Penatausahaan Aset

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

PENATAUSAHAAN

ASET INVENTARISASI
DAN PELAPORAN

PENGERTIAN PENATAUSAHAAN
ASET

Seluruh BMN merupakan objek penatausahaan, yakni semua barang


yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah, yang berada dalam penguasaan Kuasa Pengguna
Barang/Pengguna Barang dan berada dalam pengelolaan Pengelola
Barang.
Penatausahaan BMN meliputi pembukuan, inventarisasi dan
pelaporan BMN. Dalam penatausahaan BMN ini termasuk didalamnya
melaksanakan tugas dan fungsi akuntansi BMN.
Penatausahaan BMN dalam rangka mewujudkan tertib administrasi
termasuk menyusun Laporan BMN yang akan digunakan sebagai
bahan penyusunan neraca pemerintah pusat.
Penatausahaan BMN dalam rangka mendukung terwujudnya tertib
pengelolaan BMN adalah menyediakan data agar pelaksanaan
pengelolaan BMN dapat dilaksanakan sesuai dengan azas fungsional,
kapastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi,
akuntabilitas, dan kepastian nilai.

Penatausahaan BMN bertujuan untuk


mewujudkan tertib administrasi dan
mendukung tertib pengelolaan BMN yang
meliputi penatausahaan pada
Pengguna/Kuasa Pengguna Barang dan
Pengelola Barang

Hasil penatausahaan BMN ini nantinya dapat


digunakan dalam rangka
(a)

(b)

perencanaan kebutuhan pengadaan dan


pemeliharaan BMN setiap tahun untuk
digunakan sebagai bahan penyusunan rencana
anggaran, dan
pengamanan administrasi BMN.

TUGAS PELAKSANA
PENATAUSAHAAN

Tugas Pelaksana Penatausahaan adalah meliputi


pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan.
Selain itu juga termasuk tugas dari pelaksana
penatausahaan adalah pengamanan dokumen.
Adapun tugas dari pelaksana penatausahaan
adalah membuat daftar BMN, dan melakukan
pembukuan. Selain tugas pelaksana
penatausahaan adalah melakukan inventarisasi
BMN, melakukan pelaporan BMN, melakukan
pengamanan dokumen, melakukan rekonsiliasi
data dan/atau pemutakhiran data, dan
melakukan pembinaan.

PEMBUKUAN
i. Pembukuan adalah merupakan kegiatan
pendaftaran dan pencatatan BMN ke dalam
Daftar Barang menurut penggolongan dan
kodefikasi barang. Barang harus Daftar BMN
(tanah dan/atau bangunan).
ii. Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang
harus menyimpan dokumen kepemilikan
selain tanah dan/atau bangunan yang berada
dalam penguasaannya. Sedangkan Pengelola
Barang harus meyimpan dokumen
kepemilikan tanah dan/atau bangunan yang
berada dalam pengelolaannya.

INVENTARISASI

Inventarisasi adalah merupakan kegiatan untuk


melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil
inventariasi BMN yang meliputi :
i.

Pengguna barang, melakukan inventarisasi sekurangkurangnya dalam 5 tahun (kecuali berupa persediaan dan
konstruksi dalam pengerjaan, dilakukan setiap tahun).
Kegiatan inventarisasi dalam 5 tahun sekali adalah sensus,
sedangkan kegiatan inventarisasi berupa persediaan dan
konstruksi dalam pengerjaan adalah opname fisik. Atas
pelaksanaan inventarisasi dimaksud pengguna barang
menyampaikan laporan kepada pengelola barang selambatlambatnya 3 bulan setelah selesainya inventarisasi.

ii. Pengelola Barang, melakukan inventarisasi berupa tanah


dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaanya

sekurang-kurangnya sekali dalam 5 tahun.

PELAPORAN
i. Kuasa Pengguna Barang menyusun Laporan
Barang Kuasa Pengguna (LBKP) semesteran dan
tahunan untuk disampaikan kepada Pengguna
Barang.
ii. Pengguna Barang menyusun Laporan Barang
Pengguna (LBP) semesteran dan tahunan untuk
disampaikan kepada Pengelola Barang.
iii. Pengelola Barang menyusun Laporan Barang
Milik Negara (LBMN) berupa tanah dan/atau
bangunan idle, menghimpun LBP semesteran dan
tahunan, dan menyusun LBMN sebagai bahan
untuk menyusun neraca pemerintah pusat.

Laporan Barang Milik Negara (LBMN) sebagai


output utama penatausahaan, merupakan
media pertanggungjawaban pengelolaan BMN
yang dilakukan oleh pengguna/pengelola
barang dalam suatu periode tertentu, yang
dapat digunakan sebagai sumber informasi
dalam pengambilan keputusan masa depan
(prediction value) terkait BMN. LBMN juga
merupakan bahan untuk menyusun neraca
pemerintah pusat yang menjadi bagian dari
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)

Agar dapat dimanfaatkan sebagaimana uraian di


atas, maka informasi yang disajikan dalam LBMN
harus memenuhi karakteristik kualitatif suatu
laporan, yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan,
dan dapat dipahami. Laporan dikatakan relevan
apabila informasi yang terkandung di dalamnya
dapat dihubungkan dengan maksud
penggunaannya. Informasi yang relevan memiliki
manfaat umpan balik (feedback value), memiliki
manfaat prediktif (predictive value), disajikan
tepat waktu dan disajikan selengkap mungkin,
yaitu mencakup semua informasi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan.

Laporan dikatakan andal apabila informasi yang disajikan


dalam laporan tersebut bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta
secara jujur, serta dapat diverifikasi. Keandalan suatu laporan
juga dicerminkan pada penyajian informasi yang diarahkan
pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan
pihak tertentu.
Informasi yang termuat dalam suatu laporan akan lebih
berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan periode
sebelumnya atau laporan pengguna lain pada umumnya.
Perbandingan dapat dilakukan baik secara internal maupun
eksternal.
Agar dapat dipahami oleh penggunanya, maka informasi yang
disajikan pada suatu laporan dinyatakan dalam bentuk serta
istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para
pengguna laporan.

Anda mungkin juga menyukai