ANTIMALARIA
Disusun oleh :
Fitria Citra Ayu
260110130093
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
I. DEFINISI
Malaria merupakan penyakit menular yang re-emerging, karena 35%
penduduk Indonesia tinggal di daerah endemis malaria. Menurut survei kesehatan
rumah tangga (SKRT) tahun 1995 diperkirakan setiap tahunnya terdapat 15 juta
kasus malaria dan 30.000 orang di antaranya meninggal dunia. Sejak empat tahun
terakhir
angka
kesakitan
malaria
menunjukkan
kecenderungan
yang
2011).
Profilaksis
supresif.
Profilaksis
jenis
ini
bertujuan
menghambat
pernafasan
dengan
sekuestrasi
sel
neutrofil.
TNF
dapat
PENGGOLONGAN OBAT
A. Penggolongan obat malaria berdasarkan cara kerja obat pada siklus
hidup Plasmodium (Sweetman, 2009) :
Obat anti malaria Skizontosida darah
Menyerang Plasmodia yang hidup di darah. Anti malaria jenis ini untuk
pencegahan dan mengakhiri serangan klinis. Contoh : Klorokuin, Kuinin,
Kuinidin, Meflokuin, Halofantrin, Sulfonamida, Tetrasiklin, Atovakuon
dan Artemisinin serta turunannya (Sweetman,2009).
Obat anti malaria Skizontosida jaringan
Membunuh Plasmodia pada fase eksoeritrositik di hati, mencegah invasi
Plasmodia dalam sel darah. Contoh : Primakuin, Proguanil, Pirimetamin
(Sweetman,2009).
Obat anti malaria Gametosida
Membunuh stadium gametosit
di
darah.
Contoh
Primakuin
(Sweetman,2009).
Obat anti malaria Sporontosida.
Obat ini tidak berpengaruh langsung pada gametosit dalam tubuh manusia
tetapi mencegah sporogoni pada tubuh nyamuk (Sweetman,2009).
Perbedaan mekanisme aksi obat anti-malaria ini sebagai dasar pengobatan
malaria secara kombinasi. Pengobatan malaria secara kombinasi bertujuan untuk
meningkatkan efikasi dan memperlambat perkembangan resistensi obat
(Sweetman,2009).
B. Penggolongan obat antimalaria berdasarkan tempat kerja obat anti
malaria pada organel subseluler Plasmodium (Rosenthal, 2003).
Obat golongan 4-aminokuinolin (klorokuin, amodiakuin) dan kuinolin
metanol (kuinin dan meflokuin). Target baru obat golongan ini adalah
menghambat enzim plasmepsin dan enzim falcipain yang berperan dalam
pemecahan globin menjadi asam amino. Hemozoin dan asam amino
diperlukan untuk pertumbuhan parasit sehingga jika pembentukan
dihambat maka parasit akan mati (Rosenthal, 2003).
Antibiotik seperti azitromisin, doksisiklin, dan klindamisin bekerja di
dalam organel plastid seperti kloroplas yang disebut apikoplas. Obat ini
menghambat translasi protein sehingga progeni parasit yang diberi obat
mengalami kematian (Rosenthal, 2003).
Atovakuon dan senyawa lain tertentu menghambat transport elektron
dalam mitokondria dan melalui penghambatan oksidoreduktase sitokrom
C. Dalam mitokondria antifolat mengganggu biosintesis folat de novo
dalam sitosol (Rosenthal, 2003).
MEKANISME KERJA
Mekanisme kerja obat antimalaria antara lain :
a. Antimalaria yang memiliki struktur dasar kuinolin yaitu kuinin,
klorokuin, amodiakuin dan meflokuin.
Mekanisme kerja yang pertama adalah mengganggu permeabilitas membrane
parasit dan pompa proton membrane. Hal ini disebabkan Plasmodium falciparum
memerlukan zat makanan yang diperoleh dengan cara mencerna hemoglobin dan
vacuola makanan yang bersifat asam. Hemoglobin yang dicerna selain
menghasilkan asam amino yang menjadi nutrient bagi parasit, juga menghasilkan
zat toksik yang disebut ferryprotoporphyrin (FP IX). Klorokuin dan antimalaria
yang mengandung cincin quinolin lainnya membentuk kompleks dengan FP IX
dalam vacuola. Toksin kompleks obat-FP IX meracuni vacuola menghambat
ambilan (intake) makanan sehingga parasit mati kelaparan (Syamsudin, 2005).
Mekanisme kerja yang lain adalah dengan berinterkelasi dengan DNA parasit
dan menghambat DNA polimerase contohnya kuinin. Untuk Meflokuin bekerja
dengan menghambat pengeluaran (up take) klorokuin pada sel yang terinfeksi,
mekanisme ini menerangkan efek antagonis dari klorokuin dan meflokuin pada
parasit yang sedang tumbuh. Meflokuin berinterferensi dengan transport
hemoglobin dari eritrosit pada vacuola makanan di parasit. Meflokuin hanya
mempengaruhi bentuk aseksual dari parasit dan tidak mempengaruhi efek pada
bentuk exoeritrosit hati atau stadium gametosid (Syamsudin, 2005).
b. Antimalaria yang merupakan analog p-aminobenzoat dan dihidro
reduktase
inhibitor
(DHFR)
yaitu
sulfonamida
dan
pirimetamin/trimetoprim.
Jalur sintesis asam folat merupakan salah satu dari target kerja obat-obat
antimalaria. Mekanisme kerja antagonis folat adalah dengan menghambat sintesis
folat. Seperti pada bakteri, plasmodium harus mensintesis asam folat de novo
menggunakan PABA sebagai metabolit yang penting. Asam folat direduksi
tetrahidrofolat
sehingga
menghambat
pertumbuhan
plasmodium
(Syamsudin, 2005).
c. Artemisin yaitu senyawa aktif yang terdapat di dalam Artemisia
annua (Qing hao).
Artemisin adalah senyawa seskuiterpenlakton. Mekanisme kerjanya adalah
dapat berinteraksi dengan ferriprotoporphyrin IX (heme) di dalam vakuola
makanan parasit yang bersifat asam dan menghasilkan spesies radikal yang
bersifat toksik. Jembatan peroksida di dalam pharmacophore trioksan penting
untuk aktivitas antimalarianya. Struktur jembatan peroksida pada molekul
artemisin dapat diputus oleh ion Fero yang berasal dari hemoglobin, menjadi
radikal bebas yang sangat reaktif, sehingga dapat mematikan parasit (Syamsudin,
2005).
d. Atavaquon
Mekanisme kerja atovaquon sebagai antimalaria adalah menghambat elektron
transport di mitokondria dan mengganggu membran potensial mitokondria
plasmodium (Syamsudin, 2005).
e. Golongan lain adalah heparin, dekstran sulfat, fucoidin, chondroitin
sulfat.
Mekanisme kerja yang lain adalah dengan menghambat proses invasi
plasmodium pada eritrosit. Parasit menginvasi eritrosit melalui 4 tahap yaitu:
perlekatan merozoit dengan eritrosit, perubahan mendadak eritrosit yang
terinfeksi, invaginasi membran eritrosit dimana parasit melekat dan selanjutnya
pembentukan kantong merozoit dan terakhir penutupan kembali membran eritrosit
disekeliling parasit. Setelah masuk kedalam eritrosit, merozoit bentuknya
membulat dan semua organelnya hilang. Parasit berada dalam membran vakuola
parasitophorous dan tampak berbentuk cincin. Proses ini melibatkan ligan yang
spesifik dan reseptor (Syamsudin, 2005).
f. Golongan antibiotika
Tetrasiklin, Klindamisin, dan Kloramfenikol bekerja dengan menghambat
sintesis protein dengan berikatan pada ribosom 70 S dari mitokondria parasit
sehingga plasmodium tidak dapat mensintesis proteinnya sendiri sebagai
yaitu
monodesethyl
akan
terdistribusi
ke
air
susu.
VI.
EFEK SAMPING
1. Klorokuin
Sakit kepala, priritus, mual, muntah, diare, gejala psikotik, agitasi,
konvulsi juga sering terjadi. Penglihatan kurang jelas, sulit berkonsentrasi terjadi
apabila pemakaian dosis tinggi apabila pasien juga menderita keratopathy atau
retiopathy. Efek samping lain dalam waktu yang lama akan menyebabkan rambut
rontok, warna rambut menghilang, fotosensitifitas, neuromiopati, miopati,
kardiomiopati. Gangguan pada darah juga akan terjadi apabila mengonsumsi
Klorokuin
seperti
anemia
aplastik,
trombositopenia,
neutropenia,
dan
agarnulositosis,
eritoderma
yang
menyerupai sindrom Sezary. Reaksi parah terhadapa pulmonary juga sering terjadi
(Sweetman, 2009).
VII.
Kontraindikasi
kehamilan
trisemester
pertama
karena
dapat
DAFTAR PUSTAKA
Azlin, Emil. 2004. Obat Anti Malaria pada jurna; Sari Pediatri, Vol. 5, No 4,
mAret 2004 : 150-154.
Emiliana, Leni. 2008. Penggunaan Klorokuin Dalam Pengobatan dan
Kemoprofilaksis
Malaria
available
online
at
10
available online at
Sanvredey.
2008.
Malaria
https://yosefw.wordpress.com/2008/06/05/malaria/
available
[diakses
online
tanggal
28
November 2015].
11