Anda di halaman 1dari 48

Definisi

BADAN

PPh Badan

Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal


yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun tidak melakukan usaha

PT, CV, perseroan lainnya, BUMN/D dengan


nama dan dalam bentuk apapun, Fa, Kongsi,
Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan,
Perkumpulan, Yayasan, Ormas, Orsospol, atau
Organisasi yang sejenis, Lembaga, Bentuk
usaha tetap dan Bentuk badan lainnya
termasuk reksadana

SUBYEK PAJAK BADAN


DALAM NEGERI:

LUAR NEGERI

Badan didirikan di
Indonesia atau bertempat
kedudukan di Indonesia

Badan yg tdk
didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia
MENJALANKAN USAHA/
KEGIATAN MELALUI BUT DI IND
MENERIMA / MEMPEROLEH
PENGHASILAN DARI INDONESIA
TANPA MELALUI BUT

Bentuk Usaha Tetap


Bentuk usaha yang dipergunakan oleh
Subjek Pajak OP LN dan SP Badan DN
Untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan (pekerjaan
bebas) di Indonesia

Bukan Subyek Pajak


Badan
BADAN PERWAKILAN NEGARA ASING;
ORGANISASI INTERNASIONAL;
YANG DITETAPKAN OLEH MENKEU DGN SYARAT INDONESIA
MENJADI ANGGOTANYA DAN TDK MENJALANKAN USAHA /
KEGIATAN LAIN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI
INDONESIA SELAIN PEMBERIAN PINJAMAN KPD PEMERINTAH YG
DANANYA BERASAL DARI IURAN PARA ANGGOTA

UNIT TERTENTU DARI BADAN PEMERINTAH dg syarat:


Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD;
Penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat
atau Daerah;
Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara

KONSEP PENGHASILAN
Penghasilan
yang
bukan
objek
pajak,
pengertiannya terbatas yang diatur dalam pasal 4
ayat (3) UU PPh
Penghasilan yang merupakan objek pajak yang
dikenakan PPh Final, pengertiannya terbatas yang
diatur dalarn pasal 4 ayat (2) UU PPh, dan diatur
dengan PP;
Penghasilan yang merupakan objek pajak (Pasal 4
ayat (1) UU PPh) yang dikenakan tarif umum atau
tidak final, pengertiannya semua penghasilan
selain 2 di atas

Sumber Penghasilan neto


(sebagai obyek PPh)
Dari Usaha pokok/Core Business,
modal/Investasi dan penghasilan lainlain/other/extraordinary
Setelah dikurangi Deductible Expenses
Dari dalam dan luar negeri, kecuali
rugi diluar negeri
Selain yang bukan obyek PPh dan
telah dikenakan PPh Final

OBJEK PAJAK
Non final

Laba usaha
Royalti, Sewa dan penghasilan lain sehubungan penggunaan
harta
Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta termasuk :
1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sbg pengganti saham/penyertaan modal;
2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan
lainnya krn pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu atau
anggota;
3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kec. yang diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis
keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yg ditetapkan oleh Menkeu, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak
yg bersangkutan

OBJEK PAJAK
Non final

Dividen, dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kpd pemegang polis, dan pembagian SHU
koperasi
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn jaminan
pengembalian utang
Hadiah dari pekerjaan/kegiatan dan penghargaan
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya
Keuntungan krn pembebasan utang, kecuali sampai dgn jumlah
tertentu ditetapkan dgn PP (PP No.130 Tahun 2000)
Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing,
Premi asuransi termasuk reasuransi
iuran yg diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yg
terdiri dari WP yg menjalankan usaha / pekerjaan bebas,
tambahan kekayaan neto yg berasal dari penghasilan yg belum
dikenakan pajak.

Penghasilan yang bukan obyek pajak antara lain:


1.
2.

3.
4.
5.
6.

Bantuan/sumbangan termasuk zakat dan harta hibahan


Dividen/bagian laba dari penyertaan modal pada badan
usaha di Indonesia; yang diterima atau diperoleh PT,
koperasi, BUMN/BUMD dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
yang memenuhi syarat
Harta termasuk setoran tunai sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal
Iuran dan Penghasilan tertentu yang diterima dana pensiun
Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan
reksadana selama 5 tahun pertama sejak pendirian
perusahaan atau pemberian ijin usaha
Bagian laba anggota yang diterima perusahaan modal
ventura dari badan pasangan usaha

KONSEP BEBAN

Biaya
yang
dapat
dikurangkan
dari
penghasilan bruto (sesuai Pasal 6 UU PPh)
Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto (nondeductible expense),
sesuai pasal 9 UU PPh
Biaya yang merupakan objek pemotongan PPh
Pasal 21,22, 23, 26 dan 4 (2) Final maupun
yang bukan.
Pengeluaran dan biaya yang tidak dapat
dikurangkan dalam menghitung Penghasilan
Kena Pajak menurut PP No. 138/2000
Biaya kategori deductible & nondeductible lain
berdasar peraturan pelaksanaan ketentuan
Undang-undang Perpajakan

Biaya yg dapat dikurangkan


1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan (yang merupakan
obyek PPh non final) termasuk:
Biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti,
biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi
asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali
PPh.
Biaya harus valid, reliable dan wajar

2. Penyusutan dan amortisasi (metode


penyusutan harus sesuai dg pasal 11 & 11A)

Biaya yg dapat dikurangkan


3. Iuran kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan
harta yang dimiliki untuk kegiatan/usaha
perusahaan
5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing
Apabila WP membukukan transaksi ybs
dengan kurs tetap, maka selisih kurs
diakui pada saat terjadinya realisasi
pembayaran
Apabila WP membukukan transaksi ybs
dengan kurs tengah BI, maka selisih kurs
diakui pada akhir tahun

Biaya yg dapat dikurangkan

Biaya litbang perusahaan yang dilakukan di


Indonesia

Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

Cadangan Piutang tak tertagih untuk perbankan


dan SGU hak Opsi, cadangan premi asuransi,dan
cadangan biaya reklamasi untuk pertambangan

Sumbangan tertentu: lembaga GNOTA (SE33/PJ.421/1996, Bencana Tsunami (PMK604/2004)

Biaya yg dapat dikurangkan


10. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk
natura dan kenikmatan tertentu yaitu:
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai; Penggantian atau imbalan dalam bentuk
natura dan kenikmatan di daerah tertentu; dan
Yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
11. Harta hibahan dengan syarat tertentu
12. Zakat atas Penghasilan
13. Biaya pulsa handphone dan perbaikannya sebesar
50% Non Deductible
14. Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin
kendaraan sedan dan sejenisnya sebesar 50%
Deductible

Biaya yg dapat dikurangkan


15. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih,
dengan syarat:

Telah dibebankan sebagai biaya dalam


laporan laba rugi komersil

Telah diserahkan perkara penagihannya


kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara atau adanya
perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang antara kreditur dan debitur

Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum


atau khusus

Wajib pajak harus menyerahkan daftar


piutang tak tertagih kepada Dirjen Pajak

Biaya yg Tidak Dapat


Dibebankan
1. Pembagian laba dengan nama dan
dalam bentuk apa pun
2. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan
untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota
3. Pembentukan atau pemupukan dana
cadangan, dengan pengecualian ttt.
4. Penggantian atau imbalan sehubungan
dengan pekerjaan/jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan,
dengan pengecualian ttt.

Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan


5.

6.
7.
8.
9.

Jumlah yang melebihi kewajaran yang


dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan
Harta yang dihibahkan, bantuan atau
sumbangan, dan warisan
Pajak penghasilan
Gaji yang dibayarkan kepada anggota
persekutuan, firma, atau CV yang modalnya
tidak terbagi atas saham
Sanksi administrasi yang berkenaan dengan
pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan

Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan

Pasal 10 (6)
Selisih lebih penilaian harga pokok
penjualan yang menggunakan
metode LIFO (Last In First Out)
Berbasis Pasal 11
Jumlah melebihi biaya penyusutan
yang ditetapkan oleh undangundang PPh

Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan


PP No 138 Tahun 2000
Pasal 3
Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimasud pasal 9 ayat (8) huruf f
dan g UU PPN sepanjang tidak dapat
dibuktikan benar telah dibayar .
Pajak masukan berkenaan dengan
pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan
dalam menentukan besarnya penghasilan
kena pajak sebagaimana pasal 9 (1) UU PPh

Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan


PP No 138 Tahun 2000
Pasal 4
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan:
Yang bukan objek pajak
Yang pengenaan pajaknya bersifat final
Yang dikenakan pajak berdasarkan deemed profit atau
norma penghitungan penghasilan neto dan norma
khusus

PPh yang ditanggung oleh pemberi penghasilan,


kecuali: PPh pasal 26, tetapi tidak termasuk
dividen, sepanjang PPh tsb ditambahkan dalam
penghitungan dasar untuk pemotongan pajak
Contoh: PPh pasal 26: 20% x 100/80 x Fee (boleh
dibiayakan)

Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan


PP No 138 Tahun 2000
Pasal 4
Kerugian dari harta atau utang yang tidak
dimiliki dan tidak dipergunakan dalam usaha
atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih,
danmemelihara penghasilan yang merupakan
objek pajak
Contoh: Perusahan mempunyai vila di puncak
Dijual = Rugi, tidak dapat dibiayakan
Dijual = untung, menjadi objek pajak

Pasal 5
Nilai sisa buku harta yang dialihkan kepada
pegawainya

Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan


SE Dirjen Pajak No 20/PJ.42/1994
Bunga pinjaman selama masa konstruksi yang
tidak dikapitalisir menjadi komponen harga
pokok atau harga perolehan aset.
Contoh : pembangunan gedung

Kep. Dirjen Pajak No 220/PJ/2002


50% dari biaya pemakaian telepon seluler
yang meliputi beban penyusutan, biaya
berlangganan/pengisian ulang pulsa perbaikan
50% dari biaya pemakaian kendaraan sedan,
yang meliputi beban penyusutan dan biaya
pemeliharaan / perbaikan rutin

Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan


SE Dirjen Pajak No 27/PJ.42/1986
Biaya entertainment/jamuan dan sejenisnya
sepanjang tidak ada hubungannya dengan
kegiatan usaha WP dan tidak dibuatkan daftar
nominatif dan dilampirkan pada SPT tahunan PPh
SE Dirjen Pajak No 46/PJ.4/1995
Bunga pinjaman seluruhnya, apabila rata-rata
pinjaman sama besar atau lebih kecil
dibandingkan rata-rata deposito / tabungan
Bunga pinjaman sebagian, apabila rata-rata
pinjaman lebih besar dibandingkan rata-rata
deposito

SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995


Contoh penghitungan biaya bunga
Rincian Saldo Pinjaman Bank
Pokok
Pinjaman

Tingkat Bunga

Masa Pinjaman

Jumlah
Pinjaman

15%

Jan

125 M

15%

Feb s.d Mei

500 M

150 M

15%

Juni s.d. Juli

300 M

200 M

15%

Agt s.d. Des

1.000 M

Jumlah Saldo Pinjaman

1.800 M

Rata-rata Saldo Pinjaman/bulan (1.800/12)

150 M

Rincian saldo Deposito/tabungan


Saldo Deposito

Tingkat Bunga

Masa Deposito

Jumlah
Deposito

9%

Jan

25 M

9%

Feb s.d Mar

50 M

46 M

9%

Apr s.d. Agt

230 M

50 M

9%

Sep s.d. Des

200 M

Jumlah

480 M

Saldo Rata-rata Deposito

40 M

Biaya bunga yang dapat dibebankan:


15% x (150 M 40 M) = Rp 16,5 M

PENYUSUTAN
&
AMORTISASI

PENYUSUTAN (Pasal 11 UU PPh)

Adalah mekanisme pembebanan atas


pengeluaran yg masa manfaatnya lebih dari 1
(satu) th yg berkaitan dengan aktiva tetap
berwujud.
Contoh Pengeluaran yang dapat disusutkan
secara fiskal adalah pengeluaran untuk
pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan,
dan perubahan harta berwujud.
Penentuan harga perolehan disamping nilai
pembelian dimasukkan juga biaya-biaya
perolehan : bea impor, Pajak Masukan yang tidak
dapat dikreditkan, setiap biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung sampai aktiva siap
digunakan, termasuk : Initial delivery, installation
cost, biaya persiapan tempat, biaya profesional
(arsitek, insinyur dsb), sedang potongan
harga/rabat mengurangi harga perolehan.

HARTA YG DAPAT DISUSUTKAN

Harta yang dimiliki dan digunakan untuk


mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang masa manfaatnya
lebih dari satu tahun, kecuali tanah.
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud
yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dibangun lebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan,
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari
satu tahun

HARTA YG TDK DAPAT DISUSUTKAN

Tanah, termasuk HGB, HGU, Hak Pakai untuk pertama kalinya.


Kecuali nilainya berkurang dalam pemakaian. Sama dengan
akuntansi.

Harta berwujud yang menurut akuntansi dapat disusutkan,


tetapi menurut PPh tidak dapat disusutkan adalah ;
1. Aktiva yang merupakan natura dan kenikmatan bagi pegawai
(rumah dinas), kecuali:
Hand Phone dan Sedan (dinas) bisa disusutkan dengan
pengakuan 50% dari Harga Perolehannya
Kendaraan u/ antar jemput pegawai
2. Aktiva yang masih status SGU (leasing) dengan Hak Opsi
3. Harta yang dimiliki WP yang tidak digunakan untuk 3 M
penghasilan obyek PPh. Apabila dijual laba (rugi) dihitung
berdasarkan harga jual dikurangi harga perolehan :
- laba merupakan obyek pajak
- rugi, tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

Tabel Penyusutan Fiskal

KEL. HARTA
BERWUJUD

MASA
MANFAAT

TARIF PENYUSUTAN
GARIS LURUS

SALDO MENURUN

1. BUKAN
BANGUNAN
- KELOMPOK 1
- KELOMPOK 2
- KELOMPOK 3
- KELOMPOK 4

4
8
16
20

THN
THN
THN
THN

25
12,5
6,25
5

%
%
%
%

2. BANGUNAN
PERMANEN
TDK PERMANEN

20 THN
10 THN

5
10

%
%

50 %
25 %
12,5 %
10 %

Langkah-langkah Menghitung Penyusutan


Fiskal
Tentukan Masa manfaat aktiva (kelompok aktiva) dengan
menggunakan Keputusan Menteri Keuangan No.
96/PMK.03/2009.
Tarif penyusutan dan masa manfaat masing-masing aktiva
diketahui.
Hitung biaya penyusutan tahun tersebut = Tarif x Dasar
Penyusutan
Dasar penyusutan adalah sebagai berikut, untuk metode
garis lurus adalah Harga Perolehan, sedang Untuk Saldo
Menurun adalah NSBF Akhir Tahun Sebelumnya.

Langkah-langkah Menghitung Penyusutan


Fiskal 2

Penyusutan menurut fiskal tidak mengenal nilai residu.


Penyusutan aktiva diperinci per individu dan untuk
peralatan yang kecil-kecil (Small Tools) boleh
digabungkan.
Saat dimulai penyusutan adalah bulan diperoleh atau
terjadi pengeluaran atau bulan selesainya aktiva
dibuat/dibangun. Tetapi dengan seijin Direktorat
Jendral Pajak boleh menyusutkan pada saat aktiva
tersebut sudah memperoleh penghasilan atau
digunakan.
Sebelum 1 Jan 2001 pendekatan yang dipakai tahun
penuh..

AMORTISASI
Pasal 11A ayat (1)

METODE
GARIS LURUS

METODE
SALDO
MENURUN

PADA AKHIR
MASA MANFAAT
DIAMORTISASI
SEKALIGUS
(CLOSED ENDED)

Tabel Amortisasi Fiskal

KEL. HARTA
BERWUJUD

- KELOMPOK 1
- KELOMPOK 2
- KELOMPOK 3
- KELOMPOK 4

4
8
16
20

MASA
MANFAAT

TARIF AMORTISASI
GARIS LURUS

THN
THN
THN
THN

25
12,5
6,25
5

%
%
%
%

SALDO MENURUN

50 %
25 %
12,5 %
10 %

MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI


TERTENTU

1. BIAYA PENDIRIAN
2. BIAYA PERLUASAN MODAL

PENGELUARAN UNTUK
MEMPEROLEH HAK
PENAMBANGAN MIGAS
1. HAK PENAMBANGAN SELAIN MIGAS
2. HAK PENGUSAHAAN HUTAN
3. HAK PENGUSAHAAN SUMBER
DAN HASIL ALAM LAINNYA
PENGELUARAN SEBELUM OPERASI
KOMERSIL YANG
MASA MANFAAT > 1 TAHUN

TARIF BERDASARKAN
KELOMPOK HARTA ATAU
DIBEBANKAN SEKALIGUS
PADA TAHUN TERJADINYA
PENGELUARAN
METODE SATUAN
PRODUKSI

METODE
SATUAN PRODUKSI
SETINGGI-TINGGINYA
20 % SETAHUN

TARIF BERDASARKAN
KELOMPOK HARTA

CONTOH #1:
PENGELUARAN UNTUK MEMPEROLEH :
- HAK PENAMBANGAN SELAIN MINYAK DAN GAS BUMI
- HAK PENGUSAHAAN HUTAN ATAU HASIL ALAM
LAINNYA
- HAK PENGUSAHAAN HASIL LAUT
CONTOH :
PENGELUARAN UNTUK HAK PENGUSAHAAN HUTAN Rp 500.000.000,00.
POTENSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN 10.000.000 TON KAYU
JIKA DALAM SATU THN PAJAK JML PRODUKSI 3.000.000 TON KAYU YG
BERARTI 30 % DARI POTENSI YG ADA,
AMORTISASI YG DIPERKENANKAN UTK DIKURANGKAN DARI
PENGHASILAN BRUTO PD TAHUN TSB SEBESAR 20 % (JUMLAH
MAKSIMUM) DARI PENGELUARAN ATAU Rp 100.000.000,00

Menghitung PPh Badan

PPh terutang = Tarif Pasal 17 x


PKP
atau Tarif Pasal 31E x
PKP

Menghitung PKP bagi Badan


+/+ Penghasilan Neto Fiskal
-/- Kompensasi Rugi

KOMPENSASI RUGI
Yang dimaksud dengan Kompensasi Rugi
adalah:
KERUGIAN FISKAL SUATU TAHUN PAJAK
DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN
PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK
BERIKUTNYA BERTURUT-TURUT SAMPAI
DENGAN 5 (LIMA) TAHUN
Kecuali Penanaman Modal pada Bidang
Usaha / Daerah Tertentu paling lama 10
tahun

Contoh Kompensasi Rugi:


Dalam tahun 2000 PT. X menderita Rugi Fiskal sebesar Rp 1,2 Milyar. Dalam 5
tahun berikutnya laba (rugi) fiskal PT. X sbb :
2001 : Rp 200.000.000
2004 : Rp 100.000.000
2002 : (Rp 300.000.000)
2005 : Rp 800.000.000
2003 : N I H I L
2006 : Rp 500.000.000

Kompensasi kerugian dilakukan sbb :


Rugi fiskal Thn 2000 (Rp 1.200.000.000,00)
Laba fiskal Thn 2001
Rp 200.000.000,00(+)
Sisa rugi fiskal Thn 2000
(Rp 1.000.000.000,00)
Rugi fiskal Thn 2002
(Rp 300.000.000,00)
Sisa rugi fiskal Thn 2000
(Rp 1.000.000.000,00)
Laba fiskal Thn 2003
N I H I L
(+)
Sisa rugi fiskal Thn 2000
(Rp 1.000.000.000,00)
Laba fiskal Thn 2004
Rp 100.000.000,00(+)
Sisa rugi fiskal Thn 2000
(Rp 900.000.000,00)
Laba fiskal Thn 2005
Rp 800.000.000,00
Sisa rugi fiskal Thn 2000
(Rp 100.000.000,00)
Rugi fiskal Thn 2002
Laba fiskal Thn 2006
Laba Kena Pajak Thn 2006

(Rp 300.000.000,00)
Rp 500.000.000,00 (+)
Rp 200.000.000,00

Kewajiban Pembukuan
Didasarkan pada itikad baik atau pada adat
kebiasaan
pedagang
yang
baik
dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha
yang sebenarnya
Dilakukan secara taat asas dengan stetsel kas
atau stetsel akrual. Perubahan terhadap metode
pembukuan dan/atau tahun pajak harus atas
persetujuan Dirjen Pajak
Diselenggarakan
di
Indonesia
dengan
menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan
mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan oleh
Menteri Keuangan

Proses Pembukuan:
Laporan
Keuangan

Lapkeu Fiskal
Rekonsiliasi
Fiskal

Berdasar PSAK

Neraca, L/R,
Arus Kas,
Ekuitas, dll

Berdasar UU
Pajak dan
peraturan

Laba
/Penghasilan
Neto Fiskal

REKONSILIASI FISKAL
Rekonsiliasi (koreksi) fiskal adalah proses
penyesuaian atas laporan keuangan
komersial (laba komersial) yang berbeda
secara prisip atau metode dengan
ketentuan fiskal untuk menyajikan
dan/atau menghasilkan penghasilan neto /
laba yang sesuai dengan ketentuan pajak.

Perbedaan Prinsip
1. Menurut
akuntansi
komersial
merupakan
penghasilan
sedangkan menurut ketentuan PPh bukan penghasilan, atau
sebaliknya.
2. Menurut
akuntansi
komersial
merupakan
penghasilan,
sedangkan menurut ketentuan PPh telah dikenakan PPh yang
bersifat final.
3. Menurut akuntansi komersial merupakan beban sedangkan
menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan dan sebaliknya
misalnya:
Biaya-biaya 3M penghasilan yang bukan obyek pajak atau
pengenaan pajaknya bersifat final.
Penggantian/imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan.
Sanksi perpajakan berupa bunga, denda, dan kenaikan.
Biaya-biaya yang tidak memenuhi syarat-syarat (daftar
nominatif biaya entertainment, daftar nominatif atas
peghapusan piutang).

Beda Metode
Perbedaan
metode
yang
digunakan
antara
akuntansi
komersial dengan ketentuan fiskal,
misalnya ;
Metode penyusutan
Metode penilaian persediaan

Penyisihan
piutang
tak
tertagih
Rugi-laba selisih kurs

KREDIT PAJAK BAGI


WP BADAN DALAM NEGERI DAN BUT

PASAL 22

PEMUNGUTAN PPh DARI KEGIATAN DI BIDANG IMPOR


ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN

PASAL 23

PEMOTONGAN PPh DARI


DIVIDEN,BUNGA,ROYALTI,SEWA,
HADIAH DAN PENGHARGAAN,
DAN IMBALAN LAIN

PASAL 24

PAJAK YG DIBAYAR ATAU TERUTANG ATAS PENGHASILAN


DARI LUAR NEGERI YANG BOLEH DIKREDITKAN

PASAL 25

PEMBAYARAN YG DILAKUKAN OLEH WAJIB PAJAK


SENDIRI

PASAL 26
AYAT (5)

PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN SP LN YG


MENJADI SP DN (TDK BERSIFAT FINAL)

TIDAK BOLEH
DIKREDITKAN

SANKSI ADMINISTRASI BERUPA


BUNGA, DENDA DAN KENAIKAN
SERTA SANKSI PIDANA BERUPA DENDA

Kredit PPh Pasal 24


PPh DI LUAR NEGERI ATAS PENGHASILAN DARI LUAR NEGERI
BOLEH DIKREDITKAN DENGAN PPh YANG TERUTANG DLM THN
PAJAK YANG SAMA SEBESAR YANG TERKECIL ANTARA:

PAJAK PENGHASILAN YANG DIBAYAR/TERUTANG


DI LUAR NEGERI

Jumlah Penghasilan Dari LN


Penghasilan Kena Pajak

Total PPh terutang

Total PPh Terutang

KPLN DIHITUNG PER NEGARA ASAL


PENGHASILAN

PPh Pasal 25
LIHAT KETENTUAN PPh PASAL 25 u/ ORANG PRIBADI

UNTUK WP BARU BERDASAR PPh ATAS PENGHASILAN NETO SEBULAN


YANG DISETAHUNKAN
UNTUK WP BANK DAN SGU DENGAN HAK OPSI BERDASARKAN
LAPORAN TRIWULAN

UNTUK BUMN-BUMD BERDASARKAN RKAP

PPh Pasal 25
Besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum batas waktu
penyampaian SPT Tahunan PPh adalah sama dengan besarnya
angsuran PPh untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.
Apabila terdapat kompensasi rugi, maka penghasilan neto sebagai dasar
Perhit. PPh Pasal 25 Tahun Pajak berikutnya dihitung atas dasar pengh.
neto dengan memperhitungkan sisa rugi yang belum dikompensasi
Apabila terdapat penghasilan tidak teratur dalam Tahun Pajak ybs,
maka angsuran bulanan PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan penghasilan neto
seluruhnya dikurangi dengan penghasilan tidak teratur.
Apabila dalam tahun berjalan diterbitkan SKP untuk tahun pajak yang lalu,
maka PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut, &
berlaku mulai bulan berikutnya setelah diterbitkannya SKP
Apabila terjadiperubahan keadaan usaha/kegiatan wajib pajak (penurunan
atau peningkatan usaha).

Anda mungkin juga menyukai