RHABDOMYOSARCOMA
Oleh :
Romeo R.J Wamafma
0070840051
Pembimbing
dr. Putwo A Suarta Sp.OG (K)
KEPANITERAAN KLINIK
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2016
DAFTAR ISI
Judul......................................................................................................................1
Daftar Isi................................................................................................................3
Bab I......................................................................................................................4
Bab II.....................................................................................................................5
Bab III..................................................................................................................21
Daftar Pustaka......................................................................................................22
BAB I
I. Latar Belakang
Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru. Neoplasma,
adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak
terkoordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian
walaupun rangsangan yang memicu perubahan itu telah berhenti. Dalam istilah
kedokteran, neoplasma dikenal sebagai tumor dan dikatakan jinak (benigna)
apabila gambaran mikros dan makrosnya mengisyaratkan bahwa tumor
tersebut akan tetap terlokalisasi, tidak dapat menyebar ke tempat lain, dan pada
umumnya dapat dikeluarkan dengan tindakan bedah lokal dan pasien umumnya
selamat. Tumor ganas (maligna) secara kolektif disebut kanker. Ganas, bila
diterapkan pada neoplasma, menunjukkan bahwa lesi dapat menyerbu dan
merusak struktur di dekatnya dan menyebar ke tempat yang jauh (metastasis)
serta menyebabkan kematian (Cotran, Kumar dan Robbins, 2007).
Rhabdomiosarkoma adalah adalah kanker jaringan lunak dengan
derajat keganasan tinggi dan timbul dari sel-sel mesenkimal primitif yang akan
menjadi otot lurik ( Wang, 2008 ). Tumor ini berkembang di bagian manapun
dari tubuh. Daerah yang sering ditemukan adalah kepala, leher, saluran
urogenital, testis, rahim atau vagina, lengan atau kaki. Kadang-kadang tumor
juga ditemukan dalam otot atau anggota badan, di dada atau di dinding perut.
Jika tumor di kepala atau leher, kadang-kadang dapat menyebar ke otak atau
cairan sekitar saraf tulang belakang (Lubis, 2005).
Kanker ini paling sering ditemukan pada anak anak. Sebagian besar
terjadi pada anak usia 1-5 tahun (Ulutin, 2008). Rhabdomiosarkomadan lebih
sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dengan
perbandingan 2:1 (Edhy, 2011). Di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 250
kasus baru ditemukan pertahun. Rhabdomiosarkomamenempati urutan ketiga
tersering pada anak setelah tumor Wilms dan Neuroblastoma (Stuart, 2004).
Rhabdomiosarkoma embryonal adalah tipe yang paling banyak ditemukan dan
mencapai 70- 80% kasus. Rhabdomiosarkoma alveolar lebih banyak terjadi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Rabdomiosarkoma adalah jenis sarkoma (tumor jaringan lunak) dan
sarkoma ini berasal dari otot skeletal. Rabdomiosarkoma juga bisa menyerang
jaringan otot, sepanjang intestinal atau dimana saja termasuk leher. Umumnya
terjadi pada anak-anak usia 1-5 tahun dan bisa ditemukan pada usia 15-19
tahun walaupun insidennya sangat jarang. Rabdomiosarkoma relatif jarang
terjadi. Dua bentuk yang sering terjadi adalah embrional rabdomiosarkoma dan
alveolar rabdomiosarkoma.
2. Etiologi
Hingga saat ini penyebab Rhabdomiosarkoma belum diketahui
secara pasti. Faktor genetik dan lingkungan diduga sebagai penyebab
timbulnya penyakit ini. Tumor ini merupakan tumor langka dan hanya terjadi
pada beberapa pasien. Walaupun sebagian besar rhabdomiosarkoma terjadi
secara
sporadik,
namun
demikian
10-33%
rhabdomiosarkoma
dapat
kanker
familial
seperti
Sindrom
Li-Fraumeni,
Blastomapleuropulmonary, Neurofibromatosistipe 1, Sindrom BeckwithWiedemann, Sindrom Costello, Sindrom Noonan ( McDowell, 2003).
Anggota keluarga dengan sindroma Li-Fraumeni lebih sering
berkembang menjadi penyakit rhabdomiosarkoma, leukemia, kanker payudara,
dan beberapa kanker lainnya seperti karsinoma adrenokortikal. Sindrom
LiFraumeni berhubungan dengan mutasi germline dari gen p53.
belajar, pectusexcavatum,
gangguan
pembekuan
darah,
dan
yaitu Adenin, Guanin, Tiamin, Sitosin. Urutan susunan tiga dari 4 nukleotida
ini menentukan cara kerja dan funsi gen. 10Dasar perubahan kearah keganasan
terletak pada mutasi. Mutasi sering disebut defek pada struktur DNA di dalam
suatu gen (Davicioni, 2009).
Pada rhabdomiosarkoma alveolar terjadi translokasi antara lengan
panjang khromosom 2 dengan lengan panjang kromosom 13 tepatnya pada
t(2;13)(q35;q14).7,10 Translokasi ini melibatkan gen PAX3 atau gen PAX7
yang terletak pada khromosom 1p36 yang dipercaya mengatur transkripsi
selama perkembangan dari neuromuskular dan gen FKHR atau yang dikenal
dengan gen FOXO1a yaitu gen transkripsi (Wiliamson, 2010).
3. Manifestasi Klinis
Menurut American Cancer Society (2014), manifestasi klinis
rhadomyosarcoma dapat ditemukan di berbagai bagian tubuh. Gejala yang
dirasakan tergantung pada lokasi tumor, besar tumor dan persebarannya ke
bagian tubuh yang lain.
Tumor pada leher, dada, punggung dan lengan dan selakangan (termasuk
pada bagian testis) dapat menimbulkan gejala pertama berupa benjolan
atau pembengkakan. Seringkali gejala disertai dengan rasa nyeri,
nyeri atau mungkin tidak nyeri. Gejala disebabkan oleh penggeseran atau
obstruksi struktur normal. Tumor yang berasal dari nasofaring dapat disertai
kongesti hidung, bernafas dengan mulut, epistaksis dan kesulitan menelan dan
mengunyah. Perluasan luas ke dalam kranium dapat menyebabkan paralisis
saraf kranial, buta dan tanda peningkatan tekanan intrakranial dengan sakit
kepala dan muntah. Bila tumor timbul di muka atau di leher dapat timbul
pembengkakan yang progresif dengan gejala neurologis setelah perluasan
regional. Tumor primer di orbita biasanya didiagnosis pada awal perjalanan
karena disertai proptosis, edem periorbital, ptosis, perubahan ketajaman
penglihatan dan nyeri lokal. Bila tumor ini timbul di telinga tengah, gejala awal
paling sering adalah nyeri, kehilangan pendengaran, otore kronis atau massa di
telinga, perluasan tumor menimbulkan paralisis saraf kranial dan tanda dari
massa intrakranial pada sisi yang terkena. Croupy cough yang tidak mau reda
dan stridor progresif dapat menyertai rabdomiosarkoma laring (Christ, 2004).
Rabdomiosarkoma pada tubuh atau anggota gerak pertama-tama
sering diketahui setelah trauma dan mungkin mula-mula dianggap sebagai
hematom. Bila pembengkakan itu tidak mereda atau malah bertambah,
keganasan harus dicurigai Keterlibatan saluran urogenital dapat menyebabkan
hematuria, obstruksi saluran kencing bawah, infeksi saluran kencing berulang,
inkontinensia atau suatu massa yang terdeteksi pada pemeriksaan perut atau
rektum. Rabdomiosarkoma pada vagina dapat muncul sebagai tumor seperti
buah anggur yang keluar lewat lubang vagina (sarkoma boitriodes) dan dapat
menyebabkan gejala saluran kencing dan usus besar. Perdarahan vagina atau
obstruksi uretra atau rektum dapat terjadi (Christ, 2004).
4. Biomolekuler
Penentuan histiotipe spesifik perlu untuk terapi dan prognosis. Ada
empat tipe subhistologi yang telah diketahui. Tipe embrional menyebabkan
sekitar 60% dari semua kasus dan mempunyai prognosis sedang. Tipe botrioid,
merupakan suatu varian bentuk embrional dimana sel tumor dan stroma yang
membengkak menonjol ke dalam rongga badan seperti sekelompok buah
anggur, menyebabkan 6% kasus dan paling sering tampak di vagina, uterus,
kandung kemih, nasofaring dan telinga tengah. Tumor alveolar yang
menyebabkan kira-kira 15% kasus, ditandai dengan translokasi kromosom
t(2;13). Sel tumor cenderung tumbuh dalam inti (core) yang sering mempunyai
ruang mirip celah yang menyerupai alveoli. Tumor alveolar paling sering
terjadi pada tubuh dan anggota gerak dan mempunyai prognosis yang paling
buruk. Tipe pleomorfik (bentuk dewasa) jarang pada anak-anak (1% kasus).
Kira-kira
20%
penderita
diperkirakan
mempunyai
sarkoma
tidak
pemeriksaan
histologik
maka
dapat
ditentukan
derajat
keganasannya (grading) :
G1 : well differentiated (baik)
G2 : moderately differentiated (sedang)
G3 : poorly differentiated (buruk)
Menurut Duan, et al., (2012) Rhabdomyosarcoma dibagi menjadi 5
kategori histologi: embrional, alveolar, botyroid, spindle cell embrional dan
anaplastik.
10
memiliki
karakteristik
molekuler
yang
berbeda
dengan
11
Subtipe ini biasanya terjadi di region paratesticular dan jarang sekali pada
anaplastik,
sebelumnya
disebut
pleomorphic
12
sel otot embrional yang membentuk agregat mioblast dan jaringan mesodermal
miksoid. Pada pola alveolar, rhabdomiosarkoma ditunjang dengan septum
fibrosa yang menjadikannya mirip dengan rongga alveolus di paru. Varian
pleimorfik berisi sel ganas yang sangat pleimorfik, termasuk sel raksasa yang
aneh.
Ciri khas dari neoplasma ini adalah adanya sel spindle, yaitu sel yang
mirip seperti sel otot polos dengan nukleus bulat tumpul. Adanya sel-sel yang
membesar dan atipikal dengan inti sel hiperkromatik menunjukkan bahwa selsel tersebut mengalami anaplasi. Anaplasi bisa terjadi lokal maupun difus.
Diagnosis rhabdomiosarkoma didasarkan pada pembuktian dengan adanya
diferensiasi otot rangka, baik dalam bentuk sarkomer di bawah mikroskop
elektron atau adanya antigen terkait otot dalam preparat imunohistokimia
(Fletcher et al., 2006 ; Kumar et al., 2007).
13
Group I
Group II
Group IV
T1
Terlokalisasi
N0
M0
Stage II
T2
N0
M0
Stage III
berdekatan
T1/ T2
Melibatkan
N1
regional
limfonodus
M0
Stage IV
T1/T2
Metastasis
N0/N1
M1
14
15
5) Pemeriksaan sitogenetik
Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode fluorescent in situ
hybdridization (FISH). Dengan FISH, pemeriksa bisa menilai ada
tidaknya translokasi yang berhubungan dengan diagnosis tipe alveolar.
6) RT PCR
16
17
radioterapi pada daerah perut, pasien dapat merasakan mual, muntah, dan
diare. Sindrom nervus cranialis dapat timbul ketika terjadi metastasis pada
tulang dasar tengkorak sehingga dapat mengakibatkan keluhan nyeri pada
bagian wajah, kelemahan, kehilangan rangsang sensorik, perubahan suara,
dan dysphagia. Metastasis ke tulang tengkorak dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan intracranial, epilepsi, dan hemiparesis. Hal ini dapat
diterapi dengan radioterapi pada tulang tengkorak dan penambahan
dexametason.
8. Rehabilitasi Medis
Tindakan operasi yang digabungkan dengan radioterapi merupakan
terapi pilihan pada pasien dengan rhabdomiosarcoma. Namun, pasien yang
menjalani
radioterapi
terkadang
mengeluhkan
kekakuan
sendi
dan
pasien
dengan
rhabdomiosarcoma
18
DAFTAR PUSTAKA
19
of
rhabdomyosarcomagenotypic
and
phenotypic
20
Canver
Institute.
2009.
Childhood
Rhabdomyosarcoma
Treatment.http://www.meb.unibonn.de/cancer.gov/CDR00000
62792.html. Diakses 17 Mei 2015
16. Rankin J, Robb K, Murtagh N, Cooper J, Lewis S. 2008. Rehabilitation in
cancer care. United Kingdom: Wiley-Black Well, pp: 171-179
17. Reksoprodjo S et al. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa
Aksara, 1995. 402-405.
18. Robbins, Cotran, Kumar. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC, 1999.761762.
21
22