Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN TEORITIK DAN YURIDIS DALAM PENINGKATAN


DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL
A. Pengertian Dan Dasar Hukum Pegawai Negeri Sipil
Peraturan pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai
negerisipil pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa disiplin pegawai negeri sipil adalah
kesanggupan pegawai negeri sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang
apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhihukuman disiplin.
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis memberikan pendapat bahwaDisiplin
dapat diartikan sebagai sikap menghargai, patuh, taat terhadap peraturandan tata
tertib yang berlaku di tempat kerja yang dilakukan secara rela dengan penuh
tanggung jawab dan siap untuk menerima sangsi jika melanggar tugas dan wewenang.
Di dalam pasal 1 angka 1 UU No. 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok
kepegawaian, yang dimaksut dengan Pegawai Negeri Sipil adalah Mereka atau
seseorang yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlakau, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam jabatannya atau disertahi tugas-tugas Negara lainnya yang
ditetapkan berdasarkan surat peraturan perundang-undangan serta digaji menurut
peraturan yang berlaku.1
Pengertian disiplin mengandung suatu gagasan hukuman, meskipun arti
sesungguhnya dalam bahasa latin disciplina yang berarti latihan atau
pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Jadi disiplin

UU No. 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian

19

20

berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan. Secara


singkat dapat dikatakan bahwa disiplin adalah keadaan yang menyebabkan atau
memberikan dorongan kepada pegawai untuk berbuat dan melaksanakan segala
kegiatan sesuai dengan norma-norma/aturan yang telah ditetapkan.2
Dalam usaha meningkatkan kinerja aparaturnya, pemerintah menetapkan
program manajemen kepegawaian berbasis kinerja. Salah satu peraturan yang
dikeluarkan pemerintah untuk tujuan tersebut

adalah Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/09/M.PAN/5/2007 tentang


Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi
Pemerintah.
Yang dimaksud dengan kinerja instansi pemerintah adalah gambaran
mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai
penjabaran dari visi, misi dan rencana strategi instansi pemerintah yang
mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatankegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.
Upaya lain yang diupayakan pemerintah dalam memperbaiki kinerja
peningkatan profesionalitas aparaturnya adalah pendidikan dan pelatihan (Diklat)
pegawai, penegakan disiplin PNS dan sistem remunerasi di lingkungan kerja
instansi pemerintah.
Diklat dapat berupa diklat prajabatan dan diklat dalam jabatan antara lain
diklat kepemimpinan, diklat fungsional dan diklat teknis.

Wursanto IG,Manajemen Kepegawaian 2, Kanisius, Yogyakarta, 1988, Hal 108

21

Pemerintah yakin perbaikan kinerja pemerintah dapat terlaksana bila setiap


instansi pemerintah menegakkan disiplin PNS. Disiplin tersebut tidak terjadi
hanya untuk sementara. Penerapan peraturan disiplin PNS harus tegas dan
konsisten. Selain itu diharapkan PNS wajib menjaga dan mengembangkan etika
profesinya.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwardarminta
terbitan tahun 1976 pengertian disiplin adalah latihan batin dan watak supaya
mentaati tata tertib dan kepatuhan pada aturan. Disiplin dapat juga diartikan
sebagai adanya suatu ketertiban dan keselarasan dalam tingkah laku pergaulan
anggota masyarakat menurut peraturan yang berlaku, baik tertulis maupun tidak
tertulis. Disiplin dapat dilihat apabila : orang-orang maupun pegawai-pegawai
dengan senang hati dan sadar melaksanakan dan mentaati segala aturan-aturan dan
norma yang telah ada.
A.W. Widjaja berpendapat bahwa, Pegawai adalah merupakan tenaga kerja
manusia jasmaniah maupun rohaniah (mental dan pikiran) yang senantiasa
dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok dalam usaha kerja
sama untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi).3
Disiplin adalah peraturan-peraturan yang ditetapkan orang, pemerintah, atau
swasta guna mengatur tata laku pegawai/karyawan.4
Disiplin menurut Werther Jr. et al dalam Burhanudin A.T adalah upaya
manajemen untuk mengusahakan karyawan menaati standar/ peraturan-peraturan
dalam organisasi. Ia menganggap bahwa disiplin sebagai suatu latihan untuk
3
4

A.W.Widjaja, Administraasi Kepegawaian. Rajawali, 2006, hal.113.


Wursanto IG,Manajemen Kepegawaian 2, Kanisius, Yogyakarta, 1988, Hal 108

22

mengubah dan mengoreksi pengetahuan, sikap dan perilaku sehingga karyawan


akan berusaha untuk bekerja sama dan meningkatkan kinerjanya bagi
perusahaan.5
Disiplin menurut Henry Fayol dalam bukunya Administratie Industrialle et
General adalah melakukan apa yang sudah disetujui bersama antara pimpinan dan
para pekerja, baik persetujuan tertulis, lisan atau berupa peraturan-peraturan atau
kebiasaan.6
Definisi menurut Henry Fayol tersebut menunjukan adanya unsur-unsur
sebagai berikut:
1. Manusia manusia sebagai obyek sekaligus pelaku utama dalam
organisasi
2. Persetujuan bersama yaitu suatu kesepakatan bersama antara anggota
organisasi untuk melakukan tindakan yang ditentukan
3. Peraturan ketentuan yang dijadikan pedoman dalam organisasi
Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah ketaatan dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang tercermin dalam sikap dan tata
laku pegawai diwaktu dan diluar dinas.7
Undang-undang No. 43 tahun 1999 dalam Pasal 29 tercantum ketetapan
sebagai berikut:dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundangundangan pidana, maka untuk menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan
tugas, diadakan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Penjelasan dari pasal
ini menyebutkan bahwa peraturan disiplin adalah suatu peraturan yang memuat

Werther Jr. et al Dalam Burhanudin A. Tayibnapis, Administrasi Kepegawaian Syatu Tinjauan Analitik, PT
Pradnya Paramita, Jakarta, Hal 205
6
Henry Fayol (dalamHubungan antara Gaya Kepemimpinan Camat Dengan Disiplin Kerja PegawaiDiana
Kristiana, 2003, Hal 7)
7
Burhanudin A. Tayibnapis, Op cit, hal 204

23

suatu keharusan, larangan dan sanksi, apabila keharusan tidak dituruti atau
larangan itu dilanggar.
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini antara lain mengatur tentang
tiga hal, yaitu:
1. Kewajiban yang harus ditaati oleh setiap Pegawai Negeri Sipil
2. Larangan yang tidak boleh dilanggar oleh Setiap Pegawai Negeri Sipil
3. Sanksi yang dapat dijatuhkan apabila Pegawai Negeri Sipil tidak
mentaati kewajiban dan melanggar
Pendayagunaan aparatur pemerintah dalam mewujudkan good governance
salah satunya dilakukan melalui reformasi birokrasi. Dalam reformasi birokrasi,
sumber daya aparatur pemerintah diberikan ruang untuk membangun kompetensi
dan profesionalitasnya, antara lain melalui peningkatan kedisiplinan Pegawai
Negeri Sipil. Pendayagunaan pegawai yang dilandasi oleh disiplin kerja amat
penting dalam melaksanakan tugas. Secara konseptual, disiplin merujuk pada
sikap yang selalu taat kepada aturan, norma dan prinsip-prinsip tertentu8.
Jadi sikap disiplin tercermin dari ketaatan pegawai terhadap norma-norma
dan aturan-aturan yang berlaku dalam melaksanakan tugas-tugas rutin yang
menjadi tanggung jawabnya. Sejalan dengan itu disiplin merupakan sikap mental
yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok
masyarakat, yang berupa ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang berlaku.
Disiplin pegawai nampak pada sikap untuk tidak melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan norma, etika dan kaidah yang berlaku serta adanya hasrat
untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah digariskan9

Ratminto dan Atik Septi Winarsih, loc.cit.


Nawawi, Hadari. Pengawasan Melekat di Lingkungan Aparatur Pemerintah, Erlangga, Jakarta, 1999,
halaman 105
9

24

Jenis Disiplin pada umumnya ada tiga tipe pembinaan disiplin pegawai negeri sipil atau
disebut juga jenis disiplin, yaitu :10
1. Disiplin Preventif ,
Kegiatan manajemen yang dilaksanakan untuk mendorong para pegawai
agar mengikuti berbagai standar atau aturan, sehingga penyelewenganpenyelewengandapat dicegah. Sasaran pokok dan disiplin diri diantara
para karyawan. Disiplin preventif adalah tindakan yang mendorong para
karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan
memenuhi standar yang telah ditetapkan.Artinya melalui kejelasan dan
penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dan
setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai para
karyawan berperilaku negatif.
Manajemen mempunyai tanggungjawab untuk menciptakan suatu
iklimdisiplin preventif dimana berbagai standar diketahui dan dipahami,
sehingga jikakaryawan tidak mengetahui standar apa yang dicapai, mereka
cenderung menjadisalah arah. Disamping itu, manajemen hendaknya
menetapkan standar secara positif bukan secara negatif, seperti jaga keamanan
jangan ceroboh. Mereka biasanya juga perlu mengetahui alasan yang
melatarbelakangi suatu standar agar mereka dapat memahami.
2. Disiplin Korektif ,
Kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap
arturan-aturandan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran

10

Menurut Handoko (2010 : 209-211)

25

lebih lanjut. Sasaran pokok dan kegiatan ini adalah untuk memperbaiki
pelanggaran, untuk menghalangi para pegawai lain melakukan megiatankegiatan yang serupa danuntuk menjaga berbagai standar kelompok yang
tetap konsisten dan efektif.Kegiatan disiplin yang korektif sering berupa
hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan. Agar tindakan pendisiplinan
tersebut akan efektif maka penerapannya harus konsisten, karena konsisten adalah
kegiatan dan keadilan.Disiplin korektif merupakan kegiatan yang diambil untuk
menangani pelanggaran terhadap aturan dan mencoba untuk menghhindari
penyimpanganlebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk
hukuman

dan

disebuttindakan

pendisiplinan,

misalnya

tindakan

pendisiplinan dapat berupa peringatanatau skorsing, Sasaran tindakan


pendisiplinan hendaknya positif, bersifatmendidik dan mengoreksi, bukan
tindakan negatif yang menjatuhkan karyawanyang berbuat salah.
Maksud pendisiplinan adalah untuk memperbaiki kegiatandiwaktu
mendatang bukan menghukum kegiatan dimasa lalu. Pendekatan
negatif yang bersifat menghukum biasanya mempunyai pengaruh sampingan
yangmerugikan, seperti emosional terganggu, absensi meningkat, apatis
atau kelesuan,dan takut pada penyelia yang melakukan bimbingan dan memberikan
nasihatlangsung kepada bawahan. Berbagai sasaran tindakan pendisiplinan,
seperti untuk memperbaiki pelanggar, untuk menghalangi para karyawan
yang lain melakukankegiatan yang serupa, dan untuk menjaga berbagai standar
kelompok tetapkonsisten dan efektif.

26

3. Disiplin progresif,
Disiplin progresif berarti memberikan hukuman yang lebih berat
terhadap pelanggaran yang berulang, dengan tujuan kepada pegawai untuk
mengambiltindakan korektif sebelum hukuman yang lebih serius
dilaksanakan.Disiplin progresif juga memungkinkan atasan langsung
untuk membantu pegawaimemperbaiki kesalahan dengan memberikan
teguran secara lisan, ataupun tertulisdan lebih dari itu memberikan skorsing
dan pekerjaan mulai satu sampai tiga hariatau menurunkan pangkatnya atau demosi dan
jika tidak ada perubahan maka dilakukan proses pemecatan.
Dengan demikian tindakan pendisiplinan selalu atas dasar tingkat berat atau
kerasnya hukuman dan untuk pelanggaran serius tertentu biasanya dikecualikan
dan disiplin progresif. Disiplin juga harus diterapkan dengan komsisten, karena
merupakan bagian penting keadilan, ini berarti bahwa karyawan yang melakukan
kesalahan yang sama hendaknya diberikan hukumanyang sama pula. Kurangnya
konsistensi akan menyebabkan para pegawai merasatidak diperlakukan secara adil.
Pendisiplinan harus tidak bersifat pribadi, sama denghan peringatan terhadap
sesuatu secara darurat yang perlu penanganan segera.Disiplin yang efektif akan
menghindarkan kegiatan pegawai yang salah, bukan menyalahkan pegawai sebagai
orang, karena ada perbedaan antara penerapan suatu hukuman bagi pekerjaan
yang tidak dilaksanakan dan pemanggilan seorang pegawai yang bermalasmalasan.

27

Hubungan antara disiplin dengan produktivitas kerja


1. Disiplin sebagai peran sentral manusia produktif
Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau
tingkah laku perorangan, kelompok, atau masyarakat berupa ketaatan
terhadap peraturan - peraturan atau ketentuan yang ditetapkan pemerintah
untuk tujuantertentu.Dari pengertian tersebut adanya suatu pandangan bahwa
disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri - ciri yaitu :
a. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa
yang sudahmenjadi norma, kaidah yang berlaku dalam masyarakat.
b. Adanya perilaku yang dikendalikan untuk pencapaian tujuan.
c. Adanya ketaatan terhadap pemerintah
2. Disiplin merupakan sarana untuk mencapai produktivitas kerja PNS
Dari berbagai pengertian disiplin dan produktivitas kerja dapat
diberi pendapat bahwa disiplin mendorong produktivitas atau disiplin
merupakan sarana penting untuk mencapai produktivitas kerja.
Pentingnya disiplin dalam meningkatkan produktivitas kerja PNS Menurut Soerjono
Soekanto Pengertian Peranan adalah sebagai berikut :
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status) apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya maka ia menjalankan suatu peranan.
Pembaharuan yang ada dalam pribadi tenaga kerja khususnya sikap
mentaluntuk

ketaatan

terhadap

disiplin

sangatlah

diperlukan

untuk

peningkatan produktivitas kerja, kesadaran terhadap pentingnya disiplin dari


masyarakat

akanmembawa

pengembangan disiplinnasional.

pengaruh

positif

bagi

pembangunan

dan

28

Tata

Kelola

Pemerintahan

yang

Baik

Good

Government

Governance. Beberapa kondisi yang dialami oleh pemerintahan pusat maupun


pemerintah daerah saat ini memang tidak dapat dilepaskan dari berbagai macam
kompleksitas pendukungnya. Carut marutnya kondisi perpolitikan tanah air,
kondisi ekonomi yang tidak stabil, kualitas aparatur penyelenggara pemerintahan
yang rendah turut memberikan kontribusi atas kegagalan penciptaan suatu
pemerintahan yang berhasil. Berhasil bermakna memberikan manfaat bagi
masyarakat dan terciptanya kestabilan dalam semua sektor kehidupan.
Pengelolaan pemerintahan yang baik dapat dimaknai dengan berhasilnya
program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan mendapatkan
dukungan sepenuhnya dari rakyat dengan partisipasi secara massif.
Ada delapan kunci utama harus dimiliki oleh pemerintah sebagai pelaksana
kebijakan/eksekutif dalam upaya menciptakan sebuah pemerintahan yang sesuai
dengan mandat dan harapan masyarakatnya. Segala bentuk pengharapan yang
diinginkan haruslah menjadi dasar utama bagi tercapainya pemerintahan yang
berhasil. Adapun keutamaan tersebut meliputi:
a. Partisipasi
Partisipasi adalah kunci bagi terciptanya dan berjalannya pemerintahan
yang diharapkan berdasarkan peran, kewenangan, dan tanggungjawab,
baik rakyat atau individu pelaksana dalam pemerintahan maupun seluruh
rakyat yang harus memiliki partisipasi langsung maupun tidak langsung
dalam proses pelaksanaan pembangunan yang bertanggungjawab. Tingkat
partisipasi setiap individu atau pun masyarakat dalam memberikan

29

kontribusinya tergantung sejauh mana peran dan fungsi masyarakat


dilibatkan dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Keterlibatan

masyarakat

secara

langsung

turut

menggambarkan

kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan yang sedang berjalan,


sebaliknya jika sikap apatis yang mendominasi karakter masyarakat, maka
proses pemerintahan akan mengalami kendala dalam optimalisasi
pelaksanaannya.
b. Konsensus
Pemerintahan yang terdiri dari aparatur dan rakyat memerlukan suatu
kesepakatan bersama untuk mencapai tujuan utama pelaksanaan roda
pemerintahan dengan visi dan misi yang jelas. Penetapan visi dan misi
bersama antara pemerintah dan rakyat ini akan membawa ke arah suatu
tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan akan saling menunjang. Hal ini
baru dapat dicapai bilamana pada saat yang bersamaan Pemerintah dan
rakyat juga harus mau memahami tanggung jawab dan kewenangan pihak
lain. Pemerintah mengerti akan hak dan kewajibannya, begitu juga dengan
rakyat juga harus mampu memberikan kewajibannya.
c. Akuntabilitas
Kewenangan dan tanggungjawab yang diberikan oleh rakyat dan diterima
serta dilaksanakan oleh pemerintah haruslah dipertanggungjawabkan
secara memadai. Pertanggungjawaban/akuntabilitas yang memadai dari
pemerintah akan meningkatkan kepercayaan dari rakyat. Akuntabilitas
yang dapat diuji dan dipertanggungjawabkan kepada rakyat mencerminkan

30

proses pelaksanaan pemerintahan berjalan pada rel dan koridor yang benar
sesuai dengan harapan dari rakyat.
d. Transparan
Transparan berarti seluruh keputusan dan kebijakan yang yang dipilih dan
diterapkan oleh Pemerintah harus dilakukan dengan langkah dan cara yang
sesuai

dengan

ketentuan/peraturan

yang

ada.

Pelaksanaan

roda

pemerintahaan harus didukung dengan keterbukaan informasi kepada


publik/rakyat, tidak ada yang ditutup tutupi dalam pelaksanaan
pembangunan, semua disampaikan secara transparan kepada rakyat dengan
memperhatikan peraturan dan ketentuan yang berlaku tentunya.
e. Responsif
Good government memerlukan bagian dan proses yang memberikan
pelayanan seluruh stakeholders dalam jangka waktu yang logis. Artinya
pemerintah sebagai pelaksana pemerintahan harus dapat bergerak dengan
cepat/responsif terhadap kebutuhan rakyat. Pemerintah menampung dan
menjalankan aspirasi rakyat dengan maksimal. Optimalisasi pelayanan
yang diberikan oleh pemerintah memberikan manfaat dengan dukungan
dan partisipasi yang besar dari rakyat demi tercapainya tujuan pelaksanaan
pembangunan.
f. Efektif dan Efisiensi
Good goverment juga berarti bahwa pelaksanaan pembangunan yang harus
dilaksanakan oleh pemerintah harusnya secara selektif dan efisien.
Pelaksanaan program dengan memperhatikan efektivitasnya, sehingga

31

yang diharapkan adalah bahwa program yang direncanakan dan


dilaksanakan tersebut tepat sasaran dan memberikan manfaat secara
langsung. Efisien bermakna bahwa setiap program pembangunan yang
direncanakan oleh pemerintah haruslah benar-benar memberikan manfaat
yang tepat sesuai dengan yang direncanakan.
g. Perlakuan Sama
Good government juga berarti seluruh rakyat dan memperoleh perlakuan
yang sama oleh pemerintah baik disegala bidang dalam batas kewenangan
dan tanggung jawabnya. Pemberian hak-hak yang sama dan perlakuan ini
memerlukan keterbukaan, sehingga setiap elemen dalam masyarakat
merasakan bahwa perlakuan yang fair telah diberlakukan dengan tepat,
tanpa pandang bulu.
h. Kebijaksanaan
Good government memerlukan kerangka kebijakan yang fair yang
diterapkan tanpa keberpihakan. Penerapan kebijakan pemerintah yang
tidak bias memerlukan lembaga yang ada di masyarakat untuk menjadi
pengawas

atas

penerapan

kebijakan

tersebut.

Sehingga

dengan

pengendalian dan pengawasan yang memadai turut memberikan kontrol


terhadap keberhasilan pelaksanaan program yang diusung pemerintah.

Di Simpulkan bahwa, Good goverment merupakan bukan suatu hal yang


mustahil dan hanya berupa konsepsi diatas meja, tapi pemerintahan yang baik
merupakan suatu hal yang sangat mungkin diciptakan dalam penyelenggaraan
pemerintahan di tingkat pusat dan daerah. Implementasi Good Government

32

Governance atau tata kelola pemerintahan yang baik harus dilaksanakan secara
konkret sehingga dapat memberikan manfaat pada seluruh pihak yang
berkepentingan dengan pemerintahan. Prinsip Good Government Governance
perlu diwujudkan secara nyata ke dalam instrumen yuridis yang berlaku dalam
pemerintahan diantaranya meliputi asas-asas umum pemerintahan yang baik
(AUPB), peran, wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah, serta fungsi audit;
standar mutu pelayanan kepada masyarakat, pengembangan pola hubungan
pegawai dan sebagainya.
Kepemimpinan nasional yang memiliki legitimasi dan dipercayai oleh
masyarakat menjadi poin utama pelaksanaan Good Government Governance,
dengan dukungan pemimpin yang mumpuni, komitmen yang tinggi dalam
penyelenggaraan pemerintahan, tidak mustahil Kabupaten Pontianak akan
menjadi pionir keberhasilan penerapan Good Government Governance di
Indonesia.
B. Kewajiban Dan Larangan Pegawai Negeri Sipil.
1. Kewajiban Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Kewajiban PNS adalah segala sesuatu yang wajib dikerjakan atau boleh
dilakukan oleh setiap PNS berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Adapun kewajiban-kewajiban PNS tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:
1. Kewajiban yang berhubungan dengan tugas di dalam jabatan
Kewajiban ini terkait dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja
masing-masing PNS.
2. Kewajiban yang berhubungan dengan kedudukan PNS pada
umumnya.

33

Kewajiban ini terkait dengan kedudukan PNS sebagai unsur aparatur


negara, abdi negara dan abdi masyarakat. Dapat dirinci sebagai berikut, Setiap
PNS wajib:
a. Mengucapkan sumpah atau janji PNS.
b. Mengucapkan sumpah atau janji jabatan.
c. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Pemerintah.
d. Menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan.
e. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan
penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.
f. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS.
g. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri.
seseorang, dan/atau golongan.
h. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah
harus dirahasiakan.
i. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan
negara.
j. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal
yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah
terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil.
k. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja.
l. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan.
m. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaikbaiknya.
n. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.
o. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas.
p. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier.
q. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
2. Larangan larangan bagi Pegawai Negeri Sipil antara lain :
1. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat
Negara, Pemerintah atau Pegawai Negeri Sipil.
2. Menyalahgunakan wewenang
3. Tanpa izin Pemerintah menjadi Pegawai atau bekerja untuk Negara Asing
4. Menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik
Negara
5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan atau
meminjamkan barang-barang, dokumen atau surat-surat berharga milik
Negara secara tidak sah

34

6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan atau


orang lain didalam maupun diluar lingkungan kerjanya dengan tujuan
untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung
merugikan Negara.
7. Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas
dendam terhadap bawahannya atau orang lain didalam maupun diluar
lingkungan kerjanya.
8. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun
juga yang diketahui atau patut diduga bahwa pemberian itu bersangkutan
dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
9. Memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan harkat dan martabat
Pegawai Negeri Sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan.
10. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya.
11. Melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan tindakan yang
dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang
dilayani sehingga megakibatkan kerugian pihak yang dilayani.
12. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan.
13. Membocorkan dan memanfaatkan rahasia Negara yang diketahui karena
kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain.
14. Bertindak selaku perantara bagi suatu pengusaha atau golongan untuk
mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor / instansi Pemerintah.
15. Memilki saham atau modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya
berada dalam ruang lingkup kekuasaannya.
16. Memilki saham suatu perusahaan yang kegiatannya tidak berada dalam
ruang lingkup kekuasannya yang jumlah dan sifat kepemilikan itu
sedemikian rupa sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat
langsung atau tidak langsung menentukan penyelengaraan atau jalannya
perusahaan.
17. Melakukan kegiatan usaha dagang, baik secara resmi maupun sambilan,
menjadi Direksi, Pimpinan atau Komisaris Perusahaan Swasta bagi yang
berpangkat Pembina Golongan Ruang IV/a keatas yang memangku jabatan
eselon I.
3. Hak Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Hak-hak PNS adalah sesuatu yang diterima oleh PNS dengan persyaratanpersyaratan tertentu yang harus dipenuhi, antara lain:
1. Gaji:
a. Gaji PNS.
b. Perhitungan masa kerja.
c. Kenaikan gaji pokok.
d. Tunjangan.
2. Kenaikan Pangkat.
3. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan.

35

4.
5.
6.
7.

Cuti.
Tunjangan cacat dan uang duka.
Kesejahteraan.
Pensiun.

C. Tingkat Dan Jenis Hukuman Disiplin


I. Jenis Hukuman Disiplin Untuk Pelanggaran Ketentuan Jam Kerja
1. Hukuman Disiplin Ringan (Pasal 8)
a. Teguran Lisan : tidak masuk selama 5 hari kerja.
b. Teguran Tertulis : tidak masuk selama 6-10 hari kerja.
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis : tidak masuk selama 11-15 hari
kerja.
2. Hukuman Disiplin Sedang (Pasal 9)
a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu ) tahun : tidak masuk
selama 16-20 hari kerja.
b. Penundaan kenaikan Pangkat selama 1 (satu ) tahun : tidak masuk
selama 21-25 hari kerja.
c. Penurunan Pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu ) tahun :
tidak masuk selama 26-30 hari kerja.
3. Jenis Hukuman disiplin Berat Terdiri (Pasal 10)
a. Penurunan Pangkat setingkat lebih rendah selama 3 ( tiga ) tahun:
tidak masuk selama 31-35 hari kerja.
b. Pemindahan dalam rangka Penurunan jabata setingkat lebih rendah:
tidak masuk selama 36-40 hari kerja.
c. Pembebasan dari jabatan Strktural atau jenjang fungsional tertentu:
tidak masuk selama 41-45 hari kerja.
d. Pemberhentian dengan hormat dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri atau Pemberhentian tidak dengan hormat : tidak masuk selama
46 hari kerja atau lebih.
Pasal 14 di dalam PP No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil, pelanggaran Pasal 8, 9 dan 10 dihitung secara komulatif sampai dengan
akhir tahun berjalan, Penjelasan Pasal 3 angka 11 yaitu keterlambatan masuk kerja
atau pulang cepat dihitung secara kumulatif dan dikonversi 7 (tujuh setengah)
jam sama dengan 1 (satu) hari tidak masuk kerja.

36

II.

Jenis Hukuman Disiplin Untuk Pelanggaran Kampanye


1. Bentuk Pelanggaran Kampanye :
a. Ikut serta sebagai pelaksana kampanye.
b. Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau
atribut PNS.
c. Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain.
d. Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara.
2. Hukuman Disiplin Sedang ( pasal 12 ) angka :
1. Angka 6, Memberikan dukungan kepada Capres atau Cawapres,
DPR,

DPD,

atau

DPRD, dengan menjadi pelaksana/peserta

kampanye dengan gunakan atribut partai

atau

atribut

PNS,

sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain.


2. Angka 7, Memberikan dukungan kepada Capres atau Cawapres
dengan

mengadakan

kegiatan

yang

mengarah

kepada

keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta


pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi
pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang
kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga,
dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 13
huruf b.
3. Angka 8, Memberikan dukungan kepada calon anggota DPD atau
calon Kepala atau Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan
surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat
Keterangan Tanda Penduduk sesuai

peraturan perundang-

undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 14

37

4. Angka 9, Memberikan dukungan kepada calon Kepala atau Wakil


Kepala Daerah dengan cara terlibat dalam kegiatan kampanye
untuk mendukung calon Kepala/Wakil Kepala Daerah serta
mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum,
selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan,
himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam
lingkungan

unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat

dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf a dan huruf d.


3. Hukuman Displin Berat (Pasal 13) angka :
1. Aangka 11, Memberikan dukungan kepada calon Presiden atau
Wakil Presiden, DPR, DPD atau DPRD dengan menjadi peserta
dengan menggunakan fasilitas negara, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 angka 12 huruf d.
2. Angka 12, Memberikan dukungan kepada capres atau cawapres
dengan cara membuat keputusan atau tindakan yang menguntungkan
atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 13 huruf a.
3. Angka 13, Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah atau
Wakil Kepala Daerah, dengan cara menggunakan fasilitas yang
terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye atau membuat
keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon selama masa kampanye
dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf b dan huruf c.

sebagaimana

38

D. Peran dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pontianak.


1. Peranan dan Tugas Badan Kepegawaian Daerah.
Sesuai dengan Peraturan Bupati Pontianak Nomor 38 Tahun 2010,
tanggal 11 Oktober 2010 tentang Tugas dan Fungsi Organisasi Badan
Kepegawaian Daerah dikemukakan bahwa Tugas Badan Kepegawaian
Daerah adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah di bidang Kepegawaian Daerah.
Adapun makna dari peranan Badan Kepegawaian Daerah antara lain:a.
a. Meningkatkan Kualitas pelayanan ketatausahaan
Peranan ini mengandung makna bahwa dengan mengoptimalkan
pelayanan ketatausahaan diharapkan bahwa tugas-tugas Badan
Kepegawaian Daerah dapat berjalan dengan lancar, optimal dan
objektif
b. Meningkatkan Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya
Aparatur.
Badan Kepegawaian Daerah senantiasa berupaya meningkatkan
kualitas pelaksanaan tugas, serta meningkatkan kesejahteraan dan
melakukan pembinaan disiplin PNS untuk menjamin terciptanya
aparatur Pemerintah Daerah yang bersih dan berwibawa serta
berupaya membangun sistem informasi untuk meningkatkan
pelayanan data kepegawaian yang cepat, tepat dan akurat yang
berdampak pada proses pengambilan keputusan, pembinaan dan
penataan PNS daerah

39

c. Meningkatkan Profesionalisme Sumber Daya Aparatur


Badan Kepegawaian Daerah sebagai institusi yang bertugas untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan Sumber Daya Aparatur
Pemerintah Daerah melalui Program Pendidikan dan Latihan
Kepemimpinan, Diklat Teknis Fungsional dan Diklat Penjenjangan
yang

akan

meningkatkan

pengetahuan,

sehingga

dapat

mewujudkan Sumber Daya Aparatur Pemerintah Daerah yang


profesional dan memiliki kompetensi.
2. Fungsi Badan Kepegawaian Daerah
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas Badan
Kepegawaian Daerah menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang perencanaan Kepegawaian
Daerah;
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
dibidang Kepegawaian Daerah;
c. Pembinaan dan Pelaksanaan tugas dibidang Kepegawaian Daerah;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya
Visi dan misi dari Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pontianak
ialah:Terwujudnya

Pelaksanaan

Manajemen

PNS

yang

Profesional,

Transparan, Akuntabel, dan Berbasis Kinerja. Dalam rangka pelaksanaan tugas,


misi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pontianak adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Ketatausahaan
2. Meningkatkan Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Aparatur
3. Meningkatkan Profesionalisme Sumber Daya Manusia Aparatur
Strategi merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan. Strategi ini akan memperjelas pemikiran-pemikiran secara
konseptual, analitis, realistis rasional dan komprehensip tentang berbagai langkah

40

yang diperlukan untuk mencapai dan memperlancar pencapaian tujuan dan


sasaran yang telah ditetapkan.
Strategi meliputi penetapan kebijaksanaan dan program yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam rangka mewujudkan visi
dan misi Badan Kepegawaian Daerah.
Strategi yang diterapkan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
Pontianak untuk dapat menjalankan Visi dan Misinya adalah sebagai berikut :
1. Mendorong terwujudnya tertib administrasi pelaksanaan manajemen
kepegawaian yang berbasis kompetensi
2. Meningkatkan pembinaan aparatur secara berkelanjutan
3. Meningkatkan pelayan dan fasilitasi aparatur melalui sosialisasi peraturan
perundang-undangan kepegawaian
4. Meningkatkan ketersediaan akurasi informasi dan data base kepegawaian
melalui Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) sebagai bahan /
pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan kedinasan dan pengembangan
karir pegawai
5. Meningkatkan koordinasi, fasilitasi dalam pembinaan, pendayagunaan dan
kesejahteraan aparatur yang semakin baik.
Sedangkan kebijakan yang ditempuh merupakan ketentuan-ketentuan yang
telah disepakati pihak-pihak di lingkungan Badan Kepegawaian Daerah dan
ditetapkan oleh pimpinan untuk dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi
setiap kegiatan agar tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai
sasaran, tujuan, misi dan visi. Kebijakan merupakan komitmen yang disepakati
bersama untuk dilaksanakan secara terpadu dan konsisten dalam upaya mencapai
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Kebijakan dapat berupa ketetapan keputusan tertulis atau tidak tertulis yang
disepakati bersama untuk dijadikan pedoman atau tuntunan dalam pelaksanaan
setiap kegiatan di lingkungan Badan Kepegawaian Daerah. Selain itu, kebijakan

41

juga dimaksudkan untuk mengarahkan pelaksanaan program-program pemerintah


sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Oleh karena itu kebijakan
sebagai konsep operasional dalam pelaksanaan program dan kegiatan harus tetap
dikomitmenkan bersama sehingga arah pelaksanaan program dan kegiatan dapat
diberikan keterkaitannya dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun kebijakan yang ditetapkan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
Pontianak dalam rangka mengarahkan/mengorganisasikan program-program dan
kegiatan sebagai tindakan nyata untuk mencapai tujuan dan sasaran, adalah
sebagai berikut :
1. Optimalisasi pelayanan aparatur melalui tertib administrasi kepegawaian yang
lebih baik, cepat, tepat dan akuntabel
2. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan sumber daya aparatur yang
semakin baik
3. Mendorong peningkatan profesionalisme dan kapasitas aparatur melalui
pendidikan dan pelatihan secara terpadu, sinergis berdasarkan analisis
kebutuhan yang rasional
E. Efektivitas Penegakan Hukum
Istilah penegakan hukum dalam Bahasa Indonesia membawa kita kepada
pemikiran bahwa penegakan hukum selalu dengan paksaan sehingga ada yang
berpendapat bahwa penegakan hukum hanya bersangkutan dengan hukum pidana
saja. Penegakan hukum memiliki arti yang sangat luas meliputi segi preventif dan
represif, cocok dengan kondisi Indonesia yang unsur pemerintahnya turut aktif
dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada
kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidahkaidah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap

42

akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan


hidup.
Seperti yang sering kita dengar melalui media massa, kinerja PNS hingga
sekarang ini masih menjadi sorotan tajam diskusi masyarakat terlebih berkaitan
dengan kinerja dan kedisiplinannya. Padahal, dalam PP 30 tahun 1980 maupun PP
53 tahun 2010 sebagai penggantinya, telah diatur secara tegas dan eksplisit apa
dan bagaimana seharusnya seorang Abdi Negara berkinerja.
Dalam peraturan disiplin PNS telah diatur hal-hal yang memuat tentang
kewajiban, larangan, dan jenis hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan kepada
PNS yang telah terbukti melakukan pelanggaran, mulai dari jenis hukuman
disiplin ringan, sedang, hingga berat. Ketidak disiplinan PNS merupakan bahan
diskusi empuk dan akan selalu menjadi sorotan tajam masyarakat mengingat
bagi mereka, status PNS adalah sosok yang patut dijadikan contoh dan teladan,
karena dianggap sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah. Sehingga sangat
wajar apabila masyarakat memiliki keinginan dan harapan yang lebih terhadap
kinerja dan produktivitas PNS.
1. Efektivitas peraturan disiplin pegawai negeri sipil
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa ruh dan semangat yang
diusung dalam penerbitan peraturan pemerintah disiplin pegawai ini adalah dalam
rangka mewujudkan PNS yang

handal, professional, dan bermoral sebagai

penyelenggara pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan


yang baik (good governance), (sesuai yang tertuang dalam penjelasan PP 53 tahun
2010). Peraturan disiplin pegawai dirancang sedemikian rupa untuk membantu

43

pegawai dalam menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan


tugas serta dapat mendorong PNS untuk lebih produktif berdasarkan sistem karier
dan sistem prestasi kerja.
Namun, seberapa efektifkah sistem dan peraturan disiplin yang ada
sekarang, terlebih bila kita hubungkan dengan visi mulai yang hendak dicapai
tersebut? Dalam prakteknya, seperti yang telah dialami oleh PP terdahulunya PP
30 tahun 1980, di lapangan masih banyak kita temukan berbagai bentuk
pelanggaran, baik yang terang-terangan, maupun sembunyi-sembunyi.
Secara konten, materi peraturan disiplin pegawai yang didalamnya diatur
mengenai kewajiban, larangan, dan hukuman, keberadaannya sangat diperlukan
dalam angka penuntun aturan teknis manajemen kedisiplinan pegawai. Dalam
penjatuhan hukuman dalam PP 53 2010 telah ditentukan adanya pola aturan
penjatuhan hukuman yang lebih berat dari PP 30 tahun1980, mulai dari penurunan
pangkat setingkat lebih rendah, pemindahan dalam rangka penurunan jabatan
setingkat lebih rendah, pembebasan dari jabatan PNS, hingga pemberhentian
dengan hormat maupun dengan tidak hormat.
Dalam hal pejabat yang berhak memberikan hukuman juga diperketat
dengan pemberian kewenangan bagi pejabat atasan langsung untuk menindak
staf-nya yang secara aturan telah dinyatakan melakukan pelanggaran disiplin.
Bahkan, bagi pejabat yang mengetahui bahwa ada staf-nya yang telah terbukti
melakukan pelanggaran disiplin namun pejabat yang bersangkutan tidak
melakukan penindakan dengan penjatuhan hukuman, maka pejabat yang
bersangkutan justru yang akan dikenai hukuman disiplin sesuai dengan tingkat

44

kesalahan yang dilakukan oleh staf-nya tersebut. Melalui pendekatan seperti inilah
yang bagi sebagian kalangan dianggap menjadi salah satu pembaik dan pembeda
antara PP 30 tahun 1980 dengan PP 53 tahun 2010.
Namun, peraturan pemerintah yang mengatur tentang disiplin PNS tersebut
tetaplah produk yang bersifat normatif dan legal formal. Keberadaannya
diperlukan

atas

dasar

nafas

administratif

birokrasi

dalam

manajemen

kepegawaian. Peraturan disiplin ini sangat diperlukan dalam rangka mengatur


pegawai dalam ranah hukum positif kepegawaian, seperti apa saja yang wajib
dilakukan, apa saja yang dilarang untuk dilakukan, hukuman apa saja yang
diberikan apabila dilanggar, bagaimana cara pemberian hukuman, serta siapa saja
yang berhak menjatuhkan hukuman. Dalam ranah administratif inilah peraturan
disiplin PNS ini eksis dan berperan. Dalam perkembangannya, apabila sebuah
aturan disusun dalam rangka menopang unsur administratif semata, maka akan
sangat dimungkinkan ditemukan berbagai penyimpangan dalam implementasinya,
seolah menguatkan anekdot sederhana, bahwa aturan dibuat memang untuk
dilanggar.
Jika kita analisis secara mendalam, PP 53 tahun 2010 tersebut masih
menyisakan celah dan kelemahan yang memungkinkan untuk dimainkan.
Apalagi bila kita korelasikan kembali dengan misi yang hendak dicapai dari
lahirnya PP tersebut yakni mewujudkan PNS yang handal, professional,
dan bermoral. Sebuah kondisi ideal namun terkesan virtual. Kerentanan terhadap
aksi pelanggaran yang menjauhkan dari tercapainya misi awal, tidak hanya

45

terletak pada unsur materi dasar yang tertuang dalam peraturan pemerintah
tersebut, melainkan pula pada ranah implementasinya dilapangan.
Musuh bersama penegakan PP 53 tahun 2010 tersebut adalah masih
bersarangnya bahaya laten sifat-sifat seperti KKN, tahu sama tahu, aksi diam
sama diam, hingga akhirnya setiap pelanggaran yang ada terkubur dengan
nyaman.

Semua

pihak

yang

berkepentingan

melakukan

usaha

degan

semangat simbiosis mutualisme atas dasar prinsip yang penting semuanya


selamat. Inilah bom waktu yang bisa saja menanti.
Didalam menerapkan sebuah peraturan baru, dibutuhkan sebuah komitmen
dan usaha yang ekstra kuat (extra ordinary effort) guna mensukseskannya.
Bagaimana seorang pejabat hingga staff mau dan mampu dengan kesungguhan
hati bersama-sama untuk menjalankan aturan main yang ada demi tegaknya
peraturan disiplin (law inforcement). Bila semua bahaya laten tersebut tetap
tertanam dan tumbuh subur dalam roda menajemen disiplin pegawai, nampaknya
faktor law inforcement inilah yang akan menjadi tema sentral apakah PP 53 tahun
2010 ini akan berjalan efektif ataukah tidak.
2. Antara Operasioanl dan Fungsi Startegis
Berbicara mengenai tingkat kepatuhan pegawai, kita tidak akan pernah
lepas dengan sistem manajemen sumber daya manusia. Mengenai manajemen
sumber daya manusia, terdapat dua perspektif yang dominan, pertama
perspektif personnel management dan yang kedua perspektif human resource
management.11

11

Horsefield dalam Keban: 2004

46

Organisasi yang menganut perspektif personnel management melihat


pengelolaan

sumber

daya

manusia

(SDM)

sebagai

suatu

kegiatan operasional dan taktis yang ditujukan untuk menjaga dan memelihara
organisasi itu sendiri. Sementara perspektif human resource management melihat
manajemen kepegawaian sebagai suatu fungsi strategis yang dipengaruhi oleh
budaya dan nilai organisasi tersebut. Sebuah perspektif yang jika tarik kedalam
ranah manajemen PNS, mensyaratkan setiap peraturan disiplin pegawai disusun
atas dasar fungsi strategis dari nilai dasar organisasi dan subyek diri pegawai.
Dengan kata lain, setali kita menerapkan aturan disiplin, melalui itu pula
diharapkan mampu member efek personal bagi pegawai, jauh hanya sekedar ranah
administratif semata.
3. Tantangan Kedepan
Demikian pula dengan peraturan disiplin PNS, sudah saatnya penulis susun
atas dasar fungsi strategis yang memiliki visi menjadikan pegawai sebagai subjek
yang mampu untuk dibantu, dikembangkan, serta mengoptimalkan diri
berdasarkan prinsip-prinsip pribadi mereka (inner power). Sebuah kondisi dimana
sebuah peraturan disiplin disusun untuk dihilangkan kembali karena seluruh
stakeholder (dalam hal ini PNS) telah mampu menginternalisasikan seluruh nilai
kepatuhan tersebut bahkan ketika peraturan disiplin tersebut sudah dihilangkang
sekalipun. Sebuah sistem yang tidak hanya menjadikan pegawai sebagai objek
yang harus patuh dan tunduk dengan aturan main yang ada, namun sebaliknya
menjadikan pegawai sebagai sebuah subjek yang dinamis dan berkembang, Suatu

47

kondisi dimana pegawai memiliki rasa kedisiplinan atas dasar nilai pribadi, bukan
hanya kepatuhan nisbi semata.
Inilah ranah etos kerja, seperti yang dikemukakan Sinamo, dimana spirit,
semangat, dan mentalitas yang mewujud menjadi seperangkat perilaku kerja yang
positif seperti: rajin, bersemangat, teliti, tekun, ulet, sabar, akuntabel, responsibel,
berintegritas, hemat, menghargai waktu, dan sebagainya. Semuanya berada dalam
diri manusia yang tersimpan dalam berbagai bentuk kompetensi, keahlian, dan
kemampuan insani operasional. Dan apabila kesemuanya digunakan di dalam dan
melalui kerja, ia akan keluar dalam bentuk kinerja, prestasi, dan produksi.
Dengan etos kerja, para pegawai akan bekerja dengan penuh dedikasi dan
pengabdian diri karena dalam jiwa mereka telah tertanam nilai-nilai bahwa
bekerja adalah sebuah rahmat, bekerja adalah ibadah, bekerja adalah amanah,
bekerja adalah melayani. Bekerja dengan penuh disiplin dan tanggung jawab
adalah representasi dari kemulian diri.
Maka, dalam rangka mengusung suatu tata nilai aturan kepegawaian yang
lebih komprehenship, diperlukan sebuah terobosan baru dalam merumuskan
peraturan khususnya yang berkaitan dengan disiplin PNS. Terobosan tersebut
berkenaan dengan bagaimana sebuah peraturan disiplin pegawai mampu
mengakomodir secara baik unsur-unsur nilai bagi para pegawai itu sendiri. Unsur
nilai yang mampu memberi stimuli (rangsangan) bagi para pegawai untuk mampu
mengembangkan nilai dan karya mereka berdasarkan prinsip etos kerja mereka
bukan sebaliknya hanya kepatuhan administratif semata. Kita tidak akan bisa
menjamin suksesnya sebuah peraturan disiplin PNS apabila semangat yang

48

diusung hanya dalam kisaran normatif yang mendasarkan pada pola aturan nilai
legal formal kepegawaian semata.
Melalui etos kerja, para pegawai akan melakukan pekerjaan serta mematuhi
peraturan yang ada secara totalitas atas dasar kesadaran dan ketulusan budi, bukan
hanya atas dasar kepatuhan untuk tidak dikenai hukuman semata. Melalui sebuah
peraturan yang didalamnya terdefinisikan nilai-nilai yang dapat merangsang nilai
etos kerja pegawai, visi mulia dari diterbitkannya peraturan disiplin PNS yakni
menjadikan pegawai yang Handal, Profesional dan Bermoral akan dapat kita
wujudkan bersama.12

12

http://www.bkn.go.id/kanreg01/in/berita/201-peraturan-pemerintah-nomor-53-tahun-2010-antaratantangan-dan-realita.html?start=1

Anda mungkin juga menyukai