A. Pengertian
Tumor adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi solid yang ditandai
dengan pertumbuhan abnormal sel yang terlihat sebagai pembengkakan. Tumor
berbeda dengan kanker. Tumor dapat berupa tumor jinak, dan maligna (ganas),
dimana kanker merupakan definisi dari sebuah maligna atau keganasan.
Tumor jinak kulit merupakan benjolan pada kulit yang bersifat jinak, tidak
berhubungan dengan keganasan kulit yang berdiferensiasi normal,
pertumbuhannya lambat dan ekspansif dengan mendesak jaringan normal
disekitarnya. Tumor kulit dapat berkembang dari struktur histologis yang
menyusun kulit seperti epidermis, jaringan ikat, kelenjar, otot, dan elemen-elemen
saraf.
Tumor ini sering ditemukan, diantara tumor-tumor yang biasa didapatkan
pada manusia. Oleh karena perkembangan tumor kulit dapat dilihat dan diraba
sejak permulaan, tumor jinak yang berkembang di kulit ini jarang menyebabkan
gangguan fungsi, karena sebagian besar diangkat dengan alasan estetik dan
menghindari terjadinya keganasan. (1,8)
D. Etiologi
Tumor kulit dapat terjadi karena:
1.
Faktor eksternal
Adanya jaringan parut yang luas dan lama. Misalnya jaringan parut akibat
luka bakar
2.
Faktor internal
E.
Imunitas rendah
Genetik
Hormonal
Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang berasal dari proliferasi epidermal,
Lesi dapat timbul diseluruh tubuh kecuali telapak tangan dan kaki serta
membran mukosa.
Mengandung asam laktat dan asam alfa hidroxi yang mempunyai daya keratolitik
dan memfasilitasi pelepasan sel-sel keratin. Sedian 15% dan 5% strenght; 12%
strenght dapat menyebabkan iritasi muka karena menjadikan sel-sel keratin tidak
beradesi.
2.
Trichloroacetic acid
Membakar kulit, keratin dan jaringan lainya. Dapat menyebabkan iritasi lokal.
Pengobatan keratosis seboroik dengan 100% trichloroacetic acid dapat
menghilangkan lesi, tepi penggunaanya harus ditangan profesional yang ahli.
Terapi topikal dapat digunakan tazarotene krim 0,1% dioles 2 kali sehari dalam 16
minggu menunjukkan perbaikan keratosis seborik pada 7 dari 15 pasien.
Terapi Bedah pada Keratosis seboroik :
1.
Krioterapi
Merupakan bedah beku dengan menggunakan cryogen bisa berupa nitrogen cair
atau karbondioksid padat. Mekanismenya adalah dengan membekukan sel-sel
kanker, pembuluh darah dan respon inflamasi lokal. Pada keratosis seboroik bila
pembekuan terlalu dingin maka dapat menimbulkan skar atau hiperpigmentasi,
tetapi apabila pembekuan dilakukan secara minal diteruskan dengan kuretase akan
memberikan hasil yang baik secara kosmetik.(1)
2.
Bedah listrik
Bedah listrik (electrosurgery) adalah suatu cara pembedahan atau tindakan dengan
perantaraan panas yang ditimbulkan arus listrik boiak-balik berfrekwensi tinggi
yang terkontrol untuk menghasilkan destruksi jaringan secara selektif agar
jaringan parut yang terbentuk cukup estetis den aman baik bagi dokter maupun
penderita. Tehnik yang dapat dilakukan dalam bedah listrik adalah :
elektrofulgurasi, elektrodesikasi, elektrokoagulasi, elektroseksi atau elektrotomi,
elektrolisis den elektrokauter.(1,9)
Elektrodesikasi
Merupakan salah satu teknik bedah listrik. Elektrodesikasi dan kuret dilakukan di
bawah prosedur anestesia lokal, awalnya tumor dikuret, kemudian tepi dan dasar
lesi dibersihkan dengan elektrodesikasi, diulang-ulang selama dua kali. Prosedur
ini relatif ringkas, praktis, dan cepat serta berbuah kesembuhan. Namun
kerugiannya, prosedur ini sangat tergantung pada operator dan sering
meninggalkan bekas berupa jaringan parut.(9)
3.
Laser CO2
Bedah skalpel
Satu cara konservatif namun tetap dipakai sampai sekarang ialah bedah skalpel.
Umumnya karena invasi tumor sering tidak terlihat sama dengan tepi lesi dari
permukaan, sebaiknya bedah ini dilebihkan 3-4 mm dari tepi lesi agar yakin
bahwa seluruh isi tumor bisa terbuang. Keuntungan prosedur ini ialah tingkat
kesembuhan yang tinggi serta perbaikan kosmetik yang sangat baik.
5.
Dermabrasi
Prognosis baik tetapi penyakit sering residif walaupun telah dilakukan pengobatan
yang adekuat.
neoplasma atau reaksifibrotik dari trauma minor, gigitan serangga, infeksi virus,
ruptur kista, atau berasal dari folikulitis. Gejala yang dapat dirasakan dan menjadi
keluhan pada sebagian besar pasien adalah rasa gatal hebat pada daerah lesi dan
nyeri saat perabaan tetapi tidak umum. Terkadang pasien juga tidak bergejala.
Umumnya ditemukan pada wanita, tetapi sering juga ditemukan pada penderita
usia muda. Rata-rata lesi terjadi pada umur 17 tahun.
Predileksi dapat pada semua bagian tubuh, tetapi pada umumnya
ditemukan pada daerah anterior dan tungkai bawah serta punggung. Bentuk khas
pada dermatofibroma adalah nodul kecil, dengan ukuran 3-10 mm, namun ada
juga sampai diameter 1-3 cm. Bentuknya dapat berupa papul, plak atau nodul,
batas tegas, menetap dalam kulit dan dapat ditekan ke bawah atau sedikit
meninggi. Suatu tanda klinis khas yaitu dample sign atau Fitzpatricks sign
yakni jika sisi lateral ditekan maka akan membentuk cekungan pada kulit di
atasnya.
Pada dermatofibroma multiple seringkali terdapat lingkaran
hiperpigmentasi yang sempit mengelilingi nodul, berwarna coklat hingga merah.
Beberapa pasien membutuhkan eksisi apabila ditemukan perbedaan
mencolok dengan kulit sekitar, dapat dilakukan eksisi ekiliptik. Metode lain yang
dapat digunakan adalah dengan mengikis daerah lesi menggunakan pisau bedah
no. 15 agar dapat terjadi luka yang diharapkan akan bergranulasi dan reepitelisasi.
(5,7)
F.5. Keloid
Keloid adalah pembentukan jaringan parut berlebihan yang tidak sesuai
dengan beratnya trauma. Kecenderungan timbul keloid lebih besar pada kulit
berwarna gelap. Cenderung timbul pada usia dewasa muda dan jarang pada usia
tua. Pertumbuhannya cenderung progresif. Predileksinyya terutama di daerah
sternum, bahu, cuping telinga, pinggang, dan wajah. Pada orang-orang yang
berbakat keloid, setiap kerusakan kulit akan menimbulkan keloid.
Insidens keloid bevariasi sesuai dengan umur, jenis kelamin, ras, lokasi
anatomi, dan tipe trauma. Keloid terutama terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda serta perempuan lebih banyak ditemukan menderita keloid dibanding lakilaki. Keloid biasanya terjadi antara umur 10-30 tahun. Keloid lebih banyak
ditemukan pada orang kulit gelap. Orang Afrika dan Amerika lebih banyak
menderita keloid dibanding orang kaukasian.
Faktor-faktor yang menyokong timbulnya keloid, meliputi: Infeksi kronis,
benda asing dalam luka, tidak adanya relaksasi setempat saat penyembuhan luka,
regangan yang berlebihan pada pertautan luka. Keloid terbentuk 2-4 minggu atau
lebih dari 1 tahun setelah trauma. Selain itu keloid dapat juga timbul spontan dan
sering ditemukan adanya riwayat keluarga yang menderita keloid. Harus
dibedakan antara istilah keloid dan parut hipertrofik. Pada paru hipertrofik, besar
parut sesuai dengan lukanya. Parut ini tidak melewati batas tepi luka, timbul
segera setelah luka biasanya 4 minggu dan akan mengalami regresi.
Keloid ditangani secara konservatif yaitu dengan penyuntikan
kortikosteroid (misalnya golongan triamcinolon) intralesi keloid. Penyuntikan ini
diulang 2-3 minggu sekali sampai efek yang diinginkan tercapai. Cara ini cocok
untuk keloid yang tidak terlalu luas dan tebal.
Pembedahan sederhana untuk mengeksisi keloid harus dilakukan
dengan tissue handlingyang baik. Pembedahan pada keloid dapat berupa bedah
beku, bedah laser, bedah listrik, dan cryosurgery Penutupan kulit harus
diusahakan dengan regangan yang seminimal mungkin, kalau perlu dilakukan
jahitan lapis demi lapis untuk mendekatkan jaringan dibawah kulit dalam rangka
meminimalkan regangan. skin grafting dapat juga digunakan untuk mengurangi
ketegangan kulit. Usahakan untuk mencegah semua sumber inflamasi post
operatif seperti terperangkapnya folikel rambut, benda asing, hematom dan
infeksi. Angka rekurensi pembedahan sendiri sekitar 45-100%. Oleh karena itu
pembedahan akan lebih efektif bila dikombinasi dengan eksternal radiasi, dan
skuamosa berlapis dan berisi apendiks kulit serta biasanya terdapat pada garis fusi
embrional. Epidemiologi kista dermoid jarang terjadi, mengenai pria dan wanita
sama banyaknya, namun ada pendapat lain yang mengatakan lebih banyak
dijumpai pada pria. Etiologi kista ini berkembang dari sekuesterasi epitel
sepanjang garis fusi embrionik.
Manifestasi klinik berupa nodul intrakutan atau subkutan, soliter
berukuran l-4 cm, mudah digerakkan dari kulit diatasnya dan dari jaringan di
bawahnya. Pada perabaan, permukaannya halus, konsistensi lunak dan kenyal,
dan secara makroskopis isi kista berupa material keratin yang berlemak dengan
rambut, juga kadang-kadang tulang, gigi atau jaringan syaraf. Lokasi tumor
biasanya pada kepala dan leher, pada garis fusi embrionik kadang juga pada
ovarium.
Histopatologi tampak dinding kista berupa epidermis dengan apendiksnya
yang sudah sempurna perkembangannya, sehingga sering dijumpai adanya folikel
rambut yang tumbuh ke dalam lumen kista. Sedangkan dermis mengelilingi kista,
dan mengandung kelenjar sebasea, kelenjar ekrin dan kadang-kadang apokrin.
Diagnosis banding : Kista epitel lainnya, Glioma Ensefalokel
Pengobatan yaitu eksisi total. Bila terdapat traktus sinus maka harus
dilakukan eksplorasi dan eksisi guna mencegah rekurensi. Prognosis bila eksisi
dilakukan secara komplit, maka hasilnya bersifat kuratif.
F.8. Kista Epidermoid
Kista epidermoid berasal dari sel epidermis yang masuk ke jaringan
subkutis akibat trauma tajam Sel-sel tersebut berkembang kista dengan dinding
putih tebal, bebas dari dasar berisi massa seperti bubur, yaitu hasil keratinisasi,
sebagian mengandung elemen rambut (pilar atau trichilemmal cyst). Penyebabnya
tidak diketahui, diperkirakan oleh karena adanya dilatasi folikel rambut oleh
trauma.
Kista ini biasa ditemukan pada telapak kaki atau telapak tangan, yaitu
yang epidermalnya tebal dan mudah mengalami trauma. Kista jarang menjadi
besar tetapi cukup menggangu karena lokasinya. Kista epidermoid banyak terjadi
pada umur 30-40 tahun.
Terapi terdiri dari eksisi lengkap termasuk punctum pada permukaan kulit
dan meluas ke bawah sampai dinding kista. Eksisi lengkap diperlukan untuk
mencegah rekurensi akibat elemen epidermis yang tertinggal. Jika terinfeksi,
insisi dan drainase diindikasikan karena dinding sangat rapuh untuk dieksisi
secara meyakinkan. Eksisi sekunder setelah infeksi sembuh lalu diindikasikan
untuk mencegah infeksi rekuren.
F.9. Keratoakantoma
Keratoakantoma adalah tumor kulit jinak yang berupa benjolan bulat dan
keras, biasanya berwarna seperti daging dengan bagian tengah seperti kawah yang
mengandung bahan lengket. Diduga sinar matahari memegang peran yang penting
dalam terjadinya keratoakantoma.
Tampaknya keratoakantoma muncul dari sebuah akar rambut sehingga
mereka hanya tumbuh di daerah kulit yang berambut. Cedera ringan merupakan
faktor pemicu terjadinya
keratoakantoma.
F.10. Nevus
Nevus pigmentosus ialah tumor yang berwarna hitam atau hitam kecokelatan,
karena sel melanosit mengandung pigmen melanin. Nevus itu pada umumnya
berupa nodus atau plaque kecil kurang dari 1 cm, pada kulit, tetapi ada pula yang
terdapat pada mukosa mulut, rectum, dan konjungtiva, dan sebagainya.
Nevus intradermal
2.
Nevus junctional
3.
Nevus compound
4.
Nevus biru
5.
6.
intradermal. Penting diketahui ada beberapa jenis nevus yang merupakan lesi prakanke, seperti: nevus junctional dan nevus compound. Demikian pula ada nevus
yang yang patologik kelihatannya seperti ganas, tetapi klinik adalah jinak, yaitu
juvenile melanoma. Terpenting ialah beberapa jenis nevus yang bersifat jinak
dapat berubah menjadi ganas, menjadi melanoma maligna.
Adapun gejala nevus maligna:
1.
Membesar
2.
Bertambah hitam
3.
Terasa gatal
4.
Berdarah
5.
Timbul ulserasi
6.
7.
8.
Pada umumnya nevus tidak perlu diberi terapi kecuali untuk kosmetik dan
mencegah terjadinya kanker pada nevus pra-maligna. Adapun tindakan yang biasa
dilakukan:
Eksisi simple
Re-eksisi luas
Gambaran klinis lesi ialah papul-papul datar lunak/padat lunak, diameter l2mm/2-3mm, dengan warna umumnya seperti wama kulit (Skincolored) atau
sedikit kekuningan tapi dapat pula agak merah muda atau bahkan kecoklatan,
yang tersebar khususnya di daerah kelopak mata, leher, serta dapat pula dalam
bentuk generalisata yaitu pada dada, daerah epigastrik atau abdomen dan bahkan
dapat pula di daerah penis, vulva serta jari-jari tangan.
Diagnosis banding klinis yang tersering ialah milia, kemudian dapat juga
terbuka plana dan angiofibroma. atau hyperplasia sebease, xanthoma eruptif,
hidrostoma dan akne vulgaris.
Gambaran histopatologis siringoma ialah ditemukannya sjeumlah besar
duktus kecil dalam stroma fibrosa dengan dinding terdiri dari 2 baris sel epitel
yang pada banyak kasus sel-sel tersebut pipih atau gepeng, Kadang-kadang sel-sel
epitel pada baris dalam tampak berongga (vacuolated). Lumen duktus
mengandung debris amorfik. Juga ditemukan adanya epitel strand yang solid dan
basofilik diluar duktus. Kadang-kadang dekat epidermis dijumpai kista duktus
yang didalam luminanya dipenuhi dengan keratin dan dibatasi dengan sel-sel yang
mengandung granula keratohialin. Kista keratin ini menyerupai milia dan
terkadang mengalami ruptur sehingga menimbulkan reaksi benda asing. Dalam
keadaan jarang, sel-sel tumor tampak seperti clear cells sebagai akibat akumulasi
glikogen. Untuk memastikan asal tumor yaitu diferensiasi ekrin dapat dibuktikan
dengan pemeriksaan imunohistokimiawi.
Pengobatan pilihan destruksi tumor, antara lain dengan cara kuretase,
dapat pula dilakukan kauterisasi kimiawi, biopsy plong, elektrodesikasi dan laser
CO2 defocused beam. Beberapa teknik pengobatan siringoma belakangan ini
banyak dikembangkan antara lain elektrodesikasi dengan menggunakan short
burst high frequency low voltage intralesional dengan memakai elektroda jarum
halus atau jarum epilasi, atau scanned CO2 laser dan kombinasi laser
CO2 vaporisasi dengan aplikasi asam trikloroasetat memberikan hasil yang cukup
memuaskan, tanpa jaringan parut da bebas lesi 24 bulan hingga 4 tahun. Yang
F.12. Xanthelasma
Bentuk ini adalah bentuk yang paling sering ditemukan diantara xantoma,
terdapat pada kelopak mata, khas dengan papula/plak yang lunak memanjang
berwarna kuning-oranye, biasanya pada kantus bagian dalam. Khas juga, panjang
lesi 2-3 cm dan biasanya simetris, yang condong menetap, berlanjut, multiple dan
bersatu. Seringkali xantalasma disertai dengan tipe xantoma yang lain, tetapi
umumnya berdiri sendiri.
Kelainan ini terlihat pada umur pertengahan. Biasa ditemukan pada wanita
yang menderita penyakit hati dan bilier. Xantelasma juga dapat terlihat pada
bermacam hiperpoproteiemia familier, teristimewa pada hiperkolesterolemia. Juga
biasa ditemukan pada xantoma planum generalisata, penyakit obstruksi hepar
miksedema, diabetes fitosterolemia.
Diagnosis klinik xantoma primer sangat khas. Pada pemeriksaan
ditemukan macula, papula, plak atau nodula yang berwarna kekuning-kuningan
dan pada anamnesa ditemukan adanya anggota keluarga menderita penyakit yang
sama atau familier. Disamping tanda dan gejala klinis yang khas, untuk
pengobatan perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan total
kolesterol, trigliserioda HDL dan LDL kolesterol dan total lipid untuk
menetapkan diagnosis Pengobatan yang berhasil pada xantelasma hanya
pembedahan. Pengobatan juga berhasil dengan fulgurasi, kauter dengan asam
trikorasetik, laser CO2 dan cara lainnya. Semua pengobatan ini tidak menjamin
bahwa tidak akan timbulnya lesi yang baru. Pada xantoma yang lain kura
disebut juga nevus kapilare. Jenis kapilare terdiri atas nevus simpleks kalau sudah
terbentuk seperti buah arbei menonjol, berwarna merah cerah dengan cekungan
kecil. Perkembangannya dimulai dengan titik kecil pada usia lahir, membesar
cepat dan menetap pada usia kira-kira delapan bulan. Kemudian akan mengalami
regresi spontan dan menjadi pucat karena fibrosis seteleh usia satu tahun.
Hemangioma kavernosum terdiri atas jalinan pembuluh darah yang
membentuk rongga. Kelainannya berada di jaringan yang lebih dalam dari dermis.
Dari luar tampak sebagai tumor kebiruan yang dapat dikempeskan dengan
penekanan, tetapi menonjol kembali setelah penekanan dilepaskan. Hemangioma
ini tidak dapat mengalami regresi spontan, malah sering progresif. Jenis
kavernosum bisa meluas dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Jaringan di atas
hemangioma dapat mengalami iskemia sehingga mudah rusak oleh iritasi.
Tata Laksana Hemangioma
Hemangioma buah arbei sebaiknya dibiarkan mengalami regresi spontan.
Jadi walaupun besar, mencolok, dan tampak menakutkan, jenis ini tidak
memerlukan tindakan selain pemasangan pembalut elastis dengan sedikit
penekanan secara terus menerus. Tindakan ini membantu mempercepat proses
regresi. Jenis Flameus ditanggulangi dengan eksisi, kalau perlu ditambah dengan
jangkok kulit. Dapat juga dilakukan perajahan (tatoase) untuk menyamarkan
warna. Untuk hemangioma kavernosum satu-satunya terapi ialah ekstirpasi. Pada
jenis yang luas dapat dibantu dengan embolisasi dengan panduan angiographi.
Embolisasi membantu memperkecil tumor untuk memudahkan tindakan bedah.
Kadang infiltrasi menyesup jauh ke dalam sehingga diperlukan pembedahan luas.
Kelaianan ini dapat kambuh dari sisa hemangioma yang sukar dicapai dengan
pembedahan.