Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dewasa ini masyarakat sudah tidak asing lagi mendengar kata Hipertensi.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat,
dan merupakan penyakit yang terkait dengan sistem kardiovaskuler. Hipertensi
memang bukan penyakit menular, namun kita juga tidak bisa menganggapnya
sepele, selayaknya kita harus senantiasa waspada.
Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arterosclerosis (pengerasan arteri)
adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler.
Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal.
Sampai saat ini, usaha-usaha baik untuk mencegah maupun mengobati penyakit
hipertensi belum berhasil sepenuhnya, hal ini dikarenakan banyak faktor
penghambat yang mempengaruhi seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi
(pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga
perawatannya.
Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan
prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia).
Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan
sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di dunia Barat,
hipertensi justru banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena perlu diadakan
upaya-upaya untuk menekan angka peyakit hipertensi terlebih bagi penderita

[Type text]

Page 1

hipertensi perlu diberikan perawatan dan pengobatan yang tepat agar tidak
menimbukan komplikasi yang semakin parah. Selain itu pentingnya pemberian
asuhan keperawatan pada pasien hipertensi juga sangat diperlukan untuk
melakukan implementasi yang benar pada pasien hipertensi.
Diharapkan dengan dibuatnya makalah tentang asuhan keperawatan klien
dengan gangguan hipertensi ini dapat memberi asuhan keperawatan yang tepat
dan benar bagi penderita hipertensi dan dapat mengurangi angka kesakitan serta
kematian karena hipertensi dalam masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan hipertensi ?
2. Bagaimana gejala dan tanda hipertensi ?
3. Bagaimana diagnosis dari hipertensi ?
4. Bagaimana penatalaksanaan hipertensi ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hipertensi
2. Untuk mengetahui bagaimana gejala dan tanda hipertensi
3. Untuk mengetahui bagaimana diagnosis dari hipertensi
4. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan hipertensi

[Type text]

Page 2

BAB II
ISI
2.1 DEFINISI
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi.
Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan
normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan diastolik.
Bedasarkan JNC ( Joint National Comitee ) VII, seorang dikatakan mengalami
hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan diastolik 90 mmHg atau
lebih (Chobaniam, 2003).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).

2.2 KLASIFIKASI
Beberapa klasifikasi hipertensi:
a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education
Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professionalm
sukarelawan, dan agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC
(Joint Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of

[Type text]

Page 3

High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi
nasional Amerika Serikat (Sani, 2008).
Tabel 1. Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on
Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)
Kategori

Kategori

Tekanan

dan/

Tekanan

Tekanan Darah Tekanan Darah Darah Sistol atau

Darah Diastol

menurut JNC 7
Normal
Pra-Hipertensi
Hipertensi:
Tahap 1
Tahap 2
-

menurut JNC 6
Optimal
Nornal
Normal-Tinggi
Hipertensi:
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3

(mmHg)
< 120
120-139
< 130
130-139

dan
atau
dan
atau

(mmHg)
< 80
80-89
< 85
85-89

140-159
160
160-179
180

atau
atau
atau
atau

90-99
100
100-109
110

Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang


sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan
resiko komplikasi kardiovaskuler. Data ini mendorong pembuatan
klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi.
b. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)
WHO dan International Society of Hypertension Working Group
(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal,
normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi
berat.

Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO


Kategori

Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistol (mmHg)

[Type text]

Page 4

Diatol (mmHg)

Optimal
Normal
Normal-Tinggi
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan)
Sub-group: perbatasan
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi Berat)
Hipertensi sistol terisolasi
(Isolated
systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan

< 120
< 130
130-139
140-159
140-149
160-179
180
140

< 80
< 85
85-89
90-99
90-94
100-109
110
< 90

140-149

<90

c. Klasifikasi menurut International Society on Hypertension in Blcks


(ISHIB) (Douglas JG, 2003)
Klasifikasi yang dibuat oleh ISHIB adalah:
1) Jika tekanan darah sistol dan diastole pasien termasuk ke dalam dua
kategori yang berbeda, maka klasifikasi yang dipilih adalah
berdasarkan kategori yang lebih tinggi.
2) Diagnosa hipertensi pada dasarnya adalah rata-rata dari dua kali atau
lebih pengukuran yang diambil pada setiap kunjunga.
3) Hipertensi sistol terisolasi dikelompokkan pada hipertensi tingkat 1
sampai 3 berdasarkan tekanan darah sistol ( 140 mmHg) dan
diastole ( < 90 mmHg).
4) Peningkatan tekanan darah yang melebihi target bersifat kritis karena
setiap peningkatan tekanan darah menyebabkan resiko kejadian
kardiovaskuler.
Tabel 5. Klasifikasi Hipertensi Menurut ISHIB
Kategori

Tekanan
Darah

Tekanan
Sistol

(mmHg)

[Type text]

Page 5

Darah Diastol
(mmHg)

Optimal
Normal
Normal-Tinggi
Hipertensi Tahap 1
Hipertensi Tahap 2
Hipertensi Tahap 3
Hipertensi Sistol

< 120
< 130
130-139
140-159
160-179
180
140

dan
dan/atau
dan/atau
dan/atau
dan/atau
dan/atau
dan

< 80
< 85
85-89
90-99
100-109
110
< 90

terisolasi

2.3 PENYEBAB
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki tekanan
darah tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat Anda
kendalikan. Ada juga yang dapat Anda kendalikan sehingga bisa mengatasi
penyakit darah tinggi. Beberapa faktor tersebut antara lain :

Keturunan
Faktor ini tidak bisa Anda kendalikan. Jika seseorang memiliki

orang-tua atau saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka


kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik
menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada
kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah
tekanan darah tinggi.

Usia
Faktor ini tidak bisa Anda kendalikan. Penelitian menunjukkan

bahwa seraya usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan


meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah Anda
saat muda akan sama ketika Anda bertambah tua. Namun Anda dapat
mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal.

[Type text]

Page 6

Garam
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Garam dapat meningkatkan

tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi


penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan
mereka yang berkulit hitam.

Kolesterol
Faktor ini bisa Anda kendalikan . Kandungan lemak yang berlebih

dalam darah Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding


pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan
akibatnya tekanan darah akan meningkat. Kendalikan kolesterol Anda
sedini mungkin. Untuk tips mengendalikan kolesterol, silahkan lihat
artikel berikut: kolesterol.

Obesitas / Kegemukan
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Orang yang memiliki berat badan

di atas 30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar


menderita tekanan darah tinggi.

Stres
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Stres dan kondisi emosi yang

tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi.

Rokok
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Merokok juga dapat

meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat


meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke. Karena itu,

[Type text]

Page 7

kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah


tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu
penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.

Kafein
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi,

teh maupun minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Alkohol
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Konsumsi alkohol secara

berlebihan juga menyebabkan tekanan darah tinggi.

Kurang Olahraga
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Kurang olahraga dan bergerak

bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur


mampu menurunkan tekanan darah tinggi Anda namun jangan melakukan
olahraga yang berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder :
1. Penyakit Ginjal

Stenosis arteri renalis.

Pielonefritis.

Glomerulonefritis.

Tumor-tumor ginjal.

Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan).

Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal).

Terapi penyinaran yang mengenai ginjal.

[Type text]

Page 8

2. Kelainan Hormonal

Hiperaldosteronisme.

Sindroma Cushing.

Feokromositoma.

3. Obat-obatan.

Pil KB.

Kortikosteroid.

Siklosporin.

Eritropoietin.

Kokain.

Penyalahgunaan alkohol.

Kayu manis (dalam jumlah sangat besar).

4. Penyebab Lainnya

Koartasio aorta.

Preeklamsi pada kehamilan.

Porfiria intermiten akut.

Keracunan timbal akut.

2.4 MANIFESTASI KLINIK


sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun berupa:

[Type text]

Page 9

a. nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah


b. penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
c. ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat
d. nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
e. edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler (Elizabeth J. Corwin, 2000).
Gejala yang umum dikeluhkan oleh penderita tekanan darah tinggi adalah al. sbb :
1. Sakit kepala.
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.
3. Perasaan berputar dan serasa ingin jatuh.
4. Berdebar dan detak jantung terasa cepat.
5. Telinga berdenging.

2.5 PATOFISIOLOGI
Tingkat tekanan darah merupakan suatu sifat kompleks yang ditentukan
oleh interaksi berbagai faktor genetik, lingkungan dan demografik yang
mempengaruhi dua variabel hemodinamik: curah jantung dan resistansi perifer.
Total curah jantung dipengaruhi oleh volume darah, sementara volume darah
sangat bergantung pada homeostasis natrium. Resistansi perifer total terutama
ditentukan di tingkat arteriol dan bergantung pada efek pengaruh saraf dan
hormon. Tonus vaskular normal mencerminkan keseimbangan antara pengaruh
vasokontriksi humoral (termasuk angiotensin II dan katekolamin) dan vasodilator
(termasuk kinin, prostaglandin, dan oksida nitrat). Resistensi pembuluh juga
memperlihatkan autoregulasi ; peningkatan aliran darah memicu vasokonstriksi

[Type text]

Page 10

agar tidak terjadi hiperperfusi jaringan. Faktor lokal lain seperti pH dan hipoksia,
serta interaksi saraf (sistem adrenergik -dan -), mungkin penting. Ginjal
berperan penting dalam pengendalian tekanan darah, melalui sistem renin angiotensin, ginjal mempengaruhi resistensi perifer dan homeostasis natrium.
Angiontensin II meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resitensi
perifer (efek langsung pada sel otot polos vaskular) dan volume darah (stimulasi
sekresi aldosteron, peningkatan reabsorbsi natrium dalam tubulus distal). Ginjal
juga mengasilkan berbagai zat vasodepresor atau antihipertensi yang mungkin
melawan efek vasopresor angiotensin. Bila volime darah berkurang, laju filtrasi
glomerulus ( glomerular filtration rate ) turun sehingga terjadi peningkatan
reabsorbsi natrium oleh tubulus proksimal sehingga natrium ditahan dan volume
darah meningkat (Kumar, et al, 2007).
Sembilan puluh persen sampai 95% hipertensi bersifat idiopatik
(hipertensi esensial). Beberapa faktor diduga berperan dalam defek primer pada
hipertensi esensial, dan mencakup, baik pengaruh genetik maupun lingkungan.
Penurunan ekskresi natrium pada tekanan arteri normal mungkin merupakan
peristiwa awal dalam hipertensi esensial. Penurunan ekskresi natrium kemudian
dapat menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan
vasokonstriksi perifer sehingga tekanan darah meningkat. Pada keadaan tekanan
darah yang lebih banyak natrium untuk mengimbangi asupan dan mencegah
retensi cairan. Oleh karena itu, ekskresi natrium akan berubah, tetapi tetap steady
state (penyetelan ulang natriuresis tekanan). Namun, hal ini menyebabkan
peningkatan stabil tekanan darah. Hipotesis alternatif menyarankan bahwa
pengaruh vasokonstriktif (faktor yang memicu perubahan struktural langsung di
dinding pembuluh sehingga resistensi perifer meningkat) merupakan penyebab
primer hipertensi. Selain itu, pengaruh vasikonstriktif yang kronis atau berulang
dapat menyebabkan penebalan struktural pembuluh resistensi. Faktor lingku ngan
mungkin memodifikasi ekspresi gen padpeningkatan tekanan. Stres,

kegemukan, merokok, aktifitas fisik berkurang, dan konsumsi garam

[Type text]

Page 11

dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi


(Kumar, et al, 2007).

2.6 DIAGNOSI
Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat menggunakan
sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali
pengukuran dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan
posisi telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi
jantung. Pengukuran dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien diharapkan tidak
mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat mempengaruhi tekanan darah
misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol, alkohol dan sebagainya.
Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni :
1) Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita
Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan
tepat sejauh mana penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya
ganas atau tidak, apakah arteri dan organ-organ internal terpengaruh, dan
lain- lain.
2) Mengisolasi penyebabnya
Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab
spesifiknya.
3) Pencarian faktor risiko tambahan
Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian
faktor-faktor risiko tambahan yang tidak boleh diabaikan.
4) Pemeriksaan dasar

[Type text]

Page 12

Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan


dasar, seperti kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG
(electrocardiography) dan rontgen.
5) Tes khusus
Tes yang dilakukan antara lain adalah :
a. X- ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat
warna yang digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta,
renal dan adrenal.
b. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat
electroencefalografi (EEG), alat ini menyerupai electrocardiography
(ECG atau EKG).

2.7 TATALAKSANA TERAPI


TUJUAN PENGOBATAN
Tujuan keseluruhan adalah untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas
oleh setidaknya mengganggu berarti mungkin. JNC 7 pedoman
merekomendasikan gol BP kurang dari 140/90 mm Hg untuk sebagian besar
pasien, kurang dari 140/80 mm Hg untuk pasien dengan diabetes mellitus, dan
kurang dari 130/80 mmHg untuk pasien dengan CKD yang memiliki albuminuria
persisten (> 30 mg ekskresi albumin urin per 24 jam).
Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal biasanya adalah merubah pola
hidup penderita:
1. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan
untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal.

[Type text]

Page 13

2. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar


kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari
2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai
dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan
mengurangi alkohol.
3. Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat.Penderita hipertensi esensial
tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.
4. Berhenti merokok.

PENGOBATAN NON OBAT (NON FARMAKOLOGIS)


Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah
sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi
diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk
mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik. Pengobatan non farmakologis
diantaranya adalah :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh.
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Nasehat pengurangan garam,
harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan
garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini
hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik
digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan keadaan rileks. Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga
atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat
menurunkan tekanan darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45
menit sebanyak 3-4 kali seminggu.

[Type text]

Page 14

5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.

Modifikasi gaya hidup:


(1) penurunan berat badan jika kelebihan berat badan,
(2) penerapan diet Pendekatan to Stop Hypertension (DASH) rencana
makan,
(3) pembatasan diet sodium idealnya untuk 1,5 g / hari (3,8 g / hari
natrium klorida),
(4) aktivitas fisik secara teratur aerobik,
(5) konsumsi moderat alkohol (dua atau lebih sedikit minuman per
hari), dan
(6) berhenti merokok.

Modifikasi gaya hidup saja sudah cukup untuk sebagian besar pasien
dengan prehipertensi tetapi tidak memadai untuk pasien dengan
hipertensi dan risiko CV tambahan faktor atau hipertensi terkait
kerusakan target organ.

PENGOBATAN DENGAN OBAT-OBATAN (FARMAKOLOGIS)


Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang
beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi
dokter.

Diuretik

[Type text]

Page 15

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.

Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa,
Klonidin dan Reserpin.

Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :
Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hatihati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula
dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran
pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.

Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin,
Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini
adalah : sakit kepala dan pusing.

Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II
(zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang
termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul
adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

[Type text]

Page 16

Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obatobatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek
samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.

[Type text]

Page 17

[Type text]

Page 18

[Type text]

Page 19

[Type text]

Page 20

[Type text]

Page 21

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
-

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg


dan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Faktor genetik, Usia,


keadaan emosi seseorang, konsumsi Na terlalu tinggi, Obat, Hormonal,
Neurologik ,dll.

Orang yang sugah terkena hipertensi dapat juga mengalami banyak


komplikasi yang diderita, diantaranya Stroke, kebutaan, angina pectoris,
CHF, gagal ginjal, infark miokard, dll.

3.2 SARAN
Untuk menghindari terjadinya hipertensi, maka sebaiknya kita selaku
petugas medis sebaiknya memberi contoh masyarakat untuk menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat, dan juga tidak mengkonsumsi makanan sembarangan yang
belum teruji kesehatannya.

[Type text]

Page 22

DAFTAR PUSTAKA
DiPiro, J.T. 2012. Pharmacotherapy: Hypertension, eds 9th. Joseph T. DiPiro, New
York: McGraw-Hill
WHO. 2007. Hypertension Report.Geneva : WHO Technical Report Series.
Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah. Depkes, Jakarta
Rosendorff C, Balck HR, Cannon CP, Cannon BJ, Gersh BJ, Gore J et al.
Treatment of Hypertension in the Prevention and Management of Ischemic
Heart Disease : A Scientific Statement from the American Heart
Association Council for High Blood Pressure Research and the Council on
Clinical Cardiology and Epidemiology and Prevention. Circulation.
2007;115:2761-2788
Junadi, Purnawan, dkk (ed). 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta :
Media Aesculapius.

[Type text]

Page 23

Pembahasan kasus
JT, seorang wanita Afrika-Amerika berusia 55 tahun, datang ke klinik Anda
dengan diagnosis terbaru dari hipertensi. Dia memiliki tinggi 5'5 "(165 cm) dan
beratnya 160 pon (72,7 kg) dengan indeks massa tubuh (BMI) dari 26,6 kg / m2.
JT tidak menggunakan tembakau atau minum alkohol, dan latihan sekali
seminggu. uji fisik biasa-biasa saja, tapi elektrokardiogram mengungkapkan
hipertrofi ventrikel kiri. tes laboratorium awal yang signifikan untuk glukosa
darah puasa dari 124 mg / dL (6,88 mmol / L), kreatinin serum 1,5 mg / dL (133
mmol / L), kolesterol total 200 mg / dL (5,18 mmol / L), high density lipoprotein
kolesterol dari 40 mg / dL (1,04 mmol / L), trigliserida 200 mg / dL (2,26 mmol /
L), dan low-density lipoprotein kolesterol dari 120 mg / dL (3,11 mmol / L).
Urinalisis positif mikroalbuminuria. Tekanan darah hari ini 165/85 mmHg.

a. subjective

Ny. JT wanita afrika- amerika usia 55 tahun


tinggi badan
: 165 cm, berat: 72,7 kg, Indeks massa tubuh BMI 26,6 kg/m2
Ny JT. Tidak menggunakan tembakau dan minum alcohol

b.Objective
Pemeriksaan laboraturium :
Pemeriksaan
Fisik
Berat badan
BMI
Tiggi badan
Laboratorium
EKG

Hasil

Normal

Keterangan

72,7 Kg
26,6 kg/m2
165 cm

57-65 kg
23 kg/m2
166 cm

Tidak ideal
Obesitas
Tidak ideal

Hipertrofi

Irama sinus

Adanya gangguan
jantung

Glukosa darah puasa


SrCr
Kolesterol

[Type text]

124 mg/dL
1,5 mg/dL
200 mg/dL

< 110 mg/dL


133 mmol/L
< 200 mg/dL

Page 24

Pra diabetes
Normal
Cukup tinggi

HDL
LDL
Tekanan darah
Trigliserid
Urinalisis

40 mg/dL
120 mg/dL
165/85 mmHg
200 mg/dL
Mikroalbuminuri

> 45 mg/dL
< 100 mg/dL
120/80 mmHg
< 150 mg/dL
Tidak ditemukan

albumin

Tidak normal
Tidak normal
Hipertensi
Tinggi
Positif

c.Asesment
Berdasarkan hasil elektrogram yang dilakukan, Ny. JT tekena hipertensi
dengan hipertrofi ventrikel kiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan
laboraturium dari Ny.Jt yaitu tekanan darah nya 165/86 mmHg. Menurut
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VII 2003 termasuk dalam hipertensi berat.
Hipertensi pada Ny.Jt dapat disebabkan oleh obesitas, yang akan menurunkan
HDL dan meningkatkan LDL dan trigliserida. Selain itu juga terlihat pada
pemeriksaan urinalisis dengan ditandai mikroalbuminuria. Hipertensi (HT)
merupakan faktor resiko penting penyakit kardiovaskular dan berhubungan
dengan hipertrofi ventrikel kiri dan disfungsi endotel yang ditandai dengan
mikroabuminuria. Kejadian mikroalbuminuria pada penderita hipertensi
berhubungan kerusakan endotel glomerulus dan merupakan prediktor penyakit
kardiovaskular

a. Plan
- Sasaran dan Tujuan Terapi
Penderita tekanan darah tinggi perlu berupaya menormalkan tekanan darahnya.
Sasaran pengobatan tekanan darah pada diabetes mellitus adalah mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 130/80 mm Hg. Dan tujuan pengobatan

[Type text]

Page 25

dari hipertensi ini, yaitu mencegah terjadinya morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) kardiovaskuler akibat tekanan darah tinggi.

Strategi Terapi
Strategi penatalaksanaan hipertensi meliputi beberapa tahap yaitu,
memastikan bahwa tekanan darah benar-benar mengalami kenaikan pada
pengukuran berulang kali, menentukan target dalam penurunan tekanan
darah, melakukan terapi non farmakologis meliputi pengamatan secara
umum terhadap pola hidup pasien, kemudian terapi farmakologis meliputi
pengoptimalan penggunaan obat tunggal anti-hipertensi dalam terapi, bila
perlu berikan kombinasi penggunaan obat anti-hipertensi, dan melakukan
monitoring secara rutin. Terapi hipertensi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu terapi non farmakologis (tanpa obat) dan terapi farmakologis
(menggunakan obat).

Terapi non farmakologi


Terapi non farmakologis dilakukan dengan modifikasi pola hidup yang berguna
untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan diabetes
mellitus. Modifikasi utama pola hidup yang dapat menurunkan tekanan darah
antara lain penurunan berat badan pada kasus obesitas, kurangi asupan kalori,
konsumsi buah dan sayur-sayuran, diet rendah lemak, diet rendah garam,
menghindari konsumsi alkohol dan memperbanyak aktivitas atau olahraga.

[Type text]

Page 26

Terapi farmakologi
Terapi farmakologi yang dapat dilakukan adalah:
Captopril 25 mg 2 x 1 hari
Hidrochlortiazid 12,5 mg 1 x sehari
Atorvastatin 10 mg/hari

Evaluasi kerasionalan obat

o Tepat Indikasi
Nama Obat
Captopril

[Type text]

Indikasi

Mekanisme Aksi

hipertensi
ringan
sampai
sedang
(sendiri atau dengan
terapi tiazid) dan
hipertensi berat yang
resisten
terhadap
pengobatan
lain;

menghambat
secara
kompetitif pembentukan
angiotensin
II
dari
prekusor angitensin I yang
inaktif, yang terdapat pada
pembuluh darah, ginjal,
jantung, kelenjar adrenal

Page 27

Keterangan
Sesuai
indikasi

Hidrochlortiazi
d

gagal
jantung
kongestif
(tambahan); setelah
infark
miokard;
nefropati
diabetic
(mikroalbuminuria
lebih
dari
30
mg/hari)
pada
diabetes tergantung
insulin.
Diuretik,
edema,
terapi

tambahan

pada hipertensi

Atorvastatin

Hyperlipidemia

dan otak

bekerja
dengan
menghambat
transport
bersama (symport) Na-Cl
di tubulus distal ginjal,
sehingga ekskresi Na+ dan
Cl- meningkat

Sesuai
indikasi

Mereduksi
LDL-C,
apolipoprotein B, dan
trigliserid,
dan
meningkatkan HDL-C
sehingga menurunkan
kadar kolesterol dalam
darah

Tepat
indikasi

o Tepat Obat
Nama Obat
Captopril
Hidrochlortiazid

Atorvastatin

Alasan sebagai drug of choice


Captopril merupakan lini pertama yang
dapat digunakan untuk pasien hipertensi
dengan diabetes.
Hidroklortiazid dapat digunakan sebagai
terapi
pilihan
pada
terjadinya
mikrourinaria. Dan terapi yang efektif di
afrika-amerika

Pencegahan pertama
kardiovaskular

penyakit

Keterangan
Tepat obat
Tepat obat

Tepat obat

o Tepat Pasien
Nama Obat
Captopril

[Type text]

Kontra Indikasi
hipersensitif terhadap penghambat
ACE
(termasuk
angiodema);
penyakit renovaskuler (pasti atau

Page 28

Keterangan

dugaan); stenosis aortic atau


obstruksi keluarnya darah dari
jantung; kehamilan; hipertensi
dengan gejala hiponatrium; anuria;
Laktasi; gagal ginjal
Diuretik, edema, terapi tambahan
pada hipertensi

Hidrochlortiazid
Atorvastatin

Penyakit hati, hipersensitif

o Tepat Dosis
Nama Obat

Dosis Standar

Dosis yang

Keterangan

Captopril

hipertensi
ringan
sampai
dengan
sedang awal 12,5
mg 2 x sehari.
Pemeliharaan
:
25mg
2xsehari,
dapat ditingkatkan
dengan
selang
waktu 2-4 minggu.
Maksimal 50 mg
dua kali sehari.
Hipertensi
berat
awal 12,5 mg 2 x
sehari,
dapat
ditingkatkan
bertahap
sampai
dengan maksimal 50
mg 3 x sehari.

diberikan
25 mg 2 kali sehari

Tepat dosis

Hidrochlortiazi
d

12,5-50 mg

12,5 mg 1 kali

Tepat dosis

perhari

sehari

Atorvastatin

10-80 mg/hari

10 mg/hari

Tepat dosis

o Waspada Efek samping Obat


Nama Obat
Captopril

[Type text]

Efek Samping Obat


ruam kulit, pruritus,
muka
kemerahan,
batuk
kering;
gangguan
pengecapan;

Page 29

Saran
Untuk
gangguan
gastrointestinal
dapat
diatasi dengan pemberian
captopril 1 jam sebelum
makan. Atau 2 jam

Hidrochlortiazid

Atorvastatin

hipotensi; gangguan sesudah makan


gastrointestinal,
proteinuria. Jarang,
netropenia,
takikardi,
angiodema.
Gangguan
metabolik, Disarankan
kepada
ketidakseimbangan elektrolit, pasien untuk istirahat
anoreksia, gangguan saluran
cerna, sakit kepala, pusing, yang cukup, mengurangi
yang terlalu
hipotensi, pastural, parestesia, aktivitas
mengurangi
impotensi,
pengelihatan berat,
menjadi
kuning,
reaksi makan-makanan
yang
hipersensitif, jarang ikterik mengandung kadar garam
kolestatik, ancreatitis dan
yang tinggi dan jika
diskrasia darah
Mual,
insomnia, terjadi efek samping yang
tidak diinginkan segera
anoreksan
hubungi dokter

Monitoring
Dilakukan monitoring secara berkala tekanan darah pasien dan monitoring kadar
gula darah.

Komunikasi informasi dan edukasi


Kepatuhan pasien dengan regimen terapi harus dilihat secara teratur. Mereka
harus ditanyai secara periodik mengenai perubahan pada persepsi terhadap
kesehatan mereka, level energi, fungsi fisik, dan kepuasan dengan

perawatan. Pasien harus dimonitor secara rutin untuk efek samping obat
Informasi mengenai cara penggunaan obat dan pemeriksaan tekanan darah

perlu dilakukan secara berkala.


Informasi mengenai terapi non farmakologi yan dapat dilakukan, dan hal
yang harus dihindari pada pasien hipertensi dan lain sebagainya.

[Type text]

Page 30

Anda mungkin juga menyukai