANI
plasma
PETANI
plasma
KUBA
(INTI)
plasma
PETANI
plasma
PETANI
Perguruan Tinggi mengadakan pembinaan kepada KUBA yang dalam hal ini para
pengurus dan anggotanya menurut bidang usaha masing-masing. Petani sebagai
kader pembangunan (pertanian) berfungsi sebagai penyuluh dan pembina petani dan
masyarakat sekitarnya.
Petani - kelompok tani sebagai plasma yang menerima teknologi dari santri.
Perguruan Tinggi mengadakan monitoring dan mengadakan evaluasi keberhasilan
Perguruan Tinggi itu sendiri terhadap KUBA dengan mengadakan ukuran-ukuran
tertentu.
PENGUSAHA
ASOSIASI
Mahasiswa
PERG.TINGGI
BURUHTANI
Petani
KUBA
PEMERINTAH
KUBA
KUBA
KELOMPOK
USAHA
TIM PENDAMPING
dipertimbangkan saluran mana yang lebih efektif agar teknologi itu dapat segera
diterima oleh klien (petani).
6.1. KEGIATAN A
6.1.1. Judul Kegiatan:
Selama ini, sistem pendidikan tinggi telah dipaksa untuk senantiasa secara
dinamik merespon perkembangan IPTEK secara global dan mengantisipasi dinamika
pasar kerja dan pasar usaha secara memadai, hal ini karena beberapa alasan :
(1). Etos yang tumbuh di masyarakat selama ini adalah bahwa pendidikan tinggi adalah
sarana memasuki pasar kerja/pasar usaha. Padahal, dalam realitas, pasar kerja
berkembang di luar lingkungan perguruan tinggi. Apabila pendidikan tinggi ternyata
tidak relevan dengan kebutuhan pasar dan tidak dinamis dalam mengikuti
perkembangan pasar kerja, lambat laun perguruan tinggi akan kehilangan
perannya dalam memberdayakan masyarakat dalam pembangunan nasional dan
terlebih lagi dalam komunitas global.
(2). Pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan industri; karena efektivitas, efisiensi,
dan kebutuhannya yang spesifik, telah mulai mengembangkan sendiri
kelembagaan penelitian dan pengembangan di lingkungannya, sehingga Iptek
mulai dihasilkan, dikembangkan, serta disahihkan di luar perguruan tinggi. Dengan
demikian perguruan tinggi telah kehilangan sebagian
peran yang secara
tradisional dan monopolistik dimilikinya melalui Tridharma Perguruan Tinggi yaitu :
menghasilkan sumberdaya manusia yang terdidik dan terlatih, ilmu pengetahuan
dan teknologi baru, serta jasa pembangunan.
(3). Laju perkembangan IPKTEK yang sangat pesat telah mendorong pendidikan tinggi
untuk mengubah paradigma pendidikannya dari belajar sesuatu menjadi selalu
belajar dan dari mengajarkan ilmu pengetahuan menjadi mengajarkan cara
belajar , baik melalui sistem klasik maupun dengan sistem observasi/ partisipasi
langsung dengan dunia nyata.
(4). Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sumberdaya dan sumber gerak utama
dalam perkembangan dan kemajuan perekonomian suatu bangsa. Sementara itu,
ekonomi, yang mengacu pada perangkat tata nilai tertentu, selalu merupakan tolok
ukur dasar untuk menilai perkembangan suatu masyarakat. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sistem nilai merupakan
unsur penentu dalam setiap upaya pengembangan masyarakat dan bangsa.
(5). Masuknya masyarakat dan bangsa dalam percaturan komunitas global jelas tak
mungkin dihindari. Selain arus barang, jasa, serta juga tenaga ahli akan melintas
batas negara tanpa hambatan, globalisasi komunikasi dan informasi akan
mengubah tatanan sosio-kultural suatu
bangsa. Perubahan-perubahan
mendasar akan terjadi dari nation society menjadi world society, dari kultural
monolitik kearah cross-cultural. Peran pendidikan tinggi dalam menjembatani
peralihan mendasar ini perlu disusun dalam format baru agar tak terjadi cultural
shock serta disintegrasi ikatan budaya bangsa dan agar jati diri bangsa tetap
terjamin dalam kehidupan antar bangsa.
10
11
(3). Surplus tenagakerja pedesaan dengan ketrampilan teknis dan manajemen yang
terbatas, karena terbatasnya kesempatan untuk berlatih (bukan keterbatasan
pendidikan). Sebagai dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan, sebagian
besar tenagakerja (penduduk usia produktif) sedang menganggur.
(4). Keterbatasan alternatif pilihan teknologi budidaya untuk komoditi sayuran yang
ekonomis, teknologi pasca panen dan pengolahan hasil, serta teknologi non
pertanian. Kelompok petani kecil di desa tidak mempunyai akses yang memadai
untuk menentukan alternatif usaha tanaman dan agro-teknologinya, sehingga
produktivitas marginalnya sangat rendah. Perkembangan lapangan kerja off-farm
juga belum didukung oleh teknologi tepat guna yang memadai, atau masih bersifat
kecil-kecilan dan sederhana sekali.
(5). Keterbatasan informasi teknologi inovatif, pembinaan, fasilitas permodalan,
proteksi usaha dan kesempatan (opportunity), suatu lingkaran yang lazim dalam
bisnis modern. Hampir dalam setiap kegiatannya mereka harus melakukan secara
swakarsa dan bersedia untuk harus puas dengan apa yang menjadi miliknya saja,
tanpa keinginan untuk lebih dari apa yang mungkin. Sementara itu faktor produksi
unggulan tersebut dikuasai oleh sektor perkotaan industrial, terutama dalam wujud
informasi, teknologi dan fasilitas permodalan.
(6). Nilai tukar perdagangan (term of trade) barang produk pedesaan lebih rendah
terhadap barang produk perkotaan atau sektor modern. Hal ini mengakibatkan
warga desa kurang memperoleh surplus yang berarti, hampir dalam semua
lapangan pekerjaan yang dilakukan, sehingga tidak memungkinkan melakukan
akumulasi kapital. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya nilai tukar petani.
(7). Terbatasnya volume uang yang beredar di pedesaan, hal ini merupakan dampak
dari produktivitas marjinal yang sangat rendah atau nol dan keterbatasan fasilitas
kredit resmi yang masuk ke desa. Sebagian besar penduduk di pedesaan jika
memerlukan kredit untuk tambahan modal akan mencari pada saluran kredit atau
lembaga keuangan non- formal.
(8). Belum berfungsinya kelembagaan swadaya masyarakat di pedesaan yang mampu
menampung prakarsa, peran-serta dan swadaya masyarakat untuk mengentas diri
sendiri. Kelembagaan yang ada masih kurang fungsional dan/atau tingkat
swadaya rendah.
(9). Rendahnya tingkat kesejahteraan rumah tangga petani yang pada kenyataannya
sangat berhubungan erat dengan (a). Masalah pendapatan yang diperoleh, (b).
Masalah Gizi dan pangan, (c). Masalah kesehatan, (d). Masalah kematian, (e).
Masalah lingkungan pemukiman, (f). Masalah Pendidikan, (g). Masalah
penguasaan IPTEK/Ketrampilan, (h). Masalah pemilikan lahan, (i). Masalah
Kesempatan kerja, dan (j). Masalah prasarana/sarana kebutuhan dasar.
C. Konsep Relevansi Pendidikan
Salah satu isu strategis dalam pengembangan pendidikan tinggi adalah perlunya
peningkatan relevansi pendidikan tinggi. Produk pendidikan tinggi, baik lulusan maupun
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkannya, saat ini dipandang belum
seluruhnya mampu berperan dalam memenuhi kebutuhan pasar dalam arti yang luas.
Employability lulusan perguruan tinggi masih cukup rendah dalam arti lulusan tak
terserap pasar ( unemployment ) yang berakibat pada pengangguran intelektual.
Namun apabila terserap oleh pasar tak selalu berkorelasi dengan kompetensi
akademik yang diperoleh lulusan dari pendidikannya ( misemployment ). Hal ini akan
berdampak pada munculnya bentuk pengangguran terselubung ( disguised
unemployment ). Lulusan yang berhasil terserap pasarpun ternyata tidak banyak
12
berada dalam posisi middle atau top management di tengah komunitas dalam artian
luas.
C.1. Beberapa Batasan Relevansi Pendidikan Tinggi
Relevansi Pendidikan Tinggi adalah keterkaitan pendidikan tinggi dalam
memainkan perannya ( pendidikan, penelitian, dan pelayanan ) di masyarakat, serta
juga keterkaitannya dengan dunia kerja /dunia usaha, keterkaitannya dengan
pemerintah dan interkasi dengan berbagai jenjang dan jenis pendidikan lainnya.
Untuk menjaga Relevansi Pendidikan Tinggi perlu dikembangkan suatu University
Networking yang akan saling berinteraksi, yakni dengan
* pemerintah
* dunia usaha dan industri /suasta
* kepentingan setiap orang/ masyarakat
* mahasiswa dan dosen
Masalah Relevansi setiapkali akan mencuat manakala terjadi suatu perubahan
dari suatu situasi ke situasi lain yang berbeda atau berubah dengan cepat, atau apabila
kekuatan-kekuatan dalam masyarakat saling tarik-menarik. Kondisi sedemikian pada
saat ini telah terjadi dengan adanya revolusi teknologi informasi dan komunikasi yang
telah mengubah dunia menjadi suatu global society dengan segala dampak dan
kebutuhannya. Dalam keadaan demikian pendidikan tinggi harus mampu memainkan
peran mendasar dengan menempatkan seluruh resources yang dimilikinya serta
semangat kebebasan dari keterikatan tertentu dalam melayani apa yang relevan
dengan humanitas dan masyarakat pada umumnya.
C.2. Parameter Umum Relevansi Pendidikan
(1). Relevansi dengan Pemerintah
Meningkatkan relevansi di bidang ini berarti melakukan networking dengan
pemerintah:
a. Peranan Pemerintah terutama adalah menetapkan kebijaksanaan umum
seluruh sektor pembangunan ( Pemerintah Pusat maupun Daerah ). Salah
satu peran perguruan tinggi untuk ini adalah menyampaikan informasi baik
hasil penelitian maupun kajian akademis yang berkaitan dengan
pembangunan.
Dengan demikian kebijaksanaan yang akan disusun
pemerintah dilandasi oleh hasil penelitian dan kajian perguruan tinggi.
b. Perguruan tinggi melakukan analisis, evaluasi dan antisipasi berdasarkan
kriteria kebenaran dan keadilan terhadap isu-isu dalam masyarakat terhadap
implementasi kebijakan pemerintah kepada masyarakat.
c. Perguruan tinggi melatih dan mencetak pemimpin masa depan. Sebagian
daripadanya kelak akan menjadi pengambil keputusan dalam pemerintahan.
Oleh karena itu kerjasama dan saling keterkaitan dengan pemerintah
seyogyanya melalui suatu " explicit eductional contract " antara pemerintah
( Pusat/Daerah ) dengan dunia pendidikan tinggi yang merupakan
kerjasasama yang mutual dan saling menguntungkan. Pemerintah
menyandang dana pendidikan yang digunakan perguruan tinggi untuk
menghasilkan calon pemimpin bagi pembangunan.
(2). Relevansi dengan Dunia Usaha/Industri
13
14
2. Perluasan kesempatan belajar juga dilakukan bagi setiap orang yang telah
bekerja akan tetapi berminat mengikuti pendidikan tinggi. Untuk hal yang
sama berlaku pula bagi mahasiswa yang pernah drop-out.
3. Pemerataan kesempatan belajar serta pemenuhan kebutuhan untuk belajar
sepanjang hayat mengharuskan perguruan tinggi perlu melakukan diversifikasi
program dan sistem pendidikan untuk memberi kesempatan yang lebih luas
bagi siapa saja untuk memperoleh keterampilan tingkat tinggi, pelatihan,
pengetahuan dan informasi yang kesemuanya merupakan bagian dari
prasyarat yang dibutuhkan untuk memasuki lapangan kerja.
4. Kemajuan Teknologi Informasi telah pula membuka peluang belajar dimana
saja, di dalam maupun di luar kampus, di laboratorium, di perpustakaan atau di
lapangan, kapan saja, per individu atau dalam kelompok. Pengertian dimana
saja dan kapan saja juga melahirkan " Paradigma Life-long Education ".
Siapapun pada saatnya sambil atau setelah bekerja sekian lama berkeinginan
kembali belajar dan memperoleh peluang menjadi bagian masyarakat
akademik lagi.
Dampaknya pada dunia pendidikan tinggi adalah
diperlukannya kesiapan pendidikan tinggi memfasilitasi kebutuhan itu.
(4). Relevansi dengan Mahasiswa dan Dosen
1. Relevansi dengan mahasiswa diartikan sebagai pendekatan lain dari sekedar
memandang mahasiswa sebagai subjek yang belajar melainkan sebagai
manusia seutuhnya. Karena itu suatu "Academic Atmosphere Environment "
sangat dibutuhkan. Dalam lingkungan pendidikan dimana dosen sering tidak
respek terhadap komitmennya ( sering tidak hadir, menunda kuliah, dsb ) tak
akan mendidik pembentukan tanggungjawab. Lingkungan yang mendorong
kompetisi tak sehat tidak akan mendidik solidaritas. Karena itu, pendidikan
tinggi harus dirancang dan dikelola sebagai "ruang pendidikan" dan bukan
"tempat untuk pengajaran "
2. Relevansi dengan dosen diartikan sebagai pemenuhan kebutuhan dosen itu
sendiri, seperti sistem insentif dan sistem penghargaan dan promosi,
kebutuhan untuk memajukan pengetahuan diri sendiri (seperti belajar pada
pusat unggulan, kehadiran pada pertemuan ilmiah internasional, networking,
akses ke teknologi informasi, dsb) serta kesempatan evaluasi diri selain
dievaluasi institusi.
(5). Relevansi Pendidikan dan Profil Lulusan
Dengan relevansi pendidikan seperti dirangkum diatas, lulusan pendidikan
diharapkan akan memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan wira-usaha yang adaptif terhadap perubahan-perubahan
sosial. Karakteristik ini diperoleh melalui pendidikan yang:
* Menerapkan pengintegrasian materi ilmu sosial dalam aspek materi
pendidikannya.
* Proses belajar aktif dan berfikir kreatif, serta mandiri yang memberikan
kemampuan mencari, membangun hipotesis, menganalisis dan mensistesis
implementasi teoretis dalam kegiatan praktis di lapangan berinteraksi
dengan usaha masyarakat secara langsung.
2. Kemampuan membentuk masyarakat produktif melalui kerjasama dengan
anggota masyarakat lainnya sambil tetap mempertahankan kebebasan
kehidupan individual dalam masyarakat. Kemampuan ini diperoleh antara lain:
a. melalui proses belajar " off campus " dalam berbagai komunitas.
15
16
6.2. KEGIATAN B
6.2.1. Judul Kegiatan: Penyusunan Panduan Paket Sistem DIKLAT Singkat
Profesional Wira-Usaha Hortikultura Sayuran
Latar Belakang
Kerangka acuan kegiatan-kegiatan pengembangan budaya kewirausahaan dari
Dirjen Dikti diawali dengan kegiatan Kuliah Kewirausahaan ( KWU ). Pada tahun
anggaran 1999/2000 Ditjen Dikti
telah mencanangkan Program percepatan
entrepreneur bagi dosen dan mahasiswa yang akan lulus. Kegiatan -kegiatan Hibah tim
IBA ( Integrasi Bahan Ajar ) entrepreneurship juga diarahkan untuk dapat
17
Sasaran Kegiatan
1. Mendorong terwujudnya atmosfer akademik yang kondusif bagi pengembangan
kewirausahaan yang handal.
2. Mendorong terjalinnya kemitraan dan networking yang lebih tangguh antara sivitas
akademika, masyarakat hortikultura dan lembaga/instansi terkait termasuk
suasta/pedagang sayuran
3. Mendorong pengembangan sikap dan jiwa kewirausahaan bagi masyarakat petani
hortikultura Cabe-besar.
6.2.3. Metode dan Pendekatan
a. Rangkaian kegiatan
1. Diskusi antar anggota Tim penanggung-jawab dan tim penyusun modul bahan ajar
dengan tujuan untuk menyamakan persepsi dan gerak langkah dalam
melaksanakan pekerjaan/tugas masing-masing
18
2. Pembuatan Draft Modul Bahan Ajar denan mengunakan refernsi yang relevan serta
sistematika modul yang cocok untuk pendidikan profesional kewira-usahaan
hortikultura
3. Pembahasan Draft Modul bahan ajar, melalui kegiatan semi-loka yang melibatkan
Tim penyusun, dosen instruktur kewira-usahaan, mahasiswa, ASPERTI, Kantor
Koperasi, BRI, dan Kontak Tani
4. Penyusunan
Buku
pedoman:
Modul-modul
Kewira-usahaan,
dengan
mengakomodasikan hasil-hasil pembahasan dalam semi-loka
5. Penyegaran/orientasi Dosen Instruktur, melibatkan sekitar 25 orang dosen.
6.3. KEGIATAN C
6.3.1. Judul Kegiatan: DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha bagi
Mahasiswa Alumni dan Pemuda Desa
6.3.2. Tujuan Khusus
Program pendidikan dan pelatihan ini pada hakekatnya tujuannya secara
keseluruhan adalah:
1. Mendukung gerakan nasional pemberdayaan KOPERASI PEDESAAN dan
penguatan ekonomi rakyat, melalui penyiapan mahasiswa dan kelompok tani di
pedesaan sebagai kader wirausahawan yang handal, khususnya komoditi
hortikultura sayuran.
2. Memantapkan wawasan kebangsaan /Ketahanan Nasional serta pemantapan sikapmental para peserta sebagai kader pembangunan yang mandiri dan berjiwa
wirausahawan.
3. Menumbuhkan dan meningkatkan kualifikasi mahasiswa sebagai pengelola
KOPERASI sebagai lembaga ekonomi rakyat yang mandiri dan mengakar di
masyarakat.
4. Memberikan bekal tambahan mengenai pengetahuan umum tentang pembangunan
koperasi pedesaan, permasalahan kemiskinan , teknologi tepatguna agroteknologi,
dan pengetahuan lain yang terkait dengan kewira-usahaan dan manajemen
agribisnis komoditi sayuran.
Setelah DIKLAT selesai diharapkan peserta sebagai Kader Pembangunan yang
mandiri dan Wirausahawan Muda Pedesaan menguasai dan mempunyai kualifikasi
khusus, yaitu:
1. Sikap mental dan wawasan wira-usaha yang dapat diandalkan untuk mendukung
kiprahnya dalam kegiatan agribisnis di pedesaan, serta mempunyai kemampuan
untuk beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungan masyarakat desa
sekitarnya .
2. Menguasai dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan teknis tentang:
2.1. Kewira-usahaan: Agribisnis komoditas unggulan cabe besar
2.2. Pengalaman dalam aplikasi Manajemen usaha agri-bisnis di Pedesaan:
Agribisnis hortikultura sayuran, Koperasi, Kemitraan dalam usaha, dan
kelembagaan keuangan,
2.3. Operasionalisasi sistem agribisnis hortikultura di desa: perencanaan,
pelaksanaan dan tindak lanjut pengendalian usaha bisnis di pedesaan .
2.4. Kemampuan sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator bagi kelompok
masyarakat pedesaan di sekitarnya .
19
20
21
22
Kegiatan
Minggu ke:
1
Persiapan
***
Pendaftaran
dan ***
orientasi peserta
Penyiapan
materi
bahan DIKLAT
Pelaksanaan DIKLAT
Evaluasi
Penyusunan Laporan
Penggandaan laporan
***
***
***
***
***
****
***
TANGGAL
1
2
Hari ke 1
Hari ke 2
Hari ke 3
Hari ke 4
5.
Hari ke 5
6.
7
Hari ke 6
Hari ke 7
8.
Hari ke 8
9.
10
11
Hari ke 9
Hari ke 10
Hari ke 11
MODUL
MATERI
Persiapan/pendaftaran
Pengantar Wira-usaha
Perilaku Wirausaha dan Rambu-rambu
wirausaha
Achievement motivation ; Organisasi dan
manajemen
Ketrampilan Wira-usaha:
Administrasi praktis dan pembukuan
Wawasan perdagangan antar pulau dan
export/import
Teknik manajemen kelayakan/ Penyusunan
Studi Kelayakan ; Operasi Agribisnis
Sayuran
Teknik membuat kontrak kerja bisnis
Ketrampilan Agribisnis Sayuran:
Usahatani Hortikultura
Pembentukan dan pembinaan
kelembagaan KUBA
Agroteknologi dan Pascapanen
Manajemen Pemasaran Hasil Sayuran
Kunjungan Lapangan
Tempat/Lokasi
Kampus
Kampus
Unibraw
Kampus
Unibraw
Kampus
Unibraw
Kampus
Unibraw
Kampus
Kampus
Unibraw
Kampus
Unibraw
Kampus
Kampus
23
6.4 . KEGIATAN D
6.4.1. Judul Kegiatan: Pemagangan Wira-usaha, Pemberdayaan KUBA dan
Net-working
Dasar pemikiran perlunya kegiatan pemagangan wira-usaha sebagai alternatif
bagi program Kuliah Kerja Nyata adalah karena perubahan fenomena kebijakan dan
kondisi masyarakat pedesaan yang terkena dampak krisis ekonomi. Salah satu kondisi
yang perlu dicermati pada saat ini adalah krisis ekonomi yang berkepanjangan
berdampak snagat buruk terhadap masyarakat khalayak sasaran program KMW.
Responsif dengan kondisi tersebut, Pemerintah saat ini telah menentukan 3 (tiga)
prioritas program yang harus ditangani baik di tingkat pusat maupun daerah yaitu (1)
pembenahan dalam bidang ekonorni, (2) membantu masyarakat miskin yang terkena
dampak krisis, dan (3) membantu para penganggur, termasuk para korban PHK.
Respon inilah vang perlu ditindaklanjuti dengan program kegiatan pemagangan wirausaha oleh mahasiswa yang bermitra dengan petani.
24
(1). Menggali potensi dasar mengenai komoditas dominan, komoditas andalan dan
komoditas unggulan sayuran yang memungkinkan untuk dikembangkan di suatu
desa. Dalam tahap ini akan dilakukan komparasi antara hasil penelitian dan
kegiatan pengabdian yang telah dilakukan dengan data terbaru dalam survai
pendahuluan mengenai potensi tersebut.
(2). Mengkaji tentang potensi sumberdaya manusia yang terlibat dalam
pengembangan usaba kecil sesuai dengan penggolongan komoditas yang telah
dilakukan, utamanya berkaitan dengan aksesnva terhadap teknologi tepat guna,
permodalan, dan pengembangan jaringan pemasaran.
(3). Menentukan khalayak sasaran antara strategic yaitu pengusaha kecil, dan instansi
terkait yang pernah melakukan pembinaan di berbagai bidang, sehingga akan
dapat dirancang konsep pola kemitraan dalam implementasi program KMW.
(4). Menempatkan mahasiswa di lapangan sebagai mitra petani dalarn proses
pengembangan usaha secara professional dengan pendekatan interdisipliner.
Peranan mahasiswa ditekankan pada kemitraan dalam pengembangan teknologi
tepatguna, permodalan, dan pengembangan jaringan pemasaran hasil usaha.
C. Indikator Kinerja
(1). Ketepatan studi pendahuluan dalam menetapkan komoditas dominan menjadi
komoditas andalan/unggulan dalam pengembangan industri kecil, yaitu diukur dari
kesesuaian sumberdaya yang tersedia dengan kelangsungan pengembangan
usaha.
(2). Peningkatan kualitas sumberdaya khalayak sasaran, diukur dengan peningkatan
kemampuannya dalam mengadopsi teknologi tepatguna, peningkatan permodalan,
dan peningkatan jaringan pemasaran, dan peningkatan hasil usaha.
(3). Efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan program KMW, diukur dengan
alokasi dana, waktu, dan kemitraan yang dapat menunjang tumbuh dan
berkembangnya usaha kecil di desa mitra kerja
(4). Keberhasilan menyiapkan wirausahawan dari kalangan mahasiswa, yaitu diukur
dengan kesiapan peserta menjadi wirausaha baru.
D. Tahapan Pelaksanaan KMW
(1).
(2).
(3).
(4).
(5).
25
(2) Mahasiswa peserta KMW terdiri atas 15 orang dari PS Hortikultura (FP) dan 15
orang dari PS Agribisnis (FP) membentuk kelompok sendiri, setiap kelompok terdiri
atas tiga-empat mahasiswa dan dibimbing oleh seorang dosen pembimbing
lapangan (DPL).
(3). Berdasarkan hasil konsultasi dengan Tim Pelaksana, kelompok peserta KMW yang
sudah terbentuk harus memilih lokasi sendiri di wilayah Kabupaten Malang dengan
menentukan kelompok sasaran masyarakat (KUBA) yang mernpunyai potensi
mengembangkan usaha agribisnis sayuran. Setiap KUBA beranggotakan sekitar
10 orang petani penggarap lahan, dengan luas lahan sekitar 1-2 ha.
(4). Setelah menentukan lokasi dan kelompok sasaran, maka mahasiswa diwajibkan
menyusun proposal kegiatan dan melapor ke sekretariat Tim Pelaksana KMW
untuk kemudian ditentukan rencana kerjanya.
(5). Mahasiswa kelompok KMW secara terprogram beraktivitas sendiri di lapangan
dalam rentang waktu 1 (satu) bulan setelah selesai mengikuti pembekalan singkat.
(6). Kelompok mahasiswa peserta KMW harus berkonsultasi dengan DPL minimal 3
(tiga) kali yaitu dengan rincian:
(a). Konsultasi pertama, melaporkan lokasi dan kelompok sasaran (KUBA) yang
dipilih, pertimbangan dalam pemilihan lokasi dan kelompok sasaran,
karakteristik kelompok sasaran, program pembinaan dan pengembangan yang
direncanakan (disajikan dalam bentuk diskusi dengan DPL).
(b). Konsultasi ke dua, kelompok peserta KMW menyajikan dan mendiskusikan
perkembangan kegiatan lapangan dengan DPL. Kemudian DPL mengunjungi
dan mengecek kebenaran laporan kelompok peserta KMW, dalam berbagai
kasus dimungkinkan DPL ikut memberikan konsultasi secara langsung dengan
kelompok sasaran (KUBA).
(c). Konsultasi ke tiga, kelompok peserta KMW menyampaikan laporan akhir,
rekomendasi dan pertanggung-jawaban kepada DPL. Kemudian DPL
rnelakukan mengevaluasi kebenaran laporan akhir tersebut dan memberikan
penilaian kegiatan lapangan.
(2). Latihan Pembekalan
Tujuan Khusus Pembekalan
Setelah selesai mengikuti Latihan Pembekalan mahasiswa diharapkan dapat:
(1). Mempersiapkan diri baik secara fisik rnaupun mental untuk mengabdi kepada
kelompok sasaran.
(2). Mengidentifikasi berbagai permasalahan riil yang dihadapi oleh kelompok sasaran
(KUBA) dan berusaha untuk mencarikan solusinya.
(3). Menyusun, mengaktualisasikan dan menilai tingkat keberhasilan program kerja
yang telah disusun di masing-masing lokasi.
Materi Latihan Pembekalan
(1).
(2).
(3).
(4).
Secara garis besar materi pembekalan program KMW terdiri atas 4 bagian yaitu:
Materi tentang misi, visi, tujuan dan latar belakang perlunva kegiatan KMW.
Materi tentang pendekatan sosial dan teknik penyusunan laporan.
Materi tentang bagaimana mengevaluasi kegiatan KMW.
Ruang lingkup kegiatan KMW.
Penyelenggaraan Latihan Pembekalan
26
27
(1), melakukan identifikasi tentang kondisi sosial masvarakat dan jumlah para
penganggur pada daerah sasaran, termasuk tingkat pendidikan ketrampilan yang
dipunyai, umur, alamat tempat tinggal, pekerjaan sebelumnya jika pernah bekerja;
dan usaha kecil yang telah dikembangkan.
(2). menentukan kelornpok sasaran program dan sekaligus merancang bentuk
kegiatannya.
(3). Perencanaan program kerja lebih diarahkan pada upaya perluasan kesempatan
kerja yang meliputi :
(a). pola pekerja sementara yaitu dilaksanakan secara berkelanjutan dalam
rentang waktu tertentu.
b). pengembangan pekerja mandiri yaitu menciptakan lapangan kera vang
produktip dan berkelanjutan
cl). melaksanakan padat karva penganggur terampil melalui pola lembaga ekonomi
produktip atau pembentukan wirausaha baru.
(4). Melaksanakan padat karya bagi tenaga yang tidak terampil berupa padat karya
perkotaaan/pedesaan atau padat karya pertanian dan kehutanan.
(5). pemilihan komoditi dan jasa andalan di tingkat kecamatan, kabupaten/kodya
dikaitkan dengan program padat karya tenaga kerja trampil untuk menciptakan
kesempatan kerja.
(6). mengajak Pemda II setempat untuk memberikan tempat yang layak pasar untuk
beroperasinva para pengelola sektor informal.
E. Evaluasi Peserta KMW
a. Latihan Pembekalan
(1). Kebadiran mahasiswa dalam latlhan pembekalan
Mahasiswa diwajibkan hadir minimal 80 % dari keseluruhan tatap muka yang
telah ditetapkan. Sebagai sanksi tidak dipenuhinva persyaratan tersebut, mahasiswa
tidak diperkenankan untuk mengikuti Ujian maupun kegiatan di lapang.
(2). Pemahaman materi latihan pembekalan:
Untuk mengevaluasi pemahaman materi, dilakukan ujian tulis materi latihan
pembekalan pada akhir latihan pembekalan.
b. Kegiatan lapangan.
(1). Program; adalah bentuk kegiatan yang berencana, baik berupa fisik maupun non
fisik yang dilaksanakan dalam kurun waktu pelaksanaan program KMW dan
berguna untuk kepentingan masyarakat maupun mahasiswa. Unsur-unsur yang
dinilai meliputi
(a). Perencanaan Program : adalah bagaimana mahasiswa membuat rencana
program yang sesuai dengan permasalahan yang timbul di masyarakat.
(b). Manfaat program yang akan dilaksanakan bagi khalayak sasaran.
(2). Pelaksanaan Program
Unsur yang dinilai meliputi : tingkat penyelesaian program respon masyarakat
terhadap program mahasiswa, dan tingkat keterlibatan individu mahasiswa
terhadap pelaksanaan program
(3). Laporan pelaksanaan adalah suatu laporan yang dituangkan dalam bentuk buku
laporan mengenai program baik yang sudah dilaksanakan maupun vang belum
sempat diselesaikan serta saran yang perlu ditindak lanjuti.
Buku laporan
28
6.5. KEGIATAN E
6.5.1. Judul Kegiatan: Ujicoba Model Wira-usaha Produk Unggulan CabeBesar melalui Sistem KUBA Terpadu
6.5.2. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan keberdayaan masyarakat pedesaan dalam ikut menggerakkan
ekonomi rakyat
2. Meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan umumnya melalui penerapan
teknologi inovatif dalam usahatani komoditas sayuran, khususnya cabe-besar
3. Menciptakan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang dapat diakses oleh
angkatan kerja di pedesaan yang kehilangan pekerjaan akibat dampak krisis
ekonomi.
4. Meningkatkan citra komoditas sayuran dataran tinggi (khususnya cabe besar) sebagai salah satu komoditas unggulan wilayah.
29
C. LOKASI
30
1.
2.
3.
4.
5.
Kecamatan
Poncokusumo
Tumpang
Dau
Wajak
Bumiaji
Jumlah
Jumlah
Jumlah
KUBA
Petani
5
5
5
5
5
25
20
20
20
20
20
100
Jumlah
mahasiswa
(Pendamping
KUBA)
5
5
5
5
5
25
Jumlah Dosen
(Pembimbing
mahasiswa)
2
2
2
2
2
10
D. KOMODITAS
Komoditas yang dikembangkan adalah komoditas tanaman sayuran unggulan wilayah;
Cabe besar, Terong, Lobak, Sawi Putih, Wortel, bawang putih, Bawang merah, Bawang
daun, kobis daun, Kacang hijau, dan lainnya.
E. POLA USAHA DAN PEMBINAAN
E.1. Pola Usaha
Agar KUBA dan petani yang dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan pasar maka
dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :
- Setiap satu-dua hektar lahan usaha petani dilibatkan satu tim pendamping, satu
KUBA (Kelompok Usaha bersama Agribisnis) dan sejumlah tenaga kerja dengan
kapasitas sekitar 750 - 1000 HOK (hari orang kerja).
- Dilakukan pembimbingan dan pendampingan praktis oleh tim pendamping yang
bekerjasama dengan PPL dari Dinas Pertanian Daerah.
- Setiap kesempatan dilakukan diskusi kelompok mengenai teknologi inovatif dan
manajemen usaha
- Dilakukan evaluasi 3 kali (awal, pertengahan dan terakhir musim/panen)
E.2. Monitoring dan Evaluasi
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh kegiatan yang telah dilakukan selama
pembinaan, maka dilakukan 1) monitoring dan 2) evaluasi.
Monitoring adalah mengamati perkembangan dan kemajuan dari jauh melalui laporan
aktivitas secara frekuentif dengan mencatat setiap kegiatan dan hasil-hasil yang telah
dicapai serta permasalahan yang terjadi.
Untuk mengetahui hasil dan monitoring dilakukan pencatatan harian (recording) harian
dengan mengisi tabel monitoring kegiatan :
-------------------------------------------------------------------------------------------------No. Tanggal Jenis Kegiatan Keterangan: Hasil & Masalah
-------------------------------------------------------------------------------------------------1. ....... ................
.................................
2. ....... ................
.................................
3. ....... ................
.................................
4. ....... ................
...............................
Recording ini diisi oleh ketua KUBA setiap hari/mingguan yang kemudian secara
berkala didiskusikan dengan Tim Pendamping.
31
Dari hasil pengumpulan data, informasi dari monitoring kemudian dianalisis selanjutnya
dievaluasi, kemudian diadakan peninjauan lapangan untuk mengetahui keadaan
sebenarnya.