Anda di halaman 1dari 9

Penetapan Harga Patokan Ekspor atas Produk Pertambangan yang Dikenakan

Bea Keluar di Indonesia: Dampak dan Prospek

Alhamdi Alfi Fajri


1106007905
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
Depok
PENDAHULUAN
Kementerian Perdagangan telah menerbitkan dua Peraturan Menteri Perdagangan
(Permendag) terkait Harga Patokan Ekspor (HPE) Produk Pertambangan Hasil Pengolahan yang
Dikenakan Bea Keluar. Peraturan tersebut yaitu Permendag No.06/M-DAG/PER/1/2014 tentang
Tata Cara Penetapan Harga Patokan Ekspor Produk Pertambangan Hasil Pengolahan yang
Dikenakan Bea Keluar dan Permendag No.12/M-DAG/PER/2/2014 tentang Penetapan HPE
Produk Pertambangan Hasil Pengolahan yang Dikenakan Bea Keluar.
Peraturan ini menjelaskan bahwa produk-produk pertambangan hasil pengolahan yang
ditetapkan untuk dikenakan bea keluar antara lain konsentrat tembaga (Cu lebih dari 15%),
konsentrat besi (untuk besi hematit, magnetit, pirit dengan Fe lebih dari 62% dan besi gutit/laterit
dengan kadar Fe lebih dari 51% dan (Al2O3+SiO3) lebih dari 10%). Konsentrat mangan (Mn
lebih dari 49%), konsentrat seng (Zn lebih dari 52%), konsentrat timbal (Pb lebih dari 57%),
konsentrat ilmenite (untuk bentuk pasir dengan kadar Fe lebih dari 58% dan bentuk pellet dengan
kadar Fe lebih dari 56%), dan konsentrat titanium lainnya (untuk bentuk pasir dengan kadar Fe
lebih dari 58% dan bentuk pellet dengan kadar Fe lebih dari 56%).
Penetapan HPE oleh Kemendag ini didahului dengan rapat koordinasi antar-kementerian
dan lembaga terkait untuk menetapkan HPE produk pertambangan hasil pengolahan berdasarkan
harga yang bersumber dari London Metal Exchange (LME), Asian Metal, dan harga Free On
Board (FOB) yang dihitung berdasarkan formulasi dan analisis dari Kementerian ESDM.
Penetapan HPE periode Maret 2014 melalui Permendag No.12/M-DAG/PER/2/2014 yaitu untuk
konsentrat tembaga dengan harga rata-rata sebesar USD1.903,40/WMT, konsentrat bijih besi
(hematit, magnetit, pirit) dengan harga rata-rata sebesar USD 89,86/WMT, konsentrat bijih besi
(gutit/laterit) dengan harga rata-rata sebesar USD42,41/WMT. Konsentrat mangan dengan harga

rata-rata sebesar USD 191,58/WMT, konsentrat timbal dengan harga rata-rata sebesar USD
879,89/WMT konsentrat seng dengan harga rata-rata sebesar USD 484,86/WMT, konsentrat
ilmenit bentuk pasir dengan harga sebesar USD 280/WMT, konsentrat ilmenit bentuk pellet
dengan harga sebesar USD 560/WMT, konsentrat titanium lainnya bentuk pasir dengan harga
sebesar USD285,20/WMT dan konsentrat titanium lainnya bentuk pellet dengan harga sebesar
USD 570,40/WMT.
Harga Patokan Ekspor (HPE) ini ditetapkan dengan pedoman pada harga rata-rata
tertinggi pada bursa internasional, harga rata-rata tertinggi Free on Board (FOB), harga rata-rata
tertinggi yang berlaku di pasar dalam negeri atau harga rata-rata tertinggi di negara pengimpor
produk pertambangan dalam satu bulan terakhir sebelum penetapan HPE. HPE untuk produk
pertambangan ini digunakan sebagai dasar penetapan Harga Ekspor untuk penghitungan Bea
Keluar oleh Menteri Keuangan dan ditetapkan secara periodik.
Produk pertambangan hasil pengolahan yang dikenakan bea keluar periode April 2014
adalah konsentrat tembaga, konsentrat seng, konsentrat timbal, konsentrat besi, konsentrat
mangan, konsentrat ilmenite, serta konsentrat titanium lainnya. Harga dasar perhitungan HPE
bersumber dari Asian Metal untuk konsentrat besi dan konsentrat mangan. Sementara itu,
konsentrat tembaga, konsentrat timbal, serta konsentrat seng berdasarkan London Metal
Exchange (LME). Dibandingkan dengan penetapan HPE periode Maret 2014, sebagian besar
mengalami penurunan. Konsentrat tembaga (Cu15%) dengan harga rata-rata sebesar
US$1.891,99/WMT turun 0,06%, konsentrat bijih besi (hematit, magnetit, pirit) dengan Fe62%,
harga rata-rata sebesar US$87,86/WMT, atau turun 2,27%. Konsentrat bijih besi (gutit/laterit)
dengan kadar Fe51% dan (Al2O3 + SiO3) 10%, pada harga rata-rata US$38,35/WMT atau
turun 10,58%, sedangkan konsentrat timbal (Pb57%) dengan harga rata-rata US$862,32/WMT,
juga turun 2,04%. Sementara itu, yang mengalami kenaikan dibandingkan HPE periode Maret
2014 adalah konsentrat mangan (Mn49%) dengan harga rata-rata US$193,23 atau naik sebesar
0,85% dan konsentrat seng (Zn52%) dengan harga rata-rata US$494,25/WMT, atau naik
sebesar 1,90%. Peningkatan dan penurunan HPE produk pertambangan hasil pengolahan
disebabkan adanya fluktuasi harga internasional pada komoditas pertambangan tersebut.

ANALISI PERKEMBANGAN EKSPOR INDONESIA


Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) pada bulan September 2013 naik sebesar 1,35%
yang menjadi kabar baik, mengingat bahwa Indonesia mengandalkan ekspor komoditas. IHPB di
level grosir ini menggambarkan harga komoditas ekspor nonmigas yang kemungkinan
meningkat. Kenaikan IHPB terbesar ada di kelompok ekspor nonmigas sebesar 3,79%. Jumlah
ini naik, yaitu dari 202,49 pada bulan Agustus 2013 menjadi 205,22 pada September 2013. Nilai
ekspor pada Januari-Agustus 2013 senilai US$97,93 juta. Jumlah ini turun sebesar 3,25% pada
periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar US$101,12 juta. Bahan bakar mineral dan
lemak serta minyak hewan/nabati menjadi penunjang kinerja ekspor meskipun ada penurunan
ekspor beberapa komoditas. Share terbesar ekspor nonmigas adalah bahan bakar mineral sebesar
US$16,85 miliar serta lemak dan minyak hewan dan nabati sebesar US$12,16 miliar.
Neraca
Nilai (US $ juta)

Berat (KG juta)

surplus sebesar US$132,4 juta.

70,000
50,000
40,000

69,197
65,040
59,77758,88861,441
57,020
55,66253,862
54,12256,08453,04755,868
49,295
49,154
43,400

Nilai ekspor pada bulan Agustus


mencapi
sementara

30,000
20,000
10,000

Indonesia

bulan Agustus 2013 mengalami

80,000
60,000

perdagangan

US$13,03
15,69815,93916,96814,47214,63415,193
15,37515,01615,02514,76116,13314,75915,088
13,08414,707

Feb-14

Mar-14

Jan-14

Dec-13

Oct-13

Nov-13

Sep-13

Aug-13

Jul-13

Jun-13

May-13

Apr-13

Mar-13

Feb-13

Jan-13

Figure 1: Data Perkembangan Ekspor Indonesia 2013-Maret 2014


Sumber: Badan Pusat Statistik

US$13,16
nilai

impor

miliar.

miliar,
sebesar
Volume

perdagangan Agustus surplus 43,11


juta ton dilihat dari volume ekspor
sebesar 53,01 juta ton, sementara
volume impor sebesar 9,89 juta
ton. Namun nilai ekspor bulan

Agustus 2013 turun 6,31% dibandingkan capaian Agustus 2012, yaitu dari USD14,04 miliar
menjadi USD13,16 miliar. Meskipun perdagangan bulan Agustus mengalami surplus, BPS
mencatat bahwa total perdagangan Januari-Agustus mengalami penurunan sebesar 6,12%.

PERBANDINGAN NILAI EKSPOR INDONESIA


Ekspor Indonesia pada bulan Januari 2014 mencapai nilai US$ 14.472,3 juta dengan
volume 49.154.4 ribu ton, yang terdiri dari US$ 2.501,7 juta hasil ekspor minyak dan gas bumi
dan US$ 11.970,6 juta hasil ekspor komoditi nonmigas.
Dibandingkan periode yang sama tahun
2013, nilai ekspor turun US$903,2 juta,
karena adanya penurunan ekspor dari
kelompok migas sebesar US$152,0 juta
atau turun 5,73% dibandingkan nilai
ekspor

Januari

2013

dan

ekspor

nonmigas juga mengalami penurunnan


sebesar US$ 751,2 juta.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa
penerimaan dari sektor nonmigas belum optimal sehingga masih perlu ditingkatkan volumenya
dan harga nonmigas di pasaran internasional masih cukup tinggi. Sementara untuk ekspor migas
cenderung menurun. Bulan Januari 2014 harga minyak mentah Indonesia US$105,90 per
barelnya, turun sebesar US$5,27 per barel dibandingkan bulan Januari 2013.
Berdasarkan tren perkembangan dari
bulan Januari 2013 sampai dengan
Januari 2014, nilai ekspor kelompok
migas

pada

US2.653,7

Januari 2013
juta

yang

senilai

terdiri

dari

minyak mentah, hasil minyak dan gas


masing-masing senilai US$671,9 juta,
US$382,9 juta dan US$1.598,8 juta.
Sedangkan pada Januari 2014 untuk
kelompok migas secara keseluruhan
memberikan kontribusi nilai ekspor sebesar US$2.501,7 juta atau mengalami penurunan sebesar
US152,0 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 dengan rincian minyak
mentah US$523,1 juta, hasil minyak US$273,6 juta dan gas US$1.705,0 juta.

Nilai ekspor untuk kelompok nonmigas yang terdiri dari hasil pertanian, industri serta
hasi tambang dan lainnya pada bulan Januari 2013 masing-masing US$404,8 juta, US$9.749,0
juta dan US$2.568,1 juta. Sementara itu, pada periode Januari 2014 masing-masing mencapai
US$401,8 juta, US$9.513,3 juta dan US$2.055,6 juta.
Nilai ekspor Indonesia Januari 2014 mencapai US$14,47 miliar atau turun sebesar
14,71% dibandingkan ekspor Desember 2013. Sementara, bila dibandingkan Januari 2013 ekspor
turun sebesar 5,97%.
Ekspor nonmigas Januari 2014 mencapai US$11,97 miliar atau turun sebesar 11,74%
dibandingkan ekspor nonmigas Desember 2013, dan turun 5,90% dibandingkan ekspor nonmigas
Januari 2013.

CARA PERHITUNGAN PUNGUTAN EKSPOR


1. Perhitungan pungutan ekspor didasarkan pada Harga Patokan Ekspor (HPE) yang diterapkan
setiap bulan oleh Menteri Perdagangan berdasarkan harga rata-rata Internasional;
2. Pungutan Ekspor (PE) dihitung berdasarkan rumus : Tarif Pajak Ekspor (PE) x Harga
Patokan Ekspor (HPE) x Jumlah Satuan Barang x Nilai Kurs;
3. Tarif pungutan ekspor yang digunakan sebagai dasar perhitungan pungutan ekspor adalah
tarif pajak ekspor yang berlaku pada saat Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) didaftarkan
pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai;
4. HPE yag digunakan sebagai dasar perhitungan PE adalah HPE yang berlaku pada saat PEB
didaftarkan pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai.
DAMPAK

PENETAPAN

HARGA

PATOKAN

EKSPOR

PERTAMBANGAN

TERHADAP PERHITUNGAN BEA KELUAR


Dengan adanya penetapan harga patokan ekspor akan menjadi panduan untuk pengenaan
pajak ekspor sebagai salah satu pendapatan negara. Dalam hal ini, negara mampu menganalisis
bagaimana perilaku pelaku ekonomi di sektor pertambangan dalam mengambil keputusan jumlah
satuan barang (volume) yang akan diekspor.
Variabel yang mempengaruhi pada perhitungan pungutan ekspor adalah tarif pajak, HPE,
jumlah satuan barang dan nilai kurs. Dari keempat variabel tersebut, jumlah satuan barang adalah

satu-satunya variabel yang bersifat internal perusahaan, sedangkan tarif dan HPE adalah given
yang ditetapkan oleh pemerintah serta nilai kurs adalah faktor eksternal.
Jika tarif pajak dan kurs diasumsikan tetap, dan perusahaan memiliki target perencanaan
atas pungutan ekspor yang tetap, ketika variabel HPE mengalami kenaikan dan penurunan maka
variabel yang akan menjadi keputusan perusahaan dalam bertransaksi ekspor adalah jumlah
satuan barang. Ketika terjadi kenaikan HPE, perusahaan akan menurunkan jumlah satuan barang
yang diekspor; sedangkan, ketika terjadi penurunan HPE, perusahaan akan meningkatkan jumlah
satuan barang yang diekspor.
Hal ini terbukti melalui data transaksi ekspor Indonesia bulan Maret 2014 yang
mengalami penurunan volume sebesar 10.482.550.521 kg atau 17,53% jika dibandingkan dengan
bulan Maret 2013 karena terjadi kenaikan HPE pada bulan Maret 2014 untuk produk-produk
pertambangan seperti konsentrat mangan dan konsentrat seng yang naik masing-masing 0,85%
dan 1,90% dan beberapa data transaksi perdagangan sebelumnya. Selain itu, HPE ditetapkan
berdasarkan harga rata-rata di pasar yang mengartikan bahwa harga pasar bisa saja lebih tinggi
atau lebih rendah dari pada HPE. Untuk barang produksi tambang yang harga pasar lebih tinggi
dari pada HPE, maka perusahaan akan menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan
ekspor lebih banyak dan sebaliknya juga harga pasar lebih rendah dari pada HPE maka
perusahaan bisa saja akan menurunkan volume ekspor yang ada.
PENETAPAN HARGA PATOKAN EKSPOR PERTAMBANGAN APAKAH HANYA
MENGUNTUNGKAN SEKTOR PERTAMBANGAN?
1. APAKAH HPE MAMPU MEMBENTUK POTENSI PASAR BERJANGKA SEKTOR
PERTAMBANGAN?
Kenaikan dan penurunan HPE pertambangan mencerminkan atas kenaikan dan
penurunan harga pasar komoditas dari produk-produk tambang. Informasi ini dapat
digunakan oleh perusahaan untuk mengantisipasi beberapa kemungkinan di masa yang akan
datang mengenai rencana perdagangan. Sehingga, HPE ini mampu memberikan informasi
estimasi interval harga perdagangan tambang di masa depan (potensi membentuk pasar
berjanka). Membaiknya arus informasi yang berhubungan dengan harga, produksi, konsumsi,
volume perdagangan, dan juga perkiraan (ekspektasi) pasar, dapat membentuk pasar
berjangka lebih transparan dan bersaing. Semakin banyak informasi tentang pasar diketahui

orang, akan membuat perusahaan semakin mampu mengantisipasi pembentukan harga di


pasar.

2. APAKAH HPE DAPAT MEMPENGARUHI EKONOMI DAN PENDAPATAN?


HPE yang berpotensi membantu dalam pembentukan pasar berjangka sektor
pertambangan akan sulit untuk menilai manfaat khusus pasar berjangka bagi ekonomi.
Namun menurut suatu hasil studi tentang pasar berjangka ternyata bahwa pendapatan
(income) yang diperoleh perusahaan yang menggunakan pasar berjangka untuk tujuan
hedging lebih stabil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menggunakannya.
Meskipun perusahaan tidak selalu memperoleh harga tertinggi, namun perusahaan juga
jarang memperoleh harga terendah. Bagi para penggunanya, pasar berjangka memberi
kesempatan untuk menstabilkan pendapatan perusahaan. Didalam suatu industri yang
mengedepankan persaingan, keuntungan yang diperoleh tersebut pada akhirnya akan beralih
atau diserap ke atau oleh sektor ekonomi lainnya, yang akan membuat alokasi sumber
ekonomi menjadi lebih baik.
Harga yang terjadi dipasar berjangka merefleksikan konsensus antara sejumlah
besar pembeli dan penjual yang memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan penjualan
dan pembelian di pasar. Harga tersebut tidak hanya merefleksikan keadaan pasokan dan
permintaan yang sebenarnya dari komoditi yang bersangkutan, namun juga perkiraan
pasokan dan permintaan untuk masa yang akan datang. Setiap pelaku pasar harus selalu siap
dengan informasi yang akurat mengenai harga dipasar fisik. Fakta yang menunjukkan selalu
bergejolaknya harga-harga untuk masa mendatang secara sederhana merefleksikan
berubahnya konsensus di antara peserta pasar karena diterimanya informasi terkini mengenai
situasi pasokan atau permintaan komoditi yang diperdagangkan oleh mereka. Harga di pasar
berjangka akan selalu berubah menyesuaikan diri dengan perubahan informasi pasar yang
terjadi. Hal ini penting bagi perencanaan produksi, prosesing, dan pemasaran komoditi,
sehingga membantu mengurangi biaya-biaya operasional yang pada akhirnya memberikan
manfaat bagi ekonomi.

PRIORITAS UNTUK PEMERINTAH


KESIMPULAN
Dalam lembar kerja ini telah dilakukan penilaian bahwa penetapan harga patokan ekspor
pada sektor perdagangan dapat memberikan efek dalam perencanaan pajak ekspor perusahaan
melalui volume perdagangan barang tambang yang diekspor. Selain itu, harga patokan ekspor
mampu membentuk ekspektasi dari para pelaku rumah tangga produksi dalam memprediksi
harga barang komoditi melalui pasar berjangka. Pasar berjangka merefleksikan konsensus antara
sejumlah besar pembeli dan penjual yang memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan
penjualan dan pembelian di pasar. Harga tersebut tidak hanya merefleksikan keadaan pasokan
dan permintaan yang sebenarnya dari komoditi yang bersangkutan, namun juga perkiraan
pasokan dan permintaan untuk masa yang akan datang dan hal ini penting bagi perencanaan
produksi, prosesing, dan pemasaran komoditi, sehingga membantu mengurangi biaya-biaya
operasional yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi ekonomi.

REKOMENDASI
1. Pemerintah harus semakin jelas dalam menyalurkan informasi Harga Patokan Ekspor dalam
pasar komoditas untuk memastikan bahwa para pelaku dalam faktor produksi mampu
mengambil keputusan seputar perencanaan pajak ekspor, ekspektasi harga dalam pasar
berjangka yang berdampak pada pendapatan dan perekonomian negara.
2. Pemerintah memberikan kompensasi pajak ekspor dan bea keluar untuk mendukung
produktivitas barang-barang tambang dalam negeri.
3. Pemerintah harus menyesuaikan penetapan harga patokan ekspor dalam kurun waktu satu
bulan sekali untuk mempertahankan kredibilitas pemerintah dalam mengawasi fluktuasi
pergerakan harga komoditas dalam perdagangan.
4. Pemerintah memberikan akses yang luas kepada para pelaku ekonomi untuk bertransaksi
menggunakan forward dan swap pada pasar berjangka yang bertujuan untuk mendukung
dampak positif dalam penetapan Harga Patokan Ekspor pada perdagangan internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Menteri Perdagangan Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Perdagangan Republik


Indonesia Nomor 82/M-DAG/PER/12/2013 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor
Atas Produk Pertambangan yang Dikenakan Bea Keluar. Indonesia: Kemendag
Menteri Perdagangan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 73/M-DAG/PER/11/2012 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor
Atas Produk Pertambangan yang Dikenakan Bea Keluar. Indonesia: Kemendag
Menteri Perdagangan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor: 25/M-DAG/PER/9/2011 tentang Perubahaan Kedua Atas Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 17/M-DAG/PER/5/2009 tentang Tata Cara Penetapan
Harga Patokan Ekspor Atas Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar. Indonesia:
Kemendag
Minifie, Jim. (2013). The Mining Boom: Impact and Prospects. Australia: Grattan Institute
Badan Pusat Statistik. (2013). Laporan Bulanan Data Sosial Ekonom Edisi 36. Indonesia:
Katalog BPS 9199017
Giordani. E Paolo., Rocha, Nadia., Rute, Michele. (2012). Food Prices and the Multiplier Effect
of Export Policy. Switzerland: World Trade Organization
Smeller, Willi. (2011). Asset Prices, Booms and Recession Third Edition. New York: Springer
Gaucan, Violeta. 2011. How to Use Fibonacci Retracement to Predict Forex Market Journal of
Knowledge Management, Economics and Information Technology. Romania:
ScientificPapers
Athanasoglou, P. Panayiotis., Bardaka, C. Ioanna. (2008) Price and Non-Price Competitiveness
of Exports of Manufactures. Greece: Bank of Greece Working Paper
Badan Pusat Statistik. (7 Juni 2014). Data Ekspor Impor, Januari 2013 Maret 2014. Diakses
dari BPS: http://www.bps.go.id/exim-frame.php?kat=2
Badan Pusat Statistik. (7 Juni 2014). Data Produksi Barang Tambang Mineral, 1996-2012.
Diakses
dari
BPS:
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=10&notab=
3

Anda mungkin juga menyukai