Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Luka bakar atau combustio merupakan cedera yang cukup sering dihadapi
para dokter. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.
Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat keadaan sebagai berikut :
a. terdapat kuman dengan patogenitas tinggi, b. terdapat banyak jaringan mati, c.
mengeluarkan banyak air, serum dan darah, d. terbuka untuk waktu yang lama
(mudah terinfeksi dan terkena trauma), e. memerlukan jaringan untuk menutup.
Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif
dibandingkan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial.
Di Indonesia, luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan
dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga
terlatih dan terampil. Oleh karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat dikelola
oleh suatu tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik,
bedah thoraks, bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi,
rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi.

1. 2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami tentang luka bakar termal.
1.2.2 Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami, dan mampu menjelaskan
juga tentang etiologi, patogenesis, gambaran klinis, pemeriksaan penunjang,

10

diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis dari luka bakar termal serta untuk
memenuhi tugas akhir Skills Lab semester VI.

1. 3 Manfaat
1.3.1 Penulis
Menambah pengetahuan tentang luka bakar termal dan melakukan
penatalaksanaannya yang baik untuk menghidari komplikasi dari luka bakar termal.
1.3.2 Kampus
a. Menjadi masukan bagi mahasiswa dan klinisi khususnya dokter spesialis Bedah
dalam pengelolaan pasien dengan luka bakar termal.
b. Menjadi referensi tambahan dalam perkuliahan.

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Histologi Kulit
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan
dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh
kulit beratnya sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,73,6 kg dan
luasnya sekitar 1,51,9m2. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5mm sampai 6mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata,
penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal
terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara
embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis
yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang
berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan
jaringan ikat.
2.1.1 Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan
Merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal
pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Fungsi Epidermis : Proteksi
barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel,
pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans). Epidermis terdiri
atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
1. Stratum Korneum : Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
2. Stratum Lusidum : Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

12

3. Stratum Granulosum : Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang
dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan
histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum : Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan
mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale
dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel
Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum) : Terdapat aktifitas mitosis yang
hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara
konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan,
hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang
mengandung melanosit.
2.1.2 Dermis
Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :
1. Lapisan papiler; tipis : mengandung jaringan ikat jarang.
2. Lapisan retikuler; tebal : terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang. Hal ini menyebabkan kulit terjadi kehilangan
kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai
13

banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat


epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi.
2.1.3 Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah
di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis
untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

Gambar 1. Anatomi Kulit

14

Gambar 2. Histologi Kulit


2.2 Definisi
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak langsung,
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat
yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
2.3 Etiologi
Adapun etiologi luka bakar adalah sebagai berikut :
1. Api
2. Luka bakar kontak (terkena rokok, solder atau alat-alat memasak)
3. air panas
4. uap panas
5. gas panas
15

6. listrik
7. semburan panas
8. ter.
2.4 Patogenesis
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang
ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit.
Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit
akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan,
masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran
cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik
dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan
cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakkan terjadi
pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat
terjadi kerusakanmukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap.
Oedem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas
dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap
akibat jelaga.
Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida
akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi
mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan
muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bisa lebih dari 60% hemoglobin
terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 1224 jam, permeabilitas kapiler
mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh
darah. Ini di tandai dengan meningkatnya diuresis.
16

2.5 Gejala Klinis


1. Riwayat terpaparnya.
2. Lihat derajat luka bakar.
3. Status pernapasan; tachypnea, tekanan nadi lemah, hipotensi, menurunnya
pengeluaran urine atau anuri.
4. Perubahan suhu tubuh dari demam ke hipotermi.
2.6 Diagnosis
Adanya riwayat trauma termal, pada bagian tubuh tertentu, dapat disertai
trauma inhalasi ataupun trauma penyerta lainnya,

maka perlu diperiksa

kemungkinan cedera pada organ atau bagian tubuh yang lain.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


a. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam
pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar masif.
h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

17

2.8 Penilaian Derajat Luka Bakar


Luka bakar dibagi menjadi 4 derajat, yaitu :
1. Luka bakar grade I
a. Disebut juga luka bakar superficial.
b. Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah
dermis. Sering disebut sebagai epidermal burn.
c. Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri.
d. Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).
2. Luka bakar grade II
a. Superficial partial thickness:
1). Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis.
2). Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada luka
bakar grade I.
3). Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka.
4.) Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang basah.
5). Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena tekanan.
6). Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak terkena
infeksi ), tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.
b. Deep partial thickness
1). Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis.
2). disertai juga dengan bula.
3). permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari
vaskularisasi pembuluh darah( bagian yang putih punya hanya sedikit
pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai beberapa aliran darah.
4). luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.
3. Luka bakar grade III
a. Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen.
b. Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan
pembuluh darah sudah hancur.
4. Luka bakar grade IV
Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan tulang.

18

Gambar 3. Derajat Luka Bakar


2.9 Penilaian Luas Luka Bakar
Beberapa cara penentuan derajat luka bakar :
1. Palmar surface
Luas permukaan pada telapak tangan pasien (termasuk jari-jari) secara
kasar adalah 0,8% dari seluruh luas permukaan tubuh. Permukaan telapak
tangan dapat digunakan untuk mengukur luka bakar yang kecil (<15%>85%
luas permukaan tubuh). Untuk luka bakar dengan ukuran sedang, pengukuran
dengan cara ini tidak akurat.
2. Wallace rule of nines
Merupakan cara yang baik dan cepat untuk mengukur luas luka bakar
pada orang dewasa. Tubuh dibagi menjadi area 9%, dan total daerah yang
terkena luka bakar dapat dihitung. Tetapi cara ini tidak akurat pada anakanak.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih
19

kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda,
dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk anak,
kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%,
ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah
kanan dan kiri masing-masing 15%.

Gambar 4. Rule of nine

20

Gambar 5. Rule of nine pada bayi


3. Lund and Bowder chart
Tabel ini, apabila digunakan dengan benar, merupakan cara yang
paling akurat. Tabel ini mengkompensasi variasi bentuk tubuh dengan umur,
sehingga dapat memberikan perhitungan luas luka bakar yang akurat pada
anak-anak.

21

Tabel 1. Lund and Bowder Chart


2.10 Penatalaksanaan
2.10.1 Pertolongan pertama pada pasien dengan luka bakar
1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen pada api yang menyala.
2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek
Torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi
oedem.
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas
menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi
berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas.
Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan
22

mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih
dangkal dan diperkecil.
Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih
luas karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan
langsung pada luka bakar apapun.
4. Evaluasi awal
Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada
luka akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing
Circulation) yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik
luka bakar pada survey sekunder.
Saat menilai airway perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi.
Biasanya ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong.
Luka bakar pada wajah, oedem oropharyngeal, perubahan suara, perubahan
status mental. Bila benar terdapat luka bakar inhalasi lakukan intubasi
endotracheal, kemudian beri Oksigen melalui mask face atau endotracheal
tube.
Luka bakar biasanya berhubungan dengan luka lain, biasanya dari
luka tumpul akibat kecelakaan sepeda motor. Evaluasi pada luka bakar harus
dikoordinasi dengan evaluasi pada luka-luka yang lain. Meskipun perdarahan
dan trauma intrakavitas merupakan prioritas utama dibandingkan luka bakar,
perlu dipikirkan untuk meningkatkan jumlah cairan pengganti.
Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali
untuk menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Untuk
membantu mengevaluasi derajat luka bakar karena trauma akibat air
mendidih biasanya hanya mengenai sebagian lapisan kulit (partial thickness),
sementara luka bakar karena api biasa mengenai seluruh lapisan kulit (full
thickness).
2.10. 2 Resusitasi Cairan
Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar,
Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang
adekuat harus ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar.
23

Adanya luka bakar diberikan cairan resusitasi karena adanya akumulasi


cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh.
Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya
sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel, kebocoran
kapiler.
Tujuan

utama

dari

resusitasi

cairan

adalah

untuk

menjaga

dan

mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan


terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema
adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan
pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan
yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling popular adalah dengan
Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat
adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.
1. Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland :
24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar
Contohnya :
Pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %
membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam
pertama.
jumlah cairan 4000 ml diberikan dalam 8 jam.
jumlah cairan sisanya 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.
2. Cara lain adalah cara Evans :
a. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam.
b. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam.
(no1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk
mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan
osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan
yang telah keluar).
c. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang
akibat penguapan).
Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
24

jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.
3. Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus
Baxter yaitu : % x BB x 4 cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu
larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari
pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20%
permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari
pertama dan 2000 cc pada hari kedua.
Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri,
adalah 25 kcal/kgBB/hari ditambah denga 40 kcal/% luka bakar/hari.
Petunjuk perubahan cairan :
a. Pemantauan urin output tiap jam.
b. Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral.
c. Kecukupan sirkulasi perifer.
d. Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi.
e. Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa.
2.10.3 Penggantian Darah
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel darah
merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Sebagai tambahan terhadap
suatu kehancuran yang segera pada sel darah merah yang bersirkulasi melalui kapiler
yang terluka, terdapat kehancuran sebagian sel yang mengurangi waktu paruh dari
sel darah merah yang tersisa. Karena plasma predominan hilang pada 48 jam pertama
setelah terjadinya luka bakar, tetapi relative polisitemia terjadi pertama kali. Oleh
sebab itu, pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan,
kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari tempat luka. Setelah proses
eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya diperlukan.

25

2.10.4 Perawatan Luka Bakar


Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan
dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari
luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit
yang minimal.
Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini
memiliki beberapa fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari
kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua,
luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi.
Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman
dan meminimalkan timbulnya rasa sakit
Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar, yaitu :
a. Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya
barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan
pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan
kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk
mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.
b. Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya,
pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan
perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat
ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami
(Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau bahan
sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra).
c. Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal
dan cangkok kulit (early exicision and grafting ).
2.10.5 Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari
orang normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan

26

hipermetabolik. Kondisi yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi


hipermetabolik yang ada adalah:
1. Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa
bebas lemak.
2. Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit
ginjal dan lain-lain.
3. Luas dan derajat luka bakar
4. Suhu dan kelembaban ruangan ( memepngaruhi kehilangan panas melalui
evaporasi)
5. Aktivitas fisik dan fisioterapi
6. Penggantian balutan
7. Rasa sakit dan kecemasan
8. Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.
Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal adalah
dengan mengukur kebutuhan kalori secara langsung menggunakan indirek
kalorimetri karena alat ini telah memperhitungkan beberapa faktor seperti BB, jenis
kelamin, luas luka bakar, luas permukan tubuh dan adanya infeksi. Untuk
menghitung kebutuhan kalori total harus ditambahkan faktor stress sebesar 20-30%.
Tapi alat ini jarang tersedia di rumah sakit. Yang sering di rekomendasikan adalah
perhitungan kebutuhan kalori basal dengan formula HARRIS BENEDICK yang
melibatkan faktor BB, TB dan Umur. Sedangkan untuk kebutuhan kalori total perlu
dilakukan modifikasi formula dengan menambahkan faktor aktifitas fisik dan faktor
stress.
Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) (6.8 X U) X AF X FS
Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X AF X FS

27

Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka bakar perlu perhatian


khusus karena kurangnya asupan kalori akan berakibat penyembuhan luka yang lama
dan juga meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Disisi lain, kelebihan
asupan kalori dapat menyebabkan hiperglikemi, perlemakan hati.
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu : oral, enteral dan parenteral.
Untuk menentukan waktu dimualinya pemberian nutrisi dini pada penderita
luka bakar, masih sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan
48 jam pascatrauma.
2.10.6 Komposisi Makronutrien
1. Karbohidrat
Konsekuensi pasca luka bakar berat adalah keadaan hiperglikemia.
Kadar gula darah yang tinggi pada fase shock akibat dari menurunnya fungsi
insulin terhadap peningkatan kadar gula darah. Intoleransi glukosa ini akan
tetap bertahan pada fase flow yang sekarang terutama disebabkan resistensi
insulin di jaringan dan peningkatan glukoneogenesis. Pada pasien luka bakar
berat sangat diperlukan pemantauan terhadap hiperglikemia dan glukosuria.
Pemberian insulin kadan dibutuhkan untuk meningkatkan kadar glukosa
serum dan memaksimalkan utilisasi glukosa. Anjuran pemberian karbohidrat
adalah 60-65% kalori total atau tidak melebihi 4-5mg/kgBB/menit.
2. Protein
Pasca luka bakar, metabolisme protein akan berubah cepat dimana
pada fase akut asam amino akan dijadikan sumber energi. Status protein
tubuh dipengaruhi oleh pelepasan nitrogen melalui eksudat luka dan urin,
kemampuan hati untuk membentuk protein dan adekuatnya nutrisi. Asam
amino merupakan substrat untuk penyembuhan luka. Dalam usaha untuk
meningkatkan sintesis protein viseral, menjaga balance nitrogen +, dan
meningkatkan mekanisme pertahahan tubuh, maka pada luka bakar berat
dianjurkan pemberian protein sebesar 23-25% kalori total dengan
perbandingan kalori : nitrogen = 80 : 1 atau 2,5-4 g protein/kgBB. Perlu juga
diperhatikan jenis protein yang diberikan, sebaiknya adalah protein bernilai
28

biologis tinggi. Pemberian diet protein tinggi dapat menjadi beban bagi
ginjal, oleh karena itu dibutuhkan pemantauan seperti status cairan, kadar
ureum, dan kreatinin serum.
3. Lemak
Pemberian lemak berkontribusi untuk meminimalkan katabolisme
protein endogen dengan jalan memenuhi kebutuhan energi. Asam lemak
omega-3 khususnya asam ekosapentanoat (EPA) yang dapat diperoleh dari
minyak ikan merupakan precursor dari ekosanoid prostaglandin seri 3 (PGE3) dan leukotrien seri 5. Keduannya berefek antiinflamasi dan meningkatkan
sistem imunitas tubuh, demikian pula PGE-3 berperan sebagai vasodilator.
Omega-3 akan berkompetisi dan menginhibisi pembentukan PGE-1 dan
PGE-2 dari asam linoleat, sehingga omega-3 ini sangat dianjurkan pada
pasien luka bakar. Penelitian menunjukan dalam usaha untuk meningkatkan
sistem imunitas tubuh, maka pemebrian asam lemak omega-6 dan omega-3
dalam perbandingan yang ideal adalah 2-3 : 1 dan akan berefek mengurangi
kondisi imunosupresan pasca luka bakar. Pemberian lemak pasca trauma
sebesar 5-15% dari total kalori.
2.10.7 Suplemen Mikronutrien
Mikronutrien diperlukan sebagai koenzim dan kofaktor untuk reaksi
fisiologis dalam sel, metabolisme makronutrien dan energi. Dengan
meningkatnya kebutuhan energi dan protein, kehilangan melalui luka,
perubahan metabolisme, absorpsi, eskresi, dan utilisasi maka kebutuhan
mikronutrien ini perlu ditingkatkan.
Vitamin berpotensi untuk sintesis protein, penyembuhan luka,
meningkatkan fungsi imunitas dan anti oksidan pada penderita luka bakar
dalam kondisi sakit berat dan hipermetabolisme, maka kebutuhan vitamin ini
meningkat.

Dianjurkan

peningkatan

suplementasi

50-100

kali

RECOMENDET DAILY ALLOWANCE (RDA) untuk vitamin larut air dan


vitamin E. Sedangkan dosis aman untuk vitamin larut lemak dan vitamin B6
sampai 10 kali RDA.

29

Mineral juga memainkan peranan penting dalam penyembuhan luka,


fungsi imunitas dan anti oksidan.
2.10.8 Early Exicision and Grafting (E&G)
Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan kemudian luka
ditutup dengan cangkok kulit (autograft atau allograft ), setelah terjadi
penyembuhan, graft akan terkelupas dengan sendirinya. E&G dilakukan 3-7 hari
setelah terjadi luka, pada umumnya tiap harinya dilakukan eksisi 20% dari luka
bakar kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya. Tapi ada juga ahli bedah yang
sekaligus melakukan eksisi pada seluruh luka bakar, tapi cara ini memiliki resiko
yang lebih besar yaitu : dapat terjadi hipotermi, atau terjadi perdarahan masive
akibat eksisi.
Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan penutupan luka dini,
mencegah

terjadinya

infeksi

pada

luka

bila

dibiarkan

terlalu

lama,

mempersingkat durasi sakit dan lama perawatan di rumah sakit, memperingan


biaya perawatan di rumah sakit, mencegah komplikasi seperti sepsis dan
mengurangi angka mortalitas. Beberapa penelitian membandingkan teknik E&G
dengan teknik konvensional, hasilnya tidak ada perbedaan dalam hal kosmetik
atau fungsi organ, bahkan lebih baik hasilnya bila dilakukan pada luka bakar
yang terdapat pada muka, tangan dan kaki.
Pada luka bakar yang luas (>80% TBSA), akan timbul kesulitan
mendapatkan donor kulit. Untuk itu telah dikembangkan metode baru yaitu
dengan kultur keratinocyte. Keratinocyte didapat dengan cara biopsi kulit dari
kulit pasien sendiri. Tapi kerugian dari metode ini adalah membuthkan waktu
yang cukup lama (2-3 minggu) sampai kulit (autograft) yang baru tumbuh dan
sering timbul luka parut. Metode ini juga sangat mahal.
2.10.9 Antimikroba
Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit
sehingga memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka. Bila
jumlah kuman sudah mencapai 105 organisme jaringan, kuman tersebut dapat
menembus ke dalam jaringan yang lebih dalam kemudian menginvasi ke
30

pembuluh

darah

dan

mengakibatkan

infeksi

sistemik

yang

dapat

menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat secara topikal atau


sistemik. Pemberian secara topikal dapat dalam bentuk salep atau cairan
untuk merendam. Contoh antibiotik yang sering dipakai :
Salep : Silver sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-iodine,
Bacitracin (biasanya untuk luka bakar grade I), Neomycin, Polymiyxin B, Nysatatin,
mupirocin , Mebo.
MEBO/MEBT (Moist Exposed Burn Ointment / Therapy)
Broad Spectrum Ointment
Preparat herbal, mengungakan zat alami tanpa kimiawi
Toxisitas dan efek samping belum pernah ditemukan
Terdiri dari :
1. Komponen Pengobatan :
Beta sitosterol, bacailin, berberine Yang mempunyai efek :
Analgesik, anti-inflamasi, anti-infeksi pada luka bakar dan mampu mengurangi
pembentukan jaringan parut.
2. Komponen Nutrisi : amino acid, fatty acid dan amylose, yg memberikan nutrisi
untuk regenerasi dan perbaikan kulit yg terbakar.
Efek pengobatan :
a. Menghilangkan nyeri luka bakar
b. Mencegah perluasan nekrosis pada jaringan yg terluka.
c. Mengeluarkan jaringan nekrotik dengan mencairkkannya
d. Membuat lingkungan lembab pada luka , yg dibutuhkan selama perbaikan jaringan
kulit tersisa.
e. Kontrol infeksi dengan membuat suasana yg jelek untuk pertumbuhan
kuman. bukan dengan membunuh kuman.
f. Merangsang pertumbuhan PRCs ( potential regenerative cell ) dan stem cell untuk
penyembuhan luka dan mengurangi terbentuknya jaringan parut
g. Mengurangi kebutuhan untuk skin graft

31

Prinsip penanganan luka bakar dgn MEBO


a. Makin cepat diberi MEBO , hasilnya lebih baik ( dalam 4-12 jam setelah kejadian)
b. Biarkan luka terbuka
c. Kelembaban yg optimal pada luka dengan MEBO
d. Pemberian salep harus teratur & terus menerus tiap 6-12 jam dibersihkan dengan
kain

kasa

steril

jangan

dibiarkan

kulit

terbuka

tanpa

salep

>2-3

menit untuk mencegah penguapan cairan di kulit dan microvascular menyebabkan


thrombosit merusak jaringan dibawahnya yang masih vital.
e. Pada pemberian jangan sampai kesakitan / berdarah, menimbulkan perlukaan pada
jaringan hidup tersisa
f. Luka jangan sampai maserasi maupun kering
g. Tidak boleh menggunakan : desinfektan (apapun) , saline atau air untuk Wound
debridement
Flowchart dari penanganan luka
a. Earlier period (16 hari)
Blister di pungsi , kulitnya dibiarkan utuh. Beri MEBO pd luka setebal 0,5-1
mm. Ganti dan beri lagi MEBO tiap 6 jam hari ke 3-5 kulit penutup bulla diangkat.
b. Liquefaction period (6-15 hari)
Angkat zat cair yg timbul diatas luka
Bersihkan dgn kasa , beri mebo lagi setebal 1mm
c. Prearative period (10-21 hari)
Bersihkan luka seperti sebelumnya
Beri MEBO dengan ketebalan 0,51mm
Ganti dan beri lagi MEBO tiap 6-8 jam
d. Rehabilitation
Bersihkan luka yg sembuh dengan air hangat
Beri MEBO 0,5 mm, 1X-2X/hari
Jangan cuci luka yg sudah sembuh berlebihan
Lindungi luka yg sembuh dari sinar matahari
Catatan : 1. Untuk luka bakar grade 2 superficial :
Pada hari 6-15 : luka sembuh , mebo tetap diberi untuk 2 minggu 2X/hari
32

2. untuk luka bakar grade 2 deep / grade 3 :


Pada hari ke 615 terjadi pencairan jaringan necrotic
Cairan rendam : 0.5% silver nitrate, 5% mafenide acetate, 0.025% sodium
hypochlorite, 0.25% acetic acid.
2.10.10 Kontrol Rasa Sakit
Rasa sakit merupakan masalah yang signifikan untuk pasien yang mengalami
luka bakar untuk melalui masa pengobatan. Pada luka bakar yang mengenai jaringan
epidermis akan menghasilkan rasa sakit dan perasaan tidak nyaman. Dengan tidak
terdapatnya jaringan epidermis (jaringan pelindung kulit), ujung saraf bebas akan
lebih mudah tersensitasi oleh rangsangan. Pada luka bakar derajat II yang dirasakan
paling nyeri, sedangkan luka bakar derajat III atau IV yang lebih dalam, sudah tidak
dirasakan nyeri atau hanya sedikit sekali. Saat timbul rasa nyeri terjadi peningkatan
katekolamin yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi, tekanan darah dan
respirasi, penurunan saturasi oksigen, tangan menjadi berkeringat, flush pada wajah
dan dilatasi pupil.
Pasien akan mengalami nyeri terutama saat ganti balut, prosedur operasi, atau
saat terapi rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan terapi farmakologi dan
non farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya dari golongan opioid
dan NSAID. Preparat anestesi seperti ketamin, N2O (nitrous oxide) digunakan pada
prosedur yang dirasakan sangat sakit seperti saat ganti balut. Dapat juga digunakan
obat psikotropik sepeti anxiolitik, tranquilizer dan anti depresan. Penggunaan
benzodiazepin dbersama opioid dapat menyebabkan ketergantungan dan mengurangi
efek dari opioid.
2.10.11 Escharotomy
Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas dapat menyebabkan
iskemik distal yang progresif, terutama apabila terjadi edema saat resusitasi cairan,
dan saat adanya pengerutan keropeng. Iskemi dapat menyebabkan gangguan vaskuler
pada jari-jari tangan dan kaki. Tanda dini iskemi adalah nyeri, kemudian kehilangan
daya rasa sampai baal pada ujung-ujung distal. Juga luka bakar menyeluruh pada
bagian thorax atau abdomen dapat menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini
33

dapat dihilangkan dengan escharotomy. Dilakukan insisi memanjang yang membuka


keropeng sampai penjepitan bebas.
2.11 Komplikasi
1. Efek lokal
a. Kerusakan jaringan
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan sel darah yang
ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Luka bakar
menyebabkan rupturnya sel atau nekrosis sel. Sel yang di perifer masih dapat
hidup tapi sebagian ada yang rusak. Akibat rusaknya mikrosirkulasi perifer
lapisan kolagen akan berubah bentuk dan rusak. Pembuluh kapiler yang
mengalami trombosis, padahal pembuluh ini membawa sistem pertahanan
tubuh atau antibiotik., permeabilitas kapiler akan meningkat mengakibatkan
kebocoran cairan intravaskuler sehingga terjadi oedem. Luka bakar derajat
tiga yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila ini
terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
b. Inflamasi
Reakasi infalamasi yang paling awal terlihat adalah erythema, yang
disebabkan karena respon neurovaskular mengakbibatkan vasodilatasi
pembuluh darah. Makin berat kerusakan jaringan, respon inflamasi yang
muncul akan makin lama bertahan. Makrofag akan menghasilkan mediator
inflamasi seperti cytokine dan sel fagosit nekrotik. Netrofil dan limfosit akan
menghalangi terjadinya infeksi.
c. Infeksi
Luka bakar merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme, biasanya akan menyebabkan infeksi dalam 24-48 jam.
Dalam kondisi yang lebih berat akan muncul bakteriemi atau septikemi yang
kemudian akan tejadi penyebaran infeksi ke tempat yang lain. Bakteriemi
merupakan penyebab kematian tersering pada luka bakar mulai dari 24 jam
pertama sampai pada luka bakar yang sudah sembuh. Streptococcus hemolitikus dan pseudomonas memproduksi enzym protease yang dapat
mencegah penempelan dari skin graft. Infeksi ringan dan noninvasif ditandai
34

dengan keropeng yang mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi
yang invasive ditandai dengan keropeng yang mula-mula kering dengan
perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik,
akibatnya luka bakar yang mula-mula derajat dua menjadi derajat tiga. Infeksi
kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang
terbakar dan menimbulkan trombosis.
2. Efek regional : Sirkulasi
Jika

terdapat

oedem

yang

luas,

maka

akan

terjadi

pembengkakkan, aliran darah dari extremitas dapat mengalami obstruksi.


Sirkulasi untuk otot tangan intrinsic dapat terganggu akibat oedem, dapat
terjadi nekrosis yang lama kelamaan menjadi kontraktur. Akumulasi cairan
interstitial dalam tangan menyebabkan jaringan kolagen menggembung
maksimal sehinggga terbentuk posisi claw ( metacarpalphalangeal extensi,
dan proximal interphalangeal flexi ). Dapat juga terjadi muscle compartement
syndrome yang mengenai otot flexor dan extensor extremitas bagian atas
maupun bawah.
3. Efek sistemik
a. Kehilangan cairan
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan
bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume
cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan
kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke
bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme
kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan
terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat,
dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan
produksi urin berkurrang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal
terjadi setelah delapan jam.

35

b. Multiple organ failure dan Sepsis


Kegagalan progresif dari ginjal dan hepar di akibatkan karena
kehilangan cairan, toxemia karena infeksi, sepsis. Ganguan sirkulasi ke ginjal
menyebabkan iskemia ginjal (tubulus) berlanjut dengan Akut Tubular
Necrosis yang akhirnya terjadi gagal ginjal (ARF). Gangguan sirkulasi perifer
meneybabkan iskemia otot-otot dengan dampak pemecahan glikoprotein yang
meningkatkan produksi Nitric Oxide (NO). NO ini diketau berperan sebagai
modulator sepsis. Ganguan sirkulasi ke kulit dan system integum
menyebabkan gangauan system imun karena penurunan produksi limfosit dan
penurunan fungsi barier kulit.
c. Luka bakar inhalasi
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah,
dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas
ayang terrisap. Udem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan
hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara
serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon
monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak
mampu lagi mngeikat oksigen. Tanda keracuna ringan adalah lemas, bingung,
pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih
dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.
d. Komplikasi sistemik
Stress atau beban faal yang terjadi pada penderita luka bakar berat
dapat menimbulkan tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala
yang sama dengan tukak peptic. Kelainan ini disebut tukak Curling. Yang
khawatirkan pada tukak curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil
sebagai hematemesis dan atau melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan
protein menjadi negatif. Protein dalam tubuh banyak hilang karena eksudasi,
metabolisme tinggi, dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga
memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan pada fase ini terutama didapat

36

dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu penderita menjadi sangat
kurus, otot mengecil dan berat badan menurun.
2.12 Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan
badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan
pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya
jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin
menimbulkan luka parut. Luka bakar mayor membutuhkan lebih dari 14 hari untuk
sembuh dan akan membentuk jaringan parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan
dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan diperlukan untuk membuang
jaringan parut.

37

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Seorang pasien laki-laki umur 42th masuk ke RS dengan luka bakar dada,
perut, lengan atas kanan dan leher bagian depan. Dialami pasien 1 jam yll. Pada
pemeriksaan TTV tidak terdapat kelainan. Pada bagian yang terbakar terasa nyeri dan
adanya gelembung atau bulla berisi cairan exudat.
3.2 Status pasien
Identitas pasien
Nama

: Sanul

Usia

: 42th

Jenis Kelamin : laki-laki


Alamat

: Jl.Kamboja no.1

Status

: menikah

Pekerjaan

: wiraswasta

Pendidikan

: SMA

Agama

: Islam

Suku

: Minang

3.3 Anamnesa
1. Keluhan Utama
Luka bakar pada dada, perut, lengan atas kanan dan leher bagian depan 1 jam
yll.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasian datang dengan luka bakar dada, perut, lengan atas kanan dan leher
bagian depan. Dialami pasien 1 jam yll. Pada pemeriksaan TTV tidak terdapat
kelainan. Pada bagian yang terbakar terasa nyeri dan adanya gelembung atau bulla
berisi cairan exudat.

38

3. Riwayat Penyakit Terdahulu


Pasien belum pernah di rawat di RS, tidak terdapat penyakit lain.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien dan juga keluarga pasien tidak memiliki penyakit keturunan seperti
DM, hipertensi, dan lainnya.
5. Kebiasaan dan Lingkungan
Pasien adalah pedagang kue-kue, sekaligus sebagai koki. Pasien memasak
dengan menggunakan kompor kayu. Lingkungan tempat tinggal pasien tidak terlalu
padat.

3.4 Pemeriksaan Fisik


1. Status generalisata
a. Kedaan Umum

: Lemah

b. Kesadaran

: Compos Mentis

c. Warna Kulit

: Sawo matang

d. Turgor kulit

: Elastis

e. BB

: 70 kg

2. Pemeriksaan Vital Sign


a. Nadi

: 60 x permenit

b. Suhu

: 38oC

c. Pernapasan

: 60 x permenit

d. Tekanan darah

: 80/60 mmHg

39

3. Kepala : Simetris, bentuk lonjong, rambut hitam , rambut tersebar


merata,tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada lesi.
4. Mata : Simetris, kornea normal, reflek pupil +/+, sklera putih.
5. Telinga : Simetris, pendengaran baik.
6. Mulut : Kebersihan gigi dan mulut cukup.
7. Leher : leher bagian depan terdapat luka bakar.
8. Thorax : terdapat luka bakar, simetris, ada nyeri, gerakan teratur.
9. Abdomen

: Simetris, ada luka bakar, tidak kembung.

10. Ekstremitas :
Superior : terdapat luka bakar lengan atas kanan.
Inferior : Tidak terdapat varises.
11. Genetalia : dalam batas normal.

3.5 Diagnosis :
Luka bakar derajat II
Pada bagian yang terbakar terasa nyeri dan adanya gelembung atau bulla berisi
cairan exudat.
Luas luka bakar : dada (9) + perut (9) + lengan atas kanan (4,5) + leher bagian dean
(1) = 21,5% rule of nine
3.6 Penatalaksanaan
a. Dahulukan ABC
b. Resusitasi cairan : rumus Baxter yaitu : % x BB x 4 cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL
karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama.
40

Jadi, BB = 80kg, luka bakar seluas 21,5% permukaan kulit akan diberikan 80 x 21,5
% x 4 cc = 6880cc yang diberikan hari pertama dan 3440cc pada hari kedua.
Penatalaksanaan dalam 24 jam kedua:
a). Jenis cairan yang diberikan berupa cairan yang mengandung glukosa (5% atau
10%) sebanyak 1500-2000 ml.
b). Batasi penggunaan RL karena akan menyebabkan edema interstisial bertambah.
c). Cairan diberikan merata dalam 24 jam.
Penatalaksanaan setelah 48 jam :
a). Cairan diberikan sesuai kebutuhan maintenance
b). Jika tidak adekuat, mencerminkan perfusi renal yang tidak baik,
c). Pemberian koloid akan mengembalikan keseimbangan tersebut.
c. Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan
perawatan luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh
rasa sakit yang minimal.
Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini
memiliki beberapa fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari
kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua,
luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi.
Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman
dan meminimalkan timbulnya rasa sakit
Perawatan Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap
harinya, pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan
perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup
dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin)
atau Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis (opsite, biobrane,
transcyte, integra)
Perlu diperhatikan :
a). Peletakan sendi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kontraktur.
b). Fisioterapi sangat diperlukan untuk mencegah kontraktur.
d. Kontrol rasa sakit
Terapi farmakologi yang digunakan biasanya dari golongan opioid dan NSAID.
41

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi.
Luka bakar dibagi menjadi 3 grade dan ada 3 cara penentuan derajat luka
bakar yaitu Palmar surface, Wallace rules of nine serta Lund and Bowder Chart.
Luka bakar dapat disebabkan oleh api, luka bakar kontak (terkena rokok,
solder atau alat-alat memasak), air panas, uap panas, gas panas, listrik, semburan
panas dan ter.
Pemeriksaan penunjang mencakup pemeriksaan darah, radiologi, tes dengan
fiberoptic bronchoscopy terutama untuk luka bakar inhalasi.
Penanganan luka bakar dapat secara konservatif seperti resusitasi cairan, penggantian
darah, perawatan luka bakar, pemberian antimikroba serta analgetik, perbaikan
nutrisi sampai tindakan pembedahan seperti Early Exicision and Grafting (E&G),
Escharotomy.
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan
badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi dan kecepatan
pengobatan medikamentosa.
Saran
Pada pasien luka bakar untuk menanganinya kita harus mengetahui derajat,
kedalaman,

dan

luas

luka

bakarnya

sehingga

bisa

ditentukan

langkah

penanganannya. Pada luka bakar dengan derajat III dan IV penanganan dilakukan
dengan segera untuk mencegah terjadinya komplikasi syok dan sepsis.

42

DAFTAR PUSTAKA
de Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah : Bab 3 : Luka, Luka Bakar. Edisi 2.
Jakarta: EGC
David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam :
Surabaya Plastic Surgery
Becker, James M. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia
Doherty, Gerard M. 2005. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.
New York: McGraw-Hill Companies
Jerome FX Naradzay. http: // www. emedicine. com/med/Burns, Thermal.
November 2006
Mayo clinic staff. Burns First Aids. http://www.nlm.nih.gov/medicineplus
Januari 2008
Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com
Agustus2008

Holmes, James H., David M. Heimbach. 2005. Schwartzs Principles of Surgery.


18th ed. New York: McGraw-Hill
St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19.
http://en.wikipedia.org/wiki/Burn_%28injury%29. Agustus 2007
Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.mayo.clinic.com. Januari 2006
Ernest B.Hawkins. Burns. http://www.umm.edu/ . Oktober 2006
sumber : makalah refrat kedokteran

43

Anda mungkin juga menyukai