Laporan Kasus
Family Folder
Hipertensi
Pembimbing:
Dr.dr.A.Aris Susanto, MS,SpOk
Disusun oleh
Helda
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak tidak hanya oleh orang
perorang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota
masyarakat. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang harus
dilaksanakan, yang satu diantaranya adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Upaya
penyelenggaraan pelayanan kesehatan diharapkan memenuhi faktor 3A 2C I dan Q, yaitu
available, accesible, affordable, continue, comprehensive, integreted dan quality. Secara
umum pelayanan kesehatan dibagi 2 yaitu pelayanan kesehatan personal atau pelayanan
kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kedokteran keluarga adalah
termasuk dalam pelayanan kedokteran dimana pelayanan dokter keluarga ini memiliki
karakteristik tertentu dengan sasaran utamanya adalah keluarga. Kesehatan merupakan hasil
interaksi berbagai faktor. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peran
mempengaruhi kesehatan serta berkaitan erat dengan host (pejamu) dan agent (penyebab
penularan).1
Di Indonesia, hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh
dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya yang
tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Hal tersebut berkaitan dengan gejala
yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner
untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung.
Morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler meningkat meningkat sejalan dengan
meningkatnya tekanan darah sistolik dan diastolik tetapi pada individu yang berusia lebih dai
50 tahun tekanan darah sistolik merupakan prediktor komplikasi yang lebih baik. Pada
Penelitian oleh 18.700 dokter, peningkatan tekanan darah sistolik perbatasan (140 159
mmHg) berhubungan dengan peningkatan kejadian stroke sebanyak 42% dan kematian
kardiovaskuler 56%.
Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya
4% yang merupakan hipetensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa 50%
diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk
menjadi hipertensi berat karna tidak menghindari dan tidak mengetahui factor resikonya dan
90%merupakan hipertensi esensial. Saat ini penyakit degerenatifdan kardiovaskuler sudah
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
Hipertensi sebagai besar di sebabkan oleh gaya hidup manusia yang banyak dimaju
oleh kemudahan-kemudahan. Kemudahan yang di maksud meliputi kemudahan akibat
kemajuan teknologi dan gaya hidup, seperti ; fastfood yang banyak di gemari yang pada
akhirnya menyebabkan
seluru otot-otot tubuh termasuk otot-otot pembuluh darah akan berkembang dengan baik
sehingga mampu memperlancar aliran darah dalam tubuh manusia.
Masyarakat
yang
berpendidikan
yang
cukup
pengetahuan
tentang
nilai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg (Wilson LM, 1995). Tekanan darah diukur dengan
spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi
lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang
paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau minum kopi.
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial.
Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan
hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Menurut The Seventh
Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment
of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi
menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (Yogiantoro M,
2006). 2
2.2. Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang
berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk
pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama
dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di
dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi
kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus
hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun
2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada
angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawati et al,
2007). Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan
kesehatan.Baik
dari
segi
case
finding
maupun
penatalaksanaan
pengobatannya.Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak
mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%, tetapi angka
prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim
Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di
Talang Sumatera Barat 17,8% (Wade, 2003).
2.3. Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.Hipertensi
primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus.Hipertensi ini disebabkan berbagai
faktor yang saling berkaitan.Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang
diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan
vaskuler dan lain-lain.Adapun penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna
adalah hipertensi yang tidak terobati.Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan
keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin,
dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi
(Yogiantoro M, 2006).
2.4. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
Klasifikasi
Tekanan
Tekanan
Tekanan Darah
Darah
Darah
Sistolik
Diastolik
Normal
(mmHg)
< 120
dan
(mmHg)
< 80
Prahipertensi
120-139
atau
80-89
Hipertensi
140-159
atau
90-99
160
atau
100
derajat 1
Hipertensi
derajat 2
Masih ada beberapa klasifikasi dan pedoman penanganan hipertensi lain dari WHO
dan ISH, dari ESH, BSH, serta CHEP, tetapi umumnya digunakan JNC 7. 2,3
Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi sistolik dan
hipertensi diastolik. Pertama yaitu hipertensi sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat
sehingga dapat meningkatkan angka sistolik. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya
tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum
dalam arteri pada suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai
tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit
secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya
dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan
dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi diantara dua denyutan.
Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu sekunder dan
primer. Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab spesifiknya dapat diketahui.
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi Benigna
dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah keadaan hipertensi yang tidak
menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat penderita dicek up. Hipertensi
Maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan keadaan
kegawatan yang merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal. 3,4
2.5. Faktor resiko
1. Faktor keturunan
Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi di dalam
keluarga. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu
telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa
faktor genetik mempunyai peran memicu hipertensi. Peranan faktor genetik juga
pernah dilaporkan pada penelitian yang dilakukan Williams et al. Pada penelitian
tersebut dijelaskan bahwa interaksi antara faktor predisposisi berupa genetik dan
faktor lingkungan adalah penyebab timbulnya hipertensi. Seseorang dengan riwayat
keluarga hipertensi memiliki kemungkinan 3,8 kali lebih besar terkena hipertensi
daripada seseorang tanpa riwayat keluarga hipertensi pada umur di bawah 55 tahun.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mendapat perhatian paling besar adalah asupan
garam. Asupan garam yang tinggi adalah asupan garam yang melebihi asupan
maksimal yang dianjurkan. Asupan garam yang dianjurkan adalah kurang dari 100
mmol atau 2,4 gram Na atau NaCl sebanyak 6 gram per hari. Asupan garam yang
tinggi dapat meningkatkan tekanan darah arterial karena kadar natrium dalam darah
yang tinggi dapat meningkatkan volume darah. Hal ini disebabkan oleh sifat Na yang
menyerap air sehingga tekanan darah dan denyut jantung meningkat.
Faktor
lingkungan seperti stres, kegemukan (obesitas) dan kurang olahraga juga berpengaruh
memicu hipertensi esensial. Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi
melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi.
3. Kegemukan
Kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi. Walaupun belum
dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan
membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita
obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.
4. Merokok
Telah diketahui bahwa rokok mengandung zat karsinogenik yang berbahaya
bagi tubuh manusia. Resiko merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap
tiap hari bukan pada lama merokok. Penyebabnya diduga nikotin yang terkandung
dalam rokok. Nikotin berpengaruh pada pelepasan katekolamin oleh system saraf
otonom. Katekolamin inilah yang dapat mengakibatkan peningkatan frekuensi denyut
jantung serta gangguan irama jantung
5. Alkohol
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara alkohol dan
timbulnya hipertensi. Peminum alkohol berat akan cenderung hipertensi meskipun
mekanismenya belum diketahui secara pasti.
6. Usia
2.6. Patofisiologi
Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.1,2
Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (diabetes,
GGK)<130/80 mmHg.
Terapi nonfarmakologis :
Hentikan merokok
Latihan fisik
Jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC
7:
Beta blocker
Propanolol
adalah
blocker
non
kardioselektif
memiliki
aktivitas
stabilisasi
ACE inhibitor
Captopril
adalah angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor yang mengandung
sulfyhydryl. ACE mengakatalisa konversi decapeptide angiotensin I menjadi
ARB
Losartan
adalah antagonis reseptor angiotensin II. Losartan menunjukkan aktivitas
antihipertensi termasuk melalui pemblokan secara selektif reseptor AT1 yang
berakibat pada pengurangan efek pressor (kecendrungan peningkatan tekanan darah)
dari angiotensin II. Pemblokan reseptor AT1 secara langsung menyebabkan
vasodilatasi, penurunan sekresi vasopresin, penurunan produksi dan sekresi
aldoseterone yang secara bersama menghasilkan efek penurunan tekanan darah.
Dosis: 1x50mg/hari.
Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam
pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa faktor,
yaitu :
Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk penyakit
lain.
Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam menurukan
risiko kardiovaskular.
Gagal jantung
Diabetes
Populasi minoritas.
Hipotensi postural
Demensia
tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dilanjutkan untuk
menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi
24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai dengan kombinasi atau satu
jenis obat antihipertensi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi.
Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan
darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat
tersebut, atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya
bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian
besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah,
tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan
pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditolenransi pasien adalah :2
CCB dan BB
AB dan BB
TDD*
Anjuran
Ya
Hipertensi
Hipertensi 140-159 90-99
Ya
Stage 1
Dengan Indikasi
Indikasi
Tidak Perlu
menggunakan obat
spesifik dengan
antihipertensi
Untuk semua kasus
indikasi (resiko).
Gunakan obat yang
indikasi
>100
Ya
Stage 2
kombinasikan
antihipertensi
Gunakan kombinasi 2 (diretik, ACEi, ARB,
obat (biasanya diuretik BB, CCB) seperti
jenis thiazide dan
yang dibutuhkan
ACEi/ARB/BB/CCB
Keterangan:
TDS, Tekanan Darah Sistolik; TDD, Tekanan Darah Diastolik
Kepanjangan Obat: ACEi, Angiotensin Converting Enzim Inhibitor; ARB, Angiotensin
Reseptor Bloker; BB, Beta Bloker; CCB, Calcium Chanel Bloker
* Pengobatan berdasarkan pada kategori hipertensi
Penggunaan obat kombinasi sebagai terapi awal harus digunakan secara hati-hati oleh
karena hipotensi ortostatik.
Penanganan pasien hipertensi dengan gagal ginjal atau diabetes harus mencapai nilai target
tekanan darah sebesar <130/80 mmHg.
Ginjal
Insufisiensi ginjal
OTAK
Jantung :
HIPERTENSI
Hipertrofi ventrikel kiri
TIA
MATA
Retinopati
Infark miokard
Penyakit jantung kongestif
Aritmia
Stroke
Pembuluh Darah :
Arteriosklerosis
Gagal Jantung
Pada penderita Hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan
menyesuaikan sehingga terjadi pembesaran jantung dan semakin lama otot jantung akan
mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi.
Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa dan menampung darah dari paru
sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan
sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut Gagal Jantung.
Pada kondisi seperti itu, otot bilik jantung akan melepaskan senyawa peptida yang
disebut BNP (B type Natriuretic Peptide) sebagai respon dekompensasi jantung. Dengan
demikian, pemeriksaan BNP dapat digunakan untuk deteksi dini terjadinya Gagal Jantung.
Komplikasi pada ginjal
Hipertensi
dapat
menyebabkan
pembuluh
darah
pada
ginjal
mengkerut
(vasokonstriksi) sehingga aliran nutrisi ke ginjal terganggu dan mengakibatkan kerusakan selsel ginjal yang pada akhirnya terjadi gangguan fungsi ginjal.
Apabila tidak segera diatasi dapat menyebabkan Gagal Ginjal Kronik atau bahkan
Gagal Ginjal Terminal yang hanya dapat ditangani dengan cuci darah (hemodialisis) atau
cangkok ginjal.
Pemeriksaan laboratorium yang penting untuk deteksi gangguan fungsi ginjal adalah :
Urine rutin, untuk deteksi gangguan pada ginjal dan saluran kencing
2.9. Pencegahan
Berbagai cara yang terbukti mampu untuk mencegah terjadinya hipertensi, yaitu
pengendalian berat badan, pengurangan asupan natrium kloride, aktifitas alcohol,
pengendalian stress, suplementasi fish oil dan serat The 5-yearprimary prevention of
hypertension meneliti berbagai faktor intervensi terdiri dari pengurangan kalori, asupan
natrium kloride dan alcohol serta peningkatan aktifitas fisik.1,2
BAB III
HASIL
Puskesmas
: Medangasem
I.
Identitas pasien :
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
Telepon
II.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
: Ny. D
: 67 tahun
: Perempuan
: Ibu rumah tangga
: Tidak sekolah
: Dusun Peundeuy RT/RW 019/007 Kecamatan Jayakerta, Kab. Karawang
:-
digerakkan.
: Tidak diketahui
: Hipertensi
: Tidak ada
: Kurang teratur, os mengatakan sehari makan 2x sehari
: 7 jam/hari
: 4 orang anak
III.
a.
Psikologis keluarga
Kebiasaan buruk
b.
c.
d.
e.
IV.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Ventilasi
Dapur
Jamban keluarga
Sumber air minum
Sumber pencemaran air
Pemanfaatan pekarangan
Sistem pembuangan air limbah
Tempat pembuangan sampah
Sanitasi lingkungan
: Kurang
: Ada
: Tidak Ada
: Air Sumur
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Ada
: Kurang
V.
a.
b.
Spiritual keluarga
Ketaatan beribadah
Keyakinan tentang kesehatan
VI.
a.
b.
c.
d.
e.
VII.
a.
b.
Kultural keluarga
Adat yang berpengaruh
Lain-lain
: Baik
: Baik
: Tidak ada
: Tidak ada
Keterangan
1. Suami os
2. Os
IX.
Keluhan utama
:
Nyeri kepala sejak 5 hari yang lalu.
X.
Keluhan tambahan :
Os mengatakan sering nyeri pada lengan kiri sejak satu tahun yang lalu. Os
mengatakan riwayat jatuh di sumur setahun yang lalu dan tidak mendapat pengobatan
secara medik tetapi dibawa ke tukang urut untuk melakukan pengobatan.
XI.
XII.
:
: Tampak sakit ringan
: Compos mentis
Ekstremitas Atas kanan-kiri : tidak tampak deformitas pada kedua lengan, tidak
tampak penonjolan tulang. Nyeri tekan positif, tidak terdapat krepitasi, tidak teraba
massa/benjolan. ROM dalam batas normal.
Evaluasi pasien hipertensi juga dilakukan untuk menentukan adanya penyakit penyerta
sistemik, yaitu: 1
ekokardiografi.
Otak. Pemeriksaan neurologis, CT scan dan MRI.
Mata. Funduskopi.
Ginjal. Pemeriksaan fungsi ginjal.
Hipertensi grade II
Diagnosis keluarga :
Tidak ada
:1
olahraga ringan dan mengurangi aktivitas yang berat dan menyita banyak
pikiran.
b. Preventif :
I.
Menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan diet rendah
garam, olahraga yang rutin, dan hindari faktor risiko: stress.
II.
c.
Kuratif
I.
II.
XVII. Prognosis
Penyakit
Keluarga
Masyarakat
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
XVIII. Resume
:
Telah diperiksa seorang pasien perempuan bernama Ny. D berusia 67 tahun dengan
keluhan utama os merasa pusing sejak 5 hari terakhir. Keluhan lain yang OS rasakan
adalah nyeri pada lengan kiri yang dirasakan hilang timbul.
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah
Ekstremitas atas
: 150/100 mmHg
: Tidak tampak deformitas pada kedua lengan, tidak tampak
penonjolan tulang. Nyeri tekan positif, tidak terdapat krepitasi,
tidak teraba massa/benjolan. ROM dalam batas normal tidak
tampak deformitas pada kedua lengan, tidak tampak penonjolan
tulang. Nyeri tekan positif, tidak terdapat krepitasi, tidak teraba
massa/benjolan. ROM dalam batas normal
Diagnosis
: Hipertensi grade I
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's
Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div., 2005.
2. Yogiantoro M. Hipertensi. Dalam: W Sudoyo, Aru.dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid II edisi V. Jakarta: FKUI. 2009.h.1079-86.
3. Laksmi, Purwita. Hipertensi. Dalam: Editor: Setiati,Titi.dkk. Lima Puluh Masalah
Kesehatan
di
Bidang
Ilmu
Penyakit
Dalam.
Buku
Kedua.
Jakarta:
InternaPublishing.2011.h.49-54
4. Mohlan H. Delf, Robert T, Manning; alih bahasa, Moelia Radja Siregar; editor, Adji
Dharma. Major diagnosis fisik. Ed. 9. Jakarta : EGC; 2006.
5. Suhardjono. Hipertensi Pada Usia Lanjut. Dalam: W Sudoyo, Aru.dkk. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I edisi V. Jakarta: FKUI. 2009.h.899-902.
6. Patrick Davey; alih bahasa, Annisa Rahmalia, Cut Novianty; editor, Amalia Safitri. At
a glance medicine. Jakarta : Erlangga; 2005.
Lampiran