Anda di halaman 1dari 71

TUTORIAL

MODUL 2
KEJANG
Kelompok 4
Tutor : DR. dr. Busjra M. Nur, MSc
Ketua : Nina Amelinda
2013730162
Sekretaris
: Nurhayana 2013730163
Anggota
: Argha Yudiansyah 2013730126
Dinda Meladya 2013730137
Dwi Suci Hariyati
2013730138
Fitria Dwi Ambarini
2013730145
Putri Desti Juita Sari
2013730164
Putri Dina Indrisia 2013730165
Tasya Sabrina Chairunnisa
2013730183
Topan Muhammad Nur
2013730184
Yunita Maharani Burhan
2013730187

Skenario 1
Seorang anak laki-laki 12 tahun dibawa ke Rumah
Sakit oleh orangtuanya segera setelah timbul gejala : tibatiba perutnya sakit, merengek terus, dan kejang hingga
mulutnya berbusa, kemudian sadar kembali setelah 30
detik. Dokter masih melihat gejala aura dan automatisasi.
Setelah serangan tersebut, terdapat keluhan tangan dan
kaki terasa baal; sesaat kemudian sembuh lagi. Pasien tidak
ingat lagi kejadian yang menyebabkan timbulnya keluhan
ini.

Pada pemeriksaan EEG ditemukan aktifitas theta wave yang


ireguler simetris dan di beberapa tempat nampak
gelombang lambat delta, CT-Scan Normal. Laboratorium
darah dan urin normal. Kejadian ini sudah berulang kali
dialami, pertama kali kejang pada usia 10 tahun, biasanya
sekitar dua kali dalam sebulan dan akhir-akhir ini semakin
sering.

MIND
MAP

PERTANYAAN
PERTANYAAN
1.Jelaskan definisi dan etiologi kejang !
2.Jelaskan klasifikasi dan kriteria kejang !
3.Jelaskan mekanisme terjadinya kejang !
4.Jelaskan penyakit-penyakit dengan gejala kejang !
5.Jelaskan interpretasi dari EEG !
6.Jelaskan hubungan antara gejala pada scenario dengan penyakit
yang diderita pasien!
7.Jelaskan tatalaksana kegawatdaruratan pada kejang!
8.Jelaskan alur diagnosis pada skenario !
9.Jelaskan DD 1 secara lengkap !
10.Jelaskan DD 2 secara lengkap !
11.Jelaskan penatalaksanaan pada skenario !

DEFINISI DAN ETIOLOGI


KEJANG

KLASIFIKASI DAN
KRITERIA KEJANG

Kriteria Kejang

Klasifikasi Kejang

Kejang
Demam
Sederhana

Kejang demam
kompleks

MEKANISME
TERJADINYA KEJANG

Aktivitas kejang sebagian berantung pada lokasi lepas muatan yang


berlebihan

PENYAKIT-PENYAKIT
DENGAN GEJALA
KEJANG

Penyakit dengan keluhan


kejang
TETANUS

ENSEFALITIS

SINKOP

MENINGIOMA

GANGGUAN
METABOLIK
(HIPOGLIKEMIA)

ABSES OTAK

MENINGITIS

STROKE HEMORAGIK

TETANUS
Etiologi :
Bakteri gram positif :
Clostridium tetani

Gejala Klinis:
Kejang bertambah berat
selama 3 hari pertama
Didahului dengan
ketegangaan otot
terutama pada rahang dari
leher.

Patogenesis:
1.Toksin diabsorbsi
pada ujung saraf
motorik
2.. Toksin diabsorbsi
oleh susunan limfatik
Diagnosis :
1.Gejala klinik
- Kejang tetanic, trismus,
dysphagia, risus
sardonicus ( sardonic smile
).
2. Adanya luka yang
mendahuluinya
3. Kultur: C. tetani (+).
4. Lab : SGOT, CPK
meninggi serta dijumpai
myoglobinuria

Penatalaksanaan nonmedikamentosa :
1.Merawat dan membersihkan
luka sebaik-baiknya
2.Diet cukup kalori dan protein
3.Isolasi
4.. Oksigen
5.Mengatur keseimbangan
cairan dan elektrolit

Prognosis:
1.Ringan; bila tidak adanya
kejang umum
2.Sedang; bila sekali muncul
kejang umum
3. Berat ; bila kejang umum
yang berat sering terjadi

Penatalaksanaan
medikamentosa :
1.Antibiotik: Diberikan
parenteral Peniciline 1,2juta
unit / hari selama 10 hari, IM.
2.Antitoksin
3.Tetanus Toksoid
4.Antikovulsan

Komplikasi :
1.Laringospasm
2.kompressi fraktur vertebra
dan laserasi lidah akibat kejang

SINKOP

Sinkop adalah hilangnya kesadaran sementara, sering


disebut sebagai pingsan. Sinkop terjadi ketika aliran
darah ke otak berkurang nyata minimal selama lima
atau enam detik

Etiologi :
Penyebab Jantung : aritmia
jantung
Penyebab Neuro: Transient
ischemic serangan (TIA)

Patofisiologi :
penurunan output jantung
sekunder
penurunan resistensi
pembuluh darah perifer dan
atau venous return

Penatalaksanaan :
Bila ada syok,atasi syok
dengan:
Pemberian adrenalin
Pertahankan Respirasi
Pertahan Sirkulasi

Hipoglikemia
Etiologi:

Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar


gula darah (glukosa) secara abnormal rendah,
yaitu di bawah 60 mg/dl atau kadar glukosa
darah di bawah 80 mg/dl dengan gejala klinis
Jenis

Sign dan Simptom

Hipoglikemia
Ringan

1.Sesudah makan
a.
Hiperinsulinemia
pencernaan
b. Intoleransi
fruktosa herediter
c. Galaktosemia
d. Sesitivitas leusin
e. Idiopatik
2. Puasa
a.Defisiensi hormon
b.Defek enzim
Sedang
c.Defisiensi subtrat

Dapat

diatasi

sendiri

dan

tidak

mengganggu aktivitas sehari-hari

Penurunan glukosa (stressor) merangsang


saraf

simpatis

perpirasi,

tremor,

takikardia, palpitasi, gelisah

Penurunan

glukosa

merangsang

saraf

parasimpatis : lapar, mual, tekanan darah


menurun

Dapat

diatasi

sendiri,

mengganggu

aktivitas sehari-hari

Timbul gangguan pada SSP : headache,


vertigo, penurunan daya ingat, perubahan
emosi, pelaku irasional, penurunan fungsi
rasa, double vision.

Terapi Hipoglikemia
Kadar Glukosa Terapi Hipoglikemia
(mg/dl)
< 30 mg/dl

Injeksi IV Dex 40 % (25 cc)


bolus 3 flacon

30-60 mg/dl

Injeksi IV Dex 40 % (25 cc)


bolus 2 flacon

60-100 mg/dl

Injeksi IV Dex 40 % (25 cc)


bolus 1 flacon

Follow Up :
1.Periksa kadar gula darah lagi, 30 menit
setelah injeksi
2.Sesudah bolus, setelah 30 menit dapat
diberikan 1 flakon lagi sampai 2-3 kali
untuk mencapai kadar kurang lebih 120

Abses
Otak

Abses otak adalah suatu proses infeksi dengan


pernanahan yang terlokalisir diantara jaringan otak
yang disebabkan oleh berbagai macam variasi
bakteri, fungus dan protozoa.
Patofisiologi :

Etiologi :
Abses otak berasal
langsung dari penyebaran
infeksi telinga tengah,
sinusitis (paranasal,
ethmoidalis, sphenoidalis
dan maxillaries)

Manifestasi Klinis :
Gambaran awal : demam,
malaise, anoreksi dan
gejalagejala peninggian
tekanan intrakranial
berupa muntah, sakit
kepala dan kejang

Abses yang terjadi oleh penyebaran


hematogen dapat pada setiap bagian
otak, tetapi paling sering pada
pertemuan substansia alba dan
grisea; sedangkan yang
perkontinuitatum biasanya berlokasi
pada daerah dekat permukaan otak
pada lobus tertentu

Penatalaksanaan :
Terapi definitif untuk abses
melibatkan :
1. Penatalaksanaan terhadap efek
massa (abses dan edema) yang
dapat mengancam jiwa
2. Terapi antibiotik dan test
sensitifitas dari kultur material
abses
3. Terapi bedah saraf (aspirasi
atau eksisi)
4. Pengobatan terhadap infeksi
primer
5. Pencegahan kejang
6. Neurorehabilitasi

Prognosis dari abses otak ini


tergantung dari:
1) Cepatnya diagnosis
ditegakkan
2) Derajat perubahan patologis
3) Soliter atau multipel
4) Penanganan yang adekuat
Komplikasi
1. Robeknya kapsul abses ke
dalam ventrikel atau ruang
subarachnoid
2. Penyumbatan cairan
serebrospinal yang
menyebabkan hidrosefalus
3. Edema otak
4. Herniasi oleh massa Abses
otak

ENSEFALITIS

Diagnosa

Pengobatan
Pengobatan ensfalitis adalah
pemberian obat sesuai gejala
dan sesuai penyebab.
Ensefalitis virus, diberikan obat
anti-virus dan kortikosteroid.
Anti-virus yang diberikan
adalah asiklovir selama 14 21
hari, bertujuan untuk
meringankan gejala, mencegah
komplikasi, dan mencegah
timbulnya gejala sisa.
Kortikosteroid yang diberikan
adalah deksametason,
digunakan untuk mengurangi
peradangan.
Ensefalitis bakteri diobati
dengan pemberian antibiotik
sesuai penyebab, ensefalitis
parasit dan jamur juga diobati
dengan obat anti-parasit dan

Meningioma

PATOFISIOLOGI

Penatalaksanaan

Sakit kepala, dapat


berat atau
bertambah buruk
saat beraktifitas
atau pada pagi
hari. Mual, Muntah
Kejang Gangguan
mental Perasaan
abnormal dikepala.

Foto polos : Hiperostosis ,


tampak erosi tulang dan
dekstruksi sinus
sphenoidales, kalsifikasi, dan
lesi litik pada tulang
tengkorak, dilatasi arteri
menings.
CT-Scan : tampak gambaran
hiperdense pada foto
kontras, terlihat udem
peritumoral, perdarhan dan
cairan intratumoral sampai
akumulasi cairan
IMR : memperlihatkan lesi
berupa massa dengan gejala
tergantung pada lokasi
tumor berada.
Angiografi : arteri dan
kapiler memperlihatkan
gambaran vaskular yang
homogen dan prominen
yang disebut dengan mother
and law phenomenon

Obat steroid
diberikan untuk
mengurangi
pembengkakan
Kortikosteroid
(deksametason)
untuk mengurangi
tekanan
intrakranial.
Bedah reseksi
Radioterapi
Radiasi
Stereotaktik
(menggunakan
sinar foton)
Kemoterapi
konvensional

Stroke Hemorhagic

PATOFISIOLOGI

Pembuluh darah
otak pecah
darah mengalir ke
substansi atau
ruangan
subarachnoid
menimbulkan
perubahan
komponen
intracranial yang
seharusnya konstan
menimbulkan
peningkatan
Tekanan intra kranial
Herniasi otak

Komplikasi

Hematoma intraserebral dapat


disebabkan oleh pecahnya
aneurisma atau stroke
hemoragik,yang menyebabkan
cedera otak sekunder ketika
tekanan intrakranial mningkat

Penatalaksanaan

Stroke hemoragik diatasi dengan


penekanan pada penghentian
perdarahan dan pencegahan
kekambuhan.mungkin
diperlukan pembedahan

Terapi fisik,bicara dan


okupasional sering kali
diperlukan

Tirah baring dan penurunan


stimulus eksternal untuk
mengurangi kebutuhan oksigen
serebral.tindakan untuk
menurunkan tekanan dan edema
intrakranial dapat dilakukan

Diberikan tissue plasminogen


activator.TPA harus diberikan
sedini mungkin minimal 3 jam
pertama seranga,agar lebih
efektif dalam mencegah
kerusakan jangka panjang .

MENINGITIS

GAMBARAN KLINIS
Gejala peningkatan tekanan intrakranial
dapat terjadi pada meningitis berupa
sakit kepala, penurunan kesadaran,dan
muntah.Papiledema (pembengkakan
pada area disekitar saraf optikus) dapat
terjadi pada kasus yg berat
Kejang dan gerakan abnormal
Fotofobia (Respon nyeri terhadap
cahaya)akibat iritasi saraf kranial
Demam akibat infeksi

Penatalaksanaan

Pemeriksaan
laboratorium
untuk meningitis
viral tidak
diindikasikan
(mis.,glukosa
normal,peningkata
n limfosit)
CT scan dan MRI
dapat digunakan
untuk
mengevaluasi
derajat
pembengkakan
dan tempat
nekrosis.
Ct scan sangat
cepat dan paling
bermanfaat dalam
situasi
kedaruratan

Terapi kortikosteroid
(deksametason)untuk
mengurangi inflamasi
tampak bermanfaat
untuk terapi adjuvans
pada sebagian besar
individu dewasa yg
dicurigai mengalami
meningitis
pneumokokus
Antibiotik spektrum
luas diberikan setelah
pengambilan CSS dan
diganti apabila perlu
setelah hasil kultur
Beberapa jenis
meningitis
mengharuskan pasien
diisolasi dirumah sakit

Individu dapat
mengalami
disabilitas
permanen,
kerusakan otak.

INTERPRETASI EEG

Kelainan neurologi

Kelainan neurologi

HUBUNGAN ANTARA
GEJALA PADA SKENARIO
DENGAN PENYAKIT
YANG DIDERITA PASIEN

TATALAKSANA
KEGAWATDARURATA
N PADA KEJANG

ABC
- Airway,
- Breathing,
- Circulation

Jangan takut, jangan panik, utamakan keselamatan


dan bertindak tenang. Pindahkan barang-barang
berbahaya yang ada di dekat pasien. Jangan
pindahkan pasien kecuali berada dalam bahaya.
Longgarkan pakaian pada daerah leher penderita atau
ikat pinggang agar memudahkan pernafasan.

Jangan masukkan apapun ke mulut pasien, atau benda


keras di antara gigi karena benda tersebut dapat
melukai pasien.

Bila pasien muntah atau mengeluarkan banyak liur,


miringkan kepala pasien ke salah satu sisi.

Observasi
kondisi
kejang.
Perhatikan
keadaan
kesadaran, warna wajah, posisi mata, pergerakan
keempat anggota gerak, dan suhu tubuh, waktu saat

Tetap di samping pasien sampai keadaan pasien


pulih sepenuhnya. Bila setelah kejang berakhir tidak
ada keluhan atau kelemahan, maka pasien dapat
dikatakan telah pulih.

Namun bila pasien mengalami sakit kepala, terlihat


kosong atau mengantuk, biarkan pasien melanjutkan
istirahatnya. Jangan mencoba memberi stimulasi
pada pasien jika keadaan pasien belum sepenuhnya
sadar. Biarkan pasien kembali pulih dengan tenang.

Obat supositoria (obat yang pemakaiannya dengan


cara memasukkan melalui lubang/ celah pada tubuh,
umumnya melalui rectum/ anus) dapat diberikan
untuk menghentikan kejang.

* Segera cari pertolongan medis/ rumah sakit bila:


Kejang berlangsung selama 2-3 menit
Pasien terluka saat kejang

ALUR DIAGNOSIS
PADA SCENARIO

Anamnesis
Tanyakan kepada pasien/ orang yang
menemani pasien saat datang ke dokter:
- kapan pertama kali pasien mengalami
kejang?
- apakah pasien mengalami semacam
peringatan atau perasaan tidak enak
pada waktu serangan sebelum serangan
kejang terjadi?
- Apa yang terjadi selama dan setelah
serangan kejang berlangsung?
- Apakah ada faktor pencetus ?
- dll

Pemeriksaan fisik dan


neurologi
Pemeriksaan

fisik

dilihat apakah ada bekas


gigitan dilidah
apakah ada bekas luka
lecet yang disebabkan
pasien jatuh akibat
serangan kejang
kemudian apakah ada
hiperplasi ginggiva yang
dapat terlihat oleh karena
pemberian obat fenitoin
apakah ada dupytrens
contractures yang dapat
terlihat oleh karena
pemberian fenobarbital
jangka lama.

Pemeriksaan

neurologi
status mental
gait
koordinasi
saraf kranialis
fungsi motorik
fungsi sensori
serta refleks tendon

Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan

laboratorium
pemeriksaan elektroensefalografi
(EEG)
pemeriksaan video-EEG
Pemeriksaan radiologi
pemeriksaan neuropsikologi

DD 1PADA SKENARIO

Epilepsi
Epilepsi adalah suatu keadaan
yang ditandai oleh bangkitan
(seizure) berulang sebagai akibat
dari adanya gangguan fungsi otak
secara intermitten yang disebabkan
oleh lepasnya muatan listrik
abnormal dan berlebihan di neuronneuron secara paroksismal, didasari
oleh berbagai faktor etiologi

EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini diderita oleh kurang lebih 50 juta orang di


seluruh dunia. Epilepsi bertanggung jawab terhadap 1%
dari beban penyakit global, dimana 80% beban tersebut
berada di negara berkembang. Pada negara berkembang
di beberapa area 80-90% kasus tidak menerima
pengobatan sama sekali.
ETIOLOGI
Kausa Spesifik Epilepsi
Kelaian perkembangan janin
Kelaianan terjadi saat kelahiran
Trauma kapitis (2-3 thn)
Tumor otak
Kelainan pembuluh darah
Infeksi
Penyakit keturunan, sclerosistuberous, neurofibromatosis
Epilepsi yang diturunkan, ambang rangsang rendah
salah satu ortu 5% dan bila keduanya 10%

MANIFESTASI

KLINIS
Karakteristik umum epileptic disoder :
Epileptic seizure merupakan kejadian dengan
onset tiba-tiba dengan frekuensi yang bervariasi
Sering bermanifestasi berupa fenomena motorik
(berulang, kejang klonik, atau perubahan tonus
otot), atau jarang berupa somatosensorik,
spesial sensory, dan /atau autonomik.
Tergantung tipenya, kesadaran dapat hilang atau
tetap terjaga selama kejang.
Kejang dapat diawali oleh berbagai gejala (aura)
seperti mual, ascending warmth, or a feeling or
unreality.
Pada beberapa pasien, kejang dapat disebabkan
oleh faktor-faktor presipitasi (spt. kurang tidur,
alcohol withdrawal, obat-obatan, hiperventilasi,
cahaya yg berkelip, demam, dan sebagainya)

Berdasarkan tipenya manifestasi klinis


epilepsi dapat dibedakan jadi :
1.Kejang umum
Kejang tonik-klonik umum (grand
mal)
Kejang absence (petit mal)
2. Kejang parsial
Kejang parsial sederhana
Kejang parsial kompleks

DIAGNOSIS
Langkah diagnostik:
pastikan epilepsi/ bukan.
tentukan jenis bangkitan
tentukan sindrom epilepsi dan
etiologi
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik umum dan
Neurologis
Pemeriksaan Penunjang

DD 2 PADA SKENARIO

WEST SINDROMA

DEFINISI

EPIDEMIOLOGI

ETIOLOGI

Infantile spasm(spasme infantil)


sinonim dengan Sindroma West.
Sindroma Westterdiri dari trias
yaitu infantile spasms,
hypsaritmia pada gambaran
interiktal EEG, dan retardasi
mental, walaupun diagnosis
dapat ditegakkanjika satu dari
tiga kriteria tidak terpenuhi.
0,25-0,42 per 1000 kelahiran
hidup
riwayat keluarga epilepsy kirakira 7-17%
3:2=laki-laki : perempuan
1. Simptomatik
2. Kriptogenik
3. Idiopatik

PATOFISOLOGI

MANIFESTASI KLINIK

Spasme
infantil
diyakini
menggambarkan
interaksi
abnormal
antara
struktur
korteks dan batang otak. Lesi
fokal pada masa kehidupan
awal dapat secara sekunder
mempengaruhi tempat lain di
otak,
dan
gambaran
hipsaritmia
menunjukkan
aktifitas abnormal yang berasal
dari berbagai tempat di otak.
1. Manifestasi Iktal
2. Manifestasi interiktal

PENATALAKSANAAN
PADA SKENARIO

Tatalaksana fase akut (saat


kejang)
Pengelolaan pertama untuk
serangan kejang dapat
diberikan diazepam per rektal
dengan dosis 5 mg bila berat
badan anak < 10 kg atau 10
mg bila berat badan anak >
10 kg

Jika kejang masih belum


berhenti, dapat diulang
setelah selang waktu 5
menit dengan dosis dan
obat yang sama

Jika setelah dua kali


pemberian diazepam per
rektal masih belum
berhenti, maka
penderita dianjurkan
untuk dibawa ke rumah
sakit.

Pengobatan epilepsi

Terapi medikamentosa

Consensus
Guidelines on
the
Management of
Epilepsy, 2010

Terapi Bedah

Terapi bedah
epilepsi dilakukan
dengan membuang
atau memisahkan
seluruh daerah
epileptogenik tanpa
mengakibatkan
risiko kerusakan
jaringan otak
normal didekatnya
Consensus Guidelines on the
Management of Epilepsy,
2010

Terapi Nutrisi

Terapi

nutrisi berupa
diet ketogenik
dianjurkan pada anak
penderita epilepsi
Kebutuhan makanan
yang diberikan adalah
makanan tinggi lemak
Kebutuhan kalori
harian diperkirakan
sebesar 75 80
kkal/kg

KESIMPULAN
Dari
hasil
anamnesis
dan
pemeriksaan
fisik
diagnosis
sementara adalah epilepsi dan
west sindroma. Untuk diagnosis
lebih
pasti
dibutuhkan
pemeriksaan penunjang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Allan H. Ropper dan Robbert H. Brown. 2005. Adams and Victors


Principles of
Neurology 8th Edition. United State: McGraw-Hill.

Marcdante, Karen J. dkk. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak


Esensial. Edisi 6.
Singapore: Elsevier.

Price,Syilvia A. 2013. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit Edisi
6.Jakarta :

EGC.

Smith DF, Appleton RE, MacKenzie JM, Chadwick DW. An Atlas of


epilepsy. Edisi ke-1.
New York: The Parthenon Publishing Group.

http://www.idai.or.id

Anda mungkin juga menyukai