PENDAHULUAN
Paper ini mengkombinasikan data geologi dan geofisika, menggunakan
data batuan inti, data sumur lain, dan seismik 3D untuk merekonstruksi sistem
pengendapan dari carbonate debris-flow reservoir di Ruby Field, dan dampaknya
terhadap reservoir properties.
Ruby Field berada di dalam blok Sebuku, Makassar Selatan di kedalaman
air sekitar 200 feet (Gambar 1). Sumur pertama yang dibor di Ruby Field adalah
Makassar Strait-1 yang di bor oleh Ashland pada tahun 1974 dan menunjukkan
hasil 9.1 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet Per Day) + 3 BCPD (Barrel
Condensat Per Day) dari batuan karbonat Formasi Berai. Pearl-Oil melakukan
pemboran
pada
Makassar
Strait-2
(2006)
dan
didapatkan
interpretasi
lingkungannya berada pada interlobe low. Sumur ini menerobos sebagian besar
batuan karbonat yang rapat dan hasil dari P&A (Purchase and Assumpsion)
menunjukkan sumur ini tidak komersial sebagai penghasil gas.
Pada tahun 2007, Pearl melakukan pemboran di Makassar Strait-4 yang
menghasilkan rata-rata 39 MMSCFPD dengan sedikit kondensat dan Makassar
Strait-3 yang mengalirkan 39 MMSCFD dan 50 barrel kondensat selama open
hole test.
MKS-1 dan MKS-2 dibor berdasarkan data seismik 2D , sementara MKS3 dan MKS-4 ditentukan berdasarkan data mapping seismik 3D. Batuan inti
diambil dari sumur MKS-3 dan MKS-4, dan dideskripsi sebagai carbonate
conglomerate atau breccia, terendapkan sebagai debris slump atau aliran pada
bagian depan reef slope.
GEOLOGI REGIONAL
A. Tektonik
Blok Sebuku berada di Patenoster Platform, tinggian regional pada bagian
selatan dari Adang-Patenosfer Fault Zone yang memisahkan Cekungan
Kutei dan Cekungan Selatan Makassar. Paternoster Platform mengcover
area seluas 20.000 km2 dan memanjang hingga batas Tenggara dengan
Sundaland plate (Gambar 2). Area ini memiliki strukturk basement yang
kuat berarah timur laut- barat daya, yang dihasilkan dari akresi dari mixed
terrain dan melange ke bagian batas tenggara dari Sundaland pada umur
Mesozoik selama pertengahan sampai akhir Kapur. Di Patenoster Platform
dan Cekungan Barito yang merupakan area kedua, berumur lebih muda,
dengan trend strukturnya terlihat sebagai satu set graben ekstensional
berarah barat laut-tenggara. Sesar mayor Adang-Patenoster merupakan
struktur terbesar yang memiliki arah yang sama yaitu barat laut-tenggara
yang merupakan hasil dari ekstensional (Gambar 3). Graben di barat
Makassar relatif merupakan struktur minor dengan gaya ekstensional
berarah barat laut-tenggara, dan pada fase ini juga hanya sedikit material
sedimen yang terendapkan pada lapangan Ruby (Gambar 4).
B. Stratigrafi
Stratigrafi di daerah blok Sebuku (Gambar 5) dapat dibagi menjadi
beberapa fase yaitu fase rifting dengan endapan silisiklastik dominan,
sebagain besar merupakan endapan non-marine Formasi Tanjung yang
terendapkan pada kala Eosen di atas basement. Fase ini kemudian berubah
dengan meningkatnya influx marine dengan berkurangnya sedimen
pasiran karena sumber pasokan sedimen terendam. Selama kala Oligosen,
transgresi terus terjadi hingga ke sebagaian besar tinggian termasuk
memasuki Paternoster Platform dimana menjadi tempat berkembangnya
formasi terumbu baru yaitu Formasi Berai atau Batugamping Berai.
onset
dari
pengangkatan
Pegunungan
Meratus
yang
B. Diagenesis
Evolusi diagenesis dapat dibagi menjadi dua proses yaitu diagenesa
sebelum dan sesudah transportasi dari klastika batugamping. Sebelum
terjadi transportasi, batugamping menjadi sasaran dari proses yang
terjadi di zona marine phreatic dan freshwater phreatic condition.
Proses terakhir mencakup pelarutan dan replacement dari skeletal
aragonit dari bioklastika koral dan molluska, dan sementasi laut awal,
membentuk mouldic dan vuggy porosity. Proses ini biasanya diikuti
atau secara singkat diikuti oleh proses presipitasi dari blocky kalsit
berukuran sangat halus dan drusty kalsit yang merupakan proses
pembentuk secondary porosity.
Setelah terjadinya redeposition downslope, klastika batugamping
secara lokal tersemenkan oleh fibrous calcite. Subsequent leaching
yang terjadi secara besar mempengaruhi foraminifera dan red alga baik
sebagai klastika maupun matriks menghasilkan secondary mouldic dan
vuggy porosity (Gambar 7). Secondary porosity ini sering dilapisi oleh
mineral dolomit yang sangat halus, dimana biasanya juga terdapat di
sepanjang rekahan dan stylolites. Pelarutan yang ekstensif ini juga
dapat merupakan hasil dari perkolasi dari fluida yang kaya akan
karbon dioksida yang terdapat selama fase awal dari pembentukan
hidrokarbon. Tekstur lain yang berhubungan dengan pembebanan
adalah pembentukan stylolites kecil di ujung tepi dari klastika yang
keras. Rekahan secara umum sejajar dengan sumbu batuan inti dan
kemungkinan terbentuk pada saat batuan terlipatkan, dan diperkirakan
berhubungan dengan event ketidakselarasan pada pertengahan Miosen
Tengah. Rekahan ini terbuka cukup lebar dan dilapisi oleh dolomite
semen berukuran halus.
Mouldic dan vuggy porosity yang banyak menggantikan large
foraminifera dan red alga secara umum saling berhubungan
(connected), karena keterdapatan yang melimpah bioklastika baik
sebagai klastika maupun matriks. Pada bioklastika hanya sedikit
terdapat secondary porosity yang terjadi sebelum transportasi.
Rekahan, yang secara frekuensi hadir di setiap 4 atau 5 kaki, juga
membantu menghubungkan sistem pori ini. Perlipatan di Ruby Field
mengalami reserve fault pada sumbu tegaknya pada bagian utara dari
closure (Gambar 8), dimana menjadi indikator dalam skala besar
deformasi brittle yang memiliki efek pada daerah ini, kemungkinan
pada masa pertengahan Miosen Tengah.
C. Lingkungan Pengendapan
Klastika batugamping di
oleh
well
lithified
clast
dimana
mengindikasikan
jumlah
yang
sedikit,
dimana
diperkirakan
merupakan
lingkungan
keanekaragaman
epi-reefal.
foraminifera
Pada
yang
daerah
cukup
ini
tinggi
terdapat
termasuk
seperti
pada
batugamping
terumbu
yang
dapat
E. Hasil DST
Dari data yang tersedia dari reservoir batuan karbonat breksia
mengandung thermogenic gas dengan beberapa asosiasi hydrocarbon
liquid. Kurang lebih 1.032 bbl/MMscf dari light hydrocarbon light
hydrocarbon yang diproduksi dari tes ini. Permeabilitas berkisar antara
600 2.000 mD.
MKS-1 dari interval 4.180-4.200 dan 4.210-4.225 mengalirkan 9
MMSCFGPD.
MKS-2 tidak terdapat data DST, hanya MDT pada interval 4.400
yang menghasilkan gas. Hasil barefoot test pada MKS-3 di interval
4.185-4.492 mengalirkan 39 MMSCFGPD.
MKS-4
DST#1
pada
interval
4.480-4.500
mengalirkan
16
permeabilitas yang baik sehingga dapat diambil. Hasil data tes sesuai
dengan
data
petrografi
dan
model
sedimentologi
yang
KESIMPULAN
Dari Oligosen hingga Awal Miosen di Ruby Field, Blok Sebuku,
Formasi Berai telah mengendapkan reservoir yang tersusun oleh
carbonate debris flow. Hasil tes pada kedalaman intermediate dari
reservoir menunjukkan hasil yang baik dikarenakan perkembangan
yang baik dari sistem porositas yang dihubungkan oleh rekahan. Ruang
penyimpanan hidrokarbon secara relatif (untuk reservoir karbonat)
memiliki secondary porosity yang homogen dengan konektifitas yang
baik. Batuan karbonat pada daerah ini merupakan endapan sedimen
secondary
porosity
yang
lebih
tersebar
baik
melewati
batuan
karbonat
yang
meningkatkan
permeabilitas.
REFERENSI
Cook, C. B. P., 2007, Geological Description and Interpretation of
Cores from the MKS-3 and MKS-4 Wells, Makassar Strait,
Offshore East Kalimantan, Indonesia. Prepared for PearlOil
(Sebuku) Ltd., unpublished.
Grammer, G. M., Ginsburg, R. N., and Harris P. M.,1993, Timing of
Deposition, Diagenesis and Failure of Steep Carbonate
Slopes in Response to a High-Amplitude/ High Frequency
Fluctuation in Sea Level, Tongue of the Ocean, Bahamas, in
R.G.
Loucks and J. F. Sarg, Carbonate Sequence Stratigraphy: AAPG
Mem. 57, p. 107- 131. Lemigas, 2006, Sebuku Reservoir
Simulation Study. Prepared for PearlOil (Sebuku) Ltd.,
unpublished.
Moazami, S., 2007, Elan Petrophysical Evaluation, Well Makassar
Straits-1, Ruby Gas Field. Prepared for PearlOil (Sebuku)
Ltd., unpublished.
Dananjaya, M., 2007, Elan Petrophysical Evaluation, Well Makassar
Straits-2, Ruby Gas Field. Prepared for PearlOil (Sebuku)
Ltd., unpublished.
Moazami, S., 2007, Elan Petrophysical Evaluation, Well Makassar
Straits-3, Ruby Gas Field. Prepared for PearlOil (Sebuku)
Ltd., unpublished.
Gambar 8. Top Berai peta seismik 3D pada MKS dan struktur Lari-larian yang dibatasi
oleh sesar reverse mayor berarah NW-SE.
Gambar 13. Penampang seismik pada MKS-2 MKS-1 MKS-3 yang menunjukkan
morfologi mounded.
Gambar 14. Peta isopach dari batuan karbonat Formasi Berai menunjukkan struktur kipas
di lapangan Ruby
Gambar 16. Peta porositas di lapangan Ruby dengan puncak porositas berada di daerah
tengah dari debris fan.