Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dengan

semakin

luasnya

pelaksanaan

upaya

kesehatan

dan

keberhasilan

pembangunan nasional pada semua sector, sehingga hal tersebut mendorong peningkatan
kesejahteraan sosioekonomi serta kesehatan. Pendekatan yang harus dilakukan dalam
melaksanakan program kesehatan adalah pendekatan kepada keluarga dan masyarakat.
Pendekatan ini lebih memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga yang sehat semakin
sehat serta merawat yang sakit agar menjadi sehat.
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat
dari tahun ke tahun , hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan
kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif
(pasal 19 UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan).
Penuaan adalah suatu prose salami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus
menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan mengakibatkan perubahan anatomis,
fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan
tubuh secara keseluruhan.
Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai
gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit menjadi mengendur, timbul keriput, rambut
menjadi beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah,
gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut
dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-kemampuan kognitif seperti
suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat serta tidak mudah menerima
ide baru.
Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia
tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik yang
bersifat promotif maupun yang preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta
menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia.
1.2

Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud isu-isu pada lansia ?
1.2.2 Bagaimana strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan pada lansia?
1.2.3 Bagaimana dukungan terhadap orang yang merawat lansia ?

1.3

Tujuan
1.3.1 Untuk mendeskripsikan isu-isu pada lansia
1.3.2 Untuk mendeskripsikan strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan pada lansia
1.3.3 Untuk mendeskripsikan dukungan terhadap orang yang merawat lansia.

1.4

Manfaat
1

Dengan adanya penyusunan makalah ini mampu mempermudah penyusun dan


pembaca guna memahami materi tentang komunitas 2 yang berhungan dengan Isu isu,
strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan dan kesejahteraan lansia serta dukungan
terhadap orang yang terlibat merawat lansia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Geriatri
Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontology dan kedokteran yang mempelajari
kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative. Pada prinsipnya geriatric mengusahakan masa tua yang bahagia dan berguna
(DEPKES RI, 2000)
Gerontology adalah suatu ilmu yang mempelajari proses penuaan dan masalah yang
akan terjadi pada lansia yaitu kesehatan, social, ekonomi, perilaku, lingkungan dan lail-lain.
(DEPKES RI, 2000)
Tujuan pelayanan geriatric adalah sebagai berikut:
2

1.

Mempertahan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau

2.

gangguan/kesehatan.
Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan aktivitas

3.
4.
5.
6.

mental yang mendukung.


Melakukan diagnosis dini yang tepat dan memadai.
Melakukan pengobatan yang tepat.
Memelihara kemandirian secara maksimal.
Tetap memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya agar kematiannya
berlangsung dengan tenang.

Prinsip-prinsip pelayanan geriatric adalah sebagai berikut:


1.
2.
3.
4.
5.

Pendekatan yang menyeluruh (biopsikososialspiritual).


Orientasi terhadap kebutuhan klien.
Diagnosis secara terpadu.
Team work (koordinasi).
Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.
Perkembangan geriatric baru terjadi pada abad ke-20. Di Indonesia, geriatric baru

berkembang dan masih dalam masa perintisan. Pada prinsipnya, geriatric mengusahakan agar
para lansia dapat menjadi lansia yang berguna dan bahagia, sehingga tidak menjadi beban
bagi keluarga dan masyarakat.
2.2

Issu dan Kecenderungan Masalah Kesehatan Gerontik

Masalah kehidupan sexual


Adanya anggapan bahwa semua ketertarikn seks pada lansia telah hilang adalah
mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual pada
suami isteri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan
aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit atau mengalami ketidakmampuan,
dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasanagan masing-masing.
Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan
sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intin dapat berulang antara
pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional secara mendalam selama masih
mampu melaksanakan.

Perubahan perilaku
Pada lansia seering dijumpai terjaadi perubahan perilaku diantaranya : daya ingat
menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecenderungan penurunan merawat diri,
timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering
menyebabkan sensitivitas emosional seseorang
banyak masalah.

Pembatasan fisik
3

yang akhirnya menjadi sumber

Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran


terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan pula timbulnya
gangguan di dalam hal mencakupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.

Palliative care
Pemberian obat pad lansia yang bersifat palliative care adalah obat tersebut
ditujukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena
polifarmasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek
samping obat. Sebagai contoh klien dengan gangguan jantung dan edema mungkin
diobati dengan digoksin dan diuretika. Diuretic berfingsi untuk mengurangi volume
darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digoksin. Klien yang sama
mungkin mengalami depressi sehingga diobati dengan antidepresi. Dan efek samping
Antidepressant adalah retensi urin. Dan efek samping inilah yang menyebabkan
ketidaknyamanan pada lansia.

Penggunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan
persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama
dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologis pada lansia akibat
efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak
praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih
kecil cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia
sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka
membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan
adalah :
a. Bingung
b. Lemah ingatan
c. Penglihatan berkurang
d. Tidak bisa memegang
e. Kurang memahami pentingnya program tersebut untuk dipatuhi dan dijalankan.

Kesehatan mental
Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran
mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang dan
dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya.

Hukum dan etik dalam perawatan gerontik


Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada :
1. Pasal 27
Segala W.N. bersama kedudukannya didalam hokum dan pemerintahan dan
wajib menjunjungnya hokum dan pemerintahannya itu dengan tidak ada
kecualinya.
4

Tiap-tiap W.N. berhak atas pekerjaannya dn penghidupannya yang layak

bagi kemanusiaan
2. Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.
Berpedoman pada hokum tersebut, sebagai perawat kesehatan masyarakat
bertanggung jawab dalam mencegah penganiayaan. Penganiayaan yang
dimaksud dapat berupa : penyia-nyiaan, penganiayaan yang disengaja dan
eksploitasi. Sedangkan pencegahan yang dapat dilakukan adalah berupa :
perlindungan dirumah, perlindungan hokum dan perawatan dirumah. Berkaitan
dengan kode etik yang harus diperhatikan oleh perawat adalah :

Perawat harus memberikan rasa hormat kepada klien tanpa memeperhatikan

suku, ras, golongan, pangkat, jabatan, status social, masalah kesehatan.


Menjaga rahasia klien
Melindungi klien dari campur tangan pihak yang tidak kompeten, tidak etis,

praktek illegal
Perawat berhak menerima jasa dari hasil konsultasi dan pekerjaannya
Perawat menjaga kompetensi keperawatan
Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya. Kompetensi individu

serta kualifikasi dalam memberikan konsultasi


Berpartisipasi aktif dalam kelanjutannya perkembangan body of knowledge
Berpartisipasi aktif dalam meningkatkan standar professional
Berpartisipasi dalam usaha mencegah masyarakat, dari informasi yang salah

dan misinterpretasi dan menjaga integritas perawat.


Perawat melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatannya yang lain atau ahli
dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhakan oleh
masyarakat termasuk pada lansia.
JPKM lansia
Salah satu program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada
dipuskesmas sasarannya adalah keluarga yang didalamnya ada keluarga lansia.
Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga
yang berisiko tentunya membutuhkan perhatian yang khusus. Perkembangan yang
terjadi tersebut tentunya menuntut perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara
professional. Tuntutan ini tentunya tidak berlebihan sebab hal ini sesuai dengan
kebijakan pemerintah dibidang kesehatan untuk membangun Indonesia Sehat 2010
yang salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan perawatan yang baik dan
perhatian yang selayaknya
5

2.3

Strategi untuk Promosi Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia


Masyarakat sehat 2010 dan lansia
Masyarakat sehat 2010 telah menetapkan suatu tujuan yaitu meningkatkan
kualitas dan kelangsungan hidup sehat bagi seluruh warga Amerika ( USDHHS,
1998 ). Dokumen ini mengindikasikan bahwa aspek terpenting dalam promosi
kesehatan lansia adalah mempertahankan kesehatan dan kemandirian fungsional.
Banyak tujuan yang ditetapkan untuk masyarakat sehat 2000 ( USDHHS, 1991 ) yang
dicakupkan ke dalam tujuan Masyarakat sehat 2010. Ketika merencanakan program
promosi kesehatan untuk komunitas lansia perawat komunitas harus memasukkan
area prioritas dan tujuan spesifik yang terdapat dalam masyarakat sehat 2010. Salah
satu tujuan masyarakat sehat 2010 yang dapat diarahkan pada lansia adalah
meningkatkan setidaknya 90 % proporsi individu berusia 65 tahun atau lebih yang
telah berpartisipasi pada tahun sebelumnya pada setidaknya satu program promosi
kesehatan terorganisasi.

2.3.1

Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan untuk Komunitas Lansia


Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen pencegahan
primer. Promosi kesehatan menekankan pada upaya membantu masyarakat mengubah
gaya hidup mereka dan bergerak menuju kondisi kesehatan yang optimum sedangkan
fokus proteksi kesehatan adalah melindungi individu dari penyakit dan cedera dengan
memberikan imunisasi dan menurunkan pemajanan terhadap agens karsinogenik
toksin dan hal hal yang membahayakan kesehatan di lingkungan sekitar. Konsep
kesehatan lansia harus ditinjau kembali dalam upaya merencanakan intervensi
promosi kesehatan. Filner dan Williams ( 1997 ) mendefinisikan kesehatan lansia
sebagai kemampuan lansia untuk hidup dan berfungsi secara efektif dalam masyarakat
serta untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan otonomi sampai pada tahap
maksimum, tidak hanya terbebas dari penyakit. Apabila dibandingkan dengan
kelompok usia lainnya di Amerika lansia lebih aktif dalam mencari informasi
mengenai kesehatan dan mempunyai kemauan untuk mempertahankan kesehatan dan
kemandirinya. Promosi kesehatan harus benar benar berfokus pada perilaku
beresiko yang dapat dimodifikasi yang disesuaikan dengan masalah kesehatan utama
menurut usia ( USDHHS, 1998 ). Secara umum, pelayanan kesehatan untuk lansia
memiliki tiga tujuan
1.
Meningkatkan kemampuan fungsional
2.
Memperpanjang usia hidup
3.
Meningkatkan dan menurunkan penderita ( OMalley dan Blakeney, 1994 )
Dalam memaksimalkan promosi kesehatan lansia di komunitas
dibutuhkan suatu pendekatan multiaspek. Target intervensi harus mengarah
pada individu dan keluarga serta kelompok dan komunitas.
6

2.3.2

Intervensi Berfokus Individu atau Kelompok


Intervensi promosi kesehatan / proteksi kesehatan berfokus individu atau
keluarga dirancang dalam upaya meningkatkan pengetahuan keterampilan dan
kompetensi individu atau keluarga untuk membuat keputusan kesehatan yang
memaksimalkan promosi kesehatan dan perilaku proteksi kesehatan. Tujuannya
adalah mendayagunakan lansia dan keluarganya dalam membuat keputusan kesehatan
yang rasional. Beberapa kategori yang termasuk ke dalam intervensi promosi
kesehatan dan proteksi kesehatan dengan target individu dan / atau keluarga adalah :
a.
Skrining kesehatan
b.
Modifikasi gaya hidup
c.
Pendidikan kesehatan ( individu atau kelompok )
d.
Konseling
e.
Kelompok pendukung
f.
Pelayanan kesehatan primer
g.
Imunisasi
h.
Keamanan di rumah
i.
Perawatan di rumah ( pelayanan kesehatan di rumah, perawatan personal atau
j.
k.
l.
m.

2.3.3

bantuan rumah tangga )


Makanan yang dikirimkan ke rumah
Dukungan sosial ( penjaminan kembali telepon dan kunjungan rumah )
Manajemen kasus
Bantuan pemeliharaan di rumah

Intervensi berfokus pada komunitas


Intervensi berfokus komunitas adalah aktivitas dan program yang diarahkan
pada lansia komunitas secara keseluruhan atau sub kelompok lansia yang beragam di
komunitas. Tujuan intervensi berfokus komunitas adalah meningkatkan kapasitas dan
ketersediaan komunitas terhadap pelayanan gabungan kesehatan dan sosial yang
sesuai dan dibutuhkan dalam upaya mempertahankan kemandirian dan status
fungsional lansia di komunitas. Intervensi di komunitas terutama melibatkan advokasi
tindakan politis dan partisipasi dalam pembuatan kebijakan yang memengaruhi lansia
di komunitas. Contoh intervensi berfokus komunitas adalah sebagai berikut :

Kampanye pendidikan kesehatan di masyarakat luas yang menekankan pada

masyarakat lansia
Mengadakan kampanye pada bulan mei yang telah ditetapkan sebagai older

American Month ( bulan lansia Amerika )


Koalisi komunitas untuk menangani isu spesifik lansia seperti pengembangan

pusat informasi lokal, botlines telepon atau situs internet


Keterlibatan politis untuk advokasi kebutuhan lansia seperti mempertahankan

atau memperluas tanggunagan medicare untuk pelayanan di rumah


Kolaborasi dengan universitas, gereja pusat perkumpulan lansia proyek
pemukiman lansia serta organisasi komunitas lain yang tersedia untuk

memberikan pelayanan yang komprehensif kepada subkelompok asia


Aktivitas pencegahan kejahatan
7


2.3.4

Berpartisipasi dalam pameran kesehatan berfokus pada komunitas.


Kemitraan dengan Komunitas Lansia
Secara umum komunitas lansia terbuka untuk praktik kesehatan baru dan

berespons terhadap bermacam macam pendekatan yang berpotensi meningkatkan


kesehatan mereka. Dalam merencanakan program kesehatan yang efektif perawat
kesehatan komunitas harus memvalidasi strategi dan tujuan bersama kelompok lansia
yang ditargetkan. Keterlibatan lansia dalam merencanakan promosi kesehatan dan
aktivitas pencegahan penyakit adalah hal yang esensial karena lansia sensitif terhadap
kehilangan potensi kemandiriannya. Oleh karena itu jika lansia dilibatkan rasa
kemandirian mereka akan menngkat. Tahapan tindakan yang dilakukan ketika bekerja
dengan lansia di komunitas antara lain:
1.
Jalankan program ditempat tempat biasa lansia berkumpul seperti gereja,
2.
3.
4.

senior center, dan tempat perkumpulan pensiunan.


Libatkan aktivitas outreach ke dalam seluruh program
Siapkan sarana transportasi menuju tempat aktivitas kelompok
Antisipasi kebutuhan lansia yang memiliki pandangan dan / atau penglihatan
tidak adekuat ( contoh penggunaan tulisanyang besar, membatasi penggunaan
makalah, penggunaan ruangan yang tenang dan / atau pengeras suara yang

5.

adekuat.
Pertahankan aktivitas secara berlahan dan berikan waktu yang cukup untuk

6.
7.
8.
9.

berespons
Berikan waktu yang cukup bagi para lansia untuk berbagi pengalaman hidup
Pertahankan pengajaran dalam waktu yang relatif singkat
Lakukan pengulangan ganda dan penguatan informasi
1
Susunlah aktivitas pendidikan kesehatan yang dapat memberikan rasa nyaman
pada para lansia dalam mengajukan pertanyaan dan atau menanyakan informasi

10.
11.

baru atau informasi yang masih meragukan mereka


Dorong keterlibata keluarga, teman dan kerabat
Advokasi untuk meningkatkan sumber sumber yang ada di komunitas serta
kebijakan yang memengaruhi lansia

2.3.5

Kebutuhan promosi kesehatan dan proteksi kesehatan lansia di komunitas


a.
Pelayanan Kesehatan
Lansia berusia lebih dari 65 tahun membutuhkan pelayanan kesehatan
primer yang teratur untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit
kronik kecacatan serta kondisi yang mengancam hidupnya. Pelayanan
promosi kesehatan yang dapat mendasari intervensi keperawatan komunitas
meliputi :
1.
Imunisasi ( influenza, difteri, tetanus, vaksin, pneumokokus )
2.
Skrining penyakit kronik seperti kanker penyakit kardiovaskuler, dan
3.

diabetes.
Manajemen dan pengendalian penyakit kronis yang ada ( pendidikan
kesehatan, manajemen kasus,dan manajemen medikasi).
8

4.

Pengetahuan tentang praktik penggantia dan tangguan biaya ( termasuk


biaya pengobatan alternatif ) dari Medicare/Medicare Managed Care,

5.

asuransi Medicare tambahan, dan program asuransi kesehatan spesifik.


Program outreach dan upaya advokasi untuk menjamin akses lansia
pada sumber-sumber yang dibutuhkan; seperti advokasi kesehatan,
pelatihan kesehatan, dan pengendali akses di komunitas, Personel yang
ditugaskan bisa karyawan perusahaan swasta, staf gereja, dan karyawan
perudahaan BUMN yang dapat merujuk lansia kepada sumber-sumber

b.

6.

yang ada di komunitas (Florioet al, 1996).


Rujukan kepada program bantuan farmasi negara yang ada serta

7.

advokasi untuk membuat program yang mereka butuhkan.


Pendidikan mengenai manajemen medikasi ( penjadwalan, kepatuhan,

8.
9.
10.

kalender, dan sebagainya ).


Sumber berkelanjutan datri pelayanan primer.
One stop shopping untuk pelayanan kesehatan.
Hubungan kepada kelompok pendukung penyakit kronik.

Nutrisi
Nutrisi adekuat adalah hal paling penting bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatan, mencegah penyakit, yang memperlambat
perkembangan penyakit kronis yang di derita. Dalam upaya membantu lansia
meningkatkan dan mempertahankan status nutrisinya, pengkajian nutrisi dan
membangun kekuatan yang ada adalah hal yang sangat membantu. Daftar
Periksa Skrining Nutrisi ( Nutrision Screning Checklist ) yang dibuat oleh
American Academy of Family Physicians, American Dietetic Association, dan
National Council on Aging ( Nutrition Screning Initiative, 1992 ) adalah alat
pengkajian nutrisi yang sangat baik. Berikut ini adalah program kemitraan

c.

dalam bidang kesehatan nutrisi yang dapat Anda pertimbangkan.


Makan sehat dan enak!
Rencanakan kelas atau serial kelas nutrisi yang berfokus pada nutrisi
dasar dan manajemen resiko nutrisi ( rendah garam, rendah lemak, rendah
gula, tinggi serat dan sebagainya ). Apabila kebutuhan terhadap diet gula
khusus harus dibahas, pertimbangkan untuk mengadakan serial kelas dan
bentuk kelompok menurut ingkatran kebutuhan diet spesifiknya. Kelas nutrisi
akan lebih efektif jiak penyajiannya sangat interaktif dengan para partisipanmencicipi dan berbagi resep, membangun kebiasaan positif yang ada, dan
memasukkan makanan yang etnis. Pemasangan poster dengan tulisan yang
besar dan berwarna-warni serta tayangan video aalah langkah yang tepat.
Makalah juga bisa membantu. Ingat, lansia senang membicarakan dan
menceritakan pengalaman hidup mereka. Berikan hadiah kepda lansia yang
9

menghadiri kelas, seperti tongkat, kanduk kertas, makaronidan makanan yang


tidak cepat membusuk. Dapatkan bantuan hadiah dari toko yang menjual
bahan makanan. Tantangan terbesarnya adalah enumbuhkan minat para lansia
untukmenghadirikelas ini. Pertimbangkan individu dari komunitas atau
d.

kelompok teman sebaya untuk membantu marketing dan program outreach.


Olahraga dan Kebugaran
Manfaat olahraga telah dibuktikan sepanjang rentang kehidupan
manusia. Olahraga untuk lansia harus mempertimbangkan kesehatan dan
status fungsionalnya. Di bawah ini adalah beberapa bentuk program olahraga
kebugaran.

DUDUK MENENDANG KE ATAS: OLAHRAGA UNTUK


LANSIA
Ketika mengadakan klinik skrining tekanan darah dipusat
nutrisi lansia, perawat mengobservasi bahwa pengunjung sering kali
datang sekitar pukul 8 pagi. Mereka mengisi waktu dengan dudukduduk sampai makan siang dihidangkan pada pukul 12 siang. Mereka
bermain permainan meja seperti kartu atau domino, tetapi aktivitas
fisik mereka sedikit. Ketika memeriksa tekanan darah, perawat
menanyakan tentang aktivitas fisik yang lansia lakukan dan
memperoleh informasi bahwa kebanyakan lansia tidak merasa aman
untuk berjalan di sekitar lingkungan mereka atau mereka belum
mengetahui bentuk lain dari olahraga. Setelah memvalidasi kebutuhan
terhadap tipe olahraga ringan ( low-impact ) yang dapat dilakukan di
kursi,suatu program dikembangkan dan beberapa pertisipan dilatih
sebagai instruktur olahraga. Rogram tersebut dinamakan Duduk,
Menendang ke Atas: Olahraga untuk Lansia. Dengan bimbingan
sukarelawan instruktur olahraga, program telah dimasukkan secara

nyata ke dalam jadwal aktivitas sehari-hari.


Pencegahan jatuh
Jatuh adalah masalah besar pada lansia. Anda mungkin
hendak membangun sebuah tim dengan ahli terapi oku pasional dan
ahli terapi fisik untuk mengadakan kelas pencegahan jatuh pada lokasi
tempat para lansia biasa berkumpul ( ya , mungkin saja anda tidak
dapat mempengaruhi para lansia untuk datang mengahadiri kelas ini
yang justru sangat mereka butuhkan; para lansia tersebut berada di
rumahanya karena meraka takut jatuh jika mereka pergi keluar).
Beberapa individu dapat memberikan koesioner mengenai pengkajian
jatuh,

sebagian

lagi
10

dapat

melakukan

tes

keseimbangan,

mendemonstrasikan cara cara untuk mencegah jatuh

dan

memberikan konseling individual mengenai hal hal yang dapat


menyebabkan jatuh. Proyek kolaborasif multidisiplin ini dapat
berdampak

sangat

besar

terhadap

masalah

yang

terkadang

mengakibatkan lansia kehilangan kemandiriannya atau bahkan dapat


membawa kepada kematian. Anda mungkin perlu memasarkan proyek
ini serta mendapatkan tempat untuk skrining, tes keseimbangan,
demonstrasi dan konseling. Pertimbangkan untuk memiliki formulir
pernyataan dan persetujuan untuk menjalani tes keseimbangan pada

setiap kejadian jatuh.


Keamanan komunitas
Dalam upaya

menurunkan

ketakutan

lansia

terhadap

kekerasan yang sering menghantui mereka, perawat perlu bekerja


sama

dengan

lembaga

penegak

hukum

setempat

untuk

mengembangkan program komunitas. Prototipe program meliputi


neighborbood crime watch program, citizens on patrol dan program
keamanan organisasi kemasyarakatan lainnya. Lansia membutuhkan
pendidikan yang mencakup program pertahan diri, baik secara fisik
maupun secara psikologis. Kampanye media di masyarakat harus
berkonsentrasi pada upaya menumbuhkan kewaspadaan lansia
terhadap tipe tipe kejahatan spesifik di dalam masyarakat, termasuk
frekuensi dan waktu kejadian. Selain itu, menabungkan cek bulanan

untuk menurunkan kerentanan terhadap kejahatan.


Keamanan berkendara
Seiring dengan peningkatan presentasi lansia di amerika,
jumlah pengendara lansia juga semakin banyak. Derekomendasikan
agar

pengendara

lansia

belajar

mengemudi

kembali

untuk

mengakomodasikan perubahan neuromuskular dan sensorik yang


terjadi seiring proses menua. Pengendara lansia dianjurka untuk
mengevaluasi kemabli secara periodik kemampuan mereka dalam
mengemudi, termasuk pemerikasaan penglihatan / pendengaran dan
evaluasi perubahan fisik lainnya dapat mempengaruhi mereka dalam
berkendara. AARP mensponsori 55 ALIVE / Mature Driving
Program

untuk

meningkatkan

membantu

kemampuan

pengendara
berkendaranya,

yang

berusia

mencegah

lanjut

tabrakan

kendaraan dan menghindari pelanggaran lalu lintas (AARP, 1999a) .


AARP juga menerbitkan Older Driver Assesment and Resource Guide
( panduan pengkajian dan sumber pengemudi lansia) yang disediakan
11

secara gratis. Pengemudi yang berusia lanjut harus mengacu kepada

sumber ini atau sumber lain yang ada di komunitas.


LEGISLASI SIGNIFIKAN DAN LANSIA AMERIKA
Akhirnya, beberapa bagian legislasi yang penting patut
untuk didiskusikan. Dua bagian penting dari legislasi yang
mempengruhi kehidupan lansia di amerika adalah Social Security Act
tahun 1935 dan Older Americans Act (OAA) tahun 1965. Social
Security Act berisi banyak program bagi para lansia, termauk bantuan
finansial dan pelayana kesehatan. Ketentuan utamanya adalah
meningkatkan sistem tunjangan bagi lansia dan memungkinkan
negara untuk memberikan santunan kepada tunanetra, masyarakat
yang sudah tua, serta anak anak cacat dan terlantar. Undang
undang ini membentuk Social Security Board (badan pengaman
social) dan mekanisme untuk meningkatkan uang pensiun dan
tunjangan kesejahteraan. Satu amandemen paling signifikan muncul
pada tahun 1965, yang ditandai dengan berdirinya program asuransi
kesehatan Medicare dan Medicaid. OAA mengarahkan atensi negara
kepaa kebutuhan lansia dan mengesahkan the Administration On
Aging Within The Department Of Health And Human Services. OAA
mendanai riset serta pelatihan gerontologi dan memfasiltasi program
lokal, negara, dan nasional guna meningkatkan kualitas hidup lansia.
Selama bertahun tahun, OAA telah menetapkan bermacam macam
pelayanan untuk lansia, termasuk lembaga yang melayani lansia,
pusat multiguna lansia, pelayanan nutrisi, program relawan,
pendidikan kesehatan, pelayanan transportasi, pelayanan kesehatan
dirumah, dan aktivitas kesehatan preventif. Legislasi lain yang
membantu peningkatan kualitas hidup lansia adalah The Age
Discrimonation Act tahun 1974 yang mencegah diskriminasi pada
lansia dalam pekerjaan dan mencegah pensiun yang dipaksakan ;
research on aging act tahun 1974, yang membentuk National Institute
Of Aging dalam The National Institute Of Health dan American
Disabilities Act tahun 1990 yang menjamin hak hak warga amerika
yang mengalami kecacatan.

2.3.6

Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk Lansia


Penuaan di dalam masyarakat kita merupakan fenomena yang dominan pada
saat ini. Tiga dari empat penyebab kematian yang sering terjadi di kalangan lansia
penyakit jantung, kanker dan stroke merupakan akibat dari gaya hidup yang kurang
12

sehat. Namun gambaran suram tentang penduduk lansia yang kurang gerak, lansia
yang mengalami penyakit kronis secara bertahap telah digantikan oleh konsep baru
seperti masa tua dengan penuh kesuksesan ( misalnya kemampuan individu untuk
beradaptasi terhadap proses penuaan ) dan penurunan morbiditas ( misalnya
penundaan awitan terjadinya penyakit kronis dan melemahkan sampai pada tahap
akhir kehidupan ). Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal
yang mendesak dan juga merupakan kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia.
Perawat profesional untuk lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang
berusia 65 tahun yang dapat diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan komponen
penting dalam perawatan kesehatan.
2.3.7

Promosi kesehatan dan perlindungan kesehatan


Penelitian terbaru menemukan bahwa lansia tertarik dalam promosi kesehatan
dan banyak lansia pada saat ini mempraktikan lebih banyak perilaku promosi
kesehatan daripada kelompok usia yang lebih muda. Ketika ditanyakan perilaku
apakah yang

mereka

inginkan untuk mempertahankan atau meningkatkan

kesehatannya lansia menyebutkan hal hal seperti tetap aktif dan memelihara
pandangan positif terhadap kehidupan olahraga, nutrisi, istirahat dan relaksasi
memantau tekanan darah dan pemeriksaan kesehatan dan disiplin diri sendiri untuk
melakukan sesuatu yang tidak terlalu berat. Hal hal tersebut sebenarnya mewakili
suatu

kombinasi

perilaku

promosi

kesehatan

dan

perlindungan

kesehatan

( pencegahan ) Menurt pender promosi kesehatan adalah pola multidimensional dari


tindakan dan persepsi yang berasal dari dalam diri sendiri yang dapat membantu
memelihara atau meningkatkan kesehatan aktualisasi diri dan pemenuhan kebutuhan
individu. Perilaku perilaku tersebut misalnya melakukan aktivitas fisik dan mental
secara teratur memperoleh nutrisi istirahat dan relaksasi yang adekuat dan memelihara
jaringan dukungan sosial; semua itu merupakan perilaku promosi kesehatan karena
dapat mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan seseorang.
Promosi kesehatan untuk lansia, tidak difokuskan pada penyakit atau
ketidakmampuan terapi lebih pada kekuatan dan kemampuan lansia tersebut. Promosi
kesehatan berusaha untuk memaksimalakan potensi lansia dan meminimalkan efek
penuaan. Aktivitas promosi kesehatan utama yang tepat untuk lansia adalah aktifitas
fisik, mental, dan sosial secara teratur, nutrisi adekuat, pengendalian berat badan dan
menejemen stres.
Penemuan ini menunjukkan kesempatan yang unik bagi profesi keperawatan.
Perawat memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas kehidupan dalam porsi yang
penting bagi populasi dengan menggunakan kerangaka kerja promosi kesehatan untuk
mengorganisasikan dan memberikan asuhan keperawatan bagi lansia. Pendekatan ini
13

mendorong perawat untuk memandang lansia secara positifuntuk mengidentifikasi


dan membangun kekuatan daripada memusatkan pada keterbatasan dan masalah.
Periilaku perlindungan kesehatan adalah aktifitas yang diarahkan untuk mengurangi
resiko individu terhadap perkembangannya penyakit tertentu. Misalnya pemeriksaan
kesehatan secara teratur dan penggunaan obat obatan secara tepat merupakan
perilaku perlindungan kesehatan. Beberapa perilaku ada yang termasuk promosi
kesehatan dan perlindungan kesehatan. Misalnya, olah raga secara teratur merupakan
perilaku untuk melindungi kesehatan jika dilakukan untuk mengurangi resiko
seseorang menderita penyakit kardiovaskuler, depresi, diabetes melitus pada saat
dewasa akibat obesitas dan osteoporosis. Pembatasan diet khusus, seperti diet rendah
kolesterol atau diet tinggi serat merupakan perilaku untuk perlindungan kesehatan
melawan penyakit kardiovaskular dan beberapa jenis kanker. Penjelasan selengkapnya
tentang perlindungan kesehatan terhadap masalah masalah yang sering terjadi pada
lansia

2.3.8

Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia


Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azaz, pendekatan, dan jenis
pelayanan kesehatan yang diterima.
1.

Azaz
a.

Menurut WHO (1991) adalah to Add Life to the Years that Have Been
Added to Life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi,

b.

perawatan, pemenuhan diri, dan kehormatan.


Azaz yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI Add Life to the
Years, Add Health to Life, and Add Years to Life. Yaitu meningkatkan
mutu

2.

3.

kehidupan

lanjut

memperpanjang usia.
Pendekatan
Menurut WHO (1982),
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Jenis

usia,

meningkatkan

kesehatan,

pendekatan yang digunakan adalah sebagai

Menikmati hasil pembangunan.


Masing-masing lansia memiliki keunikan.
Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal.
Lansia turut memilih kebijakan.
Memberikan perawatan dirumah.
Pelayanan harus dicapai dengan mudah.
Mendorong ikatan akrab antar kelompok/antar generasi.
Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia.
Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya.
Lansia beserta keluarga aktif memeliharan kesehatan lansia.
14

dan

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya


kesehatan, yaitu peningkatan (promotion), pencegahan (prevention), diagnosis
dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
a.
Promotif
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan
tidak langsung untuk menigkatkan derajat kesehatan dan mencegah
penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan
untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga professional dan
masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi normanorma social. Upaya promotif dilakukan untuk membantu orangorang mengubah gaya hidup mereka dan bergerak kea rah keadaan
kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang
untuk membuat pilihan yang sehat tentang prilaku hidup mereka.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut:

Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi jatuh,


mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan
penggunaan alat pengaman dan mengurangi kejadian keracunan

makanan atau zat kimia.


Meningkatkan kemanan ditempat kerja yang bertujuan untuk
mengurangi

terpapar

dengan

bahan-bahan

kimia

dan

menigkatkan penggunaan system keamanan kerja.


Menigkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk,
bertujuan untuk mengurangi penggunaan semprotan bahanbahan kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan
pengelolaan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta

mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.


Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
yang bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara
kebersihan gigi dan mulut.
Penyampaian 10 prilaku yang baik pada lansia, baik perorangan

maupun kelompok lansia adalah dengan cara sebagai berikut:

Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.


Mau menerima keadaan, sabar dan optimis, serta meningkatkan
rasa

percaya

diri

dengan

melakukan

kegiatan

kemampuan.
Menjalin hubungan teratur dengan keluarga dan sesama.
Olahraga ringan setiap hari.
15

sesuai

Makan sedikit tetapi sering, memilih makanan yang sesuai, dan

banyak minum (sebaiknya air putih).


Berhenti merokok dan meminum minuman keras.
Meminum obat sesuai anjuran dokter.
Kembangkan hobi atau minat sesuai kemampuan.
Tetap memeliharan dan bergairah dalam kehidupan seks.
Memeriksa kesehatan dan gigi secara teratur.

Menyampaikan pesan B-A-H-A-G-I-A.

b.

B-Berat badan berlebihan harus dihindari.


A-Atur makanan yang seimbang.
H-Hindari factor resiko penyakit jantung iskemik dan situasi

menegangkan.
A-Agar terus merasa berguna dengan mengembangkan

kegiatan atau hobi yang bermanfaat.


G-Gerak badan teratur dan sesuai kemampuan.
I-Ikuti nasihat dokter.
A-Awasi kesehatan dengan pemeriksaan secara berkala.

Preventif

Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada


lansia sehat, terdapat factor resiko, tidak ada penyakit dan

promosi kesehatan.
Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut.
Program imunisasi, misalnya vaksin influenza.
Konseling : berhenti merokok dan minum beralkohol.
Dukungan nutrisi.
Exircise.
Keamanan didalam dan disekitar rumah.
Manajemen stress.
Penggunaan medikasi yang tepat.
Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan
terhadap penderita tanpa gejala, dari awal penyakit hingga
terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis, dan
mengidap factor resiko.
Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain adalah
sebagai berikut.
- Control hipertensi.
- Deteksi dan pengobatan kanker.
Screening : pemeriksaan rectal, mammogram, papsmear,

gigi mulut dan lain-lain.


Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat
gejala penyakit dan cacat; mencegah cacat bertambah dan
ketergantungan; serta perawatan bertahap, tahap (1) perawatan
16

di rumah sakit, (2) rehabilitasi pasien rawat jalan, dan (3)


perawatan jangka panjang.
Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut.
Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi
rehabilitasi

dan

membatasi

ketidakmampuan

akibat

kondisi kronis. Misalnya osteoporosis atau inkontinensia


-

urine/fekal.
Mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan
berfungsi.

2.4

Sosial Worker
Tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak orang yang memandang rendah pekerja
sosial. Padahal di negara-negara maju, pekerja sosial telah dianggap sebagai sebuah profesi
yang serius. Menjadi seorang pekerja sosial tidak semata-mata tanpa mempunyai modal
ketrampilan. Pekerja sosial sebagai pekerja profesional harus membekali diri mereka dengan
ketrampilan dan keahlian khusus. bahkan telah ada lembaga atau sekolah yang khusus didirikan
untuk memberikan pelajaan tentang ketrampilan dan keahlian bagi para pekeja sosial
2.4.1

Definisi Sosial Wolker


Berikut ini adalah pengertian dan definisi pekerja sosial menurut para ahli:
Yayasan obor indonesia
Pekerja sosial adalah seseorang yang mempunyai kompetensi profesional
dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan formal atau
pengalaman praktik di bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial yang diakui
secara resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas profesional pekerjaan

sosial.
Endang moertopo
Pekerja sosial adalah seseorang yang memiliki dasar pengetahuan,
ketrampilan dan nilai-nilai pekerjaan sosial yang bertujuan untuk memberikan

pelayanan kesejahteraan sosial


Kementrian sosial republik indonesia
Pekerja sosial adalah orang yang memiliki profesi pertolongan
Tara kuther, ph.d
Pekerja sosial adalah seorang profesional, yang paling sering bekerja dengan
orang dan membantu mereka mengelola kehidupan sehari-hari mereka,
memahami dan beradaptasi dengan penyakit, cacat, kematian, dan memberikan
pelayanan sosial, seperti perawatan kesehatan, bantuan pemerintah, dan bantuan

hukum.
Jack claridge
Pekerja sosial adalah sorang individu yang bertujuan untuk membantu orangorang dalam masyarakat yang tidak mampu atau kesulitan dalam menangani
17

masalah kehidupan yang mereka hadapi. Pekerja sosial dapat melakukan tugas

mereka di sekolah, rumah sakit, organisasi, dan sektor publik lainnya.


Princeton
Pekerja sosial ialah seseorang yang menghabiskan hari-hari mereka membantu
orang yang emmpunyai masalah dengan kesehatan, psikologis, sosial, atau

bahkan masalah keuangan


Pincus dan Anne Minahan
Pekerjaan Sosial adalah suatu bidang keahlian yang mempunyai tanggung jawab
untuk memperbaiki dan atau mengembangkan interaksi antara orang/sekelompok
orang dengan lingkungan sosial mereka sehingga memiliki kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas kehidupan, mengatasi kesulitan dan mewujudkan

aspirasi serta nilai-nilai mereka.


C Walter A. Fried Kandar
1. Pekerjaan sosial adalah profesi pertolongan kamanusiaan yang tujuan
utamanya adalah membantu keberfungsian sosial individu, keluarga dan
masyarakat dalam melaksanakan peran-peran sosialnya (Siporin, 1975;
Morales dan Sheafor, 1989; Suharto, 1997). Para pekerja sosial, memiliki
seperangkat pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai pertolongan yang
2.

diperoleh melalui pendidikan (perguruan tinggi).


Pekerja Sosial Profesional
Adalah mereka-mereka yang melakukan peran sebagai pekerja sosial dalam
berbagai segmennya, baik di masyarakat (pekerja sosial masyarakat), di
ranah industri (pekerja sosial industri), maupun di ranah kesehatan (pekerja
sosial medis) secara profesional, didasarkan pada latar belakang keilmuan
yang diperoleh melalui jalur pendidikan tinggi bidang pekerjaan sosial. Atas
hal ini, maka seluruh aktivitasnya mulai dari perencanaan, pentahapan,
metode, teknik, pendekatan, dan yang lainnya yang digunakan didasarkan

pada kaidah-kaidah ilmiah yang, tentu saja, bisa dipertanggungjawabkan.


Walter A. Friedlander
Pekerjaan sosial medis adalah pelayanan yang bercirikan pada bantuan sosial
dan emosional yang mempengaruhi pasien dalam hubungannya dengan penyakit
dan penyembuhannya. Medical social work : the social work practice that
occurs in hospital and others health care setting to facilitate good health, prevent
illness, and aid physically patients and their families to resolve the social and
psychological problems related to the illness.

Rex A. Skidmore dan Trackery (1994 : 146) :


Pekerjaan sosial dalam pemeliharaan kesehatan sebagai praktik kerjasama
pekerja sosial dalam bidang kesehatan dan dalam program-program pelayanan
kesehatan masyarakat. Praktik pekerjaan sosial dalam bidang pelayanan
18

kesehatan mengarah pada penyakit yang disebabkan atau berhubungan dengan


tekanan-tekanan sosial yang

mengakibatkan kegagalan-kegagalan dalam

pelaksanaan fungsi relasi-relasi sosial.


Istilah pekerjaan sosial medis pada perkembangan lebih lanjut diganti dengan
istilah pekerjaan sosial dalam pemeliharaan kesehatan (Social Work in Health
Care).
Istilah pekerjaan sosial dalam pemeliharaan kesehatan dianggap lebih fleksibel
dan lebih luas dibanding dengan istilah Pekerjaan sosial medis yang hanya
berkonotasi penyembuhan (Medicine).Pekerjaan sosial dalam pemeliharaan
kesehatan meliputi : pekerjaan sosial di rumah sakit (Social Work in Hospital),
Pekerjaan sosial dalam keluarga (Social Work in Family) dan pekerjaan sosial
dalam kesehatan masyarakat (Social Work in Public Health).

2.4.2

Ruang Lingkup Pekerjaan Sosial Medis


a.
Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat faktor
yakni :
1.
Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik /
anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme)
2.
3.

dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).


Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan

4.

kecacatan, rehabilitasi,
Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi

produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil


kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu
kesehatannya.
Menurut Sumamur (1976) Kesehatan kerja merupakan spesialisasi
ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik,
mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja serta terhadap penyakit umum. Konsep kesehatan kerja dewasa ini
semakin banyak berubah, bukan sekedar kesehatan pada sektor industri saja
melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam
melakukan pekerjaannya.
b.

Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :


1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang
di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya
akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.
19

2. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :

Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian

Peralatan dan bahan yang dipergunakan

Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.

Proses produksi

Karakteristik dan sifat pekerjaan

Teknologi dan metodologi kerja


3. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan
hingga perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
4. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut
bertanggung jaab atas keberhasilan usaha hyperkes
2.4.3

Asumsi Asumsi Pekerjaan Sosial


a. Brach & Spech.
1. Status kesehatan masyarakat, pola-pola penyakit dan reaksi orang terhadap
penyakit, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, budaya dan ekonomi
2.
3.

masyarakat setempat.
Sakit dan penyakit sangat berkaitan erat dengan perilaku manusia.
Akses orang terhadap sumber pelayanan kesehatan merupakan masalah yang

endemik.
4. Penanganan

medis

yang

dilakukan

oleh

dokter

saja

sering

tidak

komprehensif dan tuntas.


5. Penanganan medis yang dilakukan secara inter disipliner, seringkali
b.

menunjukkan hasil yang lebih efektif.


Isu Umum Yang terjadi Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan menurut Brach and
Spech
1. Permasalahan efisiensi manajemen program pelayanan kesehatan.
2. Pemberian pelayanan kesehatan tidak komprehensif dan kurang terkoordinasi
3.

dengan baik.
Distribusi ahli kesehatan dan tenaga pemberi pelayanan kesehatan lain yang

4.

tidak seimbang antara desa dan kota.


Proses perencanaan pelayanan kesehatan kurang dilakukan dalam koordinasi

5.

yang lebih baik dengan pelayanan-pelayanan sosial dalam tingkat komunitas.


Keterlibatan konsumen dalam pemberian pelayanan belum dapat dicapai.

Isu umum yang terjadi di Indonesia


1.
Peningkatan tuntutan kebutuhan akan pelayanan kesehatan jauh melebihi
2.
3.
4.

kemampuan sistem pelayanan kesehatan


Ketidaktahuan masyarakat tentang cara pemeliharaan kesehatan
Ketidaktahuan tentang sumber pelayanan
Ketidakmampuan masyarakat dalam menjangkau sumber pelayanan dan

5.
6.

pemenuhan fisik/kesehatan (biaya perawatan)


Masalah relasi interpersonal pasien, pemberi pelayanan kesehatan dan keluarga
Responsivitas masih rendah thdp kebutuhan pasien/masyarakat termasuk

7.
8.

berbagai perubahan pola penyakit.


Gaya hidup yang membahayakan masyarakat
Kecemasan yang dialami pasien dan keluarga dalam proses penyembuhan
20

9.
10.
2.4.4

Sistem nilai masyarakat yg kurang mendukung kesehatan


Kepedulian dan tingkat partisipasi masyarakat yang kurang

Karakteristik Pekerjaan Sosial


Karakteristik yang membedakan profesi pekerjaan sosial deng aprofesi lain adalah
sebagai berikut :
1.
Fokus pekerjaan sosial adalah orang secara keseluruhan dan secara totalitas,
2.

yaitu mencakup faktor orang, tingkah laku, dan lingkungannya.


Pekerjaaan sosial menekankan kepada pentingnya keluarga

3.

membentuk dan mempengaruhi tingkah laku anggota keluarga.


Pemanfaatan sumber sumber masyarakat untuk membantu

4.

memecahkan masalahnya.
Penggunaan proses supervisi dapat memberikan petunjuk dan bimbingan bagi

didalam
orang

pekerja sosial yang belum berpengalaman agar nanti tumbuh dan berkembang
5.

menjadi pekerja sosial yang berpengalaman.


Pekerjaan sosial mempunyai program pendidikan yang unik karena memadukan
antara pengetahuan, nilai dan ketrampilan yang diperoleh didalam kelas dengan

6.

pengalaman praktek di lapangan/masyarakat.


Pekerjaan sosial tradisional menekankan pada tiga proses dasar yaitu case work,

7.
8.
9.

group work, community organisation.


Pekerjaan sosial mempunyai badan profesi seperti NASW. CSWE, IPPSI
Relationship merupakan kunci didalam proses pekerjaan sosial.
Pekerjaan sosial berorientasi kepada konsep konsep psikiatri dan lebih

10.

menekankan kepada pemahaman tentang orang.


Istilah di dalam pekerjaan sosial adalah social fungtioning, social interaction,

11.

dan malfungtioning.
Pekerjaan sosial mengakui bahwa permasalahan sosial dan tingkah laku

12.

manusia berada di dalam institusi institusi sosial menusia.


Banyak pekerja sosial yang bekerja pada badan badan sosial, baik badan milik

13.

pemerintah, swasta atau privat.


Tujuan paling dasar dari pekerja sosial adalah membantu klien atau masyarakat

14.

agar mereka membantu diri mereka sendiri.


Sejak pekerja sosial dipekerjakan didalam badan badan sosial dan mendapat
upah, maka bayaran dari klien dipergunakan untuk kesejahteraan badan sosial,

15.

bukan untuk meningkatkan penghasilan pekerja sosial.


Seorang pekerja sosial agar lebih efektif dalam melaksanakan tugasnya, maka
dapat menggunakan dan mengembangkan pendekatan team, sehingga mampu
mengkoordinasi kegiatan pelayanan yang diberikan.

2.4.5

Tujuan Pekerjaan Sosial


1.
Tujuan pekerjaan sosial menurut Allen Pincus & Anne Minahan sebagai
berikut :

21

a.

Enhance the problem solving and coping capacities of people


Meningkatkan kemampuan orang untuk melaksanakan tugas kehidupan

b.

dan kemampuandalam memecahkan masalah


Link people with systems that provide them with resources, service and
opportunities
Mengkaitkan orang dengan sistem yang dapat menyediakan sumber,

c.

pelayanan dan kesempatan yang dibutuhkannya


Promote the effective and human operation of these systems
Meningkatkan kemampuan pelaksanaan sistem secara efektif dan

d.

berperikemanusiaan
Contribute to the development and improvement of social policy
Memberi sumbangan bagi perubahan, perbaikan dan perkembangan

2.

kebijakan serta perundang-undangan sosial


Tujuan pekerjaan sosial menurut Dean H. Hepworth & Jo Ann Larsen sebagai
berikut :
The purpose of social work is to promote or restore a mutually
benefir interaction betwen individuals and society in order to improven the
quality of life for everyone. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
kegiatan untuk meningkatkan atau memulihkan interaksi secara timbal balik
antara individu dengan masyarakat merupakan tujuan yang hendak dicapai,
agar tercipta kehidupan yangn berkualaitas tinggai. Pekerja sosial didalam
mencapai tujuan diatas harus mempunyai keyakinan bahwa:
a)
Lingkungan ( lingkungan fisik, sosial dan organisasi) hendaknya :
Memberikan kesempatan dan sumber sumber agar setiap
individu dapat merealisasikan segenap potensi dan aspirasinya
secara maksimal.
Memberikan kesempatan dan sumber sumber guna

memenuhi kebutuhan semua manusia dan untuk mengurangi


b)

tekanan dan penderitaan yang dialami.


Individu individu hendaknya memberikan kontribusi atau sumbangan
yang

efektif,

sehingga

dapat

memberikan

kebahagiaan

dan

kesejahteraan kepada orang lain di lingkungan terdekat sampai pada


c)

masyarakat luas.
Transaksi individu dengan individu lain didalam masyarakat hendaknya
dapat meningkatkan pengakuan bahwa setiap manusia mempunyai
harkat dan martabat, individu yang unik, menentukan diri sendiri.
Mereka lebih lanjut memperinci tujuan pekerjaan sosial sebagai
berikut:

22

Membantu orang memperluas kompetensinya dan


meningkatkan

kemampuan

mereka

menghadapi

serta

memecahkan masalah.
Membantu orang memperoleh sumber sumber
Banyak orang yang memiliki sedikit pengetahuan tentang sistem
sumber yang ada di masyarakat. Oleh karena itu pekerja sosial berperan
sebagai broker (perantara) mengkaitkan orang dengan sistem sumber
yang ada seperti pelayanan kesejahteraan anak, kesehatan, kesehatan
mental dan sebagainya.
Membuat organisasi organisasi yang responsif dalam
-

memberikan pelayanan kepada orang.


Memberikan fasilitas interaksi antar individu dengan
individu lain didalam lingkungan mereka. Kualitas hidup
seseorang ditentukan oleh kualitas interaksinya dengan orang lain

dilingkungan sosialnya.
Mempengaruhi interaksi antara organisasi organisasi

dengan institusi institusi


Mempengaruhi kebijakan sosial maupun kebijakan

lingkungan
2.4.6 Fungsi Pekerjaan Sosial
1.
Membantu orang untuk meningkatkan dan menggunakan secara lebih efektif
kemampuan mereka untuk melaksanakan tugas kehidupan dan memecahkan
masalah mereka.
Tugas yang dapat dilaksanakan pekerja sosial :
a. Mengidentifikasi dan mengadakan kontak dengan orang lain yang
membutuhkan pertolongan dalam melaksanakan tugas kehidupan.
b. Memberikan pemahaman, dorongan dan dukungan kepada orang yang
mengalami krisis.
c. Memberikan kesempatan kepada orang untuk mengutarakan kesulitan yang
dialaminya.
d. Membantu orang untuk menguji berbagai alternative pemecahan masalah dan
memberikan informasi untuk membantu mengambil keputusan.
e. Mengkonfrontasikan orang dengan realitas situasi yang mereka hadapi dengan
jalan memberikan keterangan yang dapat mengganggu keseimbangan pribadi
orang untuk selanjutnya diberikan motifasi guna terjadinya perubahan.
f. Mengajarkan keterampilan untuk membantu individu merealisasikan aspirasi
mereka dan melaksanakan tugas kehidupannya.
2.

Menciptakan jalur hubungan pendahuluan diantara orang dengan sistem untuk


memperoleh sumber.
Tugas2 yang dapat dilaksanakan pekerja sosial :
a.
Membantu mengidentifikasi orang yang membutuhkan sistim sumber atau
orang yang tidak berhak mendapatkan keuntungan / tidak mampu
23

memanfaatkannya, tetapi tidak menyadari bahwa mereka memenuhi


b.

persyaratan untuk menerima pelayanan sistem sumber.


Memberikan informasi tentang adanya sumber yang dapat dimanfaatkan,
hak mereka untuk memanfaatkannya, dan menjelaskan prosedur yang

c.

perlu dilakukan untuk memanfaatkan sumber tersebut.


Membantu orang mengatasi masalah praktis dalam memanfaatkan sumber

d.

tertentu.
Membuat referral dalam membantu orang untuk mengatasi kesulitan dalam

e.

memanfaatkan sumber maupun negosiasi terhadap suatu sistem.


Memberikan informasi dan bertindak sebagai advokat dapat memberikan
stimulasi kepada sistim sumber kemasyarakatan untuk menguji kebijakan

f.

pelayanan yang diberikan kepada kelompok.


Membantu orang untuk bertindak sebagai sumber bagi orang lain melalui
pembentukan sistim baru.

3.

Mempermudah interaksi, merubah dan menciptakan hubungan baru di antara


orang dengan sistem kemasyarakatan. Tugas yang bisa dilakukan pekerja sosial :
a.
Memberikan informasi kepada sistim sumber kemasyarakatan untuk
b.

menjelaskan masalah yang terjadi sebagai akibat sistem sumber tersebut.


Bertindak sebagai seorang konsultan terhadap suatu sumber
kemasyarakatan dan memberikan rekomendasi mengenai berbagai cara

c.

pemberian pelayanan.
Mengkonsultasikan sistem informal untuk membantu mereka memperoleh

d.

pelayanan.
Mengkaitkan orang ke dalam salah satu sistem sumber kemasyarakatan

e.

dengan sistem sumber kemasyarakatan yang lain.


Mengorganisasi penerima pelayanan untuk menjadi anggota organisasi

f.

yang baru
Menjadi penengah dalam memecahkan masalah yang terjadi di antara
sistem sumber informal, anggota organisasi, maupun sistem sumber
kemasyarakatan.

4.

Mempermudah interaksi, merubah dan menciptakan hubungan baru di antara


orang dengan lingkungan sistim sumber. Tugas yang dapat dilakukan pekerja
sosial :
a. Menyalurkan informasi.
b. Menjadi penengah yang netral
c. Membantu mengorganisasi bagian dari suatu sistem
d. Bertindak sebagai konsultan dari anggota suatu sistem.
e. Mengajarkan keterampilan kepada anggota suatu
f.
g.

sistem

untuk

memungkinkan mereka melaksanakan suatu peranan.


Memasukkan anggota baru ke dalam suatu sistem.
Melibatkan anggota suatu system untuk mengadakan pengungkapan dan
pemahaman masalah.
24

5.

Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan, dan perkembangan


kebijakan perundang-undangan sosial.
Tugas yang dapat dilakukan pekerja sosial :
a.
Mengumpulkan dan menganalisa informasi mengenai masalah dan kondisi
yang dapat menunjukkan perlu diadakannya perubahan dalam kebijakan dan
b.

perundang-undangan sosial.
Mendorong badan sosial tempat ia bekerja, atau sistem sumber
kemasyarakatan lainnya serta organisasi formal agar menentukan sikap

c.

terhadap berbagai persoalan dalam masyarakat.


Membuat sistem baru untuk melaksanakan perubahan pada kebijakan

d.

sosial.
Mendorong yang lainnya untuk menjadi advokat yang secara langsung

e.

berhubungan dengan pembuat kebijakan untuk mengadakan perubahan.


Menyusun pelayanan, program, konsep peraturan dan proposal guna
mengubah kebijakan dan menciptakan pelayanan yang dibutuhkan..

6.

Meratakan sumber dalam arti sumber material dibagikan secara adil


Tugas yang bisa dilakukan pekerja sosial :
a.
Menentukan kebutuhan dan ketepatan sumber serta menentukan orang
b.
c.

yang memenuhi persyaratan untuk menggunakan sumber tersebut.


Membentuk suatu sumber informal yang baruuntuk orang tertentu.
Menentukan tempat adanya sumber atau persyaratan untuk memanfaatkan

d.

sumber.
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada orang yang akan

e.

bertindak sebagai sumber.


Mempersiapkan orang untuk menggunakan sumber dan menggunakan

sumber secara efektif.


f.
Memonitor dan mensupervisi penggunaan sumber.
Bertindak sebagai pelaksana kontrol
Tugas yang dapat dilakukan pekerja sosial :
a.
Mengadakan supervise kepada orang yang tingkahlakunya menyimpang.
b.
Menyelidiki laporan tentang adanya praktek penelantaran atau penyiksaan

7.

c.

terhadap orang yang seharusnya memperoleh perlindungan.


Memberikan lisensi terhadap sumber yang memberikan fasilitas untuk

menjamin pelayanan yang memadai pada orang yang membutuhkan.


Fungsi Pokok Pekerjaan Sosial :
1.
Restoratif / pengembalian atau pemulihan kepada keadaan semula.
a.
Kuratif / menolong, menyembuhkan.
Kegiatan kuratif mencakup : identifikasi, pengontrolan,
penghapusan
b.

atau

penyembuhan

terhadap

ketidakmampuan

berelasi sosial
Rehabilitatif / Pemulihan kepada keadaan yang semula.
Kegiatan rehabilitasi mencakup upaya untuk merekonstruksi dan
mereorganisasi pola interaksi yang telah rusak dan pecah atau
membangun kembali pola interaksi yang baru. Memulihkan
25

kapasitas agar kembali

dalam keadaan sehat dan dapat

dimanfaatkan atau dipulihkan kepada suatu kondisi yang


memuaskan. Digunakan dalam konteks membantu orang yang
telah terganggu kapasitasnya atau tidak berfungsi, digunakan di
RS, panti, klinik, sekolah, LP, dsb. Membangun kembali pola
interaksi yang baru.
Preventif / Pencegahan : Untuk menemukan secara awal, mengontrol

2.

dan menghapuskan kondisi - kondisi yang menyebabkan orang tidak


3.

berfungsi sosial.
Pengembangan :
a.
Membantu orang meningkatkan kemampuan untuk berfungsi
b.
c.
d.
e.
f.

2.4.7

sosial
Mengkaitkan orang dengan sistem sumber.
Memberikan fasilitas interaksi dengan sisitim sumber.
Mempengaruhi kebijakan sosial.
Menyalurkan sumber sumber material.
Memberikan pelayanan sebagai pelaksana control sosial.

Peranan Pekerja Sosial


a.
Menurut Heru Sukoco ( 1995:22-27 )
1.
Sebagai pemercepat perubahan (enabler)
Sebagai enabler, seorang pekerja sosial membantu individu-individu,
kelompok-kelompok dan masyarakat dalam mengakses Sistem sumber
yang ada, mengidentifikasi masalah dan mengembangkan kapasitasnya

2.

agar dapat mengatasi masalah untuk pemenuhan kebutuhannya.


Peran sebagai perantara (broker)
Peran sebagai perantara yaitu menghubungkan individu-individu,
kelompok-kelompok dan masyarakat dengan lembaga pemberi pelayanan
masyarakat dalam hal ini; Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat,
serta Pemerintah, agar dapat memberikan pelayanan kepada individuindividu,

3.

kelompok-kelompok

dan

bantuan atau layanan masyarakat.


Pendidik (educator)
Dalam menjalankan peran sebagai

masyarakat yang

pendidik,

membutuhkan

community worker

diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan baik


dan benar serta mudah diterima oleh individu-individu, kelompok-

4.

kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran perubahan.


Tenaga ahli (expert)
Dalam kaitannya sebagai tenaga ahli, pekerja sosial dapat memberikan
masukan, saran, dan dukungan informasi dalam berbagai area (individu-

5.

individu, kelompok-kelompok dan masyarakat).


Perencana sosial (social planner)
26

Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial


yang dihadapi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat,
menganalisa dan menyajikan alternative tindakan yang rasional dalam
mengakses Sistem sumber yang ada untuk mengatasi masalah pemenuhan

6.

kebutuhan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat.


Fasilitator
Pekerja sosial sebagai fasilitator, dalam peran ini berkaitan dengan
menstimulasi atau mendukung pengembangan masyarakat. Peran ini
dilakukan untuk mempermudah proses perubahan individu-individu,
kelompok-kelompok dan masyarakat, menjadi katalis untuk bertindak dan
menolong sepanjang proses pengembangan dengan menyediakan waktu,

b.

pemikiran dan sarana-sarana yang dibutuhkan dalam proses tersebut


Menurut Jim Ife,2002, peran pekerja sosial antara lain:
1. Peranan Fasilitatif
Peranan praktek yang dikelompokan ke dalam peranan fasilitatif merupakan
peranan yang dicurahkan untuk membangkitkan semangat atau memberi
dorongan

kepada individu-individu,

kelompok-kelompok

dan

masyarakat untuk menggunakan potensi dan sumber yang dimiliki untuk


meningkatkan produktivitas dan pengelolaan usaha secara efisien. Melakukan
mediasi dan negosiasi, yaitu pekerja sosial memerankan diri sebagai mediator
dalam pemanfaatan lahan dengan pihak lain untuk memperluas aktivitas
kerjasama dengan menguntungkan pihak-pihak yang terlibat. Memberikan
support/dukungan, yaitu memberikan dukungan untuk memperkuat, mengakui
dan menghargai nilai yang dimiliki oleh individu-individu, kelompokkelompok dan masyarakat, menghargai kontribusi dan kerja mereka.
Dukungan ini dapat bersifat formal dan informal. Membangun consensus
dengan

sesama

pengembangan
masyarakat.

pihak

untuk

melakukan

potensi individu-individu,
Memfasilitasi individu-individu,

kerjasama

dalam

rangka

kelompok-kelompok
kelompok-kelompok

dan
dan

masyarakat dalam meningkatkan produktivitas dan pemasaran hasil produksi.


2. Peranan Educational
Pekerja sosial memainkan peranan dalam penentuan agenda, sehingga tidak
hanya membantu pelaksanaan proses peningkatan peningkatan produktivitas
akan tetapi lebih berperan aktif dalam memberikan masukan dalam rangka
peningkatan pengetahuan, keterampilan serta pengalaman bagi individuindividu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Peran pendidikan ini dapat
dilakukan

dengan

peningkatan
27

kesadaran,

memberikan

informasi,

mengkonfrontasikan, melakukan pelatihan bagi individu-individu, kelompokkelompok dan masyarakat.


3 Peranan-peranan Representasional
Pekerja sosial melakukan interaksi dengan badan-badan di masyarakat yang
bertujuan bagi kepentingan individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat. Peranan ini dilakukan, antara lain dengan : mendapatkan sumbersumber dari luar tetapi dengan berbagai pertimbangan yang matang, seperti
bantuan modal usaha, pelatihan pengembangan potensi dan produktivitas dari
berbagai donator. Melakukan advokasi untuk membela kepentingankepentingan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat seperti
mendukung upaya implementasi program dan berupaya merealisasikan
program tersebut. Memanfaatkan Media Masa untuk memperkenalkan hasil
produksi. Selain itu juga bertujuan menerima dukungan dari pihak lain yang
lebih luas; membuka jaringan kerja, dengan mengembangkan relasi dengan
berbagai pihak, kelompok dan berupaya mendorong mereka untuk turut serta
dalam upaya pengembangan potensi, seperti pemerintah, pengusaha, dan
masyarakat selain itu pula, pekerja sosial berbagi pengetahuan dan
pengalaman dengan stakeholder.
4 Peranan Teknis
Di sini pekerja sosial melakukan pengumpulan dan analisis data, kemampuan
menggunakan komputer, kemampuan melakukan presentasi secara verbal
maupun tertulis, manajemen serta melakukan pengendalian finansial, dan
melakukan need assessment terhadap pengembangan potensi individuindividu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Peran-peran ini dapat
dilakukan pekerja sosial bersama individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat melakukan mendapatkan informasi dan data yang dapat
digunakan baik untuk mengundang perhatian dari stakeholders untuk
mengembangkan potensi tetapi juga membantu mempromosikanDengan
demikian, pekerjaan sosial memiliki peran yang sangat penting dalam
pengembangan
c.

potensi individu-individu,

kelompok-kelompok

dan

masyarakat.
Menurut Dorang Luhpuri dkk (2000) adalah
1.
Fasilitato
Merupakan peranan yang bertujuan untuk mempermudah upaya pencapaian
tujuan sehat dengan cara menyediakan atau memberikan kesempatan dan
fasilitas yang diperlukan klien untuk mengatasi masalahnya, memenuhi
kebutuhannya, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan cara:
1).
mendampingi klien dalam setiap tindakan
2)
memberikan dukungan emosional yang diperlukan klien agar klien
merasa diperhatikan dan terpenuhi kebutuhan emosionalnya
28

3)

berupaya membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya

2. Mediator
Memberikan layanan mediasi jika klien mengalami konflik dengan pihak
lain atau orang lain agar dicapai kesesuaian antara tujuan dan
kesejahteraan diantara kedua belah pihak.

2.5

Dukungan keluarga
2.5.1 Pengertian keluarga
Badan sensus Amerika mendefinisikan keluarga secara tradisional yaitu
keluarga terdiri dari orang-orang yang tergabung

karena hubungan pernikahan,

hubungan darah, atau adopsi dan tinggal bersama dalam satu rumah (Friedman,
2003). Menurut Dep Kes R.I (1998, dalam Achjar, 2010) keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Keluarga sebagai suatu kelompok individu didalam keluarga dapat
menimbulkan, mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki masalah kesehatan dalam
kelompoknya sendiri. Duvall dan Logan (1986) mengatakan bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran
yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial individu yang ada
didalamnya. Sedangkan Bailon dan Maglaya (1978) mengatakan keluarga adalah dua
atau lebih individu yang bergabung karna hubungan darah, perkawinan, dan adopsi
dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010).
2.5.2 Komponen-komponen dukungan keluarga
Dukungan dapat berarti bantuan atau sokongan yang diterima seseorang dari
orang lain. Dukungan biasanya diterima dari lingkungan sosial yaitu orang-orang
yang dekat, termasuk didalamnya adalah anggota keluarga, orang tua dan teman
(Marliyah, 2004).
Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal yang
melindungi seseorang dari efek stress yang buruk. Menurut Friedman (1998, dalam
Wijayanto, 2008), ikatan keluarga adalah orang yang paling dekat hubungannya
dengan lansia. Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam mengintensifkan
perasaan sejahtera. Orang-orang yang hidup dalam lingkungan yang bersikap
supportif, kondisinya jauh lebih baik dari pada mereka yang tidak memiliki keluarga.
29

Sarafino (1994, dalam Marliyah, 2004) menjelaskan bahwa keluarga memiliki


beberapa bentuk dukungan, yaitu:
1) Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi tentang suatu pengetahuan
terhadap anggota keluarga. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menahan
munculnya

suatu

stressor

karena

informasi

yang

diberikan

dapat

menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dukungan


ini berupa nasehat, usualan saran, perunjuk dan informasi.
2)

Dukungan penilaian
Dapat berwujud pemberian penghargaan atau pemberian penilaian yang
mendukung perilaku atau gagasan individu dalam bekerja maupun peran sosial
yang meliputi pemberian umpan balik, informasi, atau penguatan.

3)

Dukungan instrumental
Merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya dapat berwujud
barang, pelayanan dukungan, keuangan, dan menyediakan peralatan yang yang
dibutuhkan. Memberi bantuan dan melaksanakan aktivitas, memberi peluang
waktu, serta modifikasi lingkungan.

4)

Dukungan emosional
Merupakan dukungan yang diwujudkan dalam bentuk kelekatan, kepedulian, dan
ungkapan simpati sehingga timbul keyakinan bahwa individu yang bersangkutan

2.5.3

diperhatikan.
Peran anggota keluarga terhadap lansia
Menurut Eliopoulus (2005) berbagai bentuk peran keluarga diantaranya
menjaga dan membersihkan rumah, mengelola keuangan, belanja, kesempatan untuk
sosialisasi,

menasihati,

menemani

ke

pelayanan

kesehatan,

memasak

dan

menyediakan makanan, mengingatkan untuk berobat, menjaga janji, mengawasi,


melakukan perawatan, pemantauan dan administrasi obat-obatan.
Sama halnya dengan Maryam (2008) yang menyebutkan beberapa hal yang
dapat dilakukan keluarga dalam menjalankan perannya terhadap lansia antara lain
melakukan pembicaraan yang terarah, mempertahankan kehangatan keluarga,
membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia, membantu dalam hal
transportasi, memberikan kasih sayang, menghormati, mintalah nasihatnya untuk
peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam acara-acara keluarga, membantu
mencukupi kebutuhannya, memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatankegiatan di luar rumah, memeriksakan kesehatan secara teratur.
Pada umumnya keluarga memiliki peran penting dalam kehidupan lansia,
keluarga memenuhi 60-80% kebutuhan lansia. Berikut ini hal-hal yang mempengaruhi
kemampuan keluarga memberi dukungan pada lansia yaitu (Lueckenotte, 2000) :
1) Meningkatnya usia lansia old-old (>85 tahun).
30

2)

Penurunan fertilitas, dimana penurunan kelahiran berarti anak yang bisa merawat

3)

lansia lebih sedikit.


Meningkatnya pekerja wanita, dimana biasanya yang memberikan perawatan

4)

primer adalah wanita.


Meningkatnya mobilitas keluarga, sehingga banyak anak yang berjauhan dengan

5)

keluarga mengakibatkan kesulitan memberikan perawatan.


Meningkatnya perceraian dan pernikahan kembali. Hal ini akan menimbulkan
konflik bagi anak untuk memberikan perawatan karena berbedanya pandangan
antara saudara kiri.
Menurut

Carter

dan

McGoldrick

(didalam

Maryam,

2008)

tugas

perkembangan keluarga dengan lansia adalah mepertahankan pengaturan hidup yang


memuaskan, penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan, pemeliharaan
ikatan keluarga antargenerasi, meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut
2.5.4

Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan keluarga. Terdapat beberapa fungsi keluarga
menurut Friedman (2003) yaitu:
1) Fungsi afektif
Merupakan fungsi keluarga

dalam

memenuhi

kebutuhan

pemeliharaan

kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap


kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senamg maupun
2)

sedih, dengan melihat bagaimana keluarga mengekspresikan kasih sayang.


Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,

3)

membentuk nilai dan norma. Bagaimana keluarga produktif terhadap sosial.


Fungsi perawatan kesehatan
Merupakan fungsi dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota
keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisisk, spiritual,
mental dengan cara merawat dan memelihara anggota keluarga serta mengenali

4)

kondisi sakit setiap anggota kelarga.


Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan papan dan

5)

kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga.


Fungsi biologis
Bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tapi untuk memelihara dan

6)

membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.


Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,

7)

keterampilan, mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.


Fungsi psikologis
31

Terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan rasa aman,


memberikan perhatian diantara anggota keluarga (Achjar, 2010).
2.5.5

Pendekatan yang bisa dilakukan keluarga pada lansia


Menurut Lueckenotte (2006), ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan keluarga
terhadap lansia yaitu:
1)
2)
3)

Memahami persepsi dan perasaan lansia


Dekati lansia dengan baik, sehingga lansia tidak merasa ketergantungan
Sarankan satu perubahan dalam satu waktu, karena umumnya orang sulit untuk

4)

menerima perubahan
Pertimbangkan siapa yang cocok untuk berbicara pada lansia

BAB III
32

PENUTUP

3.1

Kesimpulan
Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal yang mendesak dan
juga merupakan kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia. Perawat profesional untuk
lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang berusia 65 tahun yang dapat
diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan komponen penting dalam perawatan kesehatan.

3.2

Saran

Demikian makalah yang telah kami buat, kami menyadari masih terdapat
banyak kekurangan pada makalah yang kami susun. Atas kekurangan dan kelebihan
kami mohon maaf yang sebesar besarnya.Kami juga memohon untuk saran dan
kritik untuk makalah kami apabila ada yang kurang berkenan

DAFTAR PUSTAKA

Mubarak,Wahit Iqbal. 2009. Pengantar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Salemba Medika


Mickey Stanley, Patricia Gauntleff Seare.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi
2.Jakarta:ECG
33

Anderson, Elizabeth T.2006.Keperawata Komunitas Teori dan Praktik.Jakarta: EGC

34

Anda mungkin juga menyukai