Anda di halaman 1dari 32

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI

PEMIMPIN PEMBELAJARAN DI SMAN 1 BOLO KABUPATEN


BIMA

PROPOSAL
Program Studi Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan


Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Diajukan oleh:
SUKSES MAGISTER
NIM 120000012345
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
2015

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN DI


SMAN 1 BOLO KABUPATEN BIMA

Diajukan oleh:

SUKSES MAGISTER
120000012345

Telah disetujui
Pada hari/tanggal, Sabtu/31 Januari 2015

Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Selalu Maju

Dr. Motivasi Tinggi


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah dihaturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


kesempatan dan kemampuan untuk menyelesaikan Proposal Tesis ini sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan program Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan
di Universitas Muhammadiyah Malang.
Solawat serta salam semoga selalu menyatu dan terpadu kepada Kholilullah
Muhammad SAW yang telah memberikan tuntunan dan panutan, pencerahan dan kebaikan,
sehingga dalam menjalani kehidupan ini sesuai dengan kehendak Illahi Robbi yang Maha
Tinggi.
Terima kasih yang tiada hingga patut disampaikan kepada beliau yang tersebut
dibawah ini atas terselesainya Tesis ini.
1. Dr. Latipun, M.Kes sebagai Direktur Direktorat Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan Tugas kepada Dosen untuk
mengantarkan dan membimbing kami menyelesaikan Proposal Tesis.
2. Prof. Dr. Selalu Maju sebagai pembimbing 1 yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing dalam menyelesaikan Proposal Tesis.
3. Dr. Motivasi Tinggi sebagai pembimbing 2 yang selalu membantu dan membimbing
kami dalam menyempurnakan Proposal Tesis.
4. Segenap Staf Pengajar Program Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan
yang telah memberikan bekal dalam penulisan Proposal Tesis dan selalu memberikan
motivasi dalam menyelesaikan studi.
Hanya satu permohonan kami kepada Yang Maha Tinggi, semoga segala keikhlasan
diri dalam membimbing kami dicatat sebagai amal soleh dan akan selalu memperoleh
yang terbaik dari Allah SWT.
Segala usaha telah kami lakukan, namun kesempurnaan bukanlah milik kami, untuk
itu saran dan kritik untuk memperbaiki Proposal Tesis ini sangat diharapkan.
Malang, 15 April 2014
1. Pendahuluan

Kepemimpinan adalah aspek yang sangat penting dalam suatu organisasi, sebab
berhasil tidaknya suatu organisasi sebagian bersar ditentukan oleh pemimpin. Dengan
melihat kecakapan dan kewibawaan seorang dalam melakukan kepemimpinan akan
mendorong gairah atau semangat kerja, kreativitas, partipasi dan loyalitas para bawahan
untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat berperan
dalam peningkatan mutu pendidikan. Dalam meningkatkan mutu pendidikan, kepala
sekolah melibatkan berbagai unsur, unsur-unsur tersebut antara lain dewan guru, siswa,
pegawai, tata usaha sekolah dan masyarakat, yang semuanya harus saling mendukung dan
bekerja sama untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, sekaligus agar dapat menggerakan dan memotivasi orangorang yang terlibat dalam institusi tersebut, maka diperlukan adanya suatu kepemimpinan
yang baik dan berkualitas (Muflihin H, 2008; Septiana R, 2013). Kepemimpinan sangat
berperan penting dalam suatu lembaga pendidikan karena kepemimpinan merupakan
aktivitas utama dimana tujuan organisasi dapat dicapai. Lembaga pendidikan yang berhasil
dalam meningkatkan mutu sekolah merupakan hasil dari tindakan kepala sekolah sebagai
pemimpin pembelajaran.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus mengerti wilayah
pengembangan pendidikan serta dapat memberikan apa yang dibutuhkan guru, staf dan
siswanya. Kepala sekolah harus melaksanakan pembelajaran yang kuat, mengelola proses
pembelajaran, memiliki harapan yang tinggi pada diri sendiri, guru, dan terhadap siswa dan
mencurahkan sebagian waktunya untuk mengkoordinasi fisik maupun sumber daya
manusianya sehingga proses pembelajaran berjalan lancar dan tujuan sekolah dapat dicapai
secara efektif (Astuti, 2011). Tujuan akhir dari kepemimpinan kepala sekolah sebagai
pemimpin pembelajaran adalah meningkatkan pembelajaran disekolah. Pembelajaran
merupakan inti dari peningkatan mutu pendidikan disekolah. Sementara itu yang berperan
langsung dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran adalah guru. Kepala sekolah
banyak diarahkan pada peningkatan pembelajaran yang dilakukan guru (Suhardiman B,
2012).

Kepala sekolah memainkan peran penting dalam mengejawantahkan visi pendidikan


nasional. Kepala sekolah dalam hal ini memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas
praktik pengajaran dan pencapaian belajar peserta didik. Kepala sekolah memimpin,
bersama dengan pendidik dan tenaga kependidikan, untuk memetakan arah ke depan
pendidikan di sekolah, mengembangkan pencapaian yang diharapkan, memelihara fokus
perhatian terhadap proses pengajaran dan pembelajaran dan membangun lingkungan belajar
yang kondusif dan positif. Oleh karena itu, kemampuan kepemimpinan kepala sekolah
dapat menjadi faktor pembeda terhadap proses pendidikan yang berlangsung di sekolah
(Bennett & Anderson, 2003).
Kepala sekolah yang profesional adalah seorang pimpinan yang terus menerus
melakukan perencanaan pembelajaran yang baik, kemudian berusaha mengaktualisasi
rencana tersebut dengan memanfaatkan potensi yang ada, setelah itu melakukan evaluasi
atas kebijakan atau rencana yang telah terealisasi. Dengan demikian, kesalahan-kesalahan
manajerial yang terjadi dapat diminimalisasi sehingga tidak terjadi lagi di masa mendatang
( Sabirin, 2012 ). Kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru diakui sebagai
salah

satu

faktor

yang

sangat

penting

dalam

organisasi

sekolah,

terutama

tanggungjawabnya dalam meningkatkan proses pembelajaran di sekolah (Gorton &


Schneider, 1991). Beberapa pendapat menunjukkan bahwa sekolah efektif merupakan hasil
dari tindakan kepala sekolah efektif. Kepala sekolah yang efektif memiliki beragam
kemampuan yang memadai (Duignan, 2004).
Beberapa penelitian tentang penerapan kepemimpinan pembelajaran disekolah
menyimpulkan bahwa kepala sekolah yang menfokuskan kepemimpinan pembelajaran
menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik dari pada kepala sekolah yang kurang
menfokuskan pada kepemimpinan pembelajaran (Ditjen PMPTK,2011).
Penelitian pendidikan yang berkaitan dengan peran kepemimpinan kepala sekolah
dilakukan oleh, Gurr et al (2005) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa dua studi
menyoroti pentingnya akan kontribusi kualitas pendidikan di sekolah. Dari perspektif
Australia bahwa kepala sekolah merupakan tokoh yang penting dan signifikan dalam
menentukan keberhasilan sekolah. Lebih lanjut menurut Elmore (2006), Friesen &

Jacobsen (2009), Hattie (2009), Leithwood (2007), dan Marzano (2006) yang dikutip
Dharma (2010) peran kepala sekolah pada abad 21 (1) berpartisipasi pada pembelajaran
sebanyak 91%; (2) mengarahkan para guru untuk menentukan pembelajaran dengan
menggunakan evaluasi formatif sebanyak 90%; (3) perencanaan, koordinasi dan evaluasi
pengajaran, kurikulum dan pedagogi (terlibat langsung dengan mengunjungi kelas secara
reguler, dan memberikan Feedback pada pembelajaran sebanyak 74%; (4) memastikan para
guru mendapat informasi tentang praktik pembelajaran yang terbaru sebanyak 64%; (5)
pengelolaan sumber daya sebanyak 60%; (6) menetang status quo sebanyak 60%; (7)
menentukan tujuan dan harapan sebanyak 54%; (8) menjaga lingkungan yang mendukung
pembelajaran sebanyak 49%.
Peran kepala sekolah paling banyak berkaitan dengan pembelajaran. Hal ini
menunjukan bahwa kepala sekolah sangat berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan
disekolah. Kepala sekolah juga harus paham tentang pembelajaran, mulai dari
merencanakan, melaksanakan, sampai pada evaluasi sebagai bahan pembinaan guru dalam
meningkatkan kinerjanya. Kepala sekolah tidak hanya paham cara mengelola sekolah,
sesuai dengan perannya sebagai manajer tetapi harus paham tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan pembelajaran. Lunenburg dan irby (2006) mengkaji peran kepala sekolah
dalam pembelajaran, yaitu (1) menampung guru-guru dalam mendapatkan pengetahuan
yang berhubungan dengan bermacam-macam kemampuan siswa; (2) menilai pengajaran
yang berhubungan dengan outcome pembelajaran; (3) untuk memfasilitasi proses
perencanaan pembelajaran.
Hasil penelitian juga ditunjukan Ainscow (Muliati, 2013) mengatakan dalam
menjalankan tugas kepemimpinan sekolah memiliki sejumlah peran yang harus di emban,
antara lain: (1) manajer; (2) pemimpin instruksional (pembelajaran); (3) penegak disiplin;
(4) fasilitator humas; (5) evaluator;dan (6) mediator konflik. Sedangkan penelitian yang
dilakukan Scheeren mengemukakan bahwa sekolah efektif dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: (1) kepemimpinan pembelajaran yang kuat; (2) penekanan pada
memperoleh keterampilan dasar; (3) sebuah lingkungan yang aman dan rapi; (4) espektasi
tinggi terhadap pencapaian siswa; (5) penilaian terhadap kemajuan siswa (Astuti, 2011).

Berdasarkan penelitian tersebut menunjukan bahwa peran kepemimpinan pembelajaran


sangat penting dalam menciptakan sekolah efektif.
Keberhasilan sekolah sangat dipengaruhi oleh peran kepemimpinan kepala sekolah
dalam mengelola sekolah. Sebagai pemimpin, kepala sekolah merupakan penggerak bagi
guru dalam pelaksanaan tugasnya, karena kepala sekolah harus memberikan motivasi dan
arahan bagi guru yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Oleh sebab itu, kepala
sekolah sebaiknya benar-benar mampu melaksanakan fungsi kepemimpinannya dalam
mengelola semua komponen yang ada disekolah terutama dalam memimpin pembelajaran
di sekolah, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik (Sumartini, 2013).
Permendiknas 13 tahun 2007 mengamanatkan untuk menjadi kepala sekolah yang
berhasil memimpin sekolah minimal harus memiliki lima kompetensi kepala sekolah.
Kompetensi kepala sekolah yang yang harus dimiliki yaitu (1) kompetensi kepribadian, (2)
manajerial, (3) kewirausahaan, (4) supervisi dan (5) sosial. Berdasarkan ketetapan tersebut
diharapkan kepada kepala sekolah mampu mewujudkan kepemimpinan dalam keseluruhan
pendidikan disekolah. Keberhasilan pendidikan disekolah ditentukan oleh kemampuanya
mempengaruhi, membimbing, menggerakkan dan memotivasi individu yang terlibat dalam
tujuan pendidikan yang telah disepakati. Murniati mengatakan bahwa lemahnya
kepemimpinan kepala sekolah disebabkan berbagai faktor seperti kemampuan memimpin
sekolah, sitem pengawasan kepala sekolah, dan sistem penyelenggaraan nasional (Yusnidar,
2014)
Kepemimpinan yang baik tentunya sangat berdampak pada tercapai tidaknya tujuan
organisasi karena pemimpin memiliki pengaruh terhadap kinerja yang dipimpinnya.
Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan merupakan
bagian dari kepemimpinan. Konsep kepemimpinan erat sekali hubungannya dengan konsep
kekuasaan. Dengan kekuasaan pemimpin memperoleh alat untuk mempengaruhi perilaku
para pengikutnya. Terdapat beberapa sumber dan bentuk kekuasaan, yaitu kekuasaan
paksaan, legitimasi, keahlian, penghargaan, referensi, informasi dan hubungan (Triyanto et
al, 2013). Kegiatan pemimpin adalah mendorong bawahannya untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan penuh semangat dan kepercayaan (Raihani, 2011)

Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari peran serta kepala
sekolah sebagai pemimpin.

Pernyataan

Robbins (2003) bahwa keberhasilan suatu

organisasi dalam pencapaian tujuan melalui usaha menggerakkan orang lain dalam
organisasi atau instansi tidak terlepas dari kapasitas, peranan, perilaku dan karakteristik
seorang

pimpinan. Untuk mengetahui faktor penentu keberhasilan pembelajaran yang

pertama mengenai peran kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran di SMAN 1 Bolo
Kabupaten Bima .
Berhasil tidaknya pembelajaran yang diperbaharui cenderung ditentukan oleh
peran kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran di satuan pendidikan. Beberapa
kasus yang terjadi bahwa kepala sekolah sangat berperan efektif dalam memimpin
pembelajaran ( Sabirin, 2012 ). Tetapi yang terjadi di SMAN 1 Bolo proses pembelajaran
belum berjalan sebagai mana mestinya dikarenakan karena kurangya peran kepala sekolah
sebagai pemimpin untuk mengorganisasikan sekolah tersebut agar proses pembelajaran bisa
berjalan secara efektif sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan.
Berdasarkan kondisi dan fenomena dilapangan, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:(1). bagaimanakah peran kepala sekolah
sebagai kepemimpinan pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bolo? (2).
kendala apasaja yang dihadapi kepala sekolah dalam memimpin pembelajaran di SMA 1
Bolo? 3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan kepala sekolah untuk mengatasi kendala
dalam memimpin pembelajaran di SMA 1 Bolo?
2. Kajian Pustaka
2.1.
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Konsep kepemimpinan merupakan komponen fundamental di dalam menganalisis
proses dan dinamika dalam organisasi. Sebuah organisasi bisa berjalan dengan baik apabila
dalam kepemimpinan terpenuhi komponen- komponen atau kualitas seseorang sebagai
pemimpin. Kepemimpinan merupakan salah satu unsur penentu keberhasilan organisasi,
terlebih dalam menuju perubahan ( Kahar A I, 2008) . Menurut Katz dan Khan yang dikutip
Watkin (2002) berbagai definisi kepemimpinan pada dasarnya dapat diklasifikasikan
menjadi tiga komponen besar yakni sebagai atribut atau kelengkapan dari suatu
kedudukan, sebagai karakteristik seseorang, dan sebagai kategori perilaku.

Plunkett dan Attner (1986) berpendapat kepemimpinan adalah proses memengaruhi


individu atau kelompok untuk menyusun tujuan atau mencapai tujuan. Edginton dan
William (1985) memiliki pendapat yang sama, bahwa kepemimpinan adalah proses memengaruhi
perilaku kelompok. Beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah proses memengaruhi individu atau kelompok melalui kekuasaan untuk
melaksanakan tugas-tugas spesifik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.
Seorang pemimpin yang efektif mampu membangun motivasi staf, menentukan arah, menangani
perubahan secara benar,dan menjadi katalisator yang mampu mewarnai sikap dan perilaku staf
(Komariah dan Triatna, 2006).
Plunkett dan Attner (1986) menjelaskan beberapa peran kepemimpinan, yaitu
sebagai pendidik, penasihat , penilai, dan juru bicara. Menurut J. Slikboer (Fatah, 2004),
pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat: bidang intelektual, terkait dengan watak, dan
yang berhubungan dengan tugasnya sebagai pemimpin. Kepemimpinan juga menunjukkan
proses

kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau

mengendalikan pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain ( Wijaya M, 2005).
Menurut Daryanto (2006), fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah berarti kepala sekolah
dalam kegiatan memimpinnya berjalan melalui tahap-tahap kegiatan sebagai berikut: pertama ,
perencanaan. Perencanaan pada dasarnya menjawab pertanyaan apa yang harus
dilakukan,bagaimana melakukannya, dimana dilakukannya, oleh siapa dan kapan dilakukan. Kegiatan-kegiatan sekolah harus direncanakan oleh kepala sekolah,hasilnya berupa
rencana tahunan sekolah yang akan berlaku pada tahun ajaran berikutnya. Rencana tahunan
tersebut kemudian dijabarkan ke dalam program tahunan sekolah yang biasanya dibagi ke dalam
dua program semester.
Kedua, pengorganisasian, Kepala sekolah sebagai pemimpin bertugas untuk menjadikan
kegiatan-kegiatan sekolah berjalan dengan lancer,sehingga tujuan sekolah dapat tercapai. Kepala sekolah
perlu mengadakan pembagian kerja yang jelas bagi guru-guru dan staf yang menjadi anak
buahnya. Pembagian kerja yang baik, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang tepat serta
mengingat prinsip-prinsip pengorganisasian kegiatan sekolah akan berjalan lancar dan tujuan dapat
tercapai. Ketiga, pengarahan. Pengarahan adalah kegiatan membimbinganak buah dengan jalan memberi
perintah, memberi petunjuk, mendorong semangat kerja, menegakkan disiplin, dan memberikan berbagai

usahalainnya agar mereka dalam melakukan pekerjaan mengikuti arah yang ditetapkandalam petunjuk,
peraturan atau pedoman yang telah ditetapkan. Keempat , pengkoordinasian. Pengkoordinasian
adalah kegiatan menghubungkan orang-orang dan tugas-tugas sehingga terjalin kesatuan atau
keselarasan keputusan, kebijaksanaan, tindakan, langkah, sikap serta tercegah dari
timbulnya pertentangan, kekacauan, kekembaran, dan kekosongan tindakan. Kelima
Pengawasan adalah tindakan atau kegiatan usaha agar pelaksanaan pekerjaan serta hasil kerja sesuai dengan
rencana, perintah, petunjuk atau ketentuan-ketentuan lainnya yang telah ditetapkan
(Daryanto, 2006).
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan

dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seorang kepala sekolah harus

mengetahui tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah
seperti yang dikemukakan Wahjosumidjo (2002) adalah; (1) kepala sekolah berperilaku
sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah; (2) kepala sekolah bertindak dan
bertanggungjawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang
dilakukan oleh para guru, siswa, staf, dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari
tanggung jawab kepala sekolah; (3) dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala
sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan. Dengan segala keterbatasan,
seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara cepat serta dapat
memprioritaskan bila terjadi konflik antara kepentingan bawahan dengan kepentingan
sekolah; (4) kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional yaitu harus dapat
memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan
satu solusi yang feasible, serta harus dapat melihat setiap tugas sebagai satu keseluruhan
yang saling berkaitan; (5) lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri
dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan
konflik untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah atau mediator dalam konflik tersebut
yaitu; (6) sebagai seorang politisi, berarti bahwa kepala sekolah harus selalu berusaha
meningkatkan tujuan organisasi serta mengembangkan program jauh ke depan.
Kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan
persuasi dan kesepakatan. Peran politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif,
apabila; (1) dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban

10

masing-masing; (2) terbentuknya aliasi atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3,
dan sebagainya; (3) terciptanya kerjasama dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam
aktivitas dapat dilaksanakan; (7) kepala sekolah adalah seorang diplomat. Kepala sekolah
dalam berbagai macam pertemuan adalah sebagai wakil resmi sekolah yang dipimpinnya;
(8) kepala sekolah mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi pun
yang berjalan mulus tanpa problem. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak
luput dari persoalan dan kesulitan-kesulitan. Apabila terjadi kesulitan-kesulitan kepala
sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit
tersebut (Hartini,T 2013). Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas
untuk memimpin suatu sekolah, tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar, atau tempat terjadinya
interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran ( Sulistiya M, 2013)
Kepala Sekolah merupakan suatu faktor yang terpenting dalam proses pencapaian, keberhasilan
sekolah dalam pencapaian tujuannya (Nuchiyah, 2007) . Kepala sekolah dalam menjalankan
kepemimpinannya, selain harus tahu dan paham tugasnya sebagai pemimpin, yang tak
kalah penting dari itu semua seyogyanya kepala sekolah memahami dan mengatahui
perannya. Adapun peran-peran kepala sekolah yang menjalankan peranannya sebagai
manajer seperti yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo (2002) adalah: (2) peranan
hubungan antar perseorangan; (2) peranan informasional; (3) sebagai pengambil keputusan.
Strategi kepemimpinan kepala sekolah merupakan teknik yang dimiliki dan dijalankan oleh kepala
sekolah dalam memimpin dan menjalankan organisasi sekolah dengan memperhatikan iklim yang ada
disekolah tersebut. Menurut Mulyasa (2011) pengertian strategi lebih menekan pada upaya mencapai
Stujuan yang efektif dan efisien dengan memperhatikan sumber daya yang dimiliki. Standar Kepala
sekolah yang memuat berbagai Kompetensi tercermin dalam Permen No 13 tahun 2007 yaitu
kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial.
Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah dalam manajemen berbasis sekolah
(MBS) yaitu: memiliki landasan dan wawasan pendidikan; memahami sekolah sebagai
sistem; memahami Manajemen Berbasis Sekolah (MBS); merencanakan pengembangan
sekolah; mengelola kurikulum; mengelola tenga pendidikan; mengelola sarana prasarana;
mengelola kesiswaan; mengelola keuangan; mengelola hubungan sekolah dengan
masyarakat; mengelola kelembagaan; mengelola sistem informasi sekolah; memimpin
11

sekolah; mengembangkan budaya sekolah; memiliki dan melaksanakan kreativitas, inovasi


dan jiwa kewirausahaan; mengembangkan diri; mengelola waktu; menyusun dan
melaksanakan regulasi sekolah; memberdayakan sumberdaya sekolah; melakukan
koordinasi/penyerasian; mengambil keputusan secara terampil; melakukan monitoring dan
evaluasi; melaksanakan supervisi; menyiapkan, melaksanakan dan menindaklanjuti hasil
akreditasi; dan membuat laporan akuntabilitas sekolah (Mulyono, 2008).
Selain kompetensi diatas, kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi
manajemen pendidikan secara utuh yang berorientasi pada mutu. Strategi ini dikenal
dengan manajemen mutu terpadu (MMT), sedangkan dalam dunia bisnis dikenal dengan
nama total quality manajemen (TQM). Hal ini merupakan usaha sistematis dan
terkoordinasi untuk secara terus menerus memperbaiki kualitas pelayanan. Sedikitya
terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah agar stakeholder
puas, yakni layanan sesuai yang dijanjikan, mampu menjamin kualitas pembelajaran, iklim
sekolah yang kondusif, memberikan perhatian penuh kepada peserta didik, dan cepat
tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (Mania S, 2011).
2.2.

Pemimpin Pembelajaran
Konsep kepemimpinan pembelajaran memiliki sejarah yang panjang, kompleks, dan

multi-interpretasi tentang segala sesuatu yang harus dilakukan kepala sekolah ( Gurr &
Drysdale, 2008). Pada tahun 1960, para kepala sekolah meningkatkan mutu pembelajaran
dengan melakukan observasi ke kelas-kelas. Pada 1970 ketika Amerika Utara, Inggris, dan
Australia menerapkan sistem inspeksi terhadap pembelajaran, peranan kepala sekolah
sangat ditekankan.
Pada tahun 1970-an sampai awal 1980-an, buku teks administrasi pendidikan
difokuskan pada supervisi. Beberapa literatur mengungkapkan bahwa supervisi dapat
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Kepala sekolah adalah orang yang paling
bertanggung jawab terhadap kepemimpinan pembelajaran dan pengembangan kurikulum
(Gurr &Drysdale (2008). Sejak tahun 1970 definisi kepemimpinan pembelajaran masih
membingungkan. Kepemimpinan pembelajaran mencapai puncaknya di Amerika Utara

12

pada tahun 1980 dan fokus kepemimpinan pada peran kepala sekolah dalam kepemimpinan
pembelajaran (Murphy, 1990).
Kepemimpinan pembelajaran memiliki empat dimensi yaitu: (1) mengembangkan
misi dan tujuan pembelajaran berdasarkan misi dan tujuan sekolah; (2) mengelola
pembelajaran; (3) meningkatkan iklim pembelajaran; dan (4) mengembangkan dukungan
lingkungan kerja (Murphy, 1990).
Soutworth (2002) menyatakan kepemimpinan pembelajaran adalah perhatian yang
kuat terhadap pengajaran dan pembelajaran, termasuk pembelajaran profesional oleh guru
sesuai perkembangan siswa. Sejalan dengan pendapat Soutworth tersebut, Hallinger (2003)
menyatakan bahwa kepemimpinan pembelajaran dipandang sebagai kepemimpinan direktif
kepala sekolah yang kuat berfokus pada kurikulum dan pembelajaran. Sejalan dengan
pendapat Southworth dan Hallinger di atas, Bush dan Glover (2003) menyatakan bahwa
kepemimpinan pembelajaran fokus pada pengajaran dan pembelajaran serta perilaku guru
dalam mengajar siswa. Pengaruh pemimpin ditargetkan pada pembelajaran siswa melalui
guru. Penekanan langsung pada dampak pengaruh daripada proses itu sendiri. Ketiga
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pembelajaran adalah
kepemimpinan yang fokus pada peningkatan mutu pembelajaran siswa melalui guru.
Kelemahan dari konsep kepemimpinan pembelajaran adalah terlalu berpusat pada kepala
sekolah sehingga kepala sekolah cenderung otoriter dalam menerapkan kepemimpinannya
(Usman H dan Raharjo, N E, 2013).
Kepemimpinan pembelajaran merupakan kemampuan dalam mempengaruhi mereka
untuk memberi motivasi dan menyadarkan supaya guru-guru bekerja dengan sepenuh
kapasitas kemampuan. Kepala Sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan
bawahannya, dalam hal ini guru (Septiana et al, 2013).
Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau
berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristikkarakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar
kecenderungankecenderungan reaksi asli, kematangan, atau perubahan-perubahan
sementara organism (Pratiwi et al, 2014)

13

Strategi kepemimpinan pembelajaran yang ditemukan Southworth (2002) ada tiga


strategi untuk meningkatkan pembelajaran secara efektif yaitu: (1) modeling; (2)
monitoring; dan (3) professional dialog and discussion. Modeling artinya keteladanan
kepala sekolah menjadi contoh atau model yang ditiru oleh guru di sekolah yang
dipimpinnya. Monitoring artinya melakukan pemantauan kinerja guru ke kelas saat guru
melaksanakan proses pembelajaran di kelas serta memanfaatkan hasil pemantauan tersebut
untuk pembinaan lebih lanjut.

Professional dialog and discussion

artinya berarti

membicarakan secara aktif, interaktif, efektif, aspiratif, inspiratif, produktif, demokratik


dan ilmiah tentang hasil penilaian kinerja dan rencana tindak lanjut peningkatan mutu
proses dan hasil pembelajaran siswa.
Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima
kepada semua siswa agar mereka mampu mengembangkan potensinya untuk menghadapi
masa depan yang belum diketahui dan syarat dengan tantangan-tantangan yang sangat
turbulen (Ditjen PMPTK,2011).
Southworth (2002) kepemimpinan pembelajaran efektif apabila kepala sekolah
mampu memainkan perannya sebagai: (1) pemantau kinerja guru; (2) penilai kinerja guru;
(3) pelaksana dan pengaturan pendampingan dan pelatihan, (4) perencana Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru;

(5) pengkoordinasi kerja tim, dan (6)

pengkoordinasi pembelajaran kolaboratif (OECD, 2009). Sejalan dengan pendapat OECD


tersebut, Willison (2008) menyatakan tiga cara untuk menjadi kepemimpinan pembelajaran
efektif yaitu: (1) Banyak berdialog dan diskusi tentang pengembangan keprofesian
berkelanjutan guru; (2) Sering berkunjung ke kelas memantau proses pembelajaran di
kelas; (3) Membantu guru menggunakan sarana dan prasarana pembelajaran secara
profesional.
Salah satu peran kepala sekolah adalah sebagai pemimpin pembelajaran. Sebagai
pemimpin pembelajaran, kepala sekolah merupakan sosok unik yang diharapkan mampu
menyusun strategi dalam membantu kemajuan sekolah meraih visi yang diinginkan dan
sangat menentukan kesuksesan sekolah. Kepala sekolah efektif dalam melaksanakan
strategi kepemimpinan harus memiliki kriteria, yakni mampu menciptakan atmosfir
kondunsif bagi murid-murid untuk belajar, para guru terlibat dan berkembang secara

14

personal dan profesional, dan seluruh masyarakat memberikan dukungan dan harapan yang
tinggi. Jika kepala sekolah sudah dapat mengusahakan sekolahnya sebagaimana kriteria
yang dimaksud, maka dapat disebut sebagai kepala sekolah yang berhasil dan sekolah yang
dikelolanya dapat disebut sekolah efektif.
2.3.

Kepala Sekolah dan Pemimpin Pembelajaran


Salah satu faktor utama yang menetukan keberhasilan siswa disekolah sangat

ditentukan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran (Leithwood, K et al, 2004).
Kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru diakui sebagai salah satu faktor
yang sangat penting dalam organisasi sekolah, terutama tanggungjawabnya dalam
meningkatkan proses pembelajaran di sekolah (Gorton & Schneider, 1991). Peningkatan
hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan pembelajaran (Daryanto, 2011).
Kepemimpinan pembelajaran bertujuan untuk memfasilitasi pembelajaran agar prestasi
belajar siswa meningkat, kepuasan belajar semakin tinggi, motivasi belajar semakin tinggi,
keingintahuan terwujudkan, kreativitas terpenuhi,inovasi terealisir, jiwa kewirausahaan
terbentuk, dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni berkembang dengan pesat tumbuh dengan baik (Daryanto, 2011).
Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa kepala sekolah yang menfokuskan
kepemimpinan pembelajaran, menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik dari pada
kepala sekolah yang kurang menfokuskan pada kepemimpinan pembelajaran
Greenfield (1987) sebagaimana dikutip Astuti (2011) mengatakan kepemimpinan
pembelajaran sebagai tindakan yang dilakukan kepala sekolah dengan maksud
mengembangkan lingkungan kerja yang produktif dan memuaskan bagi guru, serta pada
akhirnya mampu mengembangkan kondisi belajar memungkinkan hasil belajar siswa
meningkat.
Sukses atau gagalnya sekolah mencapai tujuan adalah ditentukan oleh
kepemimpinan kepala sekolahnya ( Hoy & Miskel, 2008; Bass & Bass & Huber, 2010).
Kepemimpinan kepala sekolah sangat menunjang akan tercapainya pengelolaan sekolah
yang efektif dan efisien. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah

15

yang efektif dapat memimpin pembelajaran dengan efektif, implikasinya diperoleh hasil
prestasi belajar yang tinggi.
Penelitian tentang peran kepemimpinan kepala sekolah banyak dilakukan, peran
kepemimpinan kepala sekolah sebagai kepemimpinan pembelajaran sangat penting dalam
menciptakan sekolah yang efektif ( Astuti,2011), berhubungan dengan prestasi belajar
siswa (Ditjen PMPTK, 2011), dan menigkatkan mutu pendidikan (Fatah, 2012).
Peran kepemimpinan pembelajaran , yaitu memimpin dan mengelola perubahan,
memotivasi dan mengelola sumber daya manusia, mendesain dan mengatur sistem, prosesproses dan sumber daya, penetapan misi sekolah, pengelolaan kurikulum dan program
pembelajaran dan peningkatan iklim pembelajaran yang posistif.
Melalui kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran akan
diperoleh sekolah yang efektif dan efisien sehingga mutu pendidikan dapat tercapai. Jika
kemimpinan kepala sekolah efektif maka pembelajaran dapat berjalan dengan efektif pula.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui

peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran.

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas, yakni SMA Negeri 1 Bolo di Jalan
Pendidikan Sila, Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.
Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah informan. Informan adalah orang
yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian
(Moleong, 2012). Penelitian ini yang peneliti jadikan informan adalah wakil kepala sekolah
dan guru. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber, yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumbernya secara langsung
yang mengetahui secara rinci dari permasalahan atau sebagai sumber utama dari
permasalahan itu sendiri. Data yang diperoleh dari informan utama dapat dilakukan dengan
langsung seperti wawancara, observasi dan dokumentasi. Menurut Arikunto (2012) bahwa

16

kata-kata atau ucapan lisan dan perilaku manusia merupakan data utama (primer) dalam
suatu penelitian .
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari data-data dokumentasi berupa profil
sekolah, yang meliputi sarana dan prasarana, tenaga kependidikan dll. Analisis

data

menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu
pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Moleong, 2012). Penelitian ini menggunakan
metode analisis data model Miles and Huberman (1992). Miles and Huberman dalam
Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas yang dilakukan dalam analisis data ini adalah
penggolongan data, penyajian data, dan verifikasi data.
Reduksi data berarti merangkum informasi terkait peran kepemimpinan kepala
sekolah, dengan memfokuskan pada hal-hal penting, mencari pola dan membuang yang
tidak perlu. Mereduksi data peneliti berdasar pada tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan
utama dalam penelitian ini adalah hasil temuan yang sesuai dengan pokok permasalahan.
Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori. Langkah terakhir dalam proses analisis data menurut Miles
dan Huberman adalah penarikan/verifikasi. Kesimpulan yang diambil merupakan hasil dari
peran kepala sekolah dan pemimpin pembelajaran
Pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif

menggunakan teknik

triangulasi yang digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar itu untuk keperluan pengecekkan atau pembanding terhadap data tersebut
(Moleong, 2012). Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan
sumber lainnya. Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini, penulis
menggunakan triangulasi sumber, yaitu yang berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif (Moleong, 2012).

17

4. Hasil Penelitian
4.1.
Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran di SMAN 1 Bolo
Kabupaten Bima
Agar proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan secara efektif dan efisien sangat
ditentukan sejauhmana peran kepala sekolah. Karena kepala sekolah merupakan pemimpin
tertinggi ditingkat satuan pendidikan yang memiliki kewenangan dalam setiap pengambilan
kebijakan dengan didukung oleh stakeholder yang lain.
Peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran di SMAN 1
Bolo Kabupaten Bima, bahwa kepala sekolah memiliki tanggung jawab dalam proses
pembelajaran dan kepala sekolah menfasilitasi kebutuhan proses pembelajaran mulai dari
perencanaan

pembelajaran,

pelaksanaan

dan

evaluasi

agar

terwujudnya

proses

pembelajaran yang bermutu sesuai dengan tuntutan kurikulum maupun perkembangan


IPTEK. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan responden
Kepala sekolah bertanggung jawab dalam penyelenggaraan proses pembelajaran
dan menfasilitasi berbagai kebutuhan proses pembelajaran mulai dari perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran agar
terwujudnya proses pembelajaran yang bermutu sesuai dengan tuntutan kurikulum
maupun perkembangan IPTEK (WKSK/29/11/2014)
Peran kepala sekolah dalam memimpin pembelajaran disekolah sangat baik ,
sebelum beliau memkoordinasikan kepada guru terlebih dahulu kepala sekolah
membuat perencanaan pembelajaran yang kemudian memberikan arahan kepada
guru sebagai yang melakukan pelaksanaan pembelajaran dan nantinya akan
dievaluasi secara bersama-sama (G1/01/12/2014).
Berdasarkan hasil analisis data dokumentasi dan wawancara oleh peneliti mengenai
peran kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran di SMA Negeri 1 Bolo Kabupaten
Bima bahwa kepala sekolah bertanggung jawab dalam proses pembelajaran agar
terwujudnya proses pembelajaran yang bermutu sesuai dengan tuntutan kurikulum maupun
perkembangan IPTEK. Adapun aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan kepala
sekolah yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi .

18

4.1.1. Perencanaan
Peran kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran di SMA Negeri 1 Bolo pada
pelaksanaan observasi, peneliti dapat mengamati secara langsung bagaimana kepala
sekolah melakukan kegiatan perencanaan pembelajaran, dan melakukan koordinasi dengan
semua guru dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidangnya yang telah ditugaskan
oleh kepala sekolah kepada guru-guru di sekolah.
Kepala sekolah memberikan pengarahan kepada guru-guru dan semua warga
sekolah terkait dengan perencanaan program kerja sekolah, mulai dari penyusunan program
tahunan, penyusunan RPP,silabus, Alat evaluasi, memilih metode pembelajaran dan
menyusun konversi penilaian dengan cara melalui rapat dengan guru-guru dan semua
warga sekolah seperti melalui kegiatan upacara pengibaran bendera, menjelang pelajaran
ke-2, sosialisasi perencanaan dan program kepala sekolah juga dilakukan kepala sekolah
melalui rapat bulanan,maupun rapat yang lain yang telah disusun secara terstruktur oleh
kepala sekolah, hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan responden,
sebagai berikut:
Perencanaan pembelajaran yang disusun oleh kepala sekolah sangat banyak, mulai
dari persiapan pembuatan silabus, RPP,program tahunan, program semester dengan
cara rapat bersama dengan guru-guru dan wakasek kurikulum dan wakasek
peningkatan dan rekayasa pembelajaran (WKSK/29/11/2014).
kepala sekolah dalam hal perencanaan terlebih dahulu melakukan rapat bersama
dengan wakasek di bidang kurikulum dan guru-guru melakukan persiapan secara
bersama-sama mulai dari penyusunan silabus, RPP, program tahunan, program
semester (G1/01/12/2014)
Pada pelaksanaan observasi dan didukung oleh data dokumentasi, peneliti
mendapati bahwa kepala sekolah juga melakukan kegiatan perencanaan, yaitu menyusun
rencana kerja jangka menengah (RKJM) yang diimplementasikan dalam program/rencana
kerja kepala sekolah (RKKS) untuk jangka satu tahun kedepan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari studi dokumen terhadap perencanaan dan
program kerja yang dimiliki SMA Negeri 1 Bolo yang disusun oleh kepala sekolah sebagai
pedoman untuk melaksanakan peran kepemimpinan di SMA Negeri 1 Bolo Kabupaten
Bima. Menguatkan kembali hasil dokumentasi yang telah dilakukan maka peneliti

19

melakukan wawancara terhadap beberapa informan mengenai perencanaan, visi, misi dan
program sekolah di SMA Negeri 1 Bolo Kabupaten Bima.
Program kerja yang disusun kepala sekolah sangat banyak, semuanya dapat dilihat
di rencana Program kepala sekolah (RKKS) , karena RKKS merupakan kumpulan
pelaksanaan program-program yang sudah disepakati bersama antara kepala sekolah
dan guru, serta semua warga sekolah (G1/01/12/2014).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari wawancara terhadap beberapa responden
menunjukan hal yang sama seperti apa yang peneliti dapatkan pada saat pelaksanaan studi
dokumen. Data hasil dokumen mengenai perencanaan dan program program sekolah yang
disusun oleh kepala sekolah SMA Negeri 1 Bolo Kabupaten Bima. Perencanaan tersebut
antara lain: 1) kepala sekolah memiliki visi dan misi serta sasaran yang ingin dicapai; 2)
kepala sekolah memiliki program jangka panjang; 3) kepala sekolah memiliki rencana kerja
program sekolah yang dituangkan dalamn RKKS.
Berdasarkan apa yang telah peneliti uraikan diatas bahwa kepala sekolah memiliki
perencanaan seperti visi sekolah, misi sekolah, tujuan dan sasaran sekolah, program jangka
panjang serta renstra yang dituangkan dalam rencana kerja kepala sekolah (RKKS) mulai
dari penyusunan program tahunan, penyusunan RPP,silabus, Alat evaluasi, memilih metode
pembelajaran dan menyusun konversi penilaian.
4.1.2. Pelaksanaan
Peran kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran di SMA Negeri 1 Bolo
Kabupaten Bima dapat peneliti sampaikan melalui pelaksanaan observasi, peneliti dapat
mengamati secara langsung kegiatan kepala sekolah pada saat melakukan pemantauan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru baik didalam ruangan maupun diluar
ruangan untuk memastikan apakah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai
atau belum dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Kepala sekolah juga melakukan koordinasi dengan semua guru yang melaksanakan
kegiatan pembelajaran kepada para siswa, seperti kepala sekolah menanyakan KBM
kepada guru yang akan melakukan kegiatan pembelajaran, hal tersebut senada dengan apa
yang disampaikan oleh salah satu responden ketika melakukan wawancara

20

Kepala sekolah sering melakukan supervisi dan pemantauan di dalam ruangan


kelas pada saat pelaksanaan pembelajaran dan menanyakan KBM kepada guru
yang akan melakukan kegiatan pembelajaran (G1/01/12/2014).
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan studi dokumen
mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMA Negeri 1
Bolo adalah dimana kepala sekolah melaksanakan pembagian tugas kepada guru sesuai
dengan kompetensi dan keahlian yang dimiliki oleh bapak dan ibu guru di SMA Negeri 1
Bolo Kabupaten Bima.
Pembagian tugas KBM dilakukan oleh kepala sekolah menjelang tahun ajaran baru
dan setiap awal semester sesuai dengan kalender pendidikan yang telah diterbitkan oleh
dinas pendidikan kabupaten bima yang kemudian di implementasikan kepala sekolah
selaku pemimpin sekolah.
Berdasarkan studi dokumen maka diperoleh data mengenai tugas KBM oleh kepala
sekolah dituangkan dalam bentuk surat keputusan meliputi, pembagian tugas mengajar,
pembagian tugas piket, pembagian tugas ruangan, pembagian wali kelas, penanggung
jawab program ekstrakurikuler, pembagian tugas pembina upacara bendera, yang semuanya
tersusun secara terstruktur didalam sebuah surat keputusan yang bersifat mengikat kepada
seluruh guru yang diberikan tanggung jawab tersebut.
Kepala sekolah memberikan kelengkapan KBM, kepada para guru seperti program
tahunan, program smester, hari efektif belajar, analisis mata pelajaran, silabus mata
pelajaran, dan jadwal pelajaran serta kalender pendidikan sebagai acuan bagi guru di SMA
Negeri 1 bolo untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang baik terhadap siswa.
Kepala sekolah dalam hal ini juga melakukan pembinaan terhadap guru-guru terkait
dengan peningkatan kualitas dan kompetensi guru seperti melalui kegiatan musyawarah
guru mata pelajaran (MGMP), pelatihan-pelatihan dan workshop yang diadakan sekolah
maupun instansi pemerintah khususnya dinas pendidikan serta lembaga-lembaga
pendidikan. Hal tersebut sesuai yang disampaikan oleh responden ketika peneliti
melakukan wawancara
Kepala sekolah menyarankan kepada guru untuk meningkatkan kualifikasi
akademik jangan disia-siakan kalau ada kesempatan mengikuti pelatihan dan
workshop (G1/01/12/2014).

21

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden menunjukkan hal yang sama


seperti apa yang peneliti dapatkan pada saat pelaksanaan studi dokumen. Hasil studi
dokumen mengenai pelaksanaan pembelajaran yang disusun oleh kepala sekolah SMA
Negeri 1 Bolo Kabupaten Bima tersebut antara lain: 1) kepala sekolah melakukan
pembagian tugas kepada guru sesuai kompetensi dan bidangnya masing-masing dan tugastugas yang lain yang berhubungan dengan kegiatan dan penunjang pembelajaran; 2) kepala
sekolah mewajibkan kepada guru untuk wajib membuat dan memiliki perangkat
pembelajaran; 3) kepala sekolah melakukan pembinaan dalam rangka untuk meningkatkan
kualitas dan kompetesni guru melalui kegiatan MGMP, pelatihan-pelatihan, workshop dan
seminar.
4.1.3. Evaluasi
Peneliti melakukan studi dokumen mengenai evaluasi pembelajaran yang dilakukan
kepala sekolah di SMA Negeri 1 Bolo. Kegiatan evaluasi pembelajaran di SMAN 1 Bolo
dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa selama melakukan
pembelajaran tiap semester. Evaluasi pembelajaran di SMA Negeri 1 Bolo dilakukan secara
rutin tiap awal pekan melalui kesempatan upacara pengibaran bendera setiap hari senin,
setiap menjelang mid semester dan menjelang ulangan semester, hal tersebut

juga

disampaikan oleh salah satu informan ketika peneliti melakukan wawancara


Evaluasi pembelajaran dilakukan secara rutin tiap awal pekan melalui kesempatan
upacara pengibaran bendera setiap hari senin, setiap menjelang mid semester dan
menjelang ulangan semester (KS/01/12/2014).
Kegiatan evaluasi hasil belajar dilakukan setiap ulangan mid dan ulangan
semester (G1/01/12/2014)
Kepala sekolah sebelum melakukan evaluasi terlebih dahulu membuat dan
menyiapkan instrument lembar kontrol. Kepala sekolah selanjutnya memanggil seluruh
wakasek untuk mengevaluasi pembelajaran dihari itu. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh salah satu responden ketika peneliti melakukan wawancara
Sebelum evaluasi pembelajaran kepala sekolah memanggil seluruh wakasek
untuk mengevaluasi pembelajaran dan terlebih dahulu menyiapkan instrument
lembar kontrol (WKSS/03/12/2014).

22

Kepala sekolah dalam hal mengevaluasi pembelajaran menunggu hasil evaluasi


yang dilakukan oleh wakasek kurikulum dan wakasek peningkatan dan rekayasa
pembelajaran, kemudian hasil evaluasi tersebut ditindak lanjut hasilnya, hal tersebut senada
dengan apa yang disampaikan oleh salah satu responden ketika peneliti melakukan
wawancara
Biasanya kepala sekolah mewakilkan saya sebagai waka kurikulum untuk
melakukan kegiatan evaluasi, dan kemudian hasil evaluasi tersebut ditindak
lanjuti(WKSK/29/11/2014).
Hasil evaluasi yang dilakukan guru di ruangan itu nantinya akan diserahkan ke
wakasek kurikulum dan akan ditindak lanjuti oleh kepala sekolah (G2/01/12/2014)
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari wawancara pertama terhadap beberapa
responden menunjukkan hal yang sama seperti apa yang didapatkan peneliti pada saat
pelaksanaan studi dokumen, dan hasil studi dokumen mengenai evaluasi pembelajaran
dengan menyiapkan instumen lembar kontrol yang dilakukan oleh kepala sekolah SMAN 1
Bolo Kabupaten Bima.
4.2.

Kendala yang dihadapi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran di


SMA Negeri 1 Bolo Kabupaten Bima
Berdasarkan hasil studi dokumentasi dan wawancara di lapangan menunjukan

bahwa kendala yang menjadi penghambat kepala sekolah dalam memimpin pembelajaran
adalah ketersedian sarana dan prasarana pembelajaran terutama ruangan kelas yang masih
terbatas, ketersediaan sarana-prasarana ruang serba guna dan ruang praktek komputer
belum ada, sarana transportasi siswa yang tidak stabil serta input pembelajaran siswa yang
secara kualitas masih tergolong rendah. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh
responden ketika peneliti melakukan wawancara
Kendala yang menghambat kepala sekolah dalam memimpin pembelajaran yaitu
ketersediaan sarana dan prasarana yang masih terbatas sehingga bagi menunjang
proses pembelajaran yang bermutu masih belum maksimal misalnya ruangan kelas
terbatas, ruangan serba guna dan ruangan praktek komputer belum ada
(G1/01/12/2014).

23

Waka kurikulum juga menambahkan kendala yang menghambat kepala sekolah


dalam pembelajaran yaitu :
Selain dari ruangan kelas yang masih terbatas, sarana transportasi siswa yang
tidak stabil sehingga banyak siswa yang sering terlambat datang sekolah juga yang
menjadi
kendala
kepala
sekolah
dalam
memimpin
pembelajaran,
(WKSK/29/11/2014).
Kendala lain yang menjadi penghambat kepala sekolah sebagai pemimpin
pembelajaran yaitu guru yang sering terlambat datang, sehingga proses KBM di sekolah
terbuang begitu saja akibatnya input pembelajaran siswa secara kualitas masih tergolong
rendah, seperti yang dikemukakan oleh informan waka kurikulum melalui wawancara
Satu hal lagi yang menjadi kendala kepala sekolah yakni guru yang sering
terlambat datang dan sarana transportasi siswa yang tidak stabil sehingga
mengakibatkan input pembelajaran siswa secara kualitas masih tergolong rendah
(WKSK/29/11/2014.
Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi di SMA Negeri 1 Bolo
Kabupaten Bima, maka dapat disimpulkan bahwa kendala kepala sekolah dalam memimpin
pembelajaran di SMA Negeri 1 Bolo Kabupaten Bima yaitu

(1) ketersediaan sarana

prasarana yang meliputi ruangan kelas yang terbatas, ruang serba guna dan ruang praktek
computer yang belum ada ; (2) guru masih banyak yang terlambat; (3) dan sarana
transportasi siswa yang tidak stabil; (4) serta input pembelajaran siswa yang secara kualitas
masih tergolong rendah.
4.3.

Upaya Yang Dilakukan Kepala Sekolah Untuk Mengatasi Kendala di SMA


Negeri 1 Bolo Kabupaten Bima
Upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk mengatasi kendala yang menghambat

proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Bolo Kabupaten Bima dapat peneliti sampaikan
sesuai dengan data dokumentasi bahwa kepala sekolah bersama pemerintah dan masyarakat
berusaha untuk menambah sarana prasarana pendukung kegiatan pembelajaran/pendidikan ,
mengakomodir seluruh komponen sekolah dalam upaya pengembangan kuantitas maupun
kualitas sekolah, mengembangkan kegiatan workshop, MGMP, PTK guru /

24

tenaga

pendidik dalam rangka meningkatkan mutu output yang kompetitif, serta senantiasa
mencari dan memanfaatkan informasi dan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dan
keberhasilan pendidikan terutama pemasangan jaringan internet pendidikan nasional
sebagai upaya andal untuk mengakses informasi mutakhir khususnya dalam dunia
pendidikan. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan responden ketika peneliti
melakukan wawancara
Kepala sekolah berupaya semaksimal mungkin untuk membangun ruang kelas
baru dan menyediakan fasilitas pendukung lainya (WKSS/ 03/12/2014).
Upaya kepala sekolah yaitu mengakomodir seluruh komponen sekolah dalam
upaya pengembangan kuantitas maupun kualitas sekolah, serta mengembangkan
kegiatan workshop, MGMP, PTK guru /
tenaga pendidik dalam rangka
meningkatkan mutu output yang kompetitif (G1/01/12/2014).
Berdasarkan hasil wawancara dan data dokumentasi, bahwa dalam upaya mengatasi
kendala tersebut kepala sekolah berusaha dan berupaya semaksimal mungkin untuk
membangun ruangan belajar yang rusak dan menyediakan fasilitas penunjang pembelajaran
bersama-sama dengan pemerintah dan masyarakat serta komponen sekolah agar kuantitas
dan kualitas sekolah dapat dikembangkan. Kepala sekolah juga mengembangkan kegiatan
workshop, MGMP, PTK untuk guru atau tenaga pendidik agar mutu output dapat
ditingkatkan.
5.

Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran kepala sekolah sebagai pemimpin

pembelajaran dimulai dari pertama, perencanaan yaitu bahwa kepala sekolah memiliki
perencanaan seperti visi sekolah, misi sekolah, tujuan dan sasaran sekolah, program jangka
panjang serta renstra yang dituangkan dalam rencana kerja kepala sekolah (RKKS) mulai
dari penyusunan program tahunan, penyusunan RPP,silabus, Alat evaluasi, memilih metode
pembelajaran dan menyusun konversi penilaian.
Kedua, pelaksanaan yang disusun oleh kepala sekolah SMA Negeri 1 Bolo
Kabupaten Bima tersebut antara lain: 1) kepala sekolah melakukan pembagian tugas
kepada guru sesuai kompetensi dan bidangnya masing-masing dan tugas-tugas yang lain
yang

berhubungan dengan kegiatan dan penunjang pembelajaran; 2) kepala sekolah

25

mewajibkan kepada guru untuk wajib membuat dan memiliki perangkat pembelajaran; 3)
kepala sekolah melakukan pembinaan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas dan
kompetesni guru melalui kegiatan MGMP, pelatihan-pelatihan, workshop dan seminar.
Ketiga, evaluasi pembelajaran antara lain dilakukan dengan cara supervisi yaitu
observasi ke kelas, pada saat upacara pengibaran bendera, setiap ulangan mid semester,
dan ulangan semester. Kegiatan evaluasi yang banyak berperan adalah waka kurikulum dan
waka peningkatan dan rekayasa pembelajaran dan kemudian hasil dari evaluasi akan
ditindak lanjut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Gurr & Drysdale (2008) pada
tahun 1960, para kepala sekolah meningkatkan mutu pembelajaran dengan melakukan
observasi ke kelas-kelas.
Penelitian ini senada dengan yang dilakukan oleh Usman H & Raharjo NE (2013)
melakukan penelitian berkaitan dengan strategi

kepemimpinan pembelajaran meliputi

empat kategori yaitu: keteladanan, pembelajaran di kelas dan luar kelas, kultur (budaya
sekolah dan penguatan. Namun dalam penelitian ini berbeda dengan apa yang telah
dilakukan peneliti tersebut, hal ini terlihat bahwa hasil penelitian ini mengungkap peran
kepala sekolah dalam perencanaan , pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
Kendala kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran di SMA Negeri 1 Bolo
Kabupaten Bima yaitu (1) ketersediaan sarana prasarana yang meliputi ruangan kelas yang
terbatas, ruang serba guna dan ruang praktek computer yang belum ada ; (2) guru masih
banyak yang terlambat; (3) dan sarana transportasi siswa yang tidak stabil; (4) serta input
pembelajaran siswa yang secara kualitas masih tergolong rendah.
Kepala sekolah dalam upaya mengatasi kendala tersebut kepala sekolah berusaha
dan berupaya semaksimal mungkin untuk membangun ruangan belajar yang rusak dan
menyediakan fasilitas penunjang pembelajaran bersama-sama dengan pemerintah dan
masyarakat serta komponen sekolah agar kuantitas dan kualitas sekolah dapat
dikembangkan. Kepala sekolah juga mengembangkan kegiatan workshop, MGMP, PTK
untuk guru atau tenaga pendidik agar mutu output dapat ditingkatkan. Kepala sekolah
dapat mengoptimalkan perannya sebagai pemimpin pembelajaran dengan melakukan
strategi-strategi sebagaimana disarankan McLaughin bahwa kepala sekolah harus

26

merancang visi dan misi yang jelas, mampu menciptakan iklim pembelajaran yang
kolaboratif dan fleksibel, menyajikan kurikulum yang mengedepankan ekspetasi yang
tinggi untuk semua murid, dan mengembangkan profesionalitas untuk membangun struktur
kerja sama, pemecahan masalah bersama, tukar keahlian, dan mengembangkan jaringan
sekolah ( McLaughin, 1995).
Penggunaan strategi-strategi sebagaimana disebutkan diatas harus didukung dengan
kekuatan penopang yang ada dalam diri kepala sekolah dengan sifat dan karakteristik yang
dimilikinya. Hal tersebut sebagaimana dikatakan Ong bahwa keberhasilan kepemimpinan
seseorang dapat berkaitan dengan kepribadian (Ong, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah dalam
menjalankan perannya sebagai pemimpin pembelajaran tidak terlepas dari bantuan
bawahannya yang dalam hal ini adalah wakasek maupun guru sebagai pelaksana
pembelajaran di kelas . Hal tersebut sesuai dengan dikatakan Septiana et al (2013) bahwa
Kepala Sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru.
Peran kepala sekolah sebagai pembelajaran di SMA Negeri 1 Bolo Kabupaten
Bima dapat dilihat dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukannya di
sekolah. Hasil paparan penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah sangat berperan
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi di SMA Negeri 1 Bolo Kabupaten Bima,
akan tetapi dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin pembelajaran kepala sekolah
menemui kendala yang dapat menghambat kepemimpinannya. Berbagai kendala tersebut
yaitu (1) ketersediaan sarana prasarana yang meliputi ruangan kelas yang terbatas, ruang
serba guna dan ruang praktek computer yang belum ada ; (2) guru masih banyak yang
terlambat; (3) dan sarana transportasi siswa yang tidak stabil; (4) serta input pembelajaran
siswa yang secara kualitas masih tergolong rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut
kepala sekolah berusaha untuk membangun ruangan belajar yang rusak dan menyediakan
fasilitas penunjang pembelajaran bersama-sama dengan pemerintah dan masyarakat serta
komponen sekolah agar kuantitas dan kualitas sekolah dapat dikembangkan. Kepala

27

sekolah juga mengembangkan kegiatan workshop, MGMP, PTK untuk guru atau tenaga
pendidik agar mutu output dapat ditingkatkan.
Beberapa penelitian yang lain telah dilakukan berkait dengan kepemimpinan
pembelajaran , dalam meningkatkan prestasi belajar (Andang, 2004), perencanaan kepala
sekolah tentang pembelajaran (Sabirin, 2012). Strategi kepemimpinan pembelajaran
menyongsong implementasi kurikulum 2013 (Usman H & Raharjo N.E, 2013).
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat diambil suatu
kesimpulan sebagai berikut:
1) Peran kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran di SMA Negeri 1 Bolo
Kabupaten Bima mulai dari pertama ,perencanaan yang dimiliki kepala sekolah yaitu
perencanaan seperti visi sekolah, misi sekolah, tujuan dan sasaran sekolah, program
jangka panjang serta renstra yang dituangkan dalam rencana kerja kepala sekolah
(RKKS) mulai dari penyusunan program tahunan, penyusunan RPP,silabus, Alat
evaluasi, memilih metode pembelajaran dan menyusun konversi penilaian. Kedua,
pelaksanaan yang disusun oleh kepala sekolah SMA Negeri 1 Bolo Kabupaten Bima
tersebut antara lain: 1) kepala sekolah melakukan pembagian tugas kepada guru sesuai
kompetensi dan bidangnya masing-masing dan tugas-tugas yang lain yang
berhubungan dengan kegiatan dan penunjang pembelajaran; 2) kepala sekolah
mewajibkan kepada guru untuk wajib membuat dan memiliki perangkat pembelajaran;
3) kepala sekolah melakukan pembinaan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas
dan kompetesni guru melalui kegiatan MGMP, pelatihan-pelatihan, workshop dan
seminar. Ketiga, evaluasi pembelajaran antara lain dilakukan dengan cara supervisi
yaitu observasi ke kelas, pada saat upacara pengibaran bendera, setiap ulangan mid
semester, dan ulangan semester. Kegiatan evaluasi yang banyak berperan adalah waka
kurikulum dan waka peningkatan dan rekayasa pembelajaran dan kemudian hasil dari
evaluasi akan ditindak lanjut.
2) Kendala yang dihadapi kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran di SMAN 1
Bolo Kabupaten Bima yaitu (1) ketersediaan sarana prasarana yang meliputi ruangan

28

kelas yang terbatas, ruang serba guna dan ruang praktek computer yang belum ada ; (2)
guru masih banyak yang terlambat; (3) dan sarana transportasi siswa yang tidak stabil;
(4) serta input pembelajaran siswa yang secara kualitas masih tergolong rendah.
3) Upaya yang dilakukan kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran di SMAN 1
Bolo Kabupaten Bima yaitu kepala sekolah berusaha dan berupaya semaksimal
mungkin untuk membangun ruangan belajar yang rusak dan menyediakan fasilitas
penunjang pembelajaran bersama-sama dengan pemerintah dan masyarakat serta
komponen sekolah agar kuantitas dan kualitas sekolah dapat dikembangkan. Kepala
sekolah juga mengembangkan kegiatan workshop, MGMP, PTK untuk guru atau tenaga
pendidik agar mutu output dapat ditingkatkan.
Rujukan
Arikunto. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, I.( 2011). Kepemimpinan Pembelajaran Inklusif. Malang. Bayumedia Publishing.
Bass, M. & Bass, R. (2008). The Bass Handbook of Leadership Theory, Research, &
Managerial Applications. Fourth Edition. New York: Free Press.
Bennett, N. & Anderson, L. (Eds). (2003). Re-thinking Educational Leadership. London:
Sage publications.
Bush, T. & Glover, D. (2003). School Leadership: Concept and Evidence. Nottingham:
National College for School Leadership.
Daryanto, M.. (2006). Administrasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto. (2011). Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta: Gava
Media.
Dharma, S. (2010). Tantangan Kepemimpinan Pendidikan Menghadapi Abad 21. Makalah pada TOT
Education for Sustainable Development Berbasis Pendidikan Karakter Bangsa. Grand Permata
Hotel Bandung 12-14 Oktober 2010.
Duignan, P. (2004). Forming capable leaders: from competence to capabilities. New Zealand Journal of
Educational Leadership, 19(2), 5-13.
Gorton, R., & Schneider, G. (1991). School-based Leadership: Challenges and
Opportunities (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.
Gurr et al. (2005). Succesful Principal Leadership: Australian Case Studies. Journal of Educational
Administration: The International Succesful School Prinsipalship Project. Vol 43 (6), 539-551.
Gurr, D., &Drysdale, L. (2008). Instructional Leadership in Three Australian Schools. Melbourne,
Australia: Centre for Organisational Learning and Leadership. The University of Melbourne.
Edginton, C.R., dan William, J.G. (1985).Productive Management of Leisure Service
Organizations; a Behavioral Approach. New York: Macmillan PublishingHouse.
Erik Lindberg dan Vladimir Vanyushyn. (2013). School-Based Management with or
without Instructional Leadership: Experience from Sweden. Journal of Education
and Learning; Vol. 2, No. 3 dan P. 39 50.
Fattah, N. (2004). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

29

Fattah. (2012). Perilaku Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Mewujudkan Madrasah


yang Bermutu. Tesis S2 Magister kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Tidak
Dipublikasikan. Universitas Muhamadiyah Malang
Hallinger, P. (2003). Leading Educational Change: Reflections on the Practice of
Instructional and Transformational Leadership. Cambridge Journal of
Education Vol. 33, No. 3, November, p. 35-70.
Hartini T. (2013). Peranan Kepala Sekolah, Guru, Guru Pembimbing dalam Implementasi
Kurikulum 2013 dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Proseding Seminar
Nasional (Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Semarang
Hoy, W.K. & Miskel, C.G. (2008). Administration Education Theory, Research, and
Practice. New York: Random House, Inc.
Kahar, A. I. (2008). Konsep Kepemimpinan dalam Perubahan Organisasi (Organizational
Change) pada Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jurnal Studi Perpustakaan dan
Informasi Vol.4, No.1. Hal 21-21.
Komariah & Triatna. (2006). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi
Aksara
Leithwood, K. et al. (2004). How Leadership influences Student Learning : Review of
Research. New York: The Wallace Foundation.
Lunenburg, F. & Irby. (2006). The Principalship: Vision to Action. USA: Wadsworth.
Mania S. (2011). Profesionalitas Kepala Sekolah: Analisis antara Idealita dan Realita.
Jurnal Lentera Pendidikan Vol.14 No.1 Juni 2011,hal 63
Mclaughin, (1995).Approach to school administration. John smithy and richard bates,
eds, educational leadership in schools. Raeder 1. Geelong, australia: deakin
publication.
Moleong . (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muflihin H. (2008). Kepemimpinan Pendidikan: Tinjauan Terhadap Teori Sifat dan Tingkah
Laku. INSANIA Vol. 13|No. 1 ,Hal 67-86
Muliati.( 2013). Kepemimpinan Pembelajaran yang Efektif bagi Kepala Sekolah. Melalui
http://www.lpmpsulsel.net/v2/attachments/201_Kepemimpinan%20Pembelajaran
%20yang%20efektif.pdf.[10/12/13]
Mulyasa. (2011). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Ramaja Rosdakarya.
Mulyono.(2008). Manajenen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Malang: Ar-Ruz
Media
Murphy, J. (1990). Principal Instructional Leadership, dalam Advances in Educational
Administration: Changing Perspectives on the School, 1, 163-200.
Nuchiyah, N. (2007). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap
Prestasi Belajar Siswa. JURNAL, Pendidikan Dasar Volume : V - Nomor : 7 Hal 2
OECD. (2009). Improving Educational Leadership. Tool Kit.
Ong, S.P dan Law, C.L. 2009. Mathematical modelling of thin layer drying of snakefruit.
Journal of Applied Sciences (9) : 3048-3054.

30

Pratiwi et al. (2014). Kepemimpinan Pembelajaran Program Studi Bahasa Inggris di


Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Jurnal Pendidikan, Volume 23,
Nomor 1, Maret 2014, Hal 49-50.
Plunkett, W.R., dan Attner, R.F.(1986) .Introduction to Management , Boston, Massa-chusetts:
Kent Publishing Company.
Raihani. (2011). Kepemipinan Kepala Sekolah Transformatif. Yogyakarta: LKIS Group
Robbins, Stephen P.(2003). Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi, edisi
kedelapan, Jilid 2, Jakarta: PT. Prenhallindo.
Sabirin. (2012). Perencanaan Kepala Sekolah Tentang Pembelajaran. Jurnal tabularasa pps
unimed vol. 9 no.1, hal 112-113
Septiana et al.( 2013). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Guru Smp Negeri Wonosari. Jurnal Pendidikan UNS, Vol 2 No 1
Hal 107 s/d 118.
Soutworth, G. (2002). Instructional Leadership in Schools: Reflection and Empirical
Evidence.School Leadership and Management. 22 (1): 73-91.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suhardiman, B. (2012). Studi Pengembangan Kepala Sekolah: Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sulistiya M. (2013). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang Vol 1 No 2, 108
Sumartini. (2013). Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Fungsi Manajerial Kepala Sekolah
Dalam Bidang Kurikulum di SD Negeri Kecatmatan Barangin Kota Sawahlunto.
Jurnal Administrasi Pendidikan Volume 1 Nomor 1 hal 260-461.
Triyanto et al. (2013). Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pemanfaatan Media
Pembelajaran Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran. Jurnal
Teknologi Pendidikan Vol 1, No 2, (hal 226-236) .
Usman H dan Raharjo, N E. (2013). Strategi kepemimpinan pembelajaran Menyongsong
implementasi kurikulum 2013. Cakrawala Pendidikan Februari 2013, Th. XXXII,
No. 1 (hal 1-13).
Wahjosumidjo.(2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Grafindo Persada
Watkin, Petters. (2002). A Critical Review of Leadership Concepts and Research: The
Implication For Educational Adminitration. Geelong: Deakin University Press.
Wijaya, M. (2005). Kepemimpinan Transformasional di Sekolah Dalam Meningkatkan
Outcomes Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Penabur Desember 2005 Vol
IV,No.05. Hal 118-127.
Willison, R. (2008). What Make an Instructional Leader. Phi Delta Kappan, November
2010 Vol. 92 Nomor 3. Page 66-69.
Yusnidar. (2014). Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru
Pada Man Model Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Didaktika Vol XIV,No 2. Hal 320349).
Ditjen PMPTK. (2011). Kepemimpinan Pembelajaran, Materi pelatihan dan Penguatan Kemampuan
Kepala Sekolah. Jakarta: PMPTK
31

[Permendiknas] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Menteri


Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Kepala
Sekolah. Jakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai