Bahan LKP
Bahan LKP
19
20
21
22
Werther Jr. et al Dalam Burhanudin A. Tayibnapis, Administrasi Kepegawaian Syatu Tinjauan Analitik, PT
Pradnya Paramita, Jakarta, Hal 205
6
Henry Fayol (dalamHubungan antara Gaya Kepemimpinan Camat Dengan Disiplin Kerja PegawaiDiana
Kristiana, 2003, Hal 7)
7
Burhanudin A. Tayibnapis, Op cit, hal 204
23
suatu keharusan, larangan dan sanksi, apabila keharusan tidak dituruti atau
larangan itu dilanggar.
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini antara lain mengatur tentang
tiga hal, yaitu:
1. Kewajiban yang harus ditaati oleh setiap Pegawai Negeri Sipil
2. Larangan yang tidak boleh dilanggar oleh Setiap Pegawai Negeri Sipil
3. Sanksi yang dapat dijatuhkan apabila Pegawai Negeri Sipil tidak
mentaati kewajiban dan melanggar
Pendayagunaan aparatur pemerintah dalam mewujudkan good governance
salah satunya dilakukan melalui reformasi birokrasi. Dalam reformasi birokrasi,
sumber daya aparatur pemerintah diberikan ruang untuk membangun kompetensi
dan profesionalitasnya, antara lain melalui peningkatan kedisiplinan Pegawai
Negeri Sipil. Pendayagunaan pegawai yang dilandasi oleh disiplin kerja amat
penting dalam melaksanakan tugas. Secara konseptual, disiplin merujuk pada
sikap yang selalu taat kepada aturan, norma dan prinsip-prinsip tertentu8.
Jadi sikap disiplin tercermin dari ketaatan pegawai terhadap norma-norma
dan aturan-aturan yang berlaku dalam melaksanakan tugas-tugas rutin yang
menjadi tanggung jawabnya. Sejalan dengan itu disiplin merupakan sikap mental
yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok
masyarakat, yang berupa ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang berlaku.
Disiplin pegawai nampak pada sikap untuk tidak melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan norma, etika dan kaidah yang berlaku serta adanya hasrat
untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah digariskan9
24
Jenis Disiplin pada umumnya ada tiga tipe pembinaan disiplin pegawai negeri sipil atau
disebut juga jenis disiplin, yaitu :10
1. Disiplin Preventif ,
Kegiatan manajemen yang dilaksanakan untuk mendorong para pegawai
agar mengikuti berbagai standar atau aturan, sehingga penyelewenganpenyelewengandapat dicegah. Sasaran pokok dan disiplin diri diantara
para karyawan. Disiplin preventif adalah tindakan yang mendorong para
karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan
memenuhi standar yang telah ditetapkan.Artinya melalui kejelasan dan
penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dan
setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai para
karyawan berperilaku negatif.
Manajemen mempunyai tanggungjawab untuk menciptakan suatu
iklimdisiplin preventif dimana berbagai standar diketahui dan dipahami,
sehingga jikakaryawan tidak mengetahui standar apa yang dicapai, mereka
cenderung menjadisalah arah. Disamping itu, manajemen hendaknya
menetapkan standar secara positif bukan secara negatif, seperti jaga keamanan
jangan ceroboh. Mereka biasanya juga perlu mengetahui alasan yang
melatarbelakangi suatu standar agar mereka dapat memahami.
2. Disiplin Korektif ,
Kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap
arturan-aturandan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran
10
25
lebih lanjut. Sasaran pokok dan kegiatan ini adalah untuk memperbaiki
pelanggaran, untuk menghalangi para pegawai lain melakukan megiatankegiatan yang serupa danuntuk menjaga berbagai standar kelompok yang
tetap konsisten dan efektif.Kegiatan disiplin yang korektif sering berupa
hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan. Agar tindakan pendisiplinan
tersebut akan efektif maka penerapannya harus konsisten, karena konsisten adalah
kegiatan dan keadilan.Disiplin korektif merupakan kegiatan yang diambil untuk
menangani pelanggaran terhadap aturan dan mencoba untuk menghhindari
penyimpanganlebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk
hukuman
dan
disebuttindakan
pendisiplinan,
misalnya
tindakan
26
3. Disiplin progresif,
Disiplin progresif berarti memberikan hukuman yang lebih berat
terhadap pelanggaran yang berulang, dengan tujuan kepada pegawai untuk
mengambiltindakan korektif sebelum hukuman yang lebih serius
dilaksanakan.Disiplin progresif juga memungkinkan atasan langsung
untuk membantu pegawaimemperbaiki kesalahan dengan memberikan
teguran secara lisan, ataupun tertulisdan lebih dari itu memberikan skorsing
dan pekerjaan mulai satu sampai tiga hariatau menurunkan pangkatnya atau demosi dan
jika tidak ada perubahan maka dilakukan proses pemecatan.
Dengan demikian tindakan pendisiplinan selalu atas dasar tingkat berat atau
kerasnya hukuman dan untuk pelanggaran serius tertentu biasanya dikecualikan
dan disiplin progresif. Disiplin juga harus diterapkan dengan komsisten, karena
merupakan bagian penting keadilan, ini berarti bahwa karyawan yang melakukan
kesalahan yang sama hendaknya diberikan hukumanyang sama pula. Kurangnya
konsistensi akan menyebabkan para pegawai merasatidak diperlakukan secara adil.
Pendisiplinan harus tidak bersifat pribadi, sama denghan peringatan terhadap
sesuatu secara darurat yang perlu penanganan segera.Disiplin yang efektif akan
menghindarkan kegiatan pegawai yang salah, bukan menyalahkan pegawai sebagai
orang, karena ada perbedaan antara penerapan suatu hukuman bagi pekerjaan
yang tidak dilaksanakan dan pemanggilan seorang pegawai yang bermalasmalasan.
27
ketaatan
terhadap
disiplin
sangatlah
diperlukan
untuk
akanmembawa
pengembangan disiplinnasional.
pengaruh
positif
bagi
pembangunan
dan
28
Tata
Kelola
Pemerintahan
yang
Baik
Good
Government
29
masyarakat
secara
langsung
turut
menggambarkan
30
proses pelaksanaan pemerintahan berjalan pada rel dan koridor yang benar
sesuai dengan harapan dari rakyat.
d. Transparan
Transparan berarti seluruh keputusan dan kebijakan yang yang dipilih dan
diterapkan oleh Pemerintah harus dilakukan dengan langkah dan cara yang
sesuai
dengan
ketentuan/peraturan
yang
ada.
Pelaksanaan
roda
31
atas
penerapan
kebijakan
tersebut.
Sehingga
dengan
32
Governance atau tata kelola pemerintahan yang baik harus dilaksanakan secara
konkret sehingga dapat memberikan manfaat pada seluruh pihak yang
berkepentingan dengan pemerintahan. Prinsip Good Government Governance
perlu diwujudkan secara nyata ke dalam instrumen yuridis yang berlaku dalam
pemerintahan diantaranya meliputi asas-asas umum pemerintahan yang baik
(AUPB), peran, wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah, serta fungsi audit;
standar mutu pelayanan kepada masyarakat, pengembangan pola hubungan
pegawai dan sebagainya.
Kepemimpinan nasional yang memiliki legitimasi dan dipercayai oleh
masyarakat menjadi poin utama pelaksanaan Good Government Governance,
dengan dukungan pemimpin yang mumpuni, komitmen yang tinggi dalam
penyelenggaraan pemerintahan, tidak mustahil Kabupaten Pontianak akan
menjadi pionir keberhasilan penerapan Good Government Governance di
Indonesia.
B. Kewajiban Dan Larangan Pegawai Negeri Sipil.
1. Kewajiban Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Kewajiban PNS adalah segala sesuatu yang wajib dikerjakan atau boleh
dilakukan oleh setiap PNS berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Adapun kewajiban-kewajiban PNS tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:
1. Kewajiban yang berhubungan dengan tugas di dalam jabatan
Kewajiban ini terkait dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja
masing-masing PNS.
2. Kewajiban yang berhubungan dengan kedudukan PNS pada
umumnya.
33
34
35
4.
5.
6.
7.
Cuti.
Tunjangan cacat dan uang duka.
Kesejahteraan.
Pensiun.
36
II.
DPD,
atau
atau
atribut
PNS,
mengadakan
kegiatan
yang
mengarah
kepada
peraturan perundang-
37
sebagaimana
38
39
akan
meningkatkan
pengetahuan,
sehingga
dapat
Pelaksanaan
Manajemen
PNS
yang
Profesional,
40
41
42
43
44
kesalahan yang dilakukan oleh staf-nya tersebut. Melalui pendekatan seperti inilah
yang bagi sebagian kalangan dianggap menjadi salah satu pembaik dan pembeda
antara PP 30 tahun 1980 dengan PP 53 tahun 2010.
Namun, peraturan pemerintah yang mengatur tentang disiplin PNS tersebut
tetaplah produk yang bersifat normatif dan legal formal. Keberadaannya
diperlukan
atas
dasar
nafas
administratif
birokrasi
dalam
manajemen
45
terletak pada unsur materi dasar yang tertuang dalam peraturan pemerintah
tersebut, melainkan pula pada ranah implementasinya dilapangan.
Musuh bersama penegakan PP 53 tahun 2010 tersebut adalah masih
bersarangnya bahaya laten sifat-sifat seperti KKN, tahu sama tahu, aksi diam
sama diam, hingga akhirnya setiap pelanggaran yang ada terkubur dengan
nyaman.
Semua
pihak
yang
berkepentingan
melakukan
usaha
degan
11
46
sumber
daya
manusia
(SDM)
sebagai
suatu
kegiatan operasional dan taktis yang ditujukan untuk menjaga dan memelihara
organisasi itu sendiri. Sementara perspektif human resource management melihat
manajemen kepegawaian sebagai suatu fungsi strategis yang dipengaruhi oleh
budaya dan nilai organisasi tersebut. Sebuah perspektif yang jika tarik kedalam
ranah manajemen PNS, mensyaratkan setiap peraturan disiplin pegawai disusun
atas dasar fungsi strategis dari nilai dasar organisasi dan subyek diri pegawai.
Dengan kata lain, setali kita menerapkan aturan disiplin, melalui itu pula
diharapkan mampu member efek personal bagi pegawai, jauh hanya sekedar ranah
administratif semata.
3. Tantangan Kedepan
Demikian pula dengan peraturan disiplin PNS, sudah saatnya penulis susun
atas dasar fungsi strategis yang memiliki visi menjadikan pegawai sebagai subjek
yang mampu untuk dibantu, dikembangkan, serta mengoptimalkan diri
berdasarkan prinsip-prinsip pribadi mereka (inner power). Sebuah kondisi dimana
sebuah peraturan disiplin disusun untuk dihilangkan kembali karena seluruh
stakeholder (dalam hal ini PNS) telah mampu menginternalisasikan seluruh nilai
kepatuhan tersebut bahkan ketika peraturan disiplin tersebut sudah dihilangkang
sekalipun. Sebuah sistem yang tidak hanya menjadikan pegawai sebagai objek
yang harus patuh dan tunduk dengan aturan main yang ada, namun sebaliknya
menjadikan pegawai sebagai sebuah subjek yang dinamis dan berkembang, Suatu
47
kondisi dimana pegawai memiliki rasa kedisiplinan atas dasar nilai pribadi, bukan
hanya kepatuhan nisbi semata.
Inilah ranah etos kerja, seperti yang dikemukakan Sinamo, dimana spirit,
semangat, dan mentalitas yang mewujud menjadi seperangkat perilaku kerja yang
positif seperti: rajin, bersemangat, teliti, tekun, ulet, sabar, akuntabel, responsibel,
berintegritas, hemat, menghargai waktu, dan sebagainya. Semuanya berada dalam
diri manusia yang tersimpan dalam berbagai bentuk kompetensi, keahlian, dan
kemampuan insani operasional. Dan apabila kesemuanya digunakan di dalam dan
melalui kerja, ia akan keluar dalam bentuk kinerja, prestasi, dan produksi.
Dengan etos kerja, para pegawai akan bekerja dengan penuh dedikasi dan
pengabdian diri karena dalam jiwa mereka telah tertanam nilai-nilai bahwa
bekerja adalah sebuah rahmat, bekerja adalah ibadah, bekerja adalah amanah,
bekerja adalah melayani. Bekerja dengan penuh disiplin dan tanggung jawab
adalah representasi dari kemulian diri.
Maka, dalam rangka mengusung suatu tata nilai aturan kepegawaian yang
lebih komprehenship, diperlukan sebuah terobosan baru dalam merumuskan
peraturan khususnya yang berkaitan dengan disiplin PNS. Terobosan tersebut
berkenaan dengan bagaimana sebuah peraturan disiplin pegawai mampu
mengakomodir secara baik unsur-unsur nilai bagi para pegawai itu sendiri. Unsur
nilai yang mampu memberi stimuli (rangsangan) bagi para pegawai untuk mampu
mengembangkan nilai dan karya mereka berdasarkan prinsip etos kerja mereka
bukan sebaliknya hanya kepatuhan administratif semata. Kita tidak akan bisa
menjamin suksesnya sebuah peraturan disiplin PNS apabila semangat yang
48
diusung hanya dalam kisaran normatif yang mendasarkan pada pola aturan nilai
legal formal kepegawaian semata.
Melalui etos kerja, para pegawai akan melakukan pekerjaan serta mematuhi
peraturan yang ada secara totalitas atas dasar kesadaran dan ketulusan budi, bukan
hanya atas dasar kepatuhan untuk tidak dikenai hukuman semata. Melalui sebuah
peraturan yang didalamnya terdefinisikan nilai-nilai yang dapat merangsang nilai
etos kerja pegawai, visi mulia dari diterbitkannya peraturan disiplin PNS yakni
menjadikan pegawai yang Handal, Profesional dan Bermoral akan dapat kita
wujudkan bersama.12
12
http://www.bkn.go.id/kanreg01/in/berita/201-peraturan-pemerintah-nomor-53-tahun-2010-antaratantangan-dan-realita.html?start=1