Oleh :
Nama
NRP
No. Meja
Kelompok
Tanggal Praktikum
Asisten
: Siti Armilah
: 133020265
: 5 (Lima)
:J
: 02 Maret 2016
: Pika Apriyance
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan pengolahan tepung adalah untuk menurunkan kadar air
dalam bahan pangan sampai batas tertentu sehingga meminimalkan sebagian
mikroba, insekta perusak dan menghasilkan bahan yang siap diolah lebih lanjut.
Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan pengolahan tepung adalah berdasarkan perpindahan
panas secara konduksi dan konveksi serta berdasarkan pada pengurangan kadar air
sampai batas tertentu yang dilanjutkan dengan proses reduksi sampai berukuran
100 mesh, sehingga bahan berbentuk tepung.
Sortasi
Air bersih
Trimming
Kulit
Pencucian
Air kotor
Penimbangan
Reduksi ukuran
Perendaman Na2S2O5
ppm 15
Blanching t=3-5
Penirisan
Perendaman Air
Biasa 5
Air
Uap Air
Penggilingan
Pengayakan
Tepung
Penimbangan
Pangamatan
Tepung Kasar
2. Blanching
HASIL PENGAMATAN
Hasil percobaan teknologi pengeringan dan penepungan dengan cara
perendaman Na2S2O5 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Tepung Kentang dengan Cara
Perendaman dengan Na2S2O5
Keterangan
Hasil
Basis
150 gram
Bahan Utama
Kentang
Bahan Tambahan
Diketahui
Berat Produk
% Produk
Wawal
Wt. kasar
= 3 gram
Wt. halus
= 5 gram
Wproduk
= 10 gram
% Tepung kasar
Lost product
= - 3 gram
% Lost product
= - 60%
% Product
= 16%
Wproduk
= 10 gram
= 50 gram
= 6%
Organoleptik:
1. Warna
Krem
2. Rasa
Tidak berasa
3.
Khas kentang
Aroma
4. Tekstur
Lembut
5. Kenampakan
Menarik
Hasil
Basis
150 gram
Bahan Utama
Kentang
Bahan Tambahan
Uap air
Diketahui
Berat Produk
% Produk
Wawal
Wt. kasar
= 2 gram
Wt. halus
= 3 gram
Wproduk
= 5 gram
% Tepung kasar
% Tepung halus = 6%
Lost product
= 1 gram
% Lost product
= 16,67%
% Product
= 10%
Wproduk
= 5 gram
= 50 gram
= 4%
Organoleptik:
1.
2.
3.
4.
5.
Warna
Rasa
Aroma
Tekstur
Kenampakan
Krem tua
Tidak berasa
Khas kentang
Halus
Menarik
Hasil
Basis
150 gram
Bahan Utama
Kentang
Bahan Tambahan
Air
Wawal
Wt. kasar
= 3 gram
Wt. halus
= 1 gram
Berat Produk
Wproduk
% Produk
% Tepung kasar = 6%
% Tepung halus = 2%
Lost product
Diketahui
= 50 gram
= 4 garam
= - 3 gram
% Product
= 8%
Wproduk
= 4 gram
Organoleptik:
1. Warna
Krem
2. Rasa
Tidak berasa
3. Aroma
Khas kentang
4. Tekstur
Halus
5. Kenampakan
Menarik
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil percobaan pengolahan tepung kentang dengan cara
perendaman Na2S2O5 diperoleh berat produk tepung kasar adalah 3 gram dengan
presentase produk 6%, berat produk tepung halus adalah 5 gram dengan
presentase produk 10% dan presentase lost product adalah -60%, dan berat produk
sebesar 10 gram dengan presentase produk sebesar 16%. Secara organoleptik,
tepung kentang yang dibuat dengan cara perendaman Na2S2O5, mempunyai warna
krem, tidak berasa, memiliki aroma khas kentang, memiliki tekstur yang lembut
untuk tepung halus dan memliki kenampakan yang menarik..
Berdasarkan hasil percobaan pengolahan tepung kentang dengan cara
blanching, diperoleh berat produk tepung kasar adalah 2 gram dengan presentase
produk 4%, berat produk tepung halus adalah 3 gram dengan presentase produk
6% dan presentase lost product adalah 16,67%. Secara organoleptik, tepung
kentang yang dibuat dengan cara ini, memiliki warna krem tua, tidak berasa,
memiiki aroma khas kentang. Untuk tepung yang halus memiliki tekstur halus
serta kenampakan yang menarik.
Berdasarkan hasil percobaan pengolahan tepung kentang dengan cara
perendaman air biasa, diperoleh berat produk tepung kasar adalah 3 gram dengan
presentase produk 6%, berat produk tepung halus adalah 1 gram dengan
presentase produk 2% dan presentase lost product adalah -300%. Secara
organoleptik, tepung kentang yang dibuat dengan cara ini, memiliki warna krem,
tidak berasa, memiliki aroma khas kentang. Pada tepung yang halus memiliki
tekstur halus dan kenampakan yang menarik.
Percobaan pengeringan dan penepungan dengan menggunakan sampel
kentang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu sortasi, trimming, pencucian,
penimbangan,
reduksi
ukuran
atau
slicing,
perendaman,
pengeringan,
Perendaman
umbi-umbian
dengan
Na2S2O5 yaitu
berfungsi
untuk
member
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
sifat
fungsionalnya.
panas. Biasanya kandungan air dari bahan dikurangi sampai batas tertentu, dimana
mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi pada bahan tersebut (Winarno, 1992).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengeringan
Faktor internal :
a. Sifat bahan
Sifat bahan yang dikeringkan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kecepatan pengeringan. Jika dua bahan pangan dengan ukuran dan bentuk yang
sama dikeringkan pada kondisi yang sama, kedua potongan tersebut akan
kehilangan air dengan kecepatan yang sama pada awal pengeringan. Jika kadar air
dinyatakan dalam gram air per gram bahan kering, maka kecepatan pengeringan
bahan A sekitar dua kali kecepatan pengeringan bahan B karena kadar padatan
bahan A sekitar setengah kali kadar padatan bahan B (Wirakartakusumah, 1992).
b. Ukuran
Kecepatan pengeringan lempengan basah yang tipis berbanding terbalik
dengan kuadrat ketebalannya, jadi jika potongan bahan pangan dengan tebal satu
pertiga dari semula dikeringkan akan mengalami pengeringan yang sama dengan
kecepatan sembilan kali kecepatan asalnya (Wirakartakusumah, 1992).
c. Unit Pemuatan
Dalam beberapa hal penambahan muatan bahan basah pada rak pengeringan
analog dengan meningkatkan ketebalan potongan bahan, sehingga akan
mengurangi kecepatan pengeringan (Wirakartakusumah, 1992).
Faktor eksternal :
a. Depresi Bola Basah
Depresi bola basah, yaitu perbedaan suhu udara (suhu bola kering) dengan
suhu bola basah, merupakan faktor eksternal paling penting dalam pengeringan.
Jika depresi bola basah udara yang melewati bahan nol, berarti udara jenuh dan
tidak akan terjadi pengeringan. Jika depresi bola basah besar, maka potensial
pengeringan tinggi dan kecepatan pengeringan pada tahap awal maksimum
(Wirakartakusumah, 1992).
b. Suhu Udara
Jika depresi bola basah dijaga konstan pada berbagai suhu bola basah,
kecepatan pengeringan tahap awal hampir sama. Pada tahap selanjutnya,
kecepatan akan bertambah tinggi pada suhu udara yang lebih tinggi karena pada
kadar air yang rendah pengaruh penguapan terhadap pendinginan udara dapat
diabaikan dan pada suhu bahan mendekati suhu udara. Distribusi air dalam bahan
yang mempengaruhi kecepatan pengeringan pada tahap ini akan bertambah cepat
dengan meningkatnya suhu (Wirakartakusumah, 1992).
c. Kecepatan Aliran Udara
Laju pengeringan bahan seperti halnya pada penguapan dari permukaan air
tergantung kecepatan udara yang melewati bahan. Pengaruh perbedaan kecepatan
sangat nyata pada kecepatan udara beberapa ratus kaki per menit. Peningkatan
kecepatan udara pada kisaran 1000 kaki per menit kecil sekali pengaruhnya
terhadap laju pengeringan (Wirakartakusumah, 1992).
Blanching merupakan suatu proses awal yang dilakukan dalam
pengawetan makanan atau bahan pangan setelah pembersihan dan pencucian.
Blanchimng dapat dilakukan dengan air panas atau uap panas. Menurut Woodroof
(1982), blanching berfungsi untuk menghentikan semua proses kehidupan dan
mengurangi kontaminasi awal, inaktivasi enzim yang menyebabkan perubahan
warna, flavor dan aroma. . Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu blanching:
1.
2.
3.
Temperatur blanching
4.
Metode Pemanasan
Tepung merupakan salah satu produk hasil pengolahan dengan
menggunakan proses pengeringan sebelum atau sesudah bahan tersebut
dihancurkan. Proses pembuatan tepung pada umumnya bertujuan untuk mengatasi
berbagai jenis kerusakan yang sering terjadi sewaktu bahan tersebut masih dalam
keadaan segar. Selain itu bahan pangan yang berbentuk tepung lebih efisien dan
efektif dalam hal pengemasan dan transportasinya, karena volume bahannya
menjadi lebih kecil dan dapat memperpanjang masa simpannya (Winarno, 1992).
Proses pengeringan pada suatu bahan pangan pada umumnya dapat
mengakibatkan perubahan sifat fisika dan kimianya. Warna, aroma, tekstur dan
penampakan merupakan salah satu kriteria penilaian yang sangat berpengaruh
terhadap kualitas tepung selain nilai gizinya, sehingga perlu dicari kondisi
pengeringan yang optimum terhadap sifat dan karakteristik bahan yang akan
dijadikan tepung (Desrosier, 1988).
Pengeringan tepung pada prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan
dengan jalan pemanasan. Untuk mempercepat penguapan air serta menghindari
terjadinya reaksi yang menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi yang lain
karena pemanasan, maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan
tekanan vakum. Untuk bahan-bahan yang mempunyai kadar gula tinggi,
pemanasan suhu 100C dapat mengakibatkan terjadinya pergerakan pada
permukaan bahan (Sudarmadji, 2010).
Proses pengeringan dilakukan pada suhu 70C agar tidak terjadi overheating
yang akan menyebabkan bahan menjadi browning dan gosong sehingga tepung
yang dihasilkan akan kurang baik kenampakannya. Waktu yang digunakan 5-6
jam agar pengeringan terjadi merata dan tidak terjadi case hardening. Case
hardening merupakan suatu keadaan dimana bahan sudah kering di bagian
permukaan akan tetapi masih basah di bagian dalam. Hal ini disebabkan karena
laju penguapan air di permukaan lebih cepat dibandingkan difusi air dari dalam ke
permukaan luar.
Mekanisme Na2S2O5 mencegah reaksi pencokelatan atau browning karena
sulfit dapat berinteraksi dengan gugus karbonil yang mungkin ada pada bahan.
Hasil reaksi tersebut akan mengikat dari senyawa melanoidin sehingga mencegah
timbulnya warna coklat. Sedangkan pada browning enzimatis, sulfit akan
mereduksi ikatan disulfida pada enzim, sehingga enzim tidak dapat mengkatalis
oksidasi senyawa fenolik penyebab browning.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan pembuatan tepung kentang dengan cara
blanching diperoleh berat produk 5 gram dengan presentase produk 10% dengan
sifat organoleptik warna krem tua, tidak berasa, memiliki aroma khas kentang,
bertekstur halus dan memiliki kenampakan yang baik. Berdasarkan hasil
percobaan pembuatan tepung kentang dengan cara perendaman Na 2S2O5 diperoleh
berat produk 10 gram dengan presentase produk 16% dengan sifat organoleptik
warna krem, tidak berasa, memiliki aroma khas kentang, bertekstur lembut dan
kenampakan cerah dan menarik. Berdasarkan hasil percobaan pembuatan tepung
kentang dengan cara perendaman air biasa diperoleh berat produk 4 gram dengan
presentase produk 8% dengan sifat organoleptik warna krem, tidak berasa,
memiiki aroma khas kentang, bertekstur halus dan memiliki kenampakan
menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Pelatihan Penerapan Metode HACCP. European Committee for
Standardisation.
Desrosier, Norman. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia-Press.
Rimbawan dan A. Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Septiyani, 2012. Sifat Natrium Meta Bisulfit. septiyan.blogspot.com Diakses 6
Maret 2016
Sudarmadji, Slamet, dkk. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wirakartakusumah, Aman. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN KUIS
1. Jelaskan perbedaan dehidrasi dan pengeringan !
Jawab :
Pengeringan merupakan suatu proses penghilangan sejumlah air dari material
dengan prinsip perbedaan kelembaban antara udara pengering dengan bahan
makanan yang dikeringkan. Dehidras merupakan suatu proses yang bertujuan
untuk menghilangkan kadar air hingga kadartersebut mendekati nol.
Buah
Trimming
Pencucian
Pemotongan
Penghancuran
Albumin
Penyaringan
Pembuihan
Sari buah
Pencampuran
Dekstrin
CMC
Pengocokan 15
Pengeringan
Penggilingan
Pengayakan
Foaming
Lost Product
W bahan kering x100%
W awal
yang
akan
membantu
terjadi
pencoklatan
enzimatis.
Dengan
Browning non-enzimatis
Pencoklatan atau browning non-enzimatis merupakan pencoklatan yang
bukan dipengaruhi oleh enzim. Pada umumnya ada tiga macam reaksi dalam
pencoklatan atau browning non-enzimatis, yaitu karamelisasi, reaksi Maillard, dan
pencoklatan akibat vitamin C. Reaksi Maillard merupakan reaksi-reaksi antara
karbohidrat dan protein, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer.
Hasil reaksi tersebut menghasilkan bahan berwarna coklat, yang sering
dikehendaki (seperti pada roti) atau kadang-kadang malahan menjadi pertanda
penurunan mutu.
3. Jelaskan mengenai perbedaan antara proses pengeringan alami dan
pengeringan buatan dan jelaskan pula keuntungan dan kerugian dari
pengeringan tersebut!
Jawab:
Pengeringan alami adalah suatu cara menghilangkan atau menurunkan kadar
air pada bahan atau produk secara alami dengan cara memanfaatkan sinar
matahari. Keuntungannya adalah murah, sederhana dan tidak membutuhkan
tenaga ahli. Namun kerugiannya adalah memerlukan waktu yang lama,
membutuhkan tempat yang luas, bergantung pada cuaca, tidak higienis, dan
suhu tidak bisa diatur.
Pengeringan buatan adalah suatu cara untuk menghilangkan atau menurunkan
kadar
air
pada
bahan
dengan
menggunakan
alat
atau
instrumen.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perendaman Na2S2O5 500 ppm
W awal
= 50 gram
W tepung halus
= 5 gram
W bahan kering
= 5 gram
W tepung kasar
= 3 gram
% Tepung Halus
W tepung halus
x 100
=
W awal
5
x 100
= 50
= 10%
% Tepung Kasar
W tepung kasar
100
W awal
3
x 100
= 50
1,9
100 = 6%
144,1
W Lost Product = W bahan kering W tepung halus W tepung kasar
=553
= -3 gram
% Lost product
W lost product
100
W bahan kering
3
x 100
5
= -60%
% Product
W t halus+ W t kasar
x 100
=
W bahan awal
5+ 3
x 100
50
= 16%
Blanching
W awal
= 50 gram
W tepung halus
= 3 gram
W bahan kering
= 6 gram
W tepung kasar
= 2 gram
% Tepung Halus =
W tepung halus
100
W awal
3
x 100
= 50
= 6%
% Tepung Kasar =
W tepung kasar
100
W awal
2
x 100
= 50
= 4%
W Lost Product
% Lost Product =
W lost product
100
W bahan kering
1
x 100
= 6
= 16,67%
% Product
W t halus+ W t kasar
x 100
W bahan awal
3+ 2
x 100
= 50
= 10%
= 50 gram
W tepung halus
= 1 gram
W bahan kering
= 1 gram
W tepung kasar
= 3 gram
% Tepung Halus =
W tepung halus
100
W awal
1
x 100
= 50
= 2%
% Tepung Kasar =
W tepung kasar
100
W awal
3
x 100
= 50
= 6%
W Lost Product
% Lost Product =
W lost product
100
W bahan kering
3
x 100
1
= -300%
% Product
W t halus+ W t kasar
x 100
W bahan awal
1+3
x 100
= 50
= 8%