BAB I
PENDAHULUAN
Kulit jeruk yang mengandung minyak atsiri banyak dimanfaatkan sebagai industri
kimia parfum, menambah aroma jeruk pada minuman dan makanan, anti oksidan dan anti
kanker (Fathur, 2013). Senyawa kimia yang terdapat dalam kulit jeruk manis dapat
dimanfaatkan karena memiliki gugus penyusun pektin dan minyak atsiri. Komponen
minyak atsiri dari kulit jeruk manis terdiri dari limonene (95%), mirsen (2%), oktanal
(1%), neral (0.1%), neral (0,1%), general (0,1%), valensen (0,05%), sinnsial (0,02%)
dan sinensial (0,01 %). Senyawa limonene yang terdapat di dalam kulit jeruk inilah yang
membuat minyak atsiri dapat digunakan sebagai obat (Megawati, 2015).
Jeruk manis merupakan salah satu jeruk komoditas andalan yang dikembangkan di
Indonesia. Selain karya kandungan vitamin C, masyarakat menggemari buah jeruk ini
karena harganya yang relatif terjangkau oleh sebagian besar masyarakat. Di Indonesia,
jeruk manis banyak dihasilkan di daerah Jawa Timur. Pada tahun 2002, produksinya
mencapai 5-60 kg/pohon/tahun. Karena hasilnya yang melimpah, jeruk manis pacitan
tidak hanya didistribusikan diwilayah Jawa Timur saja, tetapi sudah meluas keberbagai
kota di Indonesia (Indriani, 2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
buahnya tetapi juga kulitnya. Kandungan kulit jeruk rupanya sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Kandungan yang bermanfaat dari kulit jeruk dalam hal kecantikan adalah
dapat menyeimbangkan kondisi kulit, mengurangi kelebihan minyak pada kulit sehingga
kulit menjadi lembut dan jauh dari problem jerawat ( Andareto, 2015 ).
Eucitrus
Citrus
Citriane
Citreae
Aurantioideae
Rutaceae
Rutales
Dicotyledonae
Kandungan yang terdapat didalam kulit jeruk memiliki manfaat bagi kehidupan
manusia. Adapun kandungan yang terdapat pada kulit jeruk menurut (Wiratma,dkk,2003).
adalah sebagai berikut :
a.
Kandungan pektin pada kulit jeruk berkisar antara 15% sampai 25 % dari berat kering.
Zat pektin tersebut dapat diekstraksi dengan cara sederhana, biaya yang tidak mahal, dan
dapat diterapkan dalam skala kecil. Jika dibandingkan dengan jenis jeruk lainnya,
kandungan pektin paling banyak ditemukan di kulit jeruk bali. Pektin, seperti diketahui,
merupakan serat yang mudah larut dan biasanya terdapat pada sayuran dan buah. Pektin
termasuk kelompok polisakarida yang heterogen dengan berat molekul tinggi. Pektin
dapat mempengaruhi penyerapan lambung dan usus dengan mengikat asam empedu
shingga dapat menurunkan penyerapan lemak, mengontrol kadar kolesterol dan
dikeluarkan melalui feses atau kotoran. Para peneliti sepakat bahwa dengan
mengkonsumsi pektin jeruk, tiga kali sehari, akan menurunkan tingkat kolestrol rata-rata
8%.
b.
Minyak Atsiri
Selain pektin, kandungan dalam kulit jeruk lainnya adalah minyak atsiri atau
minyak eteris. Minyak esensial ini merupakan komponen terbesar minyak nabati. Pada
prinsipnya, minyak atsiri memiliki wujud kental dan mudah menguap di suhu ruang
sehingga menebarkan aroma yang khas. Minyak atsiri sering dijadikan dasar wewangian
dalam industri parfum dan disebut sebagai bibit minyak wangi. Selain itu, minyak berbau
khas ini juga bisa diolah menjadi kosmetik, bahan farmasi serta penyedap kuliner. Dalam
bidang kesehatan, minyak atsiri memiliki beragam manfaat antara lain, sebagai median
relaksasi, mengolah stress, sebagai antibiotik konvensional
c.
Limonen
Kandungan dalam kulit jeruk lainnya adalah senyawa limonen. Senyawa ini
sebenarnya merupakan turunan dari minyak atsiri. Limonen ternyata bisa menjadi bahan
untuk membuat material kemasan yang ramah lingkungan (biodegradable) untuk
menggantikan styrofoam. Saat ini inovasi yang dikembangkan para peneliti adalah
memanfaatkan limbah kulit jeruk yang kurang didayagunakan yang biasanya hanya
dibuat untuk mainan anak, manisan, atau langsung dibuang sehingga kurang bermanfaat
dan kurang mempunyai nilai jual. Kulit jeruk yang mengandung limonene akan diolah
menjadi polimer plastik organik sebagai bahan dasar kemasan produk yang aman dan
mudah terurai
2.2
Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini
disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar
mudah
tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak
berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk
mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap,
diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk. Minyak atsiri
bisa di dapat dari akar, batang, daun, bunga dan rimpang dari tanaman (Brown, Theodore
L, 2000).
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Susunan
senyawa kompoennya kuat mempengaruhi syaraf manusia (terutama hidung) sehingga
memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Minyak atsiri memiliki rasa getir,
berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya dan umumnya larut dalam pelarut
organik tapi tidak larut dalam air. Bagi tanaman penghasil minyak, minyak atsiri
berfungsi sebagai pengusir serangga atau parasit lainnya. Dalam beberapa hipotesis dapat
disimpulkan bahwa tumbuhan akan memproduksi minyak atsiri secara maksimal jika
kondisi tumbuhan dalam keadaan susah, misalnya akar tanaman sulit mendapat air.
Struktur tanah berkapur atau jarang nutrisi makan, dan sebagainya. Kondisi semacam itu
membuat tanaman berusaha untuk memproduksi minyak atsiri agar tetap toxic terhadap
serangan serangga maupun parasit lain. Pada umumnya minyak atsiri dapat diperoleh
dengan metode distilasi, ekstraksi dan enflurage (Sanjaya, 2013).
2.3. Proses
Proses pembuatan minyak atsiri dari kulit jeruk dapat dilakukan dengan beberapa
cara diantaranya ekstraksi dan distilasi.
2.3.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pengambilan atau pemisahan suatu campuran dengan memberi
pelarut yang sesuai sehingga zat lain tidak ikut larut.
Cara ekstraksi bermacam-macam yaitu (Ketaren, 1986) :
1. Rendering
Suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung
minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada proses ini digunakan panas untuk
menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecah dinding sel tersebut
sehingga mudah di tembus oleh minyak atau lemak yang ada di dalamnya. Ada 2 cara
rendering yakni :
a) Wet rendering
Proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses
tersebut. Proses ini dilakukan pada ketel terbuka atau tertutup dengan
menggunakan suhu tinggi dan tekanan uap 40-60 psi selama 4-6 jam. Alat yang
digunakan untuk wet rendering adalah autoklaf atau digester untuk menghasilkan
minyak atau lemak dalam jumlah besar.
b) Dry rendering
Proses rendering yang dilakukan tanpa dilengkapi steam jacket dan pengaduk.
Bahan yang akan di ekstrak dipanasi sambil di aduk pada suhu 105 110C.
ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan mengendap di dasar ketel.
Pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.
2. Mechanical expression
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan
minyak dari bahan yang berkadar minyak tiggi (30-70 persen). Pada pengepresan
mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan
dari bijinya. Perlakuan pendahuuan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan,
dan penggilingan serta termpering atau pemanasan.
Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis, yaitu :
a. Screw Expression (Pengepresan Berulir)
(Sumber : Braun,1985)
Ekspresi mekanik adalah metode tertua yang digunakan untuk ekstraksi minyak
dari biji-bijian. Biji ditempatkan di antara hambatan permeabel dan tekanan mekanik
meningkat dengan mengurangi volume yang tersedia untuk benih. Minyak diambil
dengan cara diperas dari biji. Keuntungan dari Screw Expression dibandingkan
dengan Hidrolik Expression adalah hasil yang sedikit lebih tinggi dan kontinu
operasinya. Ekspresion mekanik menghasilkan minyak berkualitas tinggi, tetapi
memiliki hasil yang relatif rendah. Umumnya hanya digunakan untuk tanaman
kapasitas yang lebih kecil, produk khusus atau sebagai operasi pengepresan di
sebuah pabrik ekstraksi pelarut skala besar (Arisanu, 2013).
Maserasi
merupakan
proses
pengekstrakan
simplisia
dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu
ruangan. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan simplisia dari sel yang rusak,
yang terbentuk pada saat penghalusan. Tujuan dari proses ini untuk menarik zat-zat
berkhasiat yang tahan terhadap pemanasan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi
akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa
bahan alam pelarut tersebut. Kerugian dari proses ini yaitu pengerjaan yang lama dan
penyaringan kurang sempurna (Istiqomah, 2013).
2. Perkolasi
10
3. Sokletasi
Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Penggunaan metode sokletasi adalah dengan cara memanaskan pelarut hingga
membentuk uap dan membasahi sampel. Pelarut yang sudah membasahi sampel
kemudian akan turun menuju labu pemanasan dan kembali menjadi uap untuk
membasahi sampel, sehingga penggunaan pelarut dapat dihemat karena terjadi
sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini sangat baik untuk
senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas. (Istiqomah, 2013)
4. Distilasi uap
Distilasi uap merupakan ekstraksi senyawa kandungan menguap dari simplisia
dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap
dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna diakhiri dengan
kondensasi fase uap campuran menjadi distilat air bersama senyawa kandungan yang
memisah sempurna atau memisah sebagian. Pada umumnya lebih banyak digunakan
untuk minyak atsiri. Pada sistilasi uap bahan simplia benar-benar tidak tercelup ke
air yang mendidih, namun dilewati uap air sehingga senyawa menguap ikut
terdistilasi. Keuntungan dari metode ini antara lain adalah kualitas ekstrak yang
dihasilkan cukup baik, suhu dan tekanan selama proses ekstraksi dapat diatur serta
waktu yang diperlukan singkat. (Istiqomah, 2013)
11
2.4
Distilasi (Penyulingan)
Distilasi adalah suatu proses pemurnian untuk senyawa cair, yaitu untuk proses
12
Distilasi sederhana Adalah teknik pemisahan untuk memisahkan dua atau lebih
komponen zat cair yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Selain perbedaan
titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah zat untuk menjadi
gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer yang normal. Aplikasi distilasi
sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol (Wiratma,dkk,
2003)
Distilasi sederhana merupakan jenis distilasi paling sederhana. Distilasi
sederhana adalah salah satu cara pemurnian zat cari yang tercemar oleh zat padat atau
zat cair lain dengan perbedaan titik didih cukup besar, sehingga zat pencemar atau
pengotor akan tertinggal sebagai residu. Distilasi ini digunakan untuk memisahkan
campuran cair-cair, misalnya air-alkohol, air-aseton, dan lain-lain (Sanjaya, 2013).
13
Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit
dipisahkan) biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah
ikatan azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan tekanan tinggi. Selain itu
campuran azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu,
misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut
akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap
dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Campuran azeotrop
merupakan penyimpangan dari hukum Raoult (Wiratma,dkk, 2003)
4. Distilasi uap
Adalah teknik pemisahan zat cair yang tidak larut dalam air dan titik didihnya
cukup tinggi. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu
mendekati 100 C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air
mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi
campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya.
Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di
semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah
untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus,
minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari
tumbuhan (Wiratma,dkk, 2003)
Distilasi uap digunakan untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak larut
dalam air, dan titik didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut
mencapai titik didih, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi
pengubahan (rearranagement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara
distilasi sederhana atau distilasi bertingkat, melainkan harus didistilasi dengan distilasi
uap (Rio Sanjaya, 2013)
5. Distilasi Vakum
Adalah teknik pemisahan dua komponen atau lebih yang titik didihnya sangat
tinggi, metode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih
rendah dari 1 atm sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu
yang digunakan untuk proses distilasinya tidak terlalu tinggi. Distilasi vakum biasanya
juga digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil, dengan pengertian
dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya. Metode distilasi ini tidak
dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya
14
menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi
oleh untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator
disini berfungsi sebagai penurun tekanan (Wiratma,dkk, 2003).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
15
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Praktikum
Hasil Pengamatan
Berat Sampel
950 gram
3,04 gram
100ml/2,52s
Persentasi Rendemen
0,32%
Suhu
11:55 12:25
100ml/2,6s
45C
12:25 12:55
100ml/2,4s
60C
12:55 13:25
100ml/2,5s
75C
13:25 13:55
100ml/2,5s
95C
13:55 14:25
100ml/2,5s
100C
14:25 14:55
100ml/2,5s
100C
14:55 15:25
100ml/2,6s
100C
15:25 15:55
100ml/2,6s
100C
15:55 16:25
100ml/2,6s
100C
16:25 16:55
100ml/2,4s
100C
16:55 17:25
100ml/2,6s
100C
17
17:25 17:55
100ml/2,5s
100C
17:55 18:25
100ml/2,4s
100C
4.2
Pukul
Volume
14:43
1ml
1ml
15:43
1,5ml
0,5ml
16:43
2,3ml
0,8ml
17:43
3,0ml
0,7ml
18:43
4,0ml
1ml
Pembahasan
Dalam praktikum yang dilakukan minyak atsiri dari kulit jeruk diambil dengan
menggunakan metode ekstaksi distilasi uap-air langsung. Metode ini digunakan dalam
pengambilan minyak atsiri dari kuit jeruk dikarenakan kulit jeruk akan
rusak jika
18
minyak atsiri dan air dimana air bersifat polar sedangkan minyak bersifat non polar.
Minyak dibagian atas dan air dibagian bawah campuran dikarenakan massa jenis air lebih
berat dibandingkan dengan massa jenis minyak atsiri.
Dalam praktikum ini sampel yang digunakan adalah kulit jeruk sejumlah 950
gram. Sampel kulit jeruk diperkecil ukurannya untuk memperluas permukaan dari kulit
jeruk sehinggaakan menghasilkan minyak yang lebih banyak jika bidang sentuh anatar
uap air dan kulit jeruk semakin besar karena tumbukan yang terjadi antara uap air dan
kulit jeruk semakin besar. Pelarut yang digunakan adalah air, meskipun air dan minyak
memiliki perbedaan kepolaran, dimana air bersifat polar sedangkan minyak bersifat tidak
polar. Hal ini tidak masalah karena ketika dalam fase uap, semua uap baik yang berasal
dari senyawa polar maupun non polar akan bercampur menjadi satu fasa. Selain pelarut
air lebih ekonomis dan jumlahnya yang banyak.
Dalam praktikum ini, praktikan juga mengamati dan
kondensor setiap 30 menit sekali dengan memperoleh hasil yaitu 100ml/2,52s. Aliran air
kondensor perlu diperhatikan karena sangat mempengaruhi proses pendinginan uap yang
terbentuk akibat pemanasan. Semakin besar laju alir maka semakin besar pula uap yang
dapat dikondensasi oleh kondensor sehingga hasil yang akan didapat akan lebih maksimal
dan begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan analisis perhitungan, diketahui bahwa kadar minyak atsiri dari kulit
jeruk yaitu 0,32% sedangkan rendemen minyak atsiri pada kulit jeruk secara teoritis
adalah 0,35% - 0,37%.
eksperimen yaitu :
1. Proses pendinginan pada kondensor belum optimal sehingga uap air dan uap minyak
atsiri tetap berada pada fase gas dan menguap ke udara luar yang ditandai dengan
menyebarnya bau minyak atsiri.
2. Setiap sampel tidak memiliki kandungan minyak atsiri yang sama banyak, serta
kondisi sampel yang sangat mempengaruhi rendemen.
3. Lamanya waktu dalam mendistilasi sampel. Pada literatur, waktu yang diperlukan
pada proses distilasi yaitu 7 jam sedangkan praktikan hanya melakukannya selama 5
jam. Semakin lama waktu yang digunakan pada proses distilasi maka semakin
banyak pula minyak yang dihasilkan.
4. Luas permukaan sampel mempengaruhi minyak yang dihasilkan. Semakin besar luas
permukaan sampel, maka akan semakin mudah minyak atsiri dapat ditarik oleh
sampel, karena uap air langsung masuk ke pori-pori sampel.
19
5. Waktu pengeringan yang tidak optimal, karena secara teoritis waktu optimal yang
diperlukan saat pengeringan yaitu 12 jam sedangkan praktikan hanya menggunakan
11 jam untuk pengeringan sampel.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Minyak atsiri dari kulit jeruk dapat diperoleh dengan metode distilasi uap-air
langsung
2. Rendemen minyak atsiri kulit jeruk yang diperoleh dari percobaan adalah
0,32% dengan berat minyak 3,04 gr dari 950 gr sampel dan volume minyak 4
ml.
3. Minyak atsiri kulit jeruk yang diperoleh dari percobaan memiliki bau yang
khas seperti bahan baku utamanya berwarna putih dan mudah menguap
5.2
Saran
1.
Pemasangan alat distilasi dilakukan dengan hati-hati dan benar, ujung bagian
alat yang akan disambung diberi vaselin agar proses pelepasan rangkaian alat
2.
20
DAFTAR PUSTAKA
Arisanu. 2013. Mechanical Continous Oil Expression From Oilseeds : Oil Yield And
Press Capacity
Agromedia.2010.Manfaat Limbah Buah Segar.Jakarta: Agromedia Pusat
Andareto, Obi. 2015. Optik Herbal Disekitar Anda. Jakarta : Pustaka Ilmu Semesta
Brown, Theodore L. 2000. Chemistry the Central Science. Jakarta : Balai Pustaka
Fathur, Ahmad. 2013. Pengambilan Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Segar dan Kering
dengan Menggunakan Metode Steam Destillation. Surabaya : ITS
Hambali, Erliza. 2006 . Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Bogor : PT Adev
Prima Mandiri
Indriani, Harfina dkk.2010. Pengembangan Potensi Rambut Jangun (Zea Mays) Dan
Kulit Jeruk Manis (Citrus Sinensis) Sebagai Alternatif Terapi Limbah Herbal
Meluruhkan Batu-Batu Empedu(Gallstones) Secara Ilmiah . Malang: universitas
malang PKM-GT
Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi terhadap
Kadar Piperin Buah Cabe Jawa. Jakarta : UIN Jakarta
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia
Megawati dan Rosa. 2015. Ekstraksi Minyak Atsiri kulit jeruk Manus dengan metode
vakum microwave assisted hydrodistillation. Semarang: Universitas Negri Semarang
Nurul, Fajari dkk.2010.ekstraksi minyak atsiri dari limbah kulit jeruk manis. Malang :
Universitas Negeri Malang.
Oskar, Braun. 1985. Press For The Expression Of Liquid From Liquid-Containing
Substance. US Patent 4513659
R. F, William. 1985. Hydraulic Press Oil . US Patent 25402.
Sanjaya, Rio. 2013. Diktat Praktikum Kimia Fisika Destilasi Uap. Surabaya : ITS
Sunjaya, Henny. 2012. Pengaruh Rasio Massa Daun Suji/ Pelarut Temperature dan Jenis
Pelarut Pada Ekstraksi Klorofil Daun Suji Secara Batch Dengan Pengontakan
Dispersi. Prahayangan : Universitas Katolik Prahyangan
Wiratma. 2003. Distilasi minyak atsiri dengan metode steam distillation.UNJ: Universitas
Negeri Jakarta.
21