Disusun Oleh :
Ance Novita Simbolon S.Ked
11.2014.041
Nama Mahasiswa
TandaTangan
:
NIM
: 11.2014.041
A. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: Tn. I (2016.00.84.14)
laki
Tempat / tanggal lahir : Karawang, 1 Januari 1951
Status perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SD
Alamat
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis pada Sabtu, 12 Maret 2016, pukul
11.33 WIB di IGD RS Bayukarta.
Keluhan Utama:
Pasien datang dengan keluhan Nyeri Perut.
Keluhan Tambahan:
Sulit BAB (+), Mual (+), Napsu makan berkurang, Kembung (+), sesak (+), lemas
(+), kepala pusing (+)
Riwayat Keluarga
C. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Keadaan umum
Tekanan darah
: 160/90 mmHg
Nadi
: 100x/menit,regular
Suhu
: 37,0oC
Pernapasan (Frekuensi)
: 24x / menit
Kepala
: Normocephaly
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Dada
Bentuk
: Simetris
Paru-paru
Inspeksi
Depan
Kiri
Kanan
Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
- Tidak ada benjolan
- Tidak ada benjolan
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Palpasi
Perkusi
Auskultas
i
Kiri
Kanan
Jantung
Inpeksi
Belakang
Palpasi
Perkusi
Bataskanan jantung
Auskultas
i
Abdomen
Inspeksi
hematom, warna kulit sama dengan sekitar, darm kontour dan darm
steifung tidak nampak
Auskultasi
Palpasi
tekan seluruh lapang perut terutama hipokondic sinistra, hepar dan lien
tidak teraba, ballotemen ginjal tidak teraba
Perkusi
Ekstremitas
Akral
: Hangat
Sianosis
: Tidak ditemukan
Edema
: Tidak ditemukan
D. STATUS LOKALIS
Regio Abdomen
Inspeksi
hematom, warna kulit sama dengan sekitar, darm kontour dan darm
steifung tidak nampak
Auskultasi
Perkusi
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
o Pemeriksaan saat di IGD, 12 Maret 2016
Pemeriksaan
di
F. DIAGNOSIS BANDING
G. DIAGNOSIS KERJA
Peritonitis e/c perforasi gaster
H. PENATALAKSANAAN
1. Rencana terapi
o
P
meriksaan
di
ruangan,
18 Maret
2016
FOLLOW UP
Tanggal 12 Maret 2016
S
O
A
p
Nyeri perut (+) sejak 3 hari SMRS, BAB (-) 3 hr, Kentut (-), Nyeri kepala (+)
KU : Tampak Kesakitan Berat, Lemah, Kes : Compos mentis
VS : TD : 160/90 mmHg
Mata : CA -/-, Si -/Dada : S I-II reg, gallop (-), murmur (-), SNV +/+, Rh -/-, Wh -/Abdo: Peristaltik menurun, NT (+) hampir seluruh lapang perut, distensi (+),
defense muskular (+), Countor (-), pemb. Hepar (-)
Ext : Edema -/-, akral hangat
Peritonitis e/c Perforasi Gaster
Terapi : IVFD RL (guyur) 1000cc
Ceftriaxone 1gr/12 jam
Ranitidin 1A/12jam
Pasang DC dan NGT
Pasien dipersiapkan operasi ( Cito)
Pasien di puasakan
A
p
A
p
Pasien sudah dapat diajak bicara, nyeri bekas op (+), mual (-), muntah (-)
KU : TSS, Lemah
Kes : Compos mentis
VS : TD : 175/84 mmHg
Suhu : 36,7
N : 98 x/mnt
RR : 20 x/mnt
Mata : CA -/-, SI -/Hidung: terpasang NGT
Dada : S I-II reg, gallop (-), murmur (-), SNV +/+, Rh -/-, Wh -/Abdo: Tegang, Peristaltik menurun, Rembesan darah (+) terpasang drain (2)
Ext : Edema -/-, akral hangat
Terpasang kateter 450cc, drain perut 5cc, CVP 7,5
Post Op Laparotomy Explorasi + Repair Gaster HP-2 e/c Perforasi Gaster
Terapi : IVFD Kambiven : D 10% :RL
Terpacef 2x1 gr
Diet 50 cc Susu/2 jam / NGT
Clear peroral 10 sendok/ 1jam
Balans cairan, Obs. KU dan VS
Raber dr. Tony Sp.PD
Cek H2TL, Ureum kreatinin, Elektrolit
A
p
Pasien mengeluh nyeri bekas op (+), flatus (-), mual (+), muntah (-)
KU : TSS, Lemah
Kes : Compos mentis
VS : TD : 158/82 mmHg
Suhu : 37,2
N : 124 x/mnt
RR : 22 x/mnt
Mata : CA -/-, SI -/Hidung: terpasang NGT (2)
Dada : S I-II reg, gallop (-), murmur (-), SNV +/+, Rh -/-, Wh -/Abdo: Tegang, Peristaltik menurun, NT (+) Epigastric dan Iliac Sinistra,
Rembesan darah (+) terpasang drain (2)
Ext : Edema -/-, akral hangat
Terpasang kateter 500cc
Post Op Laparotomy Explorasi + Repair Gaster HP-3 e/c Perforasi Gaster
Terapi : Lanjut
Piracetam 1gr/12 jam
Diet lanjut
Balans cairan, Obs. KU dan VS
Boleh pindah ruang perawatan
A
p
A
P
Pasien mengeluh nyeri bekas op (+), batuk berdahak, demam (+), BAK (+)
KU : TSS, Lemah
Kes : Compos mentis
VS : TD : 130/80 mmHg
Suhu : 37,8
N : 130 x/mnt
RR : 25x/mnt
Mata : CA -/-, SI -/Hidung: terpasang NGT (2) 60cc
Dada : S I-II reg, gallop (-), murmur (-), SNV +/+, Rh +/+, Wh -/Abdo: Supel, Peristaltik menurun, NT (+) Epigastric dan Iliac Sinistra, Teraba
panas, Rembesan nanah (+) terpasang drain (2)
Ext : Edema -/-, akral hangat
Terpasang kateter 350cc
Post Op Laparotomy Explorasi + Repair Gaster HP-5 e/c Perforasi Gaster
Terapi : Lanjut
Piracetam 1gr/12 jam
Diet susu per NGT 50 cc/2 jam
Clear fluid mulut 20cc/2jam
Balans cairan, Obs. KU dan VS
A
p
Pasien mengeluh BAB cair dan sering, nyeri post op, rembesan nanah (+), batuk
berdahak
KU : TSS, Lemah
Kes : Compos mentis
VS : TD : 130/80 mmHg
Suhu : 37,8
N : 130 x/mnt
RR : 25x/mnt
Mata : CA -/-, SI -/Hidung: terpasang NGT (2) 60cc
Dada : S I-II reg, gallop (-), murmur (-), SNV +/+, Rh +/+, Wh +/-, perkusi
redup/sonor
Abdo: Supel, Peristaltik menurun, NT (+) Epigastric dan Iliac Sinistra, Teraba
panas, Rembesan nanah (+) terpasang drain (2)
Ext : Edema -/-, akral hangat
Terpasang kateter 350cc
Post Op Laparotomy Explorasi + Repair Gaster HP-5 e/c Perforasi Gaster, susp
efusi pleura
Terapi : Lanjut
Piracetam 1gr/12 jam
Diet susu per NGT 50 cc/2 jam
TINJAUAN PUSTAKA
Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek
dari dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi dari usus ke
dalam rongga perut. Perforasi dari usus mengakibatkan secara potensial untuk
terjadinya kontaminasi bakteri dalam rongga perut (keadaan ini dikenal dengan
istilah peritonitis). Perforasi lambung berkembang menjadi suatu peritonitis kimia
yang disebabkan karena kebocoran asam lambung kedlam rongga perut. Perforasi
dalam bentuk apapun yang mengenai saluran cerna merupakan suatu kasus
kegawatan bedah.
Pada anak-anak cedera yang mengenai usus halus akibat dari trauma
tumpul perut sangat jarang dengan insidensinya 1-7 %. Sejak 30 tahun yang lalu
perforasi pada ulkus peptikum merupakn penyebab yang tersering. Perforasi ulkus
duodenum insidensinya 2-3 kali lebih banyak daripada perforasi ulkus gaster.
Hampir 1/3 dari perforasi lambung disebabkan oleh keganasan pada lambung.
Sekitar 10-15 % penderita dengan divertikulitis akut dapat berkembang menjadi
perforasi bebas. Pada pasien yang lebih tua appendicitis acuta mempunyai angka
kematian sebanyak 35 % dan angka kesakitan 50 %. Faktor-faktor utama yang
berperan terhadap angka kesakitan dan kematian pada pasien-pasien tersebut
adalah kondisi medis yang berat yang menyertai appedndicitis tersebut.
Perforasi pada saluran cerna sering disebabkan oleh penyakit-penyakit
seperti ulkus gaster, appendicitis, keganasan pada saluran cerna, divertikulitis,
sindroma arteri mesenterika superior,dan trauma.
A. Anatomi dan Fisiologi Lambung
1. Anatomi
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat
di bawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung menyerupai tabung bentuk
J, dan bila penuh, berbentuk seperti buah pir raksasa. Kapasitas normal lambung
adalah 1 sampai 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus, dan
Lambung tersusun atas empat lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar
merupakan bagian dari peritonium viseralis. Dua lapisan peritonium viseralis
menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum kemudian terus
memanjang ke hati, membentuk omentum minus. Lipatan peritonium yang keluar
dari satu organ menuju ke organ lain disebut sebagai ligamentum. Jadi omentum
minus (disebut juga ligamentum hepatogastrikum atau hepatoduodenalis)
menyokong lambung sepanjang kurvatura minor sampai ke hati. Pada kurvatura
mayor, peritonium terus ke bawah membentuk omentum majus, yang menutupi
usus halus dari depan seperti sebuah apron besar. Sakus omentum minus adalah
tempat yang sering terjadi penimbunan cairan (pseudokista pankreatikum) akibat
penyulit pankreatitis akut.
Tidak seperti daerah saluran cerna lain, bagian muskularis tersusun atas
tiga lapis dan bukan dua lapis otot polos: lapisan longitudinal di bagian luar,
lapisan sirkular di tengah, dan lapisan oblik di bagian dalam. Susunan serabut otot
yang unik ini memungkinkan berbagai macam kombinasi kontraksi yang
diperlukan untuk memecah makanan menjadi partikel-partikel yang kecil,
2. Fisiologi Lambung
Fungsi lambung:
1) Fungsi motorik
1
0
C. Etiologi
Cedera tembus yang mengenai dada bagian bawah atau perut (contoh:
trauma tertusuk pisau)
Appendicitis akut: kondisi ini masih menjadi salah satu penyebab umum
perforasi usus pada pasien yang lebih tua dan berhubungan dengan hasil
akhir yang buruk.
Luka usus yang berhubungan dengan endoscopic : luka dapat terjadi oleh
ERCP dan colonoscopy.
Penyakit inflamasi usus : perforasi usus dapat muncul pada paien dengan
colitis ulceratif akut, dan perforasi ileum terminal dapat muncul pada
pasien dengan Crohns disease.
Benda asing ( misalnya tusuk gigi atau jarum pentul) dapat menyebabkan
perforasi oesophagus, gaster, atau usus kecil dengan infeksi intra abdomen,
peritonitis, dan sepsis.
D. Patofisologi
Secara fisiologis, gaster relatif bebas dari bakteri dan mikroorganisme
lainnya karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi. Kebanyakan orang yang
mengalami trauma abdominal memiliki fungsi gaster yang normal dan tidak
berada pada resiko kontaminasi bakteri yang mengikuti perforasi gaster.
Bagaimana pun juga mereka yang memiliki maslah gaster sebelumnya berada
pada resiko kontaminasi peritoneal pada perforasi gaster. Kebocoran asam
lambung kedalam rongga peritoneum sering menimbulkan peritonitis kimia. Bila
kebocoran tidak ditutup dan partikel makanan mengenai rongga peritoneum,
peritonitis kimia akan diperparah oleh perkembangan yang bertahap dari
peritonitis bakterial. Pasien dapat asimptomatik untuk beberapa jam antara
peritonitis kimia awal dan peritonitis bakterial lanjut.
Mikrobiologi dari usus kecil berubah dari proksimal samapi ke distalnya.
Beberapa bakteri menempati bagian proksimal dari usus kecil dimana, pada
bagian distal dari usus kecil (jejunum dan ileum) ditempati oleh bakteri aerob
12
E. Gejala klinik
Nyeri perut hebat yang makin meningkat dengan adanya pergerakan disertai
nausea, vomitus, pada keadaan lanjut disertai demam dan mengigil.
F. Pemeriksaan fisik
Palpasi dengan halus, perhatikan ada tidaknya massa atau nyeri tekan. Bila
ditemukan tachycardi, febris, dan nyeri tekan seluruh abdomen
mengindikasikan suatu peritonitis. rasa kembung dan konsistensi sperti
adonan roti mengindikasikan perdarahan intra abdominal.
13
Pemeriksaan rektal dan bimanual vagina dan pelvis : pemeriksaan ini dapat
membantu menilai kondisi seperti appendicitis acuta, abscess tuba ovarian
yang ruptur dan divertikulitis acuta yang perforasi.
G. Pemeriksaan Penunjang
Sejalan dengan penemuan klinis, metode tambahan yang dapat dilakukan
adalah : foto polos abdomen pada posisi berdiri, ultrasonografi dengan vesika
urinaria penuh, CT-scan murni dan CT-scan dengan kontras. Jika temuan foto
Rontgen dan ultrasonografi tidak jelas, sebaiknya jangan ragu untuk menggunakan
CT-scan, dengan pertimbangan metode ini dapat mendeteksi cairan dan jumlah
udara yang sangat sedikit sekali pun yang tidak terdeteksi oleh metode yang
disebutkan sebelumnya.
1. Radiologi
Perforasi gastrointestinal adalah penyebab umum dari akut abdomen.
Isi yang keluar dari perforasi dapat mengandung udara, cairan lambung
dan duodenum, empedu, makanan, dan bakteri. Udara bebas atau
pneumoperitoneum terbentuk jika udara keluar dari sistem gastrointestinal.
Hal ini terjadi setelah perforasi lambung, bagian oral duodenum, dan usus
besar. Pada kasus perforasi usus kecil, yang dalam keadaan normal tidak
mengandung udara, jumlah udara yang sangat kecil dilepaskan. Udara
bebas terjadi di rongga peritoneum 20 menit setelah perforasi.
Manfaat penemuan dini dan pasti dari perforasi gaster sangat penting,
karena keadaan ini biasanya memerlukan intervensi bedah. Radiologis
memiliki peran nyata dalam menolong ahli bedah dalam memilih prosedur
diagnostik dan untuk memutuskan apakah pasien perlu dioperasi. Deteksi
pneumoperitoneum minimal pada pasien dengan nyeri akut abdomen
14
karena perforasi gaster adalah tugas diagnostik yang paling penting dalam
status kegawatdaruratan abdomen. Seorang dokter yang berpengalaman,
dengan menggunakan teknik radiologi, dapat mendeteksi jumlah udara
sebanyak 1 ml. dalam melakukannya, ia menggunakan teknik foto
abdomen klasik dalam posisi berdiri dan posisi lateral decubitus kiri.
Untuk melihat udara bebas dan membuat interpretasi radiologi
dapat dipercaya, kualitas film pajanan dan posisi yang benar sangat
penting. Setiap pasien harus mengambil posisi adekuat 10 menit sebelum
pengambilan foto, maka, pada saat pengambilan udara bebas dapat
mencapai titik tertinggi di abdomen. Banyak peneliti menunjukkan
kehadiran udara bebas dapat terlihat pada 75-80% kasus. Udara bebas
tampak pada posisi berdiri atau posisi decubitus lateral kiri. Pada kasus
perforasi karena trauma, perforasi dapat tersembunyi dan tertutup oleh
kondisi
bedah
patologis
lain.
Posisi
supine
menunjukkan
15
3. CTscan
CT scan abdomen adalah metode yang jauh lebih sensitif untuk
mendeteksi udara setelah perforasi, bahkan jika udara tampak seperti
gelembung dan saat pada foto rontgen murni dinyatakan negatif. Oleh
karena itu, CT scan sangat efisien untuk deteksi dini perforasi gaster.
Ketika melakukan pemeriksaan, kita perlu menyetel jendelanya agar dapat
membedakan antara lemak dengan udara, karena keduanya tampak sebagai
area hipodens dengan densitas negatif. Jendela untuk parenkim paru adalah
yang terbaik untuk mengatasi masalah ini. Saat CT scan dilakukan dalam
posisi supine, gelembung udara pada CT scan terutama berlokasi di depan
bagian abdomen. Kita dapat melihat gelembung udara bergerak jika pasien
setelah itu mengambil posisi decubitus kiri. CT scan juga jauh lebih baik
dalam mendeteksi kumpulan cairan di bursa omentalis dan retroperitoneal.
Walaupun sensitivitasnya tinggi, CT scan tidak selalu diperlukan berkaitan
dengan biaya yang tinggi dan efek radiasinya. Jika kita menduga seseorang
mengalami perforasi, dan udara bebas tidak terlihat pada scan murni
klasik, kita dapat menggunakan substansi kontras nonionik untuk
membuktikan keraguan kita. Salah satu caranya adalah dengan
menggunakan udara melalui pipa nasogastrik 10 menit sebelum scanning.
Cara kedua adalah dengan memberikan kontras yang dapat larut secara
oral minimal 250 ml 5 menit sebelum scanning, yang membantu untuk
menunjukkan kontras tapi bukan udara. Komponen barium tidak dapat
diberikan pada keadaan ini karena mereka dapat menyebabkan
pembentukkan granuloma dan adesi peritoneum. Beberapa penulis
menyatakan bahwa CT scan dapat memberi ketepatan sampai 95%.
H. Penatalaksanaan
Penderita yang lambungnya mengalami perforasi harus diperbaiki keadaan
umumnya sebelum operasi. Pemberian cairan dan koreksi elektrolit, pemasangan
pipa nasogastrik, dan pemberian antibiotik mutlak diberikan. Jika gejala dan
tanda-tanda peritonitis umum tidak ada, kebijakan nonoperatif mungkin
16
17
Perforasi gaster spontan pernah dilaporkan terjadi pada bayi yang sehat, biasanya
dalam minggu pertama kehidupan terutama antara hari ke 2 sampai ke 7. Istilah
spontan menyatakan penyebab yang bukan akibat enterokolitis nekrotikan atau
iskemia, trauma dari intubasi gastrik, obstruksi intestinal atau insuflasi aksidental
selama bantuan ventilasi. Meskipun stress perinatal dan prematuritas tidak umum
dihubungkan, tidak ada faktor predisposisi yang dapat diidentifikasi pada
setidaknya20% kasus.
Satu hipotesis adalah bahwa perforasi spontan berkaitan dengan defek kongenital
dinding muskuler gaster. Namun penemuan patologis yang sama belum pernah
dilaporkan. Perforasi gastroduodenal telah dihubungkan dengan terapi steroid
postnatal untuk mencegah atau terapi BPD. Kebanyakan bayi diberi makan secara
normal sampai saat terjadi perforasi. Gambaran patologis dan klinis konsisten
dengan overdistensi mekanik daripada iskemia sebagai penyebab perforasi. Tanda
dan gejala perforasi gaster biasanya mereka dengan gejala akut abdomen disertai
sepsis dan gagal napas. Pemeriksaan abdominal adanya distensi abdominal yang
signifikan. Vomitus adalah gejala yang tidak konsisten. Konfirmasi radiografi
akan pneumoperitoneum masif adalah sugestif dan studi kontras untuk
mengkonfirmasi diagnosis tidak diindikasikan. Tanda-tanda syok hipovolemik dan
sepsis melengkapi gambaran klinik. Perforasi pada bayi baru lahir merupakan
kegawatdaruratan bedah. Karena ukuran yang besar dan tempat perforasi yang
proksimal, bayi-bayi ini dapat mendapat pneumoperitoneum dengan progresifitas
cepat yang dihubungkan dengan bahaya kardiopulmoner. Sebelum intervensi
bedah, selama evaluasi dan resusitasi bayi, dekompresi jarum abdomen dengan
kateter intravena besar mungkin diperlukan. Pipa nasogastrik sebaiknya dipasang
ketika resusitasi cepat dikerjakan. Pada bayi dengan berat lahir yang sangat rendah
yang mengalami perforasi terisolasi, drainse peritoneal saja dapat tercukupi.
Udara bebas persisten atau asidosis berkelanjutan dan bukti peritonitis
mengamanatkan eksplorasi bedah. Perbaikan bedah kebanyakan perforasi terdiri
dari debrideman dan penutupan dua lapis gaster. Suatu
18
I. Komplikasi
Komplikasi pada perforasi gaster, sebagai berikut:
1) Infeksi Luka, angka kejadian infeksi berkaitan dengan muatan bakteri
pada gaster
2) Kegagalan luka operasi
Kegagalan luka operasi (kerusakan parsial atau total pada setiap lapisan luka
operasi) dapat terjadi segera atau lambat.
Faktor-faktor berikut ini dihubungkan dengan kegagalan luka operasi :
Malnutrisi
Sepsis
Uremia
Diabetes mellitus
Terapi kortikosteroid
19
Obesitas
Batuk yang berat
Hematoma (dengan atau tanpa infeksi)
3) Abses abdominal terlokalisasi
4) Kegagalan multiorgan dan syok septic :
a) Septikemia adalah proliferasi bakteri
dalam darah yang menimbulkan
manifestasi sistemik, seperti
kekakuan, demam, hipotermi (pada
septikemia gram negatif dengan
endotoksemia), leukositosis atau
leukopenia (pada septikemia berat),
takikardi, dan kolaps sirkuler.
b) Syok septik dihubungkan dengan kombinasi hal-hal berikut :
Hilangnya tonus vasomotor
Peningkatan permeabilitas kapiler
Depresi myokardial
Pemakaian leukosit dan trombosit
Penyebaran
substansi
vasoaktif
kuat,
seperti
histamin,
serotonin
dan
prostaglandin, menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler
Aktivasi komplemen dan kerusakan endotel kapiler
c) Infeksi gram-negatif dihubungkan dengan prognosis yang
lebih buruk dari gram-positif, mungkin karena hubungan
dengan endotoksemia.
5) Gagal ginjal dan ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan pH
6) Perdarahan mukosa gaster. Komplikasi ini biasanya dihubungkan
dengan kegagalan sistem multipel organ dan mungkin berhubungan
dengan defek proteksi oleh mukosa gaster
7) Obstruksi mekanik, sering disebabkan karena adesi postoperatif
8) Delirium post-operatif. Faktor berikut dapat menyebabkan
predisposisi delirium postoperatif:
a) Usia lanjut
b) Ketergantungan obat
c) Demensia
d) Abnormalitan metabolik
e) Infeksi
f) Riwayat delirium sebelumnya
20
g) Hipoksia
h) Hipotensi Intraoperatif/postoperative
J. Prognosis
Apabila tindakan operasi dan pemberian antibiotik berspektrum luas cepat
dilakukan maka prognosisnya dubia ad bonam. Sedangkan bila diagnosis,
tindakan, dan pemberian antibiotik terlambat dilakukan maka prognosisnya
menjadi dubia ad malam.
Hasil terapi meningkat dengan diagnosis dan penatalaksanaan dini. Faktor-faktor
berikut akan meningkatkan resiko kematian :
1) Usia lanjut
2) Adanya penyakit yang mendasari sebelumnya
3) Malnutrisi
4) Timbulnya komplikasi
KESIMPULAN
Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek dari
dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam
rongga perut. Perforasi dari usus mengakibatkan secara potensial untuk terjadinya
kontaminasi bakteri dalam rongga perut ( keadaan ini dikenal dengan istilah peritonitis).
Perforasi pada saluran cerna sering disebabkan oleh penyakit-penyakit seperti
ulkus gaster, appendicitis, keganasan pada saluran cerna, divertikulitis, sindroma arteri
mesenterika superior, trauma.
Penatalaksanan tergantung penyakit yang mendasarinya. Intervensi bedah hampir
selalu dibutuhkan dalam bentuk laparotomy explorasi dan penutupan perforasi dengan
pencucian pada rongga peritoneum (evacuasi medis). Terapi konservatif di indikasikan
pada kasus pasien yang non toxic dan secara klinis keadaan umumnya stabil dan biasanya
diberikan cairan intravena, antibiotik, aspirasi NGT, dan dipuasakan pasiennya.
31
DAFTAR PUSTAKA
Perforation.
Diunduh
dari
re
32