Anda di halaman 1dari 31

DASAR TEORI

2.1

General Manager
General Manager adalah pemimpin dalam sebuah organisasi. Tujuan dari

jabatan ini adalah untuk mempengaruhi orang lain sehingga memiliki visi dan
misi yang sama serta mau diajak bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan.
(Terry, 1972). Ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang General Manager
antara lain adalah leadership, communication, dan decision making.
2.1.1

Leadership
Menurut Siagian (1978), kepemimpinan adalah kemampuan dan

keterampilan seseorang untuk menduduki jabatan sebagai pimpinan dalam suatu


pekerjaan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya supaya
berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku positif ini
memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi (p. 97).
Pemimpin diperlukan dalam sebuah organisasi, oleh karena itu, setiap organisasi
pasti memiliki seorang pemimpin. Covey menjelaskan empat kebutuhan
organisasi sebagai berikut:
1. Kesehatan dan kelangsungan finasial organisasi
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan ekonomi, pertambahan pelanggan, inovasi produk dan layanan
baru, meningkatkan kompetensi profesional dan institusional.
3. Hubungan
Sinergi yang kuat, jaringan eksternal dan kemitraan yang kuat, kerja sama tim,
kepercayaan, kepedulian, menghargai perbedaan.
4. Makna, integritas, dan kontribusi
Melayani dan mengangkat semua stakeholder: pelanggan, pemasok, karyawan
dan keluarganya, komunitas, masyarakat - membuat perbedaan di dunia (Frank,
2009).

2.1.2

Communication
Komunikasi adalah salah satu cara manusia berhubungan yang

melibatkan pengertian, dan setuju dengan definisi istilah-istilah yang digunakan

seperti isyarat, huruf, nomor dan perkataan yang dapat menyampaikan maksud.
Setiap orang anggota maupun kelompok dalam organisasi harus saling
berkomunikasi untuk mencapai tujuan yang sama. Gagasan maupun ide yang
muncul

dikomunikasikan

secara

baik,

meskipun

terkadang

terjadi

kesalahpahaman di dalam perbedaan pendapat, namun itu merupakan suatu proses


dari komunikasi yang ada. Salah satu cara berkomunikasi yang cukup efektif dari
atasan kepada bawahan adalah dengan bercerita.
Pengisahan cerita adalah perangkat yang sudah terbukti dapat
memperkokoh visi dan nilai-nilai serta mengomunikasikan praktik dan perilaku
menuju sukses. Cara ini telah dipakai oleh Yesus Kristus dan banyak pemimpin
lainnya. Para pemimpin yang menggunakan cerita secara rutin menciptakan
budaya dimana orang-orang tersebut merasa akrab dengan anggota keluarga
lainnya, dan hal tersebut memberikan tujuan bagi pekerjaan para pegawai mereka.
Saat para pemimpin bercerita pada tim mereka bagaimana orang lain telah
berhasil memecahkan masalah-masalah pelik, kepercayaan diri dan motivasi para
pegawai bertambah untuk terus bekerja (Clark, 2007).
2.1.3

Decision Making
Pengambilan keputusan merupakan salah satu aspek mendasar yang

selalu dihadapkan kepada top management. Pengambilan keputusan ini tentunya


sangat berdampak bagi kelangsungan organisasi. Menurut George & Jones (2000),
pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai proses dimana anggota dari
organisasi dapat memilih tindakan yang tepat sebagai respon dari permasalahan
yang ada. Terdapat dua tipe pengambilan keputusan, yaitu:

Programmed decisions adalah pengambilan keputusan terhadap masalah yang


terjadi berulang dan rutin. Programmed decisions biasa digunakan untuk
mengatasi masalah terstruktur. Pengambilan keputusan jenis ini memilih solusi
yang tepat diformalkan dalam peraturan organisasi dan sop dan nilai-nilai dan

norma-norma budaya.
Nonprogrammed decisions adalah pengambilan keputusan untuk masalah yang
baru terjadi dan tidak terstruktur. Tidak ada peraturan, rutinitas, dan standard
operating procedures dapat dikembangkan untuk menangani permasalahan
tidak terstruktur. Permasalahan ini sering muncul pada bagian RnD sehingga

manajer yang terus bereksperimen untuk menemukan solusi untuk masalah


(dalam Clifford, 1981, p. 127).
2.2

Human Resource Development Department


Manajemen sumber daya manusia memiliki tujuan yaitu untuk

meningkatkan dukungan sumber daya manusia dalam mencapai tujuan organisasi


melalui pencapaian beberapa hal. Menurut William B. Werther dan Keith Davis
mengatakan:
The purpose of human resource management is to improve the productive
contribution of people to the organization in an eticallly and socially responsible
Secara umum adalah upaya dalam meningkatkan produktivitas pegawai,
mengurangi tingkat absensi, mengurangi tingkat perputaran kerja atau
meningkatkan loyalitas pekerja (dalam Hariandja, 2002, p.3).
2.2.1

Penempatan pegawai
Penempatan pegawai dilakukan tidak hanya untuk pegawai yang baru

saja diterima namun dapat juga dilakukan untuk pegawai yang mendapat
pengalihan, promosi ataupun penurunan jabatan (demosi). Promosi merupakan
kenaikkan jabatan seseorang ke jabatan dengan tanggung jawab yang lebih besar,
upah yang lebih besar dan level organisasi yang lebih besar. Pengambilan
keputusan untuk dilakukannya promosi mengacu pada beberapa hal yaitu prestasi,
senioritas atau kombinasi keduanya. Cara mengukur prestasi kerja seorang pekerja
tentunya harus menggunakan pengukuran yang obyektif. Kesalahan yang sering
terjadi dalam melakukan pengukuran kerja adalah kriteria subyektif dan adanya
prasangka-prasangka terhadap kelompok tertentu dan sebagainya (Hariandja,
2002).
Transfer merupakan pengalihan pegawai dari satu posisi ke posisi lainnya
yang memiliki tanggung jawab, gaji, dan level organisasi yang sama. Pengalihan
kerja sering kali dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di jabatan
tertentu. Pengalihan ini berguna untuk mencegah kekosongan jabatan. Pengalihan
juga dapat dilakukan sebelum seorang pekerja atau pegawai dipromosikan.
Pengalihan sebelum promosi diharapkan dapat membantu pekerja sebelum
mendapatkan tanggung jawab lebih besar. Fungsi transfer bagi pegawai untuk

meningkatkan tantangan dan keterampilan baru guna mengurangi kejenuhan


seorang pekerja atas pekerjaan yang dijalaninya (Hariandja, 2002).
Demosi merupakan penurunan posisi atau jabatan yang memiliki
tanggung jawab, gaji dan level organisasi yang lebih rendah. Hal ini dilakukan
karena unjuk kerja yang buruk atau perilaku pekerja yang tidak tepat. Demosi
juga merupakan suatu wujud hukuman kepada pekerja ( Hariandja, 2002).
2.2.2

Analisis Jabatan
Analisis jabatan dibutuhkan untuk mengetahui pekerjaan petugas,

mengetahui beban kerja, mengetahui hambatan yang akan ditemui oleh pekerja
dan juga menjadi dasar untuk pelaksanaan kegiatan manajemen. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam melakukan analisis jabatan adalah mengindentifikasi
jabatan yang ingin dianalisis, menentukan teknik pengumpulan informasi dan
menggunakan kuesioner (Hariandja, 2002). Analisis jabatan akan berisi pekerjaanpekerjaan dan tugas-tugas dari suatu jabatan. Informasi dalam analisis jabatan
meliputi nama jabatan, struktur organisasi, definisi dari tujuan keseluruhan, daftar
tugas utama, ruang lingkup, perlengkapan dan keadaan khusus (Armstrong, 1988).
2.2.3

Penilaian Prestasi Kerja


Tujuan dari penilaian prestasi kerja adalah agar pekerja dapat

memperbaiki prestasinya melalui pengembangan kelebihannya dan berusaha


meengatasi kelemahannya. Penilaian juga dapat menjadi dasar dalam menentukan
pekerja mana yang layak mendapatkan tanggung jawab yang lebih besar dan juga
mendapatkan kenaikan gaji. Prosedur penilaian yang baik mengharuskan manajer
dan bawahan mengadakan diskusi bersama untuk menyepakati setiap tingkatan
sebagai berikut :
1. Maksud keseluruhan dari jabatan
2. Tugas-tugas utama yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
3. Untuk setiap tugas, sasarannya harus dicapai dalam suatu periode yang telah

ditetapkan sebagai berikut:


Target
Standar
Tugas atau proyek khusus

4. Hasil yang telah dicapai; membandingkan hasil yang telah dicapai dengan
target, standar atau tugas-tugas khusus yang telah disepakati lebih dahulu
5. Memperbaiki sasaran untuk peninjauan periode berikutnya
6. Hasil dari tindakaan yang telah disepakati dalam langkah 4 dan tindakan lebih
lanjut yang diperlukan (Armstrong, 1988, p.176)
2.2.4

Pengembangan Sumber Daya Manusia


Program pengembangan sumberdaya manusia (SDM) yang bertujuan

untuk membantu suatu organisasi agar memiliki pekerja yang ahli dan
berpengetahuan. Salah satu wujud dari program pengembangan SDM adalah
latihan. Latihan bertujuan agar pegawai atau pekerja secepat mungkin dapat
mencapai suatu kemampuan kerja dalam jabatan mereka masing-masing. Fungsi
lain dari latihan adalah dapat menambah keterampilan dan pengetahuan dari
seorang pegawai.
Menurut Michael (1988) sistematika yang dapat dilakukan dalam pelatihan antara
lain:
1. Menetapkan dan menganalisis kebutuhan-kebutuhan latihan.
2. Menetapkan tujuan latihan-latihan harus dimaksudkan untuk mencapai
tujuan latihan yang dapat diukur dalam bentuk peningkatan dan
perubahan perilaku yang membawa kearah prestasi yang lebih baik.
3. Mempersiapkan rencana-rencana latihan yang sesuai dengan tujuan, yang
akan menggambarkan biaya-biaya dan keuntungan-keuntungan dari
program latihan yang diusulkan.
4. Melaksanakan rencana-rencana latihan.
5. Memantau dan menganalisis hasil.
6. Mmberikan umpan-balik dari hasil evaluasi latihan, sehingga latihan
dapat ditingkatkan (p. 212).
2.2.5

Job Satisfaction
Menurut Donald Currie (2001) Job Satisfaction are attitudes which are

determined by individuals perceptions of their total job situations, including the


physical work environment, the terms and conditions of their employment and the
degree to which they are given responsibility, authority and empowerment in their
jobs. Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi job satisfaction, antara lain:
1. Gaji dan keuntugan lainnya.

2. Kondisi tempat keja yang aman, bersih, tertata, mudah untuk mengambil
3.
4.
5.
6.
7.

perlengkapan dan kebutuhan lainnya.


Hubungan dengan sesama
Relasi antara atasan dan bawahan
Budaya
Strategi dan peraturan
Reputasi eksternal perusahaan

2.3

Production Department
Tugas dari Production Department adalah untuk melakukan proses

produksi sesuai dengan yang sudah direencanakan. Production Department


membutuhkan beberapa teori untuk menunjang pekerjaannya. Beberapa teori
tersebut adalah pengukuran kerja dan Operating Process Chart (OPC).
2.3.1 Pengukuran Kerja
Pengukuran kerja atau biasa disebut sebagai studi waktu diperkenalkan
oleh Frederick W. Taylor di Midvale Steel Company pada tahun 1881.
Pengukuran kerja dipergunakan untuk menentukan lamanya waktu yang
diperlukan oleh seorang pekerja yang memenuhi syarat, dengan menggunakan
suatu metode standar dan bekerja pada suatu tahapan kerja standar, untuk
melakukan tugas tertentu (Harold, John, Oliver, 1982). Waktu yang diperlukan
tersebut biasanya disebut dengan waktu baku.
Pengukuran waktu baku dapat digunakan untuk merencanakan dan
menjadwalkan produksi, membuat estimasi biaya oleh Finance Department, dan
menyeimbangkan garis-garis produksi. Pengukuran waktu baku biasanya
dilakukan untuk tiap operator menyelesaikan satu produk. Tujuan dari pengukuran
waktu baku adalah sebagai berikut :

Menyeimbangkan garis-garis produksi.


Menyeimbangkan aktivitas pekerja.
Merencanakan dan menjadwalkan produksi.
Mengestimasi biaya.
Menetapkan sasaran pengawasan.
2.3.1.1

Pengujian Data

Pengujian data yang dilakukan dalam pengukuran waktu kerja ada tiga
yaitu uji normalitas, uji kecukupan data dan uji keseragaman data. Uji normalitas
merupakan pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji ini merupakan
pengujian yang paling banyak dilakukan untuk analisis statistik parametrik. Data
yang berdistribusi normal merupakan syarat dilkakukannya tes parametrik. Data
yang tidak memiliki distribusi normal pengujiannya menggunakan tes non
parametrik.
Data yang memiliki distribusi normal berarti memiliki sebaran yang
normal pula, dengan demikian maka data dapat mewakili populasi. Normal disini
berarti memiliki distribusi yang normal. Normal atau tidaknya berdasarkan
patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama.
Jadi uji normalitas pada dasarnya melakukan perbandingan antara data yang kita
miliki dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi
yang sama dengan data kita.
Grafik distribusi dan analisis

statistik digunakan untuk mengetahui

bentuk distribusi data. Penggunaan grafik distribusi merupakan cara yang paling
sederhana. Cara ini dilakukan karena bentuk data yang terdistribusi secara normal
akan mengikuti pola distribusi normal dimana bentuk grafiknya mengikuti bentuk
lonceng. Analisis statistik menggunakan analisis keruncingan dan kemiringan
kurva dengan menggunakan indikator keruncingan dan kemiringan.
Uji kecukupan data digunakan untuk menentukan bahwa jumlah sampel
data yang diambil telah cukup untuk proses inverensi ataupun pengolahan data
pada proses selanjutnya. Rumus yang digunakan dalam uji kecukupan data dapat
dilihat Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Rumus Uji Kecukupan Data


Sumber: Susanti (2010, p. 3)
Data pengamatan dianggap cukup apabila N1 lebih besar dari N. Uji
keseragaman data dimaksudkan untuk menentukan bahwa populasi data sampel

yang digunakan memiliki penyimbangan yang normal dari nilai rata-ratanya pada
tingkat kepercayaan/signifikansi tertentu. Data dianggap seragam apabila seluruh
sampel data berada dalam cakupan range antara batas bawah dan batas atas.
Batas Atas : Nilai rata-rata + K. SD

(2.1)

Garis Tengah : Nilai rata-rata

(2.2)

Batas Bawah : Nilai Rata-rata K.SD

(2.3)

2.3.1.2

Perhitungan Performance Rating

Performance Rating merupakan aktifitas untuk menilai dan mengevaluasi


kecepatan operator untuk menyelesaikan produknya. Tujuan dari performance
rating adalah

untuk

menormalkan

waktu

kerja

yang

disebabkan

oleh

ketidakwajaran (Sutalaksana,1979). Menurut Niebel (1976) Performance rating


adalah teknik untuk menyamakan waktu hasil observasi terhadap seorang operator
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu yang diperlukan oleh
operator normal dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut (dalam Anggraini,
2004). Ada banyak metode yang digunakan untuk menentukan performance
rating, berikut ini merupakan beberapa cara untuk memberikan rating yang
umumnya digunakan, antara lain :

Westing House Systems Rating


Selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) sebagai faktor yang

mempengaruhi performance manusia, maka Westing House menambahkan lagi


dengan beberapa faktor Faktor tersebut adalah kondisi kerja (working
condition) dan kekonsistenan (consistency) dari operator di dalam melakukan
kerja. Westing house telah membuat suatu tabel performance rating yang
berisikan nilai-nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masingmasing faktor tersebut sesuai dengan yang tertera pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Penilaian dengan Metode Westing House

Synthetic Rating
Synthetic rating Merupakan metode untuk mengevaluasi tempo kerja

operator berdasarkan nilai waktu yang telah ditetapkan terlebih dahulu


(predetermined time value). Rasio untuk menghitung indeks performance dapat
dirumuskan sebagai berikut :
R=P/A

(2.4)

R = indeks performance atau rating factor


P = predetermined time (menit)
A = rata rata waktu dari elemen kerja yang diukur
2.3.1.3

Perhitungan Allowance

Waktu normal untuk operasi tidak mengandung allowance bagi pekerja.


Seorang pekerja tidak dapat dipaksa untuk bekerja terus sepanjang hari meskipun
metode yang paling efektif dan praktis telah diterapkan. Bahkan di bawah kondisi
terbaik suatu situasi tempat kerja, pekerjaan masih membutuhkan usaha manusia,
karena itu harus dibuat untuk pemulihan dari kelelahan dan untuk relaksasi bagi

para pekerja. Allowance juga harus dilakukan untuk memungkinkan pekerja untuk
memenuhi kebutuhan pribadinya. Allowance dikategorikan sebagai:

Relaxation Allowance
Relaxation Allowance dihitung dengan baik sehingga memungkinkan

pekerja untuk pulih dari kelelahan pekerjaan. Relaxation Allowance adalah


menambah waktu baku untuk memberikan pekerja kesempatan untuk kembali
segar bugar dari efek fisiologis dan psikologis. Relaxation allowance juga untuk
memungkinkan pemenuhan terhadap kebutuhan pribadi. Jumlah waktu Relaxation
Allowance akan tergantung pada sifat dari pekerjaan.
Relaxation Allowance terdiri dari dua jenis yaitu fixed allowances and
variable allowances. Fixed allowances merupakan waktu yang diperlukan
operator meninggalkan tempat kerja untuk memenuhi kebutuhan pribadinya
seperti minum tangan air, merokok, cuci. Wanita membutuhkan waktu pribadi
lebih lama daripada pria. allowance yang adil adalah 5% untuk laki-laki, dan 7%
untuk perempuan. Variable allowances adalah untuk pemulihan kelelahan dasar.
Allowances ini diberikan untuk mengimbangi energi yang dikeluarkan selama
bekerja. Pada umumnya allowances 4% dari waktu dasar.

Variable allowance
Variable allowance mengijinkan operator bekerja pada kondisi kerja

yang kurang layak, dimana kondisi tersebut tidak dapat diperbaiki dan
menimbulkan stress serta ketegangan pada pekerja. Allowance ditambahkan
kedalam waktu dasar untuk pekerja yang bekerja dengan intensitas sedang dan
berat. Besarnya variable allowance akan berbeda-beda tergantung dari
organisasinya.

Contingency Allowance
Contingency Allowance dapat juga menambah allowance pada waktu

baku sebuah proses, namun sangat jarang terjadi. Contingency allowance


dibutuhkan untuk mencapai suatu target tertentu dengan sangat spesik dengan
menghindari delay. Contoh hal yang sering terjadi dan digolongkan dalam
Contingency Allowance yaitu listrik padam, kerusakan mesin, keterlambatan
bahan, kecelakaan kerja, dan lain-lain. Contingency allowance tidak boleh
melebihi 5%.

Gambar 2.3 Allowance


2.3.1.4

Perhitungan Waktu Baku

Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk


menyelesaikan satu pekerjaan ditambah cadangan-cadangan waktu yang
diperlukan sehingga karyawan tersebut dapat melaksanakan tugas-tugasnya dari
hari kehari tanpa menimbulkan akibat negatif kepadanya (Agus,1983). Prosedur
penyusunan waktu baku adalah sebagai berikut.

Memilih karyawan secara sembarang untuk diteliti atau diamati

waktu yang dipergunakannya untuk menyelesaikan proses produksi.

Menghitung waktu rata-rata yang diperlukan untuk menyelesaikan


satu pekerjaan. Satu pekerjaan dapat diperhitungkan terhadap satu unit produk
akhir, atau satu bagian dari penyelesaian produk akhir.

Meneliti tingkat kecakapan dari karyawan yang dipergunakan


sebagai sampel. Apakah tingkat kecakapan tersebut merupakan tingkat normal,
diatas normal, atau dibawah normal.

Menghitung waktu normal. Waktu normal adalah waktu yang


diperlukan operator dengan tingkat kecakapan atau performance rating normal
untuk menyelesaikan satu pekerjaan. Waktu normal diperhitungkan dengan
jalan mengalikan waktu rata-rata dengan tingkat kecakapan operator.

Menentukan waktu cadangan atau allowance. Allowance


merupakan waktu yang dipergunakan oleh operator yang disebabkan oleh
berbagai sebab lain, misalnya gangguan kecil terhadap mesin, gangguan karena
kelelahan, penungguan proses produksi dari bagian lain, kebutuhan khusus
operator, dan lain sebagainya. Umumnya allowance dinyatakan dalam
prosentase terhadap waktu normal.

Menghitung waktu baku. Waktu baku diperhitungkan atas dasar


penjumlahan dari waktu normal dan allowance.
Waktu Baku = Waktu Normal 100%/(100%-Allowance)
2.3.2
Operating

(2.5)

Operating Process Chart (OPC)


Process

Chart

(OPC)

adalah

suatu

diagram

yang

menunjukkan proses yang akan dialami oleh bahan baku sampai menjadi produk
jadi. Penggambaran OPC sangat dibutuhkan dalam perencanaan aktivitas
produksi. OPC dapat dianalisis untuk mengetahui informasi-informasi yang
diperlukan dari proses produksi yang dilakukan. Analisis yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut :

Bahan-bahan : Bahan yang digunakan harus dianalisis agar

dapat sesuai dengan fungsi, realibilitas, pelayanan, dan waktunya.

Operasi : Operasi yang dilakukan harus dianalisis agar


dapat mempersingkat waktu dan meminimalkan gerakan yang dilakukan oleh
operator. Alat-alat dan perlengkapan yang digunakan juga perlu untuk

dipertimbangkan.

Perbaikan

yang

dapat

dilakukan

adalah

dengan

menghilangkan, menggabungkan, merubah, atau menyederhanakan operasi


yang terjadi.

Pemeriksaan : Pemeriksaan dilakukan utnuk mengetahui

kualitas dari suatu produk yang dihasilkan agar layak untuk dijual.
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan patokan

standar yang telah

ditentukan sebelumnya

Waktu : Waktu produksi harus diminimalkan agar dapat


meningkatkan produkstivitas dari sebuah operasi.
Informasi-informasi yang diperoleh dari peta proses operasi memiliki
beberapa manfaat, antara lain:

2.4

Memperkirakan kebutuhan bahan baku yang digunakan.


Menentukan layout pabrik.
Melakukan perbaikan kerja yang digunakan.

PPIC and Purchasing Department


PPIC Department merupakan suatu departemen yang bertanggung jawab

dalam perencanaan produksi dan inventory. Perencanaan produksi melingkupi


jadwal produksi, bahan baku, tenaga kerja, kapasitas produksi, dsb. yang
berkaitan erat pula dengan inventory. Proses perencanaan produksi suatu
perusahaan akan disesuaikan dengan metode yang dianut oleh perusahaan. Hal
tersebut terjadi dikarenakan terdapat berbagai macam metode yang dipengaruhi
oleh keingian konsumen.
Desain sistem perencanaan dan sistem kontrol dipengaruhi oleh beberapa
faktor, namun faktor yang paling kritis ialah volume dan variasi dari output yang
diharapkan. Hal tersebut dikarenakan besarnya pengaruh dari konsumen dalam
desain suatu produk maupun jasa. Keinginan konsumen tersebut dapat
digambarkan dalam beberapa kategori, antara lain :

Make-to-Stock (MTS). Metode ini, sesuai dengan namanya, memproduksi


produk hingga secara utuh menjadi bentuk akhir dari desain dan disimpan
sebagai finished goods. Konsumen pada mulanya berpengaruh pada desain
secara keseluruhan pada tahap menyusun desain, namun konsumen pada
akhirnya hanya memiliki 1 pilihan ketika produk telah dibuat untuk membeli

atau tidak. Pola pembelian konsumen dapat mempengaruhi perubahan desain

secara keseluruhan
Assemble-to-Order (ATO). Konsumen memiliki lebih banyak pengaruh dalam
desain pada metode ini dengan cara memilih pilihan variasi dari subasembli pra
desain. Produsen kemudian merakit pilihan-pilihan tersebut hingga menjadi
produk akhir untuk konsumen tersebut. Sama halnya dengan MTS, collective
customer dapat mempengaruhi desain secara keseluruhan dari pada pilihan dan
produk akhir. Konsumen secara individu hanya dapat memilih dari pilihan

yang telah ditentukan.


Make-to-Order (MTO). Kondisi atau metode ini memungkinkan bagi
konsumen untuk menentukan desain dari produk maupun jasa selama

menggunakan bahan baku dan komponen yang standar.


Engineer-to-Order (ETO). Metode ini memungkinkan konsumen untuk dapat
mendesain produk maupun jasa yang diinginkan tanpa ada batasan dari segi
komponen atau bahan baku.
Pengaruh konsumen tidak hanya pada desain produk maupun jasa,

namun juga pada desain dari proses yang digunakan pada produk maupun jasa
tersebut. Terdapat 5 kategori proses yang digunakan dalam produksi. 5 kategori
yang digunakan dalam produksi tersebut, antara lain:
1. Project. Sebuah proses berbasis proyek umumnya merupakan suatu produk
one-of-a kind, seperti sebuah gedung baru atau mengembangkan sebuah
aplikasi software.
2. Job Process. Metode ini umumnya didesain agar fleksibel. Peralatan yang
digunakan bersifat umum sehingga dapat digunakan dalam banyak varian
pekerjaan. Spesifikasi keinginan konsumen haruslah dibarengi dengan
kemampuan pekerja yang baik. Fokus dalam pekerjaan ini adalah variasi yang
besar dari produk yang dapat dijumpai pada metode ETO dan MTO.
3. Batch or Intermittent Processing. Peralatan yang digunakan pada pekerjaan ini
lebih spesifik daripada job shops, namun masih cukup fleksibel untuk
memproduksi beberapa variasi desain.
4. Repetitive or Flow Processing. Pekerjaan ini digunakan pada volume produksi
yang sangan besar dan variasi/range desain yang sangat kecil. Peralatan yang
digunakan sangat khusus dan mahal, memerlukan sedikit tenaga kerja, dan
pekerja yang digunakan tidak harus berkemampuan tinggi.

5. Continuous. Tipe proses/pekerjaan ini sangat ekstrim dibandingkan dengan


proses lainnya dimana proses ini difokuskan pada pemakaian yang sangat
spesial. Perlengkapan yang digunakan sangat khusus dan jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan sedikit (Chapman, 2006).
2.4.1

Manajemen Inventori
Distribusi

dari

produk sering

menciptakan

hirarki

dari

lokasi

penyimpanan yang dapat meliputi pusat-pusat produksi, pusat distribusi, grosir


dan pengecer. Distribusi dari barang mengacu pada hubungan yang ada di antara
titik produksi dan pelanggan akhir, yang sering terdiri dari beberapa jenis
inventori yang harus dikelola. Tujuan utama dari manajemen distribusi inventori
adalah memperoleh inventori dalam tempat yang tepat, pada waktu yang tepat,
spesifikasi kualitas yang tepat dan pada biaya yang memadai.
Salah satu pengklasifikasian sistem manajemen distribusi adalah sistem
tarik terdesentralisasi (Decentralized Pull System). Prinsip dasar dari sistem tarik
adalah bahwa setiap pusat distribusi mengelola inventori yang dimilikinya dengan
menggunakan metode pengendalian inventori konvensional. Setiap pusat
distribusi pada tingkat lebih rendah menghitung kebutuhannya dan kemudian
memesan barang untuk mengisi kembali stok yang tersedia pada lokasi tersebut.
Salah satu teknik pengisian kembali adalah Reorder Point System yang
menggunakan teknik permalan permintaan kemudian melakukan pemesanan
apabila kuantitas dalam stok mencapai Reorder Point (ROP). Menurut Gaspersz
(2001:291,292) ROP merupakan metode inventori yang menempatkan suatu
pesanan untuk lot tertentu apabila kuantitas on-hand berkurang sampai tingkat
yang ditentukan terlebih dahulu yang dikenal sebagai titik pemesanan kembali.
(p. 291,292). Implementasi dari ROP membutuhkan mekanisme yang dapat
memberitahukan manajemen bilamana ROP telah tercapai.
2.4.2

Inventory
Inventory merupakan tanggung jawab lain dari PPIC Department

disamping perencanaan produksi. Produksi berdasarkan sumber permintaannya


dibedakan menjadi dua jenis, yakni:
1. Independent demand inventory. Sumber permintaan dari tipe inventory ini
umumnya berasal dari luar perusahaan (external customer). Inventory tipe ini

dikatakan independen karena permintaan pada jenis barang ini bersifat


independen terhadap interaksi internal perusahaan. Inventory pada jenis ini
umunya merupakan finished goods.
2. Dependent demand inventory. Sumber permintaan dari inventory tipe ini
bergantung secara langsung pada keputusan-keputusan internal, terutama
berapa dan kapan produksi harus dilakukan.
Inventory berdasarkan posisinya dibedakan menjadi 4 kategori umum,
yaitu:
1. Raw material. Inventory tipe ini merupakan inventory yang telah dibeli untuk
keperluan produksi namun belum memiliki pertambahan nilai oleh proses
produksi suatu perusahaan.
2. Work in process (WIP). Inventory tipe ini merupakan inventory yang telah
memiliki nilai tambah, namun masih memerlukan proses tambahan untuk
diselesaikan sebelum dapat digunakan untuk memenuhi keinginan konsumen.
3. Finished goods. Inventory tipe ini telah menyelesaikan semua proses dari
perusahaan dan secara umum telah siap digunakan untuk memenuhi keinginan
konsumen.
4. Maintenance, repair, and operations (MRO). Inventory jenis ini merupakan
inventory yang digunakan untuk mendukung proses produksi namun tidak
dapat dijual pada konsumen.
2.4.3

Master Production Schedule


Master Production Schedule (MPS) menurut Gaspersz (2001) merupakan

Suatu pernyataan tentang produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku
cadang) dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan
memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu. (p. 141).
MPS dinyatakan dalam konfigurasi spesifik dengan nomor-nomor item yang ada
dalam BOM (Bill of Material). MPS membutuhkan lima input utama sebagai
berikut:

Data Permintaan Total berkaitan dengan ramalan penjualan dan pesanan.


Status Inventori berkaitan dengan informasi on-hand inventory, stok yang

dialokasikan unruk penggunaan tertentu dan pembelian yang dikeluarkan.


Rencana Produksi memberikan batasan dalam pembuatan MPS.
Data Perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan lot sizing, safety stock, dan

lead time dari masing-masing item yang tersedia pada BOM.


Informasi berupa kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS.

Output yang dari MPS adalah informasi mengenai penjadwalan produksi.


Informasi yang ada dalam MPS adalah sebagai berikut:

Lead time
On Hand
Lot Size
Safety Stock (jika perlu)
Sales Plan (Sales forecast)
Demand Time Fence adalah periode mendatang dari MPS di mana dalam
periode ini MPS tidak diijinkan untuk dirubah karena akan menimbulan

kerugian.
Planning Time Fence adalah periode mendatang dari MPS di mana dalam
periode ini perubahan pada MPS dievaluasi guna mencegah kekacauan jadwal

yang akan menimbulkan kerugian.


Actual Orders
Available-To-Promise
Projected Available Balances (PAB) ada apabila perusahaan menggunakan
make to order sehingga tidak ada on hand inventory karena tidak tersedia

sebelumnya.
Time Period for Display adalah banyaknya periode waktu yang ditampilkan
dalam format MPS.
MPS membentuk jalinan komunikasi antara bagian pemasaran dan

bagian manufakturing. Bagian pemasaran perlu mengetahui pembuatan MPS


terutama pada bagian ATP (Available To Promise) dapat memberikan janji akurat
kepada pelanggan. Informasi yang ada dalam MPS kemudian akan dipakai untuk
menentukan perencanaan produksi.
2.4.4

Material Requirement Planning


Menurut Gaspersz (2001) Material requirement planning (MRP) adalah

Metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item


dependent demand, dimana permintaan cenderung discontinuous and lumpy. (p.
177). Item yang termasuk dalam dependent demand adalah bahan baku, parts,
subassemblies dan assemblies yang disebut manufacturing inventories. Suatu
sistem MRP mengidentifikasi item apa yang harus dipesan, kuantitas dari barang
yang harus dipesan dan kapan harus melakukan pemesanan. MRP memiliki 5
input informasi utama yaitu:

Master Production Schedule (MPS)


Bill of Material (BOM)
Item Master merupakan suatu file yang berisi informasi status tentang material,
parts, subassemblies dan produk-produk yang menunjukkan informasi penting

yang berkaitan dengan suatu barang.


Orders
Requirements
Selain informasi utama tersebut faktor-faktor perencanaan lainnya seperti

planning horizon, length of time buckets, dan frekuensi perencanaan ulang juga
diperlukan untuk mengoperasikan MRP. Informasi yang dihasilkan dari MRP
adalah sebagai berikut:

Lead Time
On Hand
Lot Size
Safety Stock
Planning Horizon
Gross Requirements
Projected On-Hand
Projected Available
Net Requirements
Planned Order Receipts
Planned Order Releases
Proses penghitungan MRP utnuk setiap item kadang-kadang disebut

sebagai record balancing. Proses balancing terdiri dari perhitungan baris


projected on-hand dan projected available untuk setiap periode untuk memastikan
kebutuhan yang akan datang dapat dipenuhi oleh planned orders. Informasiinformasi tersebut berguna untuk menentukan pembelian bahan baku dan barangbarang dependen lain. MRP merupakan suatu kombinasi dari empat proses logis
yaitu penentuan net requirements untuk setiap periode, penentuan planned orders
untuk setiap periode, lead time offsetting dan exploding planned orders.
2.4.5

Manajemen Pembelian
Departemen pembelian telah menjadi bagian penting bagi kelangsungan

sebuah perusahaan mulai dari segi menentukan profit, pengeluaran hingga


keadaan ekonomi perusahaan (Heinritz, 1991, p. 1). Pembelian dilakukan untuk

mengimplementasikan fase selanjutnya dari sebuah perusahaan, lembaga


pemerintahan atau sebuah operasi dari lembaga tersebut. Pembelian dimulai pada
setiap kasus dengan keperluan yang disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan suatu
operasi. Tujuan fundamental dari departemen pembelian dapat dirangkum pada
poin-poin berikut:

Untuk mempertahankan kualitas bahan baku.


Untuk memperoleh material dengan harga terendah konsisten dengan kualitas.
Untuk mempertahankan kontinuitas persediaan untuk mendukung jadwal

sebuah manufaktur.
Untuk menghindari adanya duplikasi dan waste yang berhubungan dengan

material..
Untuk mempertahankan posisi perusahaan agar tetap kompetitif dan untuk

mempertahankan keuntungan dari perusahaan


Untuk menganalisa dan memberi laporan ketersediaan dalam jangka panjang

dan biaya dari bahan baku mayoritas.


Untuk mencari pasar baru sebagai alternatif untuk mendapatkan produk terbaru
yang dapat meningkatkan efesiensi dan keuntungan dari perusahaan.

2.5

Quality Control Department


Kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik dari produk atau jasa yang

memiliki pengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang


tersirat atau yang dinyatakan (Besterfield, 1994). Pengendalian kualitas adalah
penggunaan teknik dan kegiatan untuk mencapai, mempertahankan, dan
meningkatkan kualitas produk atau jasa (Besterfield, 1994). Kualitas sebuah
produk dapat dievaluasi dengan beberapa cara. Garvin (1987) mengungkapkan
delapan dimensi kualitas yang dapat digunakan untuk menilai kualitas produk.
Dimensi kualitas tersebut yaitu:

Performance, berhubungan dengan fungsi spesifik (kemampuan utama) produk

dan seberapa baik performa produk.


Reliability, berhubungan dengan probabilitas sebuah produk berhasil bekerja

secara memuaskan pada waktu dan kondisi tertentu.


Durability, berhubungan dengan umur produk atau seberapa lama produk dapat

digunakan secara efektif hingga akhirnya harus diganti baru.


Serviceability, berhubungan dengan kemudahan dalam memperbaiki produk.

Aesthetics, berhubungan dengan fitur sensorik dari produk (warna, bentuk,

kemasan, dan lain-lain).


Features, berhubungan dengan kemampuan lain yang dimiliki produk selain

kemampuan utamanya.
Perceived quality, berhubungan dengan reputasi perusahaan selaku produsen

dari produk.
Conformance to standards, berhubungan dengan kesesuaian kualitas dan
performa produk dengan rancangan yang telah dibuat sesuai standar yang
ditetapkan.
Critical to Quality (CTQ) adalah kunci karakteristik yang dapat diukur

dan harus mencapai batas standar spesifikasi untuk merepresentasikan keinginan


customer. Karakteristik kualitas adalah karakteristik hasil dari suatu proses yang
penting untuk customer. Karakteristik kualitas terbagi menjadi tiga, yaitu p hysical,
sensory, dan time orientation.

Statistical Quality Control (SPC) adalah sekumpulan problem-solving


tools yang berguna dalam mencapai stabilitas proses dan meningkatkan
kapabilitas melalui penurunan variabilitas (Besterfield, 1994). SPC dapat
diterapkan dalam setiap proses. SPC memiliki seven major tools diantaranya
adalah:

Checksheet
Checksheet

adalah

form

pemeriksaan

yang

digunakan

untuk

mengumpulkan dan mengorganisir data dengan cepat. Tujuan utama dari


checksheet yaitu agar pengumpulan data lebih cepat dan data terorganisir sehingga
mudah apabila ingin digunakan selanjutnya. Bentuk checksheet dapat bervariasi
sesuai kebutuhan. Bentuk checksheet beragam mulai dari tabel sederhana hingga
diagram yang digunakan untuk menunjukkan dimana terjadi kerusakan atau
kesalahan. Contoh checksheet dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Contoh Checksheet


Sumber: Montgomery. (2001, p.178)

Pareto Chart
Pareto Chart adalah distribusi frekuensi (histogram) yang digunakan

untuk mengidentifikasi penyebab utama dari masalah yang ada. Pareto Chart
dikembangkan oleh Vilfredo Frederigo Samoso pada akhir abad ke-19, dikenal
sebagai konsep vital few and the trivial many. Konsep pareto chart adalah 80%
masalah yang terjadi disebabkan oleh 20% penyebab. Contoh pareto chart dapat
dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Contoh Pareto Chart


Sumber: Montgomery. (2001, p.180)

Cause and Effect Diagram


Cause and Effect Diagram digunakan untuk mengidentifikasi penyebab

dari suatu masalah yang dapat diuraikan menjadi penyebab-penyebab lainnya.


Cause and effect diagram memiliki beberapa nama lain, salah satunya adalah
Ishikawa, sesuai dengan nama orang yang memperkenalkan diagram tersebut.
Diagram ini juga dikenal dengan nama Fishbone Diagram karena bentuknya
menyerupai tulang ikan. Kepala ikan melambangkan masalah yang terjadi.
Tulang-tulang ikan melambangkan penyebab-penyebab masalah dari beberapa
faktor. Contoh Cause and Effect Diagram dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Contoh Cause and Effect Diagram


Sumber: Montgomery (2001, p.182)

2.6

Finance Department
Finance Department merupakan departemen yang mengelola bagian

keuangan dari suatu perusahaan. Finance Department melakukan perhitungan


harga pokok produksi dan membuat rencana anggaran sebelum melakukan
kegiatan produksi. Kegiatan lain yang utama dilakukan Finance Department
adalah membuat laporan keuangan setiap akhir bulan yang akan diserahkan
kepada General Manager.
2.6.1

Rencana Anggaran
Anggaran merupakan rencana tindakan yang dilakukan di masa yang

akan datang. Anggaran merupakan budget yang sangat penting bagi departemen

keuangan untuk mengontrol dan memonitor arus uang keluar (Kartadinata, 2000).
Budget merupakan rantai utama yang menghubungkan akuntansi biaya dengan
pimpinan perusahaan. Rencana anggaran harus dibuat dengan melakukan
kerjasama antara departemen lainnya. Budget dikatakan sudah baik apabila
mencakup

seluruh

ketergantungan

kegiatan

antar

perusahaan

bagian

dan

perusahaan.

menggambarkan
Anggaran

disusun

hubungan
dengan

memperhatikan tingkat persedian produk jadi dan bahan-bahan yang ada dan
tingkat persediaan yang diinginkan.
2.6.2

Harga Penjualan
Pengeluaran diklasifikasikan pada biaya penjualan dimana mencakup

biaya langsung, biaya overhead, biaya depresiasi, dan amortisasi dan penyesuaian
(Elliot & Elliot, 2007). Harga penjualan berasal dari konsep akuntansi akrual.
Arus kas telah disesuaikan oleh manajemen untuk dengan mengasumsikan bahwa
target penjualan tercapai. Penyesuaian tambahan telah dilakukan untuk
meningkatkan biaya penjualan jika realisasi bersih dari closing inventory kurang
dari biaya. Hal yang harus dipertimbangkan untuk perbedaan dalam menghitung
biaya penjualan adalah treatment dari biaya langsung, pilihan kebijakan
penyusutan, sikap dari manajemen, dan kemampuan sistem akuntansi.
2.6.3

Depresiasi Peralatan
Depresiasi peralatan atau penyusutan terjadi seiring dengan berjalannya

waktu yang disebabkan pemakaian aktiva untuk melakukan proses produksi


perusahaan (Purwanti & Nugraheni, 2001). Penyusutan yang terjadi menyebabkan
suatu peralatan mengalami penurunan nilai aktiva tetap. Penyusutan aktiva tetap
diasumsikan sebagai biaya dikarenakan perushaan memperoleh manfaat dari
pemakain aktiva tetap tersebut. Biaya penyusutan dikenakan untuk semua aktiva
tetap.
2.6.4

Biaya Inventory
Nilai inventory menjadi elemen yang crucial tidak hanya untuk

perhitungan keuntungan melainkan nilai dari aset untuk balance sheet (Elliot &
Elliot, 2007). Inventory didefinisikan sebagai aset yang dimiliki perusahaan yang
akan dijual dalam kegiatan bisnis, proses produksi untuk penjualan, bahan atau
perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau jasa. Valuasi inventory

melibatkan penentuan biaya per unit dan perhitungan ketentuan untuk mengurangi
biaya menjadi nilai realisasi netto.
2.6.5 Jurnal Umum
Catatan kronologis transaksi yang dilakuakn di perusahaan disebut jurnal (Jr.,
Horngren, Thomas, & Suwardy, 2012). Pencatatan jurnal umum atas semua
kronologis transaksi dicantumkan menurut tanggal terjadinya kegiatan tersebut.
Proses penjurnalan mengikuti tiga langkah yaitu merinci setiap akun yang
terpengaruh oleh transaksi, menentukan setiap akun meningkat atau menurun
akibat transaksi, dan mencakup penjelasan singkat.
2.6.6

Buku Besar
Buku besar adalah cacatan akhir yang berisi kumpulan rekening neraca

dan laba rugi (Baridwan, 1985). Laporan laba rugi, perubahan modal, dan neraca
dibuat dengan menggunakan buku besar sebagai sumber data.

Buku besar

digolongkan menjadi dua jenis yaitu buku besar umum dan buku besar pembantu.
Buku besar umum digunakan untuk menampilkan proses transaksi untuk siklus
pelaporan keuangan. Buku besar pembantu digunakan untuk mencatat rincian
rekening yang ada di buku besar umum. Rekening dari buku besar umum tercatat
dalam buku besar pembantu yang disebut juga sebagai rekening pengawas. Tujuan
dari pembuatan buku besar adalah menjaga keseimbangan saldo debit dan kredit,
mencatat proses transaksi akuntansi, dan menghasilkan laporan keuangan yang
akurat.
2.6.7

Production Cost Report


Laporan biaya produksi atau Production Cost Report

dibuat secara

berkala yang berisikan tentang jumlah produk yang diterima dan diproses baik
pada awal maupun akhir masa produksi (Kartadinata, 2000). Laporan biaya
produksi berkaitan dengan daftar kuantitas dan perhitungan biaya per unit untuk
tiap komponen. Perusahaan memerlukan laporan biaya produksi sebagai sarana
koordinasi dan pengawasan atas jalannya kegiatan produksi. Perhitungan yang
harus dimuat dalam laporan produksi ini adalah perhitungan ekuivalen unit
produksi, daftar kuantitas, perincian biaya, dan pertanggung jawaban biaya.
2.6.8

Trial Balance

Trial balance merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menunjukkan


apakah saldo di sisi debit dan kredit memiliki nilai yang sama atau tidak. Kegiatan
trial balance ini dapat dilakukan setelah membuat buku besar. Trial balance berisi
semua akun yang berada di buku besar. Keuntungan yang diperoleh apabila
menggunakan trial balance adalah:

Menunjukkan keakuratan dari buku besar dengan melihat saldo debit dan saldo

kredit.
Membuktikan bahwa nilai atau saldo secara aritmatika telah benar dan akurat.
Informasi bagi manajemen untuk membandingkan dan menemukan
kesimpulan.
2.6.9

Cost of Goods Manufactured dan Cost of Goods Sold


Cost of Goods Sold (COGS) merupakan biaya dari direct materials,

direct labor, dan overheat dari unit yang terjual (Hansen, Mowen, & Guan, 2009).
Perhitungan COGS berkaitan dengan perhitungan dari Cost of Goods
Manufactured (COGM). COGM menunjukkan total manufaktur dari barang yang
diproduksi di periode tertentu. Biaya yang dihitung pada COGM adalah biaya
overhead, direct material, dan direct labor. Data detail tentang cost assignment
diberikan pada supporting schedule yang disebut dengan statement of cost of
goods manufactured.
2.6.10

Income Statement
Laporan laba rugi atau income statement merupakan suatu bagian dari

sistem pembukuan dimana penerimaan uang dan pengeluaran akan dicatat pada
laporan ini (Elliot & Elliot, 2007). Pencatatan nilai aktual dari pendapatan dan
pembayaran dilakukan untuk mendapatkan jumlah laba atau kerugian yang
dilaporkan untuk tiap periode. Laporan laba rugi dianggap lebih penting daripada
neraca saldo. Hal ini dikarenakan laporan ini dapat menunjukkan perubahan
kekayaan yang terjadi selama periode yang diinginkan. Laporan laba rugi pada
umumnya dibuat setiap akhir periode sesuai dengan ketentuan perusahaan.
Informasi minimum yang perlu dituliskan pada laporan laba rugi adalah
pendapatan, baiya keuangan, profit or loss, dan tax expense.

2.6.11

Owners Equity
Perusahaan pada umumnya mendapat modal awal dari investor, kreditur

pinjaman, dan krediur perdagangan (Elliot & Elliot, 2007). Total owners equity
terdiri dari modal yang ditempatkan sebagai nilai nominal, non-distributable, dan
distributable reserves. Perusahaan meningkatkan modal dengan menggunakan
saham dan obligasi. Perusahaan dibagi menjadi dua kategori yaitu terkait dengan
masalah pribadi dan perusahaan yang terbatas dengan publik. Modal perusahaan
merupakan hasil yang diperoleh dari total assets dikurangi dengan liabilities dan
dituliskan sesuai dengan jumlah keseluruhan modal tersebut (tidak dijabarkan
secara rinci).
2.6.12

Balance Sheet
Balance sheet disebut juga sebagai neraca yang berisi semua saldo yang

tersisa dalam buku besar setelah pendapatan dan beban telah diperhitungkan pada
laporan laba rugi (Elliot & Elliot, 2007). Neraca saldo telah mewakili saldo data
residual pada akhir tahun keuangan sebagai kewajiban atau aset. Neraca dibagi
menjadi 2 bagian yaitu aset dan liabilitas serta ekuitas. Liabilitas dan ekuitas
adalah sumber modal aset yang diperoleh dari hasil pembelian dari modal
tersebut. Aset merupakan total dari liabilitas dan ekuitas. Aset digolongkan
menjadi 2 jenis yaitu aset lancar (aset jangka pendek) dan aset tidak lancar (aset
jangka panjang).
2.7

Sales and Marketing Department


Sales and Marketing Department perlu untuk mengetahui definisi

pemasaran, STP, teori marketing mix, dan analisa SWOT. Hal ini dikarenakan
Sales and Marketing Department berhubungan secara langsung dengan customer.
Pengetahuan yang didapat dari studi yang sudah dilakukan, diharapkan dapat
membantu Sales and Marketing Department dalam mencapai target yang sudah
ditetapkan.
2.7.1

Definisi Pemasaran
Pemasaran adalah total dari semua sistem yang mencakup kegiatan bisnis

dimana hal ini dirancang untuk membuat perencanaan, penentuan harga, promosi,
serta distribusi barang demi kepuasan pasar serta tujuan perusahaan (Saladin,

2003). Definisi lainnya menjelaskan pemasaran adalah proses yang mencakup


analisa, perencanaan, implementasi, koordinasi, serta pengendalian programprogram pemasaran (Larreche, 1998). Pengendalian program-program perusahaan
yang dimaksud seperti penentuan harga, promosi, dan distribusi produk maupun
jasa demi kepuasan dan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.
2.7.2

Segmentation, Targeting, dan Positioning


STP dilakukan dengan cara menentukan segmentasi pasar, target pasar,

dan memposisikan diri di dalam pasar. Segmentasi adalah strategi untuk


memahami struktur pasar, sedangkan menentukan target dapat dilakukan dengan
cara pemilihan dan penyeleksian pasar. Langkah selanjutnya setelah segmentasi
pasar dan target pasar adalah perusahaan akan memposisikan diri di pasar dimana
perusahaan harus memposisikan diri sebaik mungkin agar produk dapat diminati
oleh masyarakat.

Segmentation

Segmentasi pasar adalah suatu proses untuk membagi pasar menjadi kelompok
konsumen yang lebih homogen, dimana tiap kelompok konsumen dapat dipilih
sebagai target pasar oleh perusahaan demi mencapai tujuannya. Ada beberapa
variabel dalam segmentasi pasar yaitu geografis, demografis, psikografis, dan
perilaku. Segmentasi geografis adalah pembagian sesuai wilayah. Segmentasi
demografis adalah pembagian sesuai usia, agama, gender, dan lain-lain.
Segmentasi psikografis adalah pembagian sesuai gaya hidup dari masyarakat
sedangkan pembagian perilaku adalah pembagian sesuai pengetahuan
masyarakat akan produk yang ada.

Targeting

Targeting adalah tindakan perusahaan untuk memilih segmen-segmen pasar


yang ada untuk dituju. Targeting berguna untuk meningkatkan prioritas dari
sebuah segmen yang menjadi target dimana hal ini dapat membantu perusahaan
untuk memfokuskan diri pada segmen pasar yang paling menguntungkan.

Positioning

Positioning adalah tahapan akhir yang dilakukan oleh perusahaan. Positioning


merupakan tindakan perusahaan untuk membaca pemikiran dari konsumen dan

menempatkan perusahaan di posisi yang tepat agar perusahaan dapat dilihat


lebih baik dan menguntungkan daripada kompetitor lain.
2.7.3

Marketing Mix
Marketing mix adalah sebuah alat yang digunakan untuk memasarkan

produk perusahaan untuk terus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran


(Armstrong, 2005). Marketing mix terdiri dari empat komponen antara lain adalah
product, place, promotion, dan price (4P).

Product

Produk adalah hal yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar untuk
memenuhi keinginan maupun kebutuhan pasar. Produk tidak harus berupa
barang tetapi juga dapat berupa jasa. Nilai tambah yang diberikan bisa banyak
melalui produk antara lain adalah garansi dan servis.

Place

Penentuan lokasi sangat penting bagi perusahaan. Hal yang penting selain
pengaruh dari harga beli atau harga sewa dari lokasi adalah jarak dari
perusahaan ke target pasar yang ada juga perlu diperhatikan untuk
meminimumkan biaya distribusi.

Promotion

Promosi adalah kegiatan memperkenalkan produk atau jasa yang dimiliiki


perusahaan kepada pasar. Perusahaan dapat mengungguli kompetitor melalui
penggunaan media promosi karena jaman sekarang terdapat berbagai macam
media promosi yang dapat digunakan.

Price

Harga adalah biaya yang dibayarkan konsumen untuk mendapatkan produk


atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Penentuan harga didasari oleh
beberapa hal, antara lain keuntungan yang ingin diperoleh dan perbandingan
dengan harga kompetitor.

2.7.4

Strength, Weakness, Opportunity, and Threat

Analisa SWOT adalah sebuah analisis organisasi yang menggunakan


kekuatan, kelemahan, kesempatan, serta ancaman yang ada dari lingkungan
(Coulter, 2001). Analisa SWOT akan digunakan sebagai gambaran mengenai
lingkungan yang akan dihadapi oleh perusahaan. Analisa dilakukan di dalam
perusahaan sendiri untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, serta dilakukan
diluar perusahaan untuk mengetahui kesempatan dan ancaman apa saja yang ada.
Empat komponen utama yang ada disini yaitu Strength, Weakness, Opportunity,
dan Threat.

Strength

Strength adalah hal yang menjadi kekuatan dan kelebihan dari organisasi atau
perusahaan dimana hal ini sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan
perusahaan. Hal-hal yang dapat menjadi faktor kekuatan perusahaan antara
lain: sumber daya manusia, kualitas alat dan mesin, hubungan yang baik antara
perusahaan dengan pembeli dan penjual, serta metode yang diterapkan pada
perusahaan. Keunggulan dari perusahaan sendiri bila dapat diketahui akan
berdampak untuk kinerja perusahaan menjadi lebih optimal.

Weakness

Weakness merupakan hal internal lain selain strength dimana weakness


merupakan hal yang menjadi kelemahan dan kekurangan dari sebuah
perusahaan. Faktor-faktor yang ada antara lain adalah sumber daya manusia
yang kurang baik, kualitas alat dan mesin yang digunakan masih buruk, dan
hubungan yang buruk antara perusahaan dengan pembeli dan penjual. Hal ini
perlu diperhatikan perusahaan untuk segera diperbaiki demi kemajuan
perusahaan.

Opportunity

Opportunity adalah peluang perusahaan dimana hal ini berasal dari eksternal.
Peluang-peluang yang dapat diambil oleh perusahaan antara lain disebabkan
oleh perkembangan teknologi dan hubungan yang baik antara perusahaan
dengan pihak luar.

Threat

Threat adalah ancaman yang berasal dari luar atau eksternal. Ancaman bisa
terjadi akibat perubahan lingkungan atau bisa juga terjadi atas langkah-langkah
baru yang diambil oleh kompetitor.
2.8

Research and Development Department

2.8.1

Research and Development


Research and Development secara umum adalah suatu nama dari sebuah fungsi

bisnis yang mewujudkan riset terhadap desain maupun teknis dari proses pengembangan
produk. Successful product developers make sure that their scientists and engineers work
with other to share their knowledge and to understand how it relates to what the other
function know and do (Karol, 2007, p.16). Research and Development juga dapat
dikatakan sebagai pengetahuan ilmiah yang digunakan dengan tujuan tertentu secara
sistematis untuk memenuhi kebutuhan manusia meskipun beberapa ada yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan manusia.

2.8.2

Bill of Material (BOM)


Bill of Material (BOM) merupakan daftar dari semua material, parts, dan

subassemblies, serta kuantitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk


memproduksi satu unit produk atau parent assembly (Gaspersz, 2001, p.148).
BOM didefinisikan sebagai urutan penggabungan komponen-komponen dalam
suatu produk selama proses manufaktur. Gambar 2.7 menunjukkan contoh BOM
dari sebuah meja.

Gambar 2.7 Contoh Bill of Material

Gambar 2.7 menunjukkan BOM memiliki tiga Level yaitu Level 0, Level
1 dan Level 2.

Level 0 menunjukkan produk jadi yaitu meja. Level 1

menunjukkan komponen-komponen untuk membuat sebuah produk pada Level 0,


sehingga untuk membuat sebuah meja dibutuhkan sebuah rakitan kaki dan sebuah
daun meja. Level 2 menunjukkan komponen-komponen yang dibutuhkan dalam
membuat sebuah komponen pada Level 1. Komponen-komponen yang dibutuhkan
dalam membuat sebuah rakitan kaki adalah 2 buah palang pendek, 2 buah palang
panjang dan 4 buah kaki.
2.8.3

Inovasi

Inovasi adalah konsep yang sangat luas yang dapat dipahami dalam
berbagai cara. Inovasi adalah gabungan dari konseps ide baru, penemuan
perangkat baru dan pengembangan pasar baru yang berjalan secara terintegrasi.
Innovation is the management of all the activities involved in the process of idea
generation, technology development, manufacturing and marketing of a new (or
improved) product or manufacturing process or equipment (Trott, 2005, p.15).
Inovasi dibagi dalam beberapa tipe, antara lain:

Inovasi produk: pengembangan dari produk baru atau produk yang telah ada.

Inovasi proses: pengembangan dari proses manufaktur.

Inovasi organisasi: divisi usaha baru, sistem komunikasi internal baru, dll.

Inovasi manajemen: TQM (t otal quality management), BPR (business process


re-engineering), dll.

Inovasi produksi: just-in-time (JIT), sistem manufaktur, dll.

Inovasi pemasaran: pendekatan penjualan baru, direct selling, dll.

Inovasi pelayanan: layanan keuangan berbasis internet.

Anda mungkin juga menyukai