BADAN
PPh Badan
LUAR NEGERI
Badan didirikan di
Indonesia atau bertempat
kedudukan di Indonesia
Badan yg tdk
didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia
MENJALANKAN USAHA/
KEGIATAN MELALUI BUT DI IND
MENERIMA / MEMPEROLEH
PENGHASILAN DARI INDONESIA
TANPA MELALUI BUT
KONSEP PENGHASILAN
Penghasilan
yang
bukan
objek
pajak,
pengertiannya terbatas yang diatur dalam pasal 4
ayat (3) UU PPh
Penghasilan yang merupakan objek pajak yang
dikenakan PPh Final, pengertiannya terbatas yang
diatur dalarn pasal 4 ayat (2) UU PPh, dan diatur
dengan PP;
Penghasilan yang merupakan objek pajak (Pasal 4
ayat (1) UU PPh) yang dikenakan tarif umum atau
tidak final, pengertiannya semua penghasilan
selain 2 di atas
OBJEK PAJAK
Non final
Laba usaha
Royalti, Sewa dan penghasilan lain sehubungan penggunaan
harta
Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta termasuk :
1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sbg pengganti saham/penyertaan modal;
2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan
lainnya krn pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu atau
anggota;
3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kec. yang diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis
keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yg ditetapkan oleh Menkeu, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak
yg bersangkutan
OBJEK PAJAK
Non final
Dividen, dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kpd pemegang polis, dan pembagian SHU
koperasi
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn jaminan
pengembalian utang
Hadiah dari pekerjaan/kegiatan dan penghargaan
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya
Keuntungan krn pembebasan utang, kecuali sampai dgn jumlah
tertentu ditetapkan dgn PP (PP No.130 Tahun 2000)
Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing,
Premi asuransi termasuk reasuransi
iuran yg diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yg
terdiri dari WP yg menjalankan usaha / pekerjaan bebas,
tambahan kekayaan neto yg berasal dari penghasilan yg belum
dikenakan pajak.
3.
4.
5.
6.
KONSEP BEBAN
Biaya
yang
dapat
dikurangkan
dari
penghasilan bruto (sesuai Pasal 6 UU PPh)
Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto (nondeductible expense),
sesuai pasal 9 UU PPh
Biaya yang merupakan objek pemotongan PPh
Pasal 21,22, 23, 26 dan 4 (2) Final maupun
yang bukan.
Pengeluaran dan biaya yang tidak dapat
dikurangkan dalam menghitung Penghasilan
Kena Pajak menurut PP No. 138/2000
Biaya kategori deductible & nondeductible lain
berdasar peraturan pelaksanaan ketentuan
Undang-undang Perpajakan
6.
7.
8.
9.
Pasal 10 (6)
Selisih lebih penilaian harga pokok
penjualan yang menggunakan
metode LIFO (Last In First Out)
Berbasis Pasal 11
Jumlah melebihi biaya penyusutan
yang ditetapkan oleh undangundang PPh
Pasal 5
Nilai sisa buku harta yang dialihkan kepada
pegawainya
Tingkat Bunga
Masa Pinjaman
Jumlah
Pinjaman
15%
Jan
125 M
15%
500 M
150 M
15%
300 M
200 M
15%
1.000 M
1.800 M
150 M
Tingkat Bunga
Masa Deposito
Jumlah
Deposito
9%
Jan
25 M
9%
50 M
46 M
9%
230 M
50 M
9%
200 M
Jumlah
480 M
40 M
PENYUSUTAN
&
AMORTISASI
KEL. HARTA
BERWUJUD
MASA
MANFAAT
TARIF PENYUSUTAN
GARIS LURUS
SALDO MENURUN
1. BUKAN
BANGUNAN
- KELOMPOK 1
- KELOMPOK 2
- KELOMPOK 3
- KELOMPOK 4
4
8
16
20
THN
THN
THN
THN
25
12,5
6,25
5
%
%
%
%
2. BANGUNAN
PERMANEN
TDK PERMANEN
20 THN
10 THN
5
10
%
%
50 %
25 %
12,5 %
10 %
AMORTISASI
Pasal 11A ayat (1)
METODE
GARIS LURUS
METODE
SALDO
MENURUN
PADA AKHIR
MASA MANFAAT
DIAMORTISASI
SEKALIGUS
(CLOSED ENDED)
KEL. HARTA
BERWUJUD
- KELOMPOK 1
- KELOMPOK 2
- KELOMPOK 3
- KELOMPOK 4
4
8
16
20
MASA
MANFAAT
TARIF AMORTISASI
GARIS LURUS
THN
THN
THN
THN
25
12,5
6,25
5
%
%
%
%
SALDO MENURUN
50 %
25 %
12,5 %
10 %
1. BIAYA PENDIRIAN
2. BIAYA PERLUASAN MODAL
PENGELUARAN UNTUK
MEMPEROLEH HAK
PENAMBANGAN MIGAS
1. HAK PENAMBANGAN SELAIN MIGAS
2. HAK PENGUSAHAAN HUTAN
3. HAK PENGUSAHAAN SUMBER
DAN HASIL ALAM LAINNYA
PENGELUARAN SEBELUM OPERASI
KOMERSIL YANG
MASA MANFAAT > 1 TAHUN
TARIF BERDASARKAN
KELOMPOK HARTA ATAU
DIBEBANKAN SEKALIGUS
PADA TAHUN TERJADINYA
PENGELUARAN
METODE SATUAN
PRODUKSI
METODE
SATUAN PRODUKSI
SETINGGI-TINGGINYA
20 % SETAHUN
TARIF BERDASARKAN
KELOMPOK HARTA
CONTOH #1:
PENGELUARAN UNTUK MEMPEROLEH :
- HAK PENAMBANGAN SELAIN MINYAK DAN GAS BUMI
- HAK PENGUSAHAAN HUTAN ATAU HASIL ALAM
LAINNYA
- HAK PENGUSAHAAN HASIL LAUT
CONTOH :
PENGELUARAN UNTUK HAK PENGUSAHAAN HUTAN Rp 500.000.000,00.
POTENSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN 10.000.000 TON KAYU
JIKA DALAM SATU THN PAJAK JML PRODUKSI 3.000.000 TON KAYU YG
BERARTI 30 % DARI POTENSI YG ADA,
AMORTISASI YG DIPERKENANKAN UTK DIKURANGKAN DARI
PENGHASILAN BRUTO PD TAHUN TSB SEBESAR 20 % (JUMLAH
MAKSIMUM) DARI PENGELUARAN ATAU Rp 100.000.000,00
KOMPENSASI RUGI
Yang dimaksud dengan Kompensasi Rugi
adalah:
KERUGIAN FISKAL SUATU TAHUN PAJAK
DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN
PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK
BERIKUTNYA BERTURUT-TURUT SAMPAI
DENGAN 5 (LIMA) TAHUN
Kecuali Penanaman Modal pada Bidang
Usaha / Daerah Tertentu paling lama 10
tahun
(Rp 300.000.000,00)
Rp 500.000.000,00 (+)
Rp 200.000.000,00
Kewajiban Pembukuan
Didasarkan pada itikad baik atau pada adat
kebiasaan
pedagang
yang
baik
dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha
yang sebenarnya
Dilakukan secara taat asas dengan stetsel kas
atau stetsel akrual. Perubahan terhadap metode
pembukuan dan/atau tahun pajak harus atas
persetujuan Dirjen Pajak
Diselenggarakan
di
Indonesia
dengan
menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan
mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan oleh
Menteri Keuangan
Proses Pembukuan:
Laporan
Keuangan
Lapkeu Fiskal
Rekonsiliasi
Fiskal
Berdasar PSAK
Neraca, L/R,
Arus Kas,
Ekuitas, dll
Berdasar UU
Pajak dan
peraturan
Laba
/Penghasilan
Neto Fiskal
REKONSILIASI FISKAL
Rekonsiliasi (koreksi) fiskal adalah proses
penyesuaian atas laporan keuangan
komersial (laba komersial) yang berbeda
secara prisip atau metode dengan
ketentuan fiskal untuk menyajikan
dan/atau menghasilkan penghasilan neto /
laba yang sesuai dengan ketentuan pajak.
Perbedaan Prinsip
1. Menurut
akuntansi
komersial
merupakan
penghasilan
sedangkan menurut ketentuan PPh bukan penghasilan, atau
sebaliknya.
2. Menurut
akuntansi
komersial
merupakan
penghasilan,
sedangkan menurut ketentuan PPh telah dikenakan PPh yang
bersifat final.
3. Menurut akuntansi komersial merupakan beban sedangkan
menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan dan sebaliknya
misalnya:
Biaya-biaya 3M penghasilan yang bukan obyek pajak atau
pengenaan pajaknya bersifat final.
Penggantian/imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan.
Sanksi perpajakan berupa bunga, denda, dan kenaikan.
Biaya-biaya yang tidak memenuhi syarat-syarat (daftar
nominatif biaya entertainment, daftar nominatif atas
peghapusan piutang).
Beda Metode
Perbedaan
metode
yang
digunakan
antara
akuntansi
komersial dengan ketentuan fiskal,
misalnya ;
Metode penyusutan
Metode penilaian persediaan
Penyisihan
piutang
tak
tertagih
Rugi-laba selisih kurs
PASAL 22
PASAL 23
PASAL 24
PASAL 25
PASAL 26
AYAT (5)
TIDAK BOLEH
DIKREDITKAN
PPh Pasal 25
LIHAT KETENTUAN PPh PASAL 25 u/ ORANG PRIBADI
PPh Pasal 25
Besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum batas waktu
penyampaian SPT Tahunan PPh adalah sama dengan besarnya
angsuran PPh untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.
Apabila terdapat kompensasi rugi, maka penghasilan neto sebagai dasar
Perhit. PPh Pasal 25 Tahun Pajak berikutnya dihitung atas dasar pengh.
neto dengan memperhitungkan sisa rugi yang belum dikompensasi
Apabila terdapat penghasilan tidak teratur dalam Tahun Pajak ybs,
maka angsuran bulanan PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan penghasilan neto
seluruhnya dikurangi dengan penghasilan tidak teratur.
Apabila dalam tahun berjalan diterbitkan SKP untuk tahun pajak yang lalu,
maka PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut, &
berlaku mulai bulan berikutnya setelah diterbitkannya SKP
Apabila terjadiperubahan keadaan usaha/kegiatan wajib pajak (penurunan
atau peningkatan usaha).