Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI

KAMPUNG BIOGAS DAN PABRIK GULA MADUKISMO


YOGYAKARTA

Dosen Pengampu:
Vina Nurul Istighfarini M.Si

Disusun Oleh:
Nama

: Hanifah Hasna Fauziyyah

NIM

: 13630063

Kelas

: Kimia B

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
20

TEMPAT PENGOLAHAN AIR MINUM AL-QODIR WATER


Proses pengolahan air minum Al-Qodir Water diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Bak penampungan
Air yang berasal dari gunung merapi di tampung dalam bak
besar penampung air .
2. Bak penyaringan
Dalam bak penyaringan, air mengalami pemurnian dengan
mengendapkan kotoran makro dan mikro. Pemurnian air dilakukan
dalam 5 kali proses penyaringan agar didapatkan hasil pemurnian
yang maksimal. Pada proses pemurnian ini dibantu juga dengan
penambahan arang aktif, untuk mengikat kotoran.
3. Filtrasi bakteri
Proses ini dilakukan untuk menghilangkan bakteri yang
mungkin terdapat dalam air. Proses filtrasi dilakukan dengan
menggunakan bantuan sinar ultra violet.
4. Uji PH
Untuk mengetahui nilai PH atau derajat keasaman air hasil
pemurnian, dilakukan dengan menggunakan alat PH meter. Ketika
hasil uji menunjukan nilai PH yang sesuai ( PH air yang dingunakan
adalah PH 8-9) maka, air mineral telah siap untuk proses
pengemasan.
5. Pengemasan
Setelah air mineral melalui proses pemurnian, hingga uji
kelayakan dan uji nilai PH, selanjutkan air mineral Al- Qadir
dikemas dalam botol plastik dan galon air.

PENGOLAHAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

Bagian- Bagian Bangunan Reaktor Pembuatan Biogas


a. Kandang ternak
Kandang ternak yang digunakan sebagai tempat sapi berada,
digunakan sebagai sumber kotoran sapi. Kotoran-kotoran sapi yang
dihasilkan

dari

kandang

ternak

kemudian

diletakkan

untuk

mengaduk

kotoran

pada

bak

penampungan.
b. Pengaduk
Pengaduk

berfungsi

sapi

yang

ditambahkan dengan air menggunakan perbandingan 1:1. Proses


pengadukan masih dilakukan secara manual dengan memutar pemutar
pada alat pengaduk pada bak pengaduk. Pengadukan ini berfungsi
untuk memecah gumpalan-gumpalan serta memisahkan kotoran sapi
dari rumput/tanah. Kotoran sapi yang akan digunakan harus murni,
maksudnya adalah kotoran tersebut tidak boleh bercampur dengan
rumput, tanah, dll. Jika kotoran sapi telah bercampur dengan rumput,
dll maka akan terjadi pengendapan sehingga proses fermentasi tidak
maksimal.

c. Pipa saluran
Kotoran sapi yang telah diaduk menjadi halus dan kemudian
dialirkan menggunakan pipa saluran menuju ke digester.
d. Digester
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah digester, yang
berfungsi untuk menampung gas metana hasil perombakan bahan
bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak
digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan
organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Lokasi yang akan
dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak
dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus
dibangun juga penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut
nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan
pupuk organik cair.
Bak penyimpanan dibangun dengan bentuk V terbalik, hal ini
dimaksudkan agar gas yang dihasilkan dari tumpukan kotoran dapat
terkumpul dengan baik, didalam bak penyimpanan ini, gas biru yang
dihasilkan kemudian akan memberi tekanan pada kumpulan kotoran
kebawah, sehingga kotoran sapi secara otomatis dapat keluar menuju
bak penyimpanan ampas.
e. Kolam outlet/ penampung sludge
Bak ini dapat dibuat dengan cara mengali lobang ukuran 2 m x 3 m
dengan kedalaman 1 m sebagai tempat penampungan sludge (lumpur)
dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk
organik padat dan pupuk organik cair. Kolam outlet ini harus ditutup
dengan penutup atau dibuat teduh agar nutrisi sludge hasil dari
digester tidak menguap.
f. Pipa Saluran Biogas
Pipa saluran digunakan sebagai jalan berlangsungnya aliran gas
biogas dari digester menuju ke tungku perapian/ penerangan, sehingga
gas metana yang menimbulkan warna api berwarna biru
digunakan

untuk

memasak,

penerangan,

sebagai sumber energi generator listrik.

serta

dapat

dapat

digunakan

Cara Pembuatan Biogas dari Kotoran Ternak


Berikut adalah cara pembuatan biogas dari kotoran ternak:
1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan
perbandingan 1:1 pada bak pengaduk.
2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan.
Pada pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar
pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester
terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur
kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh
3. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses
fermentasi.
4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8
karena yang erbentuk adalah gas CO
5. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentukgas
metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH454% dan
CO2 27% maka biogas akan menyala.
6. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk

dapat

digunakan

untuk

menyalakan api pada komporgas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari


ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu
terbarukan.

PENGOLAHAN GULA TEBU P.G. MADUKISMO


Persiapan
Tebu yang dibongkar dari truk atau lori diletakkan diatas meja tebu. Meja
tebu dilengkapi dengan alat yang berfungsi untuk mendorong tebu ke
krepyak tebu (carrier). Setelah diatas carrier, tebu dibawa melewati cutter
untuk dipotong menjadi bagian yang lebih kecil. Selanjutnya tebu
terpotong dihancurkan dengan menggunakan shredder atau unigrator.
Setelah itu masuk ke gilingan. Proses persiapan mempunyai tujuan untuk
mempersiapkan tebu yang akan digiling sehingga proses pemerahan bisa
maksimal. Efektifitas dari alat-alat persiapan ditunjukkan dengan angka

preparation index yang besarannya berbeda-beda tiap pabrik. Pada


umumnya angka preparation index lebih kurang sebesar 90
Gilingan
Gilingan berfungsi untuk mengambil nira dalam tebu. Optimalnya gilingan
dengan cepat dapat diketahui dengan melihat pol ampas. Semakin kecil
pol ampas, akan semakin baik. Dalam stasiun gilingan diberikan air panas
(added water) yang biasa disebut imbibisi (dari bahasa belanda imbibitie).
Fungsinya untuk membilas ampas gilingan antara agar fungsi pemerahan
gula bisa maksimal. Umumnya pabrik gula menerapkan sistem imbibisi
majemuk yaitu menggunakan air panas dan nira gilingan berikutnya. Dari
stasiun gilingan dihasilkan nira mentah yaitu nira yang keluar dari gilingan
1 dan 2.
Pemurnian Nira
Madukismo menggunakan sistem sulfitasi. Nira mentah ditimbang,
dipanaskan 70-75 c, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator,
dan diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi sampai pH 7 kemudian dipanaskan
lagi sampai suhu 100-105c. Kotoran yang dihasilkan diendapkan dalam
peti pengendap (dorr clarifier) dan disaring menggunakan rotary vacum
filter (alat penapis hampa). Endapan padatnya (blothong) digunakan
sebagai pupuk organik. Kadar gula dalam blothong ini dibawah 2%. Nira
jernihnya dikirim ke satasiun penguapan.
Penguapan Nira
Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem
Quadruple Effect, yang disusun secara interchangeable agar dapat
dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan padatan terlarut 16%
dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut nira kental, yang siap
dikristalkan di stasiun kristalisasi/stasiun masakan. Total luas bidang
pemanas 5990 m VO. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas
SO2 sebagai bleaching/pemucatan, dan siap untuk dikristalkan.
Kristalisasi
Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi
sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu
ACD, dimana gula A sebagai gula produk, gulaC dan D dipakai sebagai
bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan
menggunakan uap dengan tekanan vacum sebesar 65 CmHg , sehingga
suhu didihnya hanya 65C, jadi sakarosa tidak rusak akibat kena panas
tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan
(stroop). Sebelum dipisahkan di stasiun puteran, gula lebih dahulu
didinginkan di dalam palung pendingin (kultrog).

Puteran gula ( Centripuge )


Alat ini bertugas memisahkan gula dengan larutannya (stroop) dengan
gaya sentrifugal.

Penyelesaian dan Gudang Gula


Dengan alat penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dopisahkan antara
gula halus, gula kasar dan gula normal dikirim ke gudang gula dan
dikemas dalam karung plastik (polipropoline), kapasitas 50 kg netto.
Produksi gula perhari tergantung dari rendemen gulanya, kalau rendemen
8% maka pada kapasitas 3000 tth di peroleh gula 2400 ku atau 4800 sak.
Pembangkit Tenaga Uap atau Tenaga Listrik
Sebagai penghasil tenaga uap di gunakan 5 buah ketel pipa air newmark
@ 6 ton/jam masing-masing 440 m VO dengan tekanan kerja 15 kg/cm
dan 1 buah ketel cheng-chen kapasitas 40 ton/jam. Uap yang dihasilkan
dipakai untuk menggerakkan alat-alat berat, memanaskan dan
menguapkan nira dalam pan penguapan, serta untuk pembangkit tenega
listrik. Sebagai bahan bakar di pakai ampas tebu yang mengandung kalori
sekitar 1800 kkl/kg dan kekurangannya ditambah dengan BBM.

Dari proses pembuatan gula diatas, dapat dilihat bahwa terdapat


persamaan Kesetimbangan Kimia yang terjadi, yaitu pada saat proses
Kristalisasi. Seperti yang telah diurai Ian diatas, kristalisasi bertujuan
untuk membentuk kristal gula dari nira kental yang masih bercampur
dengan molase yang dilakukan dengan cara menguapkan nira dalam pan
masak yang memiliki tekanan vakum untuk mencegah kerusakan pada
gula. Jarak antara molekul-molekul sukrosa akan semakin dekat ketika
diuapkan pelarut airnya. Ketka jarak antara molekul menjadi cukup dekat,
maka

akan

saling

mempengaruhi

dan

saling

tarik

menarik.

Bila

disekitarnya terdapat kristal sukrosa yang melarut dan molekul sukrosa


yang mengkristal. Keadaan ini disebut sebagai pelarut jenuh. Sehingga
pada proses ini diperoleh reaksi sebagai berikut:
Kristal Gula

+ Air

Larutan Gula

Anda mungkin juga menyukai