F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
BAB I.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
PBB, maka untuk menyusun bagaimana pembuatan pelaporan hak asasi manusia
tersebut perlu dilakukan koordinasi antar instansi pemerintah maupun non pemerintah
untuk menyamakan persepsi bagaimana format pelaporan yang harus dibuat, dan
bagaimana koordinasi atau kerjasama yang harus dilakukan antar instansi pemerintah
dan non pemerintah agar pelaporan yang disampaikan ke Dewan HAM PBB menjadi
pelaporan yang baik.
Terkait dengan itu, keberadaan Buku Profile Hak Asasi Manusia adalah sangat
penting bagi Direktorat Hak Asasi Manusia untuk memudahkan dalam pembuatan
pelaporan hak asasi manusia yang mana buku tersebut akan menjadi dokumen
tentang implementasi hak asasi di Indonesia. Salah satu daerah yang menjadi tujuan
kegiatan pengumpulan data dalam rangka penyusunan profil HAM ini adalah Provinsi
Jawa Tengah.
2.1. Mencari dan data dan informasi tentang situasi dan kondisi hak asasi manusia di
daerah, khususnya Provinsi Jawa Tengah,
2.2. Menjadi bahan evaluasi dan rekomendasi dalam perumusan kebijakan dibidang
HAM di Provinsi Jawa Tengah.
2.3. Sebagai data pendukung dalam penyusunan profil hak asasi manusia.
3. Dasar
4. Pelaksana
2
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
5. Ruang Lingkup
7. Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Dana
Kegiatan Pengumpulan Data HAM Dalam Rangka Pembuatan Profil Hak Asasi
Manusia di Jawa Tengah dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia, Departemen Hukum dan Hak Asasi manusia
Tahun Anggaran 2008.
3
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
BAB II.
HASIL PENGUMPULAN DATA
1. PROFIL WILAYAH
Luas wilayah Propinsi Jawa Tengah secara keseluruhan adalah 33.172 km2
yang terdiri dari beberapa Kabupaten dan Kota, yaitu: Kabupaten Banjarnegara (1.070
Km²), Kabupaten Banyumas (1.328 Km²), Kabupaten Batang (800 Km²), Kabupaten
Blora (1.821 Km²), Kabupaten Boyolali (1.015 Km²), Kabupaten Brebes (1.658 Km²),
Kabupaten Cilacap (2.143 Km²), Kabupaten Demak (897 Km²), Kabupaten Grobogan
(1.976 Km²), Kabupaten Jepara (1.004 Km²), Karang Anyar (806 Km²), Kabupaten
Kebumen (1.281 Km²), Kabupaten Kendal (1.002 Km²), Kabupaten Klaten (656 Km²),
Kabupaten Kudus (451 Km²), Kabupaten Magelang (1.086 Km²), Kotamadya Magelang
(18 Km²), Kabupaten Pati (1.491 Km²), Kabupaten Pekalongan (852 Km²), Kotamadya
Pekalongan (15 Km²), Kabupaten Pemalang (1.012 Km²), Kabupaten Purbalingga (778
Km²), Kabupaten Purworejo (1.035 Km²), Kabupaten Rembang (1.014 Km²),
Kotamadya Salatiga (18 Km²), Kabupaten Semarang (928 Km²), Kotamadya Semarang
(574 Km²), Kabupaten Sragen (947 Km²), Kabupaten Sukoharjo (467 Km²), Kabupaten
Surakarta (47 Km²), Kabupaten Tegal (879 Km²), Kotamadya Tegal (38 Km²),
Kabupaten Temanggung (870 Km²), Kabupaten Wonogiri (1.822 Km²), Kabupaten
Wonosobo (985 Km²).
Sedangkan batas-batas wilayah Propinsi Jawa Tengah ini adalah, sebelah
Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut
Indonesia, sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Jawa Barat, sebelah Timur
berbatasan dengan Propinsi Jawa Timur.
Adapun jumlah penduduk Propinsi Jawa Tengah secara keseluruhan adalah
32.315.263 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 15.923.746 jiwa (49,81%) dan
perempuan sebanyak 16.391.517 jiwa (50,19%).
Komposisi pemeluk agama di wilayah ini sebagai berikut, agama Islam
sebanyak 29.942.066 jiwa, agama Kristen Katolik sebanyak 373.601 jiwa, agama
Kristen Protestan sebanyak 500.644 jiwa, agama Hindu sebanyak 27.297 jiwa dan
agama Budha sebanyak 67.867 jiwa.
Komposisi tamatan jenjang pendidikan formal pada Propinsi Jawa Tangah ini
sebagai berikut, tamatan SD sebanyak 3.523.189 jiwa, SMP sebanyak 1.142.235 jiwa,
4
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
SMA sebanyak 766.568 jiwa, Diploma I/II/III sebanyak 238.479 jiwa, S-1/S-2/S-3
sebanyak 188.477 jiwa.
Propinsi Jawa Tengah dalam wilayah administrasi terdiri dari 6 Kotamadya dan
29 Kabupaten, 533 Kecamatan, meliputi 7932 desa dan 606 Kelurahan. Propinsi Jawa
Tengah yang mempunyai luas wilayah sekitar 3,25 juta Ha dan berpenduduk sekitar
30.236.200 ( perkiraan s/d Pemilu 1999 ) mempunyai 639.000 perusahaan kecil dan
5
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
menengah yang menyerap 2,51 juta orang tenaga kerja. Dalam konteks inilah maka
upaya penganekaragaman komoditi unggulan dengan memberdayakan secara optimal
potensi yang dimiliki Jawa Tengah diharapkan akan mampu menjadi andalan dalam
memacu pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Kelemahan yang ada selama ini adalah
produk unggulan ditetapkan sendiri-sendiri oleh masing-masing sektor dan kadang
kala berbeda satu dengan lainnya karena memiliki kriteria yang berlainan. Di bidang
peternakan, daging ternak sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan protein hewani
bagi masyarakat. Tidak heran bila tiap daerah mengusahakan pemenuhan akan
kebutuhan daging ternak tersebut. Setidaknya terdapat 13 jenis ternak yang
dibudidayakan di Jawa Tegah, antara lain sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing,
kuda, domba, ayam, itik dan kelinci. Jenis ternak tersebut terbagi menjadi dua, yaitu
ternak besar dan ternak kecil. Di bidang perkebunan, komoditas perkebunan yang
menjadi unggulan Jawa Tengah antara lain karet, teh dan kopi. Perkebunan karet di
Jawa Tengah terletak di Kabupaten Karangannyar, Jepara, Banyumas, Cilacap, dan
Batang. Produksi karet Jawa Tengah pada tahun 2000 sebesar 22.720,12 ton, dengan
lahan tanaman panen seluas 20.707,61 hektar. Produksi teh yang dihasilkan Jawa
Tengah pada tahun yang sama sebesar 7,352,11 ton dengan lahan tanaman panen
seluas 3.531,66 hektar. Perkebunan teh di Jawa Tengah terdapat di Kabupaten
Temanggung, Wonosobo, Batang, Karangannyar dan Kendal. Produksi kopi tahun
2000 sebesar 3.108,92 ton dengan lahan tanaman panen seluas 3,322,91 hektar.
Perkebunan kopi di Jawa Tengah terletak di Kabupaten. Semarang, Temanggung,
Kendal, dan Batang. Di bidang perikanan, Jawa Tengah sangat beruntung, karena
posisinya yang strategis, selain berbatasan dengan propinsi lain, Jawa Tengah diapit
oleh Laut Jawa di sebelah utara dan Samudra Indonesia disebelah selatan. Dengan
memiliki panjang pantai 656,1 Km, maka tersedia peluang pengembangan usaha
perikanan yang cukup besar serta potensi budidaya tambak yang cukup berarti. Di
bidang pariwisata, Jawa Tengah dikenal sebagai daerah yang memiliki keindahan alam
yang beraneka ragam, mulai dari keindahan pegunungan, peninggalan purbakala,
serta keindahan pantainya. Jumlah obyek wisata pada tahun 2000 sebanyak 214
obyek dan tersebar merata diseluruh Jawa Tengah. Bahkan Jawa Tengah memiliki
salah satu dari tujuh keajaiban dunia yaitu Candi Borobudur. Jenis dan peluang
investasi yang terbuka bagi investor di bidang pariwisata adalah: Obyek wisata
Karimun Jawa, Obyek wisata Rawa Pening, Obyek Wisata Nusa Kambangan, Obyek
Wisata Sangiran.
6
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Sejak abad VII, banyak terdapat pemerintahan kerajaan yang berdiri di Jawa
Tengah (Central Java), yaitu: Kerajaan Budha Kalingga, Jepara yang diperintaholeh
Ratu Sima pada tahun 674. Menurut naskah/prasasti Canggah tahun 732, kerajaan
Hindu lahir di Medang, Jawa Tengah dengan nama Raja Sanjaya atau Rakai Mataram.
Dibawah pemerintahan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya, ia membangun Candi
Rorojonggrang atau Candi Prambanan. Kerajaan Mataram Budha yang juga lahir di
Jawa Tengah selama era pemerintahan Dinasti Syailendra, mereka membangun
candi-candiseperi Candi Borobudur, Candi Sewu, Candi Kalasan dll. Pada abad 16
setelah runtuhnya kerajaan Majapahit Hindu, kerajaan Islam muncul di Demak, sejak
itulah Agama Islam disebarkan di Jawa Tengah. Setelah kerajaan Demak runtuh,
Djoko Tingkir anak menantu Raja Demak (Sultan Trenggono) memindahkan kerajaan
Demak ke Pajang (dekat Solo). Dan menyatakan diri sebagai Raja Kerajaan Pajang
dan bergelar Sultan Adiwijaya. Selama pemerintahannya terjadi kerusuhan dan
pemberontakan. Perang yang paling besar adalah antara Sultan Adiwijaya melawan
Aryo Penangsang. Sultan Adiwijaya menugaskan Danang Sutowijaya untuk
menumpas pemberontakan Aryo Penangsang dan berhasil membunuh Aryo
Penangsang. Dikarenakan jasanya yang besar kepada Kerajaan Pajang, Sultan
Adiwijaya memberikan hadiah tanah Mataram kepada Sutowijaya. Setelah Pajang
runtuh ia menjadi Raja Mataram Islam pertama di Jawa Tengah dan bergelar
Panembahan Senopati. Di pertengahan abad 16 bangsa Portugis dan Spanyol datang
ke Indonesia dalam usaha mencari rempah-rempah yang akan diperdagangkan di
Eropa. Pada saat yang sama, bangsa Inggris dan kemudian bangsa Belanda datang
ke Indonesia juga. Dengan VOC-nya bangsa Belanda menindas bangsa Indonesia
termasuk rakyat Jawa Tengah baik dibidang politik maupun ekonomi. Di awal abad 18
Kerajaan Mataram diperintah oleh Sri Sunan Pakubuwono II, setelah beliau wafat
muncul perselisihan diantara keluarga raja yang ingin memilih/menunjuk raja baru.
Perselisihan bertambah keruh setelah adanya campur tangan pemerintah Kolonial
Belanda pada perselisihan keluarga raja tersebut. Pertikaian ini akhirnya diselesaikan
dengan Perjanjian Gianti tahun 1755. Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua kerajaan
yang lebih kecil yaitu Surakarta Hadiningrat atau Kraton Kasunanan di Surakarta dan
Ngayogyakarta Hadiningrat atau Kraton Kasultanan di Yogyakarta. Sampai sekarang
daerah Jawa Tengah secara administratif merupakan sebuah propinsi yang ditetapkan
dengan Undang-undang No. 10/1950 tanggal 4 Juli 1950.
7
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
8
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
9
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
10
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
11
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Permasalahan :
1) Banyaknya pemanfaatan kawasan yang tidak sesuai dengan peruntukannya,
pengambilan air bawah tanah yang tidak terkendali, masih tingginya luasan
kerusakan hutan dan lahan serta penurunan daya tampung sungai dan waduk
sebagai akibat laju erosi dan sedimentasi yang tinggi.
12
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
2) Tingginya tingkat pencemaran udara pada kawasan kota akibat meningkatnya gas
buang dari aktivitas industri dan kendaraan bermotor, serta berkurangnya ruang
terbuka hijau.
3) Menurunnya kualitas lingkungan perairan (sungai, waduk, rawa, telaga, estuaria
dan pantai) dan tanah sebagai akibat peningkatan pencemaran dan sedimentasi
yang bersumber dari kegiatan industri, rumah tangga, hotel, rumah sakit serta
kerusakan lingkungan (erosi) karena pengelolaan lahan.
4) Kendala pemulihan fungsi kawasan lindung diantaranya adalah faktor kepemilikan
lahan serta belum adanya insentif untuk pemulihan fungsi lindung.
5) Semakin meningkatnya ancaman terhadap keanekaragaman hayati.
6) Keterbatasan data dan informasi tentang sumberdaya alam dan lingkungan.
7) Masih rendahnya efektivitas pelaksanaan pengendalian dan pengawasan
pemulihan kerusakan lingkungan serta daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
8) Masih rendahnya kapasitas aparat/petugas dan masih rendahnya kesadaran serta
peran serta masyarakat/stakeholder dalam pemeliharaan, pengelolaan lingkungan
hidup dan pemahaman penerapan konsepsi pengurangan resiko bencana.
9) Belum lengkapnya perangkat hukum dan rendahnya pemahaman masyarakat
tentang aturan-aturan di bidang lingkungan serta belum optimalnya penegakan
hukum di bidang lingkungan.
Indikasi Pelanggaran Hak Atas Lingkungan yang Baik dan Sehat di Jawa Tengah
Hak atas lingkungan yang baik dan sehat secara khusus terdapat dalam Pasal
28 G ayat 1 UUD 1945 yaitu : “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”. Ketentuan dalam amandemen UUD 1945
merupakan penguatan atas pengakuan hak serupa dalam UU No. 23 tahun 1997,
khususnya pasal 5 yang menyebutkan “Setiap orang berhak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat”.
Pengakuan atas hak lingkungan yang baik dan sehat merupakan perwujudan
dari tanggung jawab Negara untuk menjamin warganya dari rasa aman dan nyaman
untuk hidup. Berbagai pelanggaran hak atas lingkungan terjadi sebagai konsekuensi
maraknya pembukaan kran industry yang mengakibatkan pencemaran, pembukaan
hutan, pertambangan secara massal. Lebih jauh kran ekspor yang dibuka secara
besar-besaran oleh Negara yang diwakili pemerintah membuat pengurasan sumber
13
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
daya alam semakin menjadi-jadi. Permasalahan ini dipicu oleh kuatnya persepsi
harfiah atas Hak Menguasai Negara (HMN) sebagaimana yang dicantumkan dalam
Pasal 33 UUD 45 “bumi,air, dan kekayaan alam yang ada didalamnya dikuasai oleh
Negara demi sebesarnya kemakmuran rakyat”. Hak atas lingkungan hidup terjebak
dalam arus kekuasaan sepihak Negara dalam mengekspoitasi sumber daya alam
untuk pembangunan.
Jika dilihat dari aspek pelanggaran, negara dan modal menjadi pelaku
pelanggaran hak atas lingkungan dan masyarakat marginal/miskin kerap menjadi
korban. Dalam posisi ini masyarakat miskin/marginal harus dikuatkan untuk
mendapatkan jaminan hak atas lingkungan yang baik dan sehat yang dapat diterapkan
secara adil dan berkelanjutan.
80 -
70 - 36
60 - 24
50 -
40 - 36
30 - 28 26 33
20 - 5 11
10 - 16
0 - . . . . .
SUTET GALIAN C TOWER BTS PENCEMARAN LAIN-LAIN
Sumber: Hasil Pemantauan dan Advokasi Divisi Lingkungan dan Masyarakat Pesisir YLBHI Jateng
2006 2007
Sedangkan tahun 2007, sepanjang bulan Januari s/d Desember terdapat 91.
14
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
15
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
SUTET tidak akan dibebaskan tetapi diberikan ganti rugi. Sedangkan besaran
mengenai ganti rugi adalah sebesar 10% dai Nilai Jual Obyek Tanah.
Kelemahan dari aturan hukum ini adalah rendahnya kompensasi yang diberikan
oleh PLN, karena dilihat dari segi geografis biasanya jaringan SUTET melintang di
kawasan pedesaan atau pinggiran kota yang NJOP-nya sangat rendah.
Proses penyelesaian kasus SUTET sampai saat ini terbatas pada persoalan
ganti rugi, namun gangguan lingkungan yang tidak sehat, belum mendapatkan
penyelesaian. Padahal jika melihat hasil penelitian Dr. Anies M.Kes PKK terhadap
masyarakat yang berada di bawah jaringan SUTET di wilayah Tegal, Pemalang dan
Pekalongan menemukan bahwa SUTET 500kv mempunyai potensi gangguan
kesehatan berupa gejala-gejala sakit kepala, pening dan keletihan. Dengan demikian,
sampai saat ini warga yang tinggal di wilayah SUTET belum mendapatkan haknya atas
lingkungan yang baik dan sehat.
16
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
penting di desa tersebut. Hal ini berpengaruh terhadap warga sekitar yang
akhirnya segan dan menerima tower berdiri di dekat pemukiman masyarakat;
- Ketakutan akan radiasi dan kekhawatiran akan bahaya petir ataupun jika sewaktu-
waktu roboh dan menimpa rumah milik warga;
- Prosedur perjanjian ataupun pada saat membangun tower belum mempunyai ijin
yang lengkap, misalnya IMB, HO ataupun dokumen UKP/PL.
Di Jawa Tengah sendiri, belum terdapat regulasi yang mengatur pendirian tower
BTS. Regulasi yang digunakan adalah Undang-Undang Bangunan, ketika pihak
perusahaan telephone seluler telah mendapatkan ijin IMB maka Pemkot
memperbolehkan perusahaan mendirikan tower.
Masyarakat nelayan dan pesisir yang sangat bergantung pada sumber daya
pesisir dan masih mengalami kemiskinan yang semakin hari semakin meninkat. Hal ini
disebabkan oleh: 1) Faktor alam, yaitu tingginga gelombang air laut dan menrunnya
17
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
daya dukung lingkungan hidup, dan 2) Kebijakan Negara yang tidak berpihak pada
kepentingan nelayan dan masyarakat pesisir, seperti penataan ruang, pola pemasaran
ikan.
Pada tahun 2007, nasib nelayan semakin sulit dengan ketidak pastian akan
akses atau sumber daya pesisir dan laut. Ini berkaitan dengan disahkannya Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (PWP dan P2K).
Pasal 1 UU PWP dan P2K menyatakan bahwa pengelolaan pesisir dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun pada faktanya
persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat justru muncul karena kebijakan
pemerintah dalam melakukan pengelolaan kawasan pesisir. Penataan ruang kawasan
industry justru menjadi pemicu terjadi abrasi serta menurunnya daya dukung
lingkungan di kawasan pesisir. Pencemaran yang terjadi di kawasan peseisir justru
mengakibatkan kerugian bagi nelayan dan petani tambak.
Selain disebabkan karena kebijakan, menurunya daya dukung kawasan pesisir
disebabkan pula oleh ekploitasi sumber daya alam. Akses sumber daya kawasan
pesisir justru diberikan kepada pemilik modal. Seperti reklamasi Pantai Marina oleh PT
Indo Perkasa Usahatama, penambangan pasir laut, serta aktifitas industry lainnya
justru mencerabut hak masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya pesisir.
Ironisnya ekploitasi sumber daya alam yang dilakukan oleh pemilik modal dilegitimasi
oleh UU PWP dan P2K.
Amartya Sen dan diperjelas oleh Ostrom dan Schlager (1992) menyebutkan
ada lima hak yang dapat dimiliki masyarakat atas sumber daya alam (SDA) yaitu:
1. Hak akses
2. Hak memanfaatkan
3. Hak mengelola
4. Hak ekslusivitas, dan
5. Hak mentransfer atau alienasi.
Namun UU PWP dan P2K tidak memberikan jaminan akan hak-hak nelayan
tersebut secara tegas dan eksplisit.
Pasal 16 UU tersebut menyatakan bahwa pemanfaatan sumber daya pesisir
diberikan dalam bentuk hak pengusahaan perairan pesisir (HP3). Ini bisa dibaca
sebagai hanya mereka yang memiliki HP3lah yang berhak memanfaatkan sumber
daya perairan pesisir. Pasal 18 menyebutkan HP3 diberikan kepada perseorangan
Warga Negara Indonesia, badan hukum dan masyarakat adat. Secara prinsip, nelayan
dapat memliki HP3 baik sebagai individu, badan hukum dan masyarakat adat. Namun
18
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Laut Utara Jawa Tengah dan Laut Selatan Jawa Tengah mempunayi
karakteristik yang berbeda. Secara umum gelombang laut di Selatan Jawa lebih
besar jika dibandingkan dengan Laut Utara Jawa. Sehubungan dengan
penataan ruang, wilayah utara jawa didominasi oleh industry, hal ini terjadi di
Kabupaten Rembang, Kabupaten Demak, Kota Semarang dan Kabupaten
Kendal. Perusahaan-perusahaan dengan skala kecil hamper ada disetiap
wilayah peisir utara jawa. Mayoritas industry dengan skala kecil atau home
industry adalah industry pengolahan hasil laut. Sedangkan wilayah pesisir
selatan Jawa Tengah, hanya di Kabupaten Cilacap dijumpai Industri, seperti
Pertamina dan Pusat Listrik Tenaga Uap di Karangkandri.
Kondisi penataan ruang di wilayah Pesisir Utara dan Selatan Jawa
merupakan salah satu factor menurunnya daya dukung lingkungan di kawasan
pesisir. Berdasarkan monitoring di media surat kabar terpantau 3.759 hektar
19
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
tambak yang hilang akibat abrasi. Selain itu abrasi menyebabkan 1.782 KK
kehilangan rumah, di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, ada 9 dusun yang
menjadi korban akibat abrasi, 2 dusun diantaranya sudah tenggelam. Abrasi
hamper terjadi di wilayah pesisir Utara Jawa Tengah, mulai Kabupaten,
Muarareja, Suradadi, Warurejko Kabupaten Kendal, Bedono Kabupaten
Demak, Mangunharjo, Tugurejo Kota Semarang, Rowosari, Cepiring Kabupaten
Kendal, Kabupaten Jepara, Sayung Kabupaten Demak, Kecamatan Serang
Kabupaten Rembang, serta Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.
Faktor-faktor penyebab terjadinya abrasi, yaitu:
1. Berkurangnya hutan mangrove untuk perluasan kawasan industry;
2. Eksploitasi sumber daya alam di wilayah pesisir, salah satu contohnya
adalah penambangan pasir laut di Balong Kabupaten Jepara dan Patebon
Kabupaten Kendal. Sedangkan di Kabupaten Jepara, pencurian karang
laut telah menyebabkan berkurangnya habitat laut;
3. Perubahan arus gelombang laut
4. Penataan ruang wilayah pesisir, penempatan kawasan industry di wilayah
pesisir secara jelas berdampak terhadap lingkungan.
5. Pembangunan dengan cara mereklamasi di wilayah pesisir menyebabkan
hilangnya hutan mangrove dan tambak sebagai daerah tangkapan air.
20
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
c. Keamanan laut
Patroli laut Polairud dan TNI AL di perairan Jawa Tengah ternyata juga
belum memberikan kepastian akan rasa aman bagi nelayan ketika sedang
mencari ikan. Perampokan tidak hanya terjadi di wilayah darat, akan tetapi juga
sering dialami oleh nelayan di tengah laut. Salah satu contohnya adalah yang
dialami oleh nelayan di Kabupaten Tegal, yang terpaksa menyerahkan hasil
tangkapan dan perbekalan senilai Rp. 50.000.000 kepada perampok. Akibatnya
15 buruh nelayan yang menjadi ABK terpaksa pulang tanpa membawa hasil.
Ancaman terhadap nelayan ternyata tidak hanya karena perampokan hasil
tangkapan, akan tetapi juga oleh factor lain seperti ditabrak perahu yang lebih
besar, dan menabrak batu karang.
Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah penduduk pada tahun 2006 sebanyak
33.180.000 jiwa, memiliki kerentanan yang tinggi terhadap ketersediaan pangan beras.
Oleh sebab itu, peningkatan produksi beras untuk memenuhi kebutuhan penduduk
Jawa Tengah sekaligus memberikan kontribusi terhadap produksi beras tingkat
nasional merupakan prioritas pembangunan pertanian Jawa Tengah. Luas panen padi
rata – rata Jawa Tengah ( 2001 – 2006 ) seluas 1,6 juta Ha, dengan produksi rata –
rata 8,3 juta ton GKG, dan produktivitas rata – rata 53,17 ku/ha GKG.
Pada tahun 2007, pemerintah pusat mencanangkan Program Peningkatan
Produksi Beras Nasional (P2BN), dengan target Jawa Tengah untuk meningkatkan
produksi beras sebesar 500.000 ton, sehingga target produksi padi menjadi 9.102.272
ton GKG. Untuk mencapai sasaran produksi tersebut perlu adanya prioritas program
dan kegiatan yang tepat sasaran dan tepat manfaat. Berdasarkan Angka Ramalan III
tahun 2007 produksi padi 8.632.210 ton GKG atau 94,84% dibanding sasaran 2007.
Belum tercapainya target peningkatan produksi tersebut karena : 1) sebagian
besar bangunan irigasi sudah rusak; 2) turunnya daya dukung lahan pertanian; 3)
21
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
2.1.2.2. Perkebunan
22
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
(PBS dan PBN) seluas 53.641,02 ha (7,50 %), serta tenaga kerja yang terlibat
langsung dalam pembangunan perkebunan sebanyak 3,25 juta KK dengan
mengusahakan 67 komoditas, diantaranya 29 komoditas utama terdiri 20 jenis
tanaman tahunan dan 9 jenis tanaman semusim.
Sedangkan peningkatan kelembagaan diarahkan agar kelembagaan petani
dapt tumbuh dan berkembang guna meningkatkan kehidupan petani pekebun,
sehingga lembaga tersebut dapat berkembang dan mampu memenuhi kepentingan
pengembangan usaha perkebunan. Fasilitasi yang dilaksanakan untuk penumbuhan
dan peningkatan kelembagaan, meliputi Asosiasi Petani Komoditas Perkebunan, yang
sejak tahun 2002 telah terbentuk 7 asosiasi, yaitu APCI, APTO, APTI, APKI, DPD
APTRI, dan Pengusaha Agro Perkebunan; Asosiasi Komoditas Perkebunan Tingkat
Kabupaten (11 Asosiasi); Penumbuhan CCDC (Comodity Cooperative Development
Centre) sejumlah 7 buah; dan Penumbuhan Kelembagaan Pedagang Kecil Tembakau
(P3KT) di Kabupaten Temanggung meliputi 13 kecamatan; serta Penumbuhan
Koperasi berbadan hukum yang bergerak di bidang komoditas perkebunan di Jawa
Tengah telah terbentuk di 25 Kabupaten/Kota sebanyak 131 buah.
2.1.2.3. Peternakan
23
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
tahun 2006 sebesar 4,73 gram/kap/hari dan pada tahun 2007 sebesar 4,93
gram/kap/hari dari target 5,94 gram/kap/hari.
Revitalisasi pelayanan prima kepada publik khususnya masyarakat peternakan,
dilakukan melalui pengembangan Balai-Balai yang ada, yaitu meliputi :
1) Balai Inseminasi Buatan (BIB) Sidomulyo – Ungaran yang menyediakan benih
berupa semen beku sapi potong, sapi perah dan kambing PE yang berkualitas.
2) Balai Pelayanan Peternakan Terpadu (BPPT)untuk pelayanan kesehatan hewan.
3) Balai Perbibitan dan Budidaya Ternak (BPBT) untuk menyediakan bibit-bibit ternak
yang berkualitas.
4) Balai Pengembangan Sumberdaya Masyarakat Perternakan (BPSMP) untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui penyelenggaraan pelatihan
kepada masyarakat peternak maupun aparat bidang peternakan.
Permasalahan :
1) Belum beragamnya konsumsi pangan masyarakat, yaitu masih mengandalkan
ketergantungan pada beras, padahal di sisi lain terjadi pelandaian produktivitas
padi.
2) Belum optimalnya pengolahan hasil pertanian menjadi produk pangan yang
mempunyai daya saing dan mencerminkan ciri khas (kespesifikan) daerah.
3) Masih terbatasnya infrastruktur pendukung pertanian, dan semakin turunnya daya
dukung sumber daya lahan, seiring dengan masih tingginya tingkat konversi lahan
pertanian ke non pertanian.
4) Akses petani, nelayan, pembudidaya ikan, peternak dan masyarakat sekitar hutan
pada sumberdaya produksi termasuk permodalan, layanan usaha, teknologi dan
pasar masih sangat terbatas berakibat pada rendahnya produktivitas dan nilai
tambah.
5) Para pelaku agribisnis cenderung menjual produk primer, belum memanfaatkan
teknologi penanganan pasca panen dan pengolahan hasil guna meningkatkan nilai
tambah.
6) Belum optimalnya kemampuan produksi untuk mendukung ketersediaan bibit
ternak yang berkualitas, serta masih rendahnya produktivitas ternak, terutama sapi
potong sebagai penghasil daging dan sapi perah sebagai penghasil susu.
7) Kurang tersedianya bahan pangan asal hewan dan hasil olahan bahan pangan
asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal, yang diidentifikasikan masih
tingginya tingkat pelanggaran, seperti penjualan ayam bangkai, sapi glonggongan
dan penyelundupan produk hasil ternak dari beberapa negara.
24
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
2.1.3.1. Kehutanan
Hutan di Propinsi Jawa Tengah saat ini luasnya 647.133,00 ha atau 19,88%
dari luas daratan. Apabila termasuk hutan rakyat luas kawasan berfungsi hutan
sebesar 992.955 ha (30,31%). Luas tersebut telah sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang menyatakan bahwa hutan dalam suatu
wilayah akan berfungsi optimal apabila luasnya minimal 30% dari luas daratan. Namun
demikian lahan kritis yang ada di Propinsi Jawa Tengah masih cukup luas yaitu
1.038.080,97 ha, terdiri dari lahan potensi kritis seluas 173.914,87 ha, agak kritis
209.369,33, kritis 640.126,87 ha dan sangat kritis 14.669,90 ha. Lahan kritis tersebut
perlu direhabilitasi melalui pengelolaan lahan dan hutan berbasis DAS dengan
melibatkan masyarakat dan pemerintah kabupaten/ kota, agar dapat meningkatkan
daya dukung lingkungan dan bermanfaat secara ekonomi. Disamping itu dalam
pembangunan kehutanan perlu ada keseimbangan antara daerah hulu dan hilir serta
kepastian hukum kawasan hutan, sehingga perlu penyiapan prakondisi yang mantap
agar pengelolaan hutan ke depan dapat berdayaguna dan berhasil guna.
Kawasan hutan negara di Jawa Tengah yang dikelola oleh Perum Perhutani
tidak semuanya dalam kondisi optimal, sebab hutan tersebut mendapat gangguan
yang sangat serius berupa pencurian kayu dan kebakaran hutan. Pada tahun 2006,
pencurian kayu sebanyak 36.802 batang dengan nilai kerugian finasial sebesar Rp
7,375 milyar. Kerugian sebesar ini relatif lebih kecil atau menurun sebesar 49,85% dari
tahun 2005. Namun angka kebakaran hutan mengalami kenaikan sebesar 80,47%
dibanding tahun 2005, yaitu mencapai luas 10.194 ha dengan kerugian finansial
sebesar Rp. 3,599 milyar. Akibat kerusakan hutan dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan tata air, kekeringan, banjir, dan lain-lain.
Kebutuhan Bahan baku kayu untuk 3.567 unit industri kayu di Propinsi Jawa
tengah sebanyak + 7,06 juta m3 per tahun. Di luar keperluan bahan baku industri
untuk kebutuhan masyarakat diperlukan + 2,9 juta m3 per tahun. Produksi kayu bulat
dari Perum Perhutani saat ini hanya + 2,4 ribu m3 per tahun dan produksi dari hutan
25
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
rakyat + 2,2 juta m3 per tahun sehingga masih kekurangan + 7,76 juta m3 per tahun.
Untuk memenuhi kebutuhan kayu tersebut disamping dipenuhi dari luar Pulau Jawa,
juga telah dilakukan penanaman tanaman kayu-kayuan bantuan bibit sebanyak
982.665 batang atau setara dengan 2.456,67 ha dan memalui Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL/GERHAN) seluas 201.670 ha.
Dengan pelaksanaan otonomi daerah dimana pengurusan hutan yang
sebelumnya menjadi kewenangan pusat telah menjadi kewenangan daerah, diperlukan
kelembagaan kehutanan yang kuat yang didukung oleh sumberdaya manusia yang
memadai dalam kualitas dan kuantitas serta sarana dan prasarana yang cukup.
Disamping itu pembangunan kehutanan perlu dikoordinasikan dengan stakeholder
kehutanan sehingga pembangunan kehutanan tepat sasaran. Adapun hasil yang
dicapai pada tahun 2007 sebagai berikut :
1) Pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis dan lahan tidak produktif di 22 kabupaten
melalui penanaman bibit pohon sebanyak 222.550 batang yang meliputi jenis
tanaman jati unggul, suren, rambutan, kina, bambu dan jenis tanaman lainnya
(jenis tanaman serbaguna/Multi Purpose Trees Species). Disamping itu telah
dibangun hutan rakyat dengan pola kemitraan seluas 300 hektar.
2) Peningkatan hasil hutan non kayu dengan memanfaatkan lahan dibawah tegakan
hutan, melalui penanaman porang, janggelan (cincau) dan kapulogo. Kegiatan ini
sekaligus untuk memberdayakan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
3) Penyusunan rencana pengelolaan zona penyangga Taman Nasional Merapi -
Merbabu. Sedangkan untuk memberdayakan masyarakat sekitar taman nasional
telah dilaksanakan pelatihan dan bantuan alat pengolah biogas.
4) Pembangunan Gapura/Pintu Gerbang, Rumah Kaca, Pos Pengelolaan Tahura,
Pembibitan dan fasilitas lainnya di Kebun Raya Baturaden dan Penangkaran Rusa
di Tahura Ngargoyoso. Diharapkan Tahura Ngargoyoso dan Kebun Raya
Baturaden menjadi sumber plasma nutfah dan daya tarik wisata Jawa Tengah.
26
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Permasalahan :
1) Masih tingginya lahan kritis dan lahan tidak produktif di Jawa Tengah yang belum
dimanfaatkan secara optimal
2) Masih tingginya tingkat erosi dan sedimentasi yang diakibatkan oleh erosi tebing
sungai.
3) Keterbatasan modal dan informasi pasar para petani hutan rakyat di lahan kritis.
4) Daerah hulu (Catchment area) waduk dan bangunan strategis lainnya belum
tertangani secara optimal.
5) Tingkat kerusakan hutan di wilayah Pantura yang mengancam kehidupan wilayah
pesisir.
6) Pengelolaan lahan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) kritis belum dilakukan
secara optimal.
7) Masih banyaknya gangguan keamanan dan perlindungan hutan sehingga
menyebabkan kerusakan hutan /berkurangnya fungsi hutan sebagai fungsi
produksi, fungsi pengatur tata air, fungsi pelestarian flora dan fauna dan fungsi
lainnya.
8) Fasilitas dan sarana penunjang kawasan konservasi Taman Nasional di Jawa
Tengah belum optimal.
9) Fasilitas dan sarana penunjang pelestarian alam Kebun Raya dan Taman Hutan
Raya belum optimal.
10) Partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan dan konservasi alam belum
optimal.
11) Kegiatan pengelolaan hutan Negara di Jawa Tengah dan pengusahaan hutan dan
hasil hutan di Jawa Tengah belum memberikan pendapatan Negara dari sumber-
sumber kehutanan yang optimal.
12) Beberapa industri perkayuan dikelola tidak efisien dan kebutuhan bahan baku
untuk industri perkayuan sudah melampaui ketersediaan bahan baku kayu yang
berasal dari hutan Negara maupun hutan rakyat.
13) Belum tersedianya data dan informasi tentang kondisi fisik, biofisik, perkembangan
dan perubahan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk memberikan informasi
27
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Provinsi Jawa Tengah mempunyai wilayah seluas 32.284,268 km2 atau sekitar
23,97 % dari luas wilayah Pulau Jawa, terletak pada koordinat antara 5°40′ - 8°30′
Lintang Selatan, 108°30′ - 111°30′ Bujur Timur, memiliki potensi pengembangan usaha
perikanan laut yang sangat besar. Di Laut Jawa, kaya akan jenis-jenis ikan pelagis
kecil (small pelagic) dan ikan demersial dengan potensinya sebesar 796.640,00
ton/tahun, sedang Samudera Indonesia kaya dengan potensi udang dan ikan-ikan
pelagis besar seperti tuna, hiu dan lain sebagainya sebesar 1.076.890,00 ton/tahun.
Provinsi Jawa Tengah yang diapit oleh tiga provinsi besar, yaitu Provinsi Jawa
Timur, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, mempunyai
keuntungan tersendiri dari segi pemasaran, baik dalam bentuk ikan hidup atau segar,
maupun pemasaran benih ikan. Disamping itu, memiliki potensi yang cukup besar
untuk pengembangan usaha budidaya perikanan air tawar, perairan pedalaman, air
payau, maupun budidaya laut, yang keseluruhannya mencapai luasan 293.000 ha.
Disamping itu, juga merupakan salah satu provinsi yang kaya dengan potensi perairan
pedalaman, diperkirakan mencapai luas 44.328,46 ha, terdiri dari waduk (23.545,75
ha), sungai (15.876,20 ha), rawa (3.660,20 Ha), dan telaga (1.246,31 Ha). Untuk
waduk saja, di Jawa Tengah terdapat 37 buah waduk, di antaranya terdapat waduk-
waduk besar yang sangat potensial, yaitu Waduk Gajahmungkur (Kab. Wonogiri),
Waduk Wadaslintang (Kab. Wonosobo), Waduk Mrica (Kab. Banjarnegara), dan
Waduk Kedung Ombo (Kab. Sragen, Boyolali, dan Grobogan). Pada waduk-waduk
besar tersebut telah berkembang pula budidaya ikan di karamba jaring apung dengan
komoditas unggulan Nila Merah.
28
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Permasalahan :
1) Masih terbatasnya sarana dan prasarana untuk mendukung perikanan tangkap
(seperti Pelabuhan Perikanan, Pusat Pendaratan Ikan dan Tempat Pelelangan
Ikan), perbenihan ikan dan udang, perikanan budidaya, pasca panen dan
pengembangan kawasan agropolitan.
2) Belum seimbangnya ekploitasi sumberdaya perikanan dan kelautan antara wilayah
Pantai Utara dan Pantai Selatan, yang mengakibatkan tekanan pada sumberdaya
perikanan yang ada, serta usaha para nelayan menjadi kurang/tidak profitable.
3) Belum dimanfaatkannya teknologi ramah lingkungan dalam penangkapan dan
pengolahan hasil perikanan dan kelautan.
29
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
2.1.4.1. Perdagangan
30
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
31
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Permasalahan :
1) Persaingan Global yang semakin tajam terutama dengan negara China dan
Vietnam; sehingga berpengaruh terhadap kinerja pelaku ekspor.
2) Belum terintegrasinya networking akses suplai produk dan akses pasar yang
disebabkan oleh terbatasnya informasi pasar bagi dunia usaha.
3) Produktivitas dan daya saing (mutu dan sertifikasi) beberapa produk ekspor
masih rendah.
4) Penerapan standarisasi dan merek dagang atas produk berorientasi ekspor
masih terbatas.
5) Infrastruktur penunjang kegiatan ekspor kurang mendukung (pendangkalan
pelabuhan, rob, bongkar muat tinggi)
6) Terbatasnya networking para pelaku ekspor dalam pengembangan akses dan
perluasan pasar luar negeri.
7) Alokasi dana untuk program pengembangan ekspor dirasakan masih sangat
terbatas; sehingga belum mencukupi untuk membiayai cakupan lokasi dan
kegiatan yang lebih luas.
8) Pemahaman dan interpretasi atas Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagai
dasar dalam pelaksanaan kegiatan APBD masih berbeda-beda sehingga
menyulitkan dalam pelaksanaan kegiatan dilapangan.
9) Belum terintegrasinya kebijakan dan program pengembangan perdagangan
antara Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota;
10) Adanya perbedaan persepsi terhadap kebijakan dan program pengembangan
perdagangan; sehingga penjabaran program kegiatan pada masing-masing
daerah berbeda-beda dan tidak terfokus sehingga hasil-hasil pelaksanaan
kegiatan perdagangan belum mencapai sasaran yang optimal.
11) Belum optimalnya jangkauan pelayanan kemetrologian yang disebabkan antara
lain terbatasnya sarana mobilitas dan peralatan standar yang sebagian besar
sudah tidak ekonomis untuk digunakan.
12) Berkembangnya usaha Ritel Modern yang dirasakan berpengaruh terhadap
perkembangan usaha Dagang Kecil dan Menengah di Pasar Tradisional.
13) Terjadinya fluktuasi dan kesenjangan harga kebutuhan pokok masyarakat antar
Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah dan kurang lancarnya distribusi barang dan
jasa.
14) Rendahnya posisi tawar petani produsen komoditi hasil pertanian sehingga
belum memperoleh harga yang layak dan menguntungkan.
32
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
2.1.4.2. Perindustrian
33
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Hasil yang dicapai pada tahun 2007 adalah penerapan pola perkuatan klaster
untuk meningkatkan kualitas produk, daya saing dan efisiensi pada industri khususnya
industri skala kecil dan menengah karena klaster merupakan aglomerasi ekonomi yang
melibatkan para pelaku Industri dari hulu hingga hilir yang membentuk mata rantai nilai
tambah sehingga terjadi sinergitas antara industri inti, industri terkait maupun
pendukungnya.
Disamping itu telah dilakukan pula peningkatan potensi agroindustri seperti
industri makanan dan minuman, upaya pengembangannya telah ditempuh melalui
berbagai kegiatan antara lain; pelatihan dan penerapan GMP (Good Manufacturing
Practices) atau cara berproduksi makanan dan minuman yang baik sehingga
memenuhi syarat sanitasi dan higienis perusahaan, HACCP (Hazard Analysis
Critical Control Points) merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang
diterapkan untuk menjamin keamanan pangan, bantuan mesin peralatan,
pendampingan usaha, peningkatan penerapan teknologi tepat guna, serta peningkatan
layanan di 6 UPT (Unit Pelayanan Teknis) bagi Industri skala kecil dan menengah.
Sementara itu untuk meningkatkan kandungan lokal serta penggunaan produksi
dalam negeri telah dilaksanakan melalui berbagai kegiatan pelatihan, bantuan paket
peralatan dan magang, serta pengenalan produk melalui even-even pameran seperti
Inacraft, PPEI dan IKRA di Jakarta.
Berbagai langkah dan upaya juga terus dilakukan agar produk-produk Industri
skala kecil dan menengah orientasi ekspor semakin memenuhi persyaratan standar
mutu yaitu dengan pendampingan dan pelatihan sistem Manajemen Mutu ISO-9000
bagi Industri skala kecil dan menengah, antara lain industri keramik, mebel, tekstil dan
produk tekstil, makanan dan logam. Pengembangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
berbasis sutra juga terus dikembangkan melalui pelatihan teknologi produksi industri,
magang IKM sutra bagi 20 IKM di makasar, Provinsi Sulawesi selatan.
Untuk meningkatkan daya saing serta perlindungan hukum bagi IKM, telah
diberikan bantuan pendaftaran merk bagi 45 IKM serta registrasi HKI bagi 150 Perajin
Industri skala kecil dan menengah.
Permasalahan :
1) Masih lemahnya struktur industri.
2) Ketergantungan terhadap bahan baku yang berbasis impor untuk produk – produk
tertentu (30 – 60 %).
3) Kualitas SDM industri masih terbatas, utamanya dalam pengembangan desain,
penguasaan teknologi proses dan teknologi informasi.
34
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
2.1.4.3. Transmigrasi
35
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Permasalahan :
1) Rendahnya jalinan komunikasi antara daerah pengirim dan daerah penempatan
transmigran sehingga banyak dijumpai berbagai hambatan baik aspek
ekonomi/sosial budaya.
2) Masih rendahnya skill, knowledge dan attitude bagi calon transmigran.
2.2. Dua Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan (Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera)
Pada tahun 2006, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) adalah 6.168.889 PUS
dan peserta KB sebanyak 4.681.482 pasang (75,89 %) dan bukan peserta sebanyak
1.487.407 (24,11%). Kondisi ini menjadi tatantangan yang cukup berat, karena harus
menjaga agar peserta KB tidak droup out, dan melayanai peserta KB baru. Sebagian
peserta KB isteri usia diatas 30 tahun, yaitu 4.126.220 orang (66,89 %) dan usia 20 –
30 tahun sebanyak 1.899.382 orang (30,79 %).
Dalam penggunaan alat kontrasepsi, suntik sebanyak 2.560.039 orang
(41,39%), pil sebanyak 862.307 orang (13,94%),dan IUD sebanyak 498.386 orang
(8,06 %). Peserta KB baru sebanyak 709.250 orang. Pada tahun 2006 terdapat 377
kasus kegagalan dalam penggunaan alat kontrasepsi dan 509 kasus komplikasi.
Kasus kegagalan IUD sebanayak 183 kasus (48,54 %), kegagalan implant 105 kasus
(27,85%), komplikasi IUD 233 kasus (45,78%), dan komplikasi suntik 149 kasus
(29,27%).
36
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Permasalahan :
1) Banyaknya jumlah penduduk miskin termasuk di dalamnya Keluarga Pra Sejahtera
dan Keluarga Sejahtera-I.
2) Rendahnya akses, kualitas, cakupan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.
3) Masih banyaknya penduduk yang melangsungkan perkawinan pada usia remaja
dan rendahnya pengetahuan remaja dalam hal Penyakit Menular Seksual (PMS)
termasuk HIV/AIDS.
4) Jumlah penduduk senantiasa mengalami peningkatan dan struktur penduduk
mengarah kepada penduduk Lanjut Usia (Lansia).
5) Menurunnya kualitas dan kuantitas pengelolaan program KB .
37
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
pendidikan sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) persen dari APBN serta dari APBD
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Ketentuan 20 (dua puluh) persen sampai tahun 2007 ini baik secara nasional
maupun di Pemkab. Grobogan (kurang lebih baru 16 %) sendiri belum mampu
memenuhi amanat UUD Negara RI Tahun 1945 tersebut, disebabkan keterbatasan
alokasi anggaran meskipun dari tahun ke tahun telah mengalami peningkatan yang
signifikan.
Bagi Kabupaten Grobogan permasalahan berkaitan dengan bidang
pendidikan, antara lain sebagai berikut :
a) belum memadainya kualitas lulusan pendidikan ;
b) belum memadainya peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan
pembangunan pendidikan ;
c) belum memadainya sarana dan prasarana pendidikan ;
d) belum meratanya pembangunan pendidikan bagi seluruh wilayah di Kabupaten
Grobogan ;
e) belum optimalnya sinkronisasi antara kebutuhan tenaga kerja dengan kualifikasi
lulusan pendidikan ;
38
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
sebesar 0,26 persen dari tahun ajaran sebelumnya, sedangkan untuk SMP/sederajat
sebesar 69,01 persen atau meningkat sebesar 4,39 persen dari tahun ajaran
sebelumnya sebesar 64,62 persen serta pada SMA/sederajat sebesar 39,56 persen
atau meningkat sebesar 4,73 persen dari tahun ajaran sebelumnya.
Indikator lain dari perkembangan pendidikan juga dapat dilihat dari Angka
Putus Sekolah (APS) pada tahun ajaran 2005/2006 untuk SD/sederajat terjadi
penurunan sebesar satu persen dari tahun ajaran sebelumnya sebesar 0,29 persen,
sedangkan untuk SMP/sederajat 0,98 persen dibandingkan tahun anggaran
sebelumnya terjadi penurunan sebesar 0,05 persen, selanjutnya untuk SMA/sederajat
terjadi penurunan sebesar 0,04 persen dari tahun ajaran sebelumnya sebesar sebesar
0,90 persen.
Terkait dengan sarana prasarana bidang pendidikan, pada tahun ajaran
2005/2006 Jawa Tengah memiliki 23.832 unit SD/MI dengan jumlah guru sebanyak
212.420 orang dan sebanyak 3.888.779 siswa. Untuk tingkat SMP/MTs/sederajat
terdapat 4.101 unit sekolah, dengan guru sebanyak 97.071 orang dan jumlah siswa
sebanyak 1.508.517 orang. Tingkat SLTA/SMK terdapat 2.155 unit sekolah dengan
guru sebanyak 63.661 orang dengan murid sebanyak 878.245 orang. Untuk gedung
sekolah pada tahun 2006, terdapat 89.755 ruang kelas sekolah jenjang SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA dan SMK yang rusak. Jumlah ruang kelas yang rusak ringan
mencapai 67.175 (34,49 persen), rusak sedang mencapai 19.207 (9,86 persen) dan
rusak berat mencapai 14.231 (7,31 persen) dari total ruang kelas sebesar 194.760.
Tahun 2007 penuntasan Buta Aksara pada usia produktif sebanyak 294.090
warga belajar, sisa diluar usia produktif akan diselesaikan pada tahun 2008 yang
merupakan program penuntasan pembinaan dan pelestarian. Dari aspek keberhasilan
Program Pemberantasan Buta Aksara, Gubernur Jawa Tengah memperoleh Anugerah
Aksara Tingkat Utama pada peringatan Hari Aksara Internasional ke-42 di Makassar
pada bulan September 2007.
Berkaitan dengan relevansi pendidikan, khususnya pendidikan menengah
kejuruan, dari jumlah SMK yang ada sekitar 810 sekolah, 94,32% telah menerapkan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) melalui pemagangan di dunia kerja/industri. Hal
tersebut menunjukkan adanya upaya dunia pendidikan untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan pasar kerja. Aspek kualitas dan relevansi pendidikan sangat terkait dengan
peningkatan mutu dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang
berhubungan dengan input dan output proses pembelajaran. Sehubungan dengan itu,
pada tahun 2007 Jawa Tengah keluar sebagai Juara Umum dalam kegiatan Pemilihan
Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Nasional.
39
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Keberagaman seni budaya yang ada di Jawa Tengah merupakan modal dasar
pembangunan bagi pengembangan bidang pariwisata dan bidang kebudayaan itu
sendiri. Potensi tersebut perlu digarap secara intensif sesuai dengan karakteristik
daerah sehingga nantinya dapat memperkaya khasanah budaya daerah yang pada
akhirnya dapat memberikan kontribusi serta mendukung pengembangan sektor
pariwisata. Kondisi tersebut menjadikan kebudayaan (seni-budaya) memiliki peran
yang strategis dalam membangun dan menggarap sisi nilai rohani, kemanusiaan serta
interaksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat melaui berbagai forum dan kegiatan
apresiasi dan pelestarian seni budaya daerah.
Dalam rangka pembinaan budaya di tingkat sekolah, Jawa Tengah telah
mencoba menerapkan kurikulum Bahasa Jawa sebagai Bahasa Jawa sebagai mata
pelajaran muatan lokal pada jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK. Selain itu
melalui Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah nomor 434/83/2006 tentang
Penggunaan Bahasa Jawa di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebagai
komitmen untuk mendukung pelestarian bahasa/budaya daerah.
Beberapa hal yang telah dicapai dalam bidang kebudayaan antara lain :
pelestarian benda-benda cagar budaya, konservasi dan pembangunan kawasan situs,
berkembangnya jumlah Perpustakaan Daerah maupun Taman Bacaan Masyarakat
(TBM).
Permasalahan :
1) Masih belum optimalnya upaya penyelamatan dan pemanfaatan benda cagar
budaya sebagai asset peninggalan sejarah;
2) Kurang optimalnya fasilitasi apresiasi dan pengembangan bahasa serta sastra
daerah dan Indonesia;
40
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
41
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Permasalahan :
1) Diversifikasi usaha dan sistem distribusi KUMKM belum berkembang secara
optimal
2) Kebanyakan KUMKM memiliki keterbatasan dalam mengakses kepada sumber
pembiayaan dan permodalan, disamping kebanyakan KUMKM masih
mengandalkan modal sendiri yang sangat terbatas jumlahnya, akibatnya kegiatan
usahanya sulit memenuhi skala ekonomi dan tidak berjalan dengan baik bahkan
cenderung menurun karena biaya yang tinggi
3) Kualitas SDM dan kelembagaan KUMKM rata-rata masih rendah, khususnya
dalam bidang manajemen, organisasi, pemasaran, tekhnologi serta masih
rendahnya jiwa dan semangat kewirausahaan KUMKM
4) Iklim usaha masih belum sepenuhnya kondusif, khususnya yang mencakup aspek
legalitas usaha, praktek bisnis dan persaingan usaha yang tidak sehat,
ketidakpastian lokasi usaha dan masih lemahnya koordinasi dan pemberdayaan
KUMKM
5) Masih lemahnya KUMKM dalam penguasaaan teknologi khususnya dalam hal
packaging, sanitasi higienitas produk makanan dan minuman, perlindungan hukum
atas produk, informasi, sarana dan prasarana
6) Pengembangan komoditi unggulan daerah melalui kegiatan promosi, misi dagang,
pameran, kemitraan dan sebagainya belum optimal dilaksanakan
42
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
2.3.5.1. Kepemudaan
Besarnya jumlah pemuda merupakan salah satu modal dasar bagi pelaksanaan
pembangunan. Guna mengoptimalkan modal dasar tersebut, berbagai program
pembangunan kepemudaan telah dilaksanakan, antara lain melalui upaya pembinaan
pemuda, pengembangan kegiatan sosial ekonomi produktif pemuda dan pembinaan
lembaga / organisasi kepemudaan.
Upaya-upaya tersebut walaupun belum diperoleh optimalisasi hasil, namun
telah menunjukkan beberapa hasil yang positif. Generasi muda Indonesia di berbagai
event telah menunjukan prestasi yang cukup membanggakan, antara lain melalui
prestasi di bidang keolahragaan, seni-budaya, serta karya ilmiah baik di tingkat
regional, nasional dan bahkan internasional. Beberapa penghargaan telah diperoleh
generasi muda di Jawa Tengah, seperti :
1) Pemuda Pelopor Jawa Tengah mendapat Penghargaan Pemuda Pelopor Tingkat
Nasional (masing-masing Ahmad Failasuf untuk Bidang Kewirausahaan, Teguh
Subroto untuk Bidang Pendidikan, Joko Istianto untuk Bidang Teknologi Tepa
Guna dan Rianto Purnomi untuk Bidang Budaya dan Pariwisata);
2) Keikutsertaan dalam program Kapal Pemuda Nusantara dari Kementerian Negara
Pemuda dan Olahraga (2 orang pemuda);
3) Partisipasi dalam Porgram Pertukaran Pemuda Antar Negara ASEAN-Jepang,
Indonesia-Australia dan Indonesia-Kanada (3 orang pemuda).
Namun kondisi positif ini dirasakan menjadi sedikit menurun karena perilaku
sebagian masyarakat antara lain masih banyak dijumpai berbagai kasus kenakalan
pemuda-pelajar seperti tawuran antar pelajar, keterlibatan dalam tindak kriminal dan
pemakaian obat-obat terlarang.
Kebijakan Program :
Kebijakan-kebijakan pada urusan Kepemudaan tersebut dijabarkan dalam 3 (tiga)
program pembangunan, yang terdiri dari
1) Peningkatan Pembinaan Pemuda
Program ini bertujuan untuk melindungi segenap generasi muda dari
penyimpangan perilaku dan penyalahgunaan miras dan napza serta penyakit
sosial masyarakat lainnya.
2) Pengembangan Kegiatan Sosial Ekonomi Produktif Pemuda
43
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Permasalahan :
1) Meningkatnya kenakalan dan perilaku kriminal dikalangan pemuda;
2) Belum berkembangnya kegiatan sosial ekonomi produktif dikalangan pemuda;
3) Belum optimalnya peran serta lembaga/organisasi kepemudaan dalam
penanganan permasalahan generasi muda.
2.3.5.2. Olahraga
44
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Tahun 2006, hal-hal yang telah dicapai antara lain : dilaksanakannya pembinaan
70 klub olah raga pelajar dan 180 pelatihan pembina olah raga, peningkatan prestasi
olah raga Jawa Tengah di tingkat regional, nasional dan internasional, peningkatan
perolehan jumlah medali dalam PON XVI di Sumatera Selatan. Pada pelaksanaan
PON XVI di Palembang Sumatera Selatan, Jawa Tengah menempati peringkat IV.
Walaupun belum memenuhi target sebagaimana yang diharapkan yaitu menempati
peringkat III, namun dari perolehan medali meningkat cukup significan yaitu dari
perolehan medali 42 emas, 62 perak dan 65 perunggu pada PON XV Surabaya
menjadi 56 emas, 64 perak dan 64 perunggu.
Kondisi positif ini tentu saja harus tetap dipertahankan melalui pembinaan,
pembibitan dan pemanduan bakat yang terarah dan berkesimbungan yang disertai
dengan penyediaan fasilitas sarana/ prasarana olahraga yang memadai dan
peningkatan profesionalisme manajemen organisasi olahraga daerah serta
peningkatan partisipasi masyarakat.
Di samping itu, perkembangan pemasyarakatan olahraga juga sudah
menunjukkan kemajuan yang relatif menggembirakan. Hal ini terlihat dari tumbuhnya
perkumpulan/kelompok olahraga masyarakat di berbagai tempat seperti fitnes,
olahraga pernapasan, perkumpulan bersepeda dan sebagainya.
Permasalahan :
1) Belum terarahnya pola pembibitan, pembinaan dan pemanduan atlet olahraga;
2) Lemahnya kapasitas kelembagaan organisasi olahraga daerah;
3) Sarana dan prasarana olahraga yang kurang memadai;
4) Belum membudayanya kebutuhan olahraga sebagai bagian dari pola hidup sehat
dikalangan masyarakat; serta
5) Pola pembinaan, pembibitan dan pemanduan bakat prestasi atlet olahraga belum /
kurang terarah.
6) Belum terjaminnya tingkat kesejahteraan bagi atlit berprestasi.
45
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
bernegara. Ketentuan ini terdapat dalam Pasal 21 dan 22 Konvensi Hak-Hak SIpil dan
Politik dan telah dijamin dalam Pasal 23 ayat 2 UU HAM yaitu “setiap orang berhak
untuk mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati
nuraninya secara lisan dan atau tulisan”. Hal ini diperjelas dan diperkuat didalam Pasal
25 UU HAM, dijelaskan bahwa menyampaikan pendapat umum sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur hak ini adalah UU No.9 tahun 1998, khususnya Pasal 10 yang mengatur
bahwa penyampaian pendapat dimuka umum wajib diberitahukan kepada pihak Polri.
Dan pihak kepolisian berkewajiban untuk memberikan SPPT setelah menerima surat
pemberitahuan. Berikut kasus-kasus pelanggaran hak kebebasan berkumpul,
berpendapat dan berekspresi di Jawa Tengah berdasarkan hasil moitoring LBH
Semarang:
Pada tanggal 4 April 1997, Solidaritas Falun Gong telah mengirimkan surat
pemberitahuan kepada Kapolres Semarang Timur tentang rencana aksi damai pada
tanggal 7 April 2007 dalam bentuk pawai. Aksi damai dimulai dari taman KB –
Simpang Lima – Gajah Mada – Kranggan – Benteng – Ki Mangun Sarkoro – Tlogorejo
– Simpang Lima (finish). Namun pihak kepolisian yang menerima surat pemberitahuan
dari Falun Dafa, yaitu Polres Semarang Timur tidak memberikan Surat Tanda Terima
Pemberitahuan (STTP).
Sebagaimana direncanakan, maka pada tanggal 7 April 2007, 100 pengikut
Falon Gong melakukan pawai damai di Lapangan Pancasila Kawasan Simpang Lima.
Namun aksi damai ini dibubarkan Polwiltabes karena dinilai tidak mendapatkan STTP
–aksi tersebut dinilai tidak mendapat izin-. Sobagio al Liem Soe Hok sebagai pihak
penanggung jawab ditangkap dan disangkat dengan Pasal 216 KUHP Jo Pasal 15 UU
No.9 Tahun 1998 dan 510 KUHP.
Padahal sesuai dengan ketentuan undang-undang, jika seseorang atau
sekelompok orang akan melakukan penyampaian pendapat dimuka umum diminta
untuk memberitahukan, dan sebaliknya kewajiban polisi untuk memberikan STTP
kepada mereka yang menyampaikan pendapat dimuka umum. Ketentuan tersebut
seperti tercantum didalam Pasal 13 ayat 1a yang menyatakan bahwa setelah
menerima surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Polri wajib
segera memberikan STTP.
46
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Pada hari Kamis, 21 Juni 2007, di Aula Rumah Makan Taman Sari, Interaksi
Solidaritas Antar Elemen Masyarakat (INSAN EMAS) bekerjasama dengan Lembaga
Pengabdian Hukum YAPHI (LPH YAPHI) menyelenggarakan seminar nasional
dengan tema : “ MEMPERKUAT KETAHANAN MASYARAKAT SIPIL TANPA
KEKERASAN”.
Pada seminar tersebut panitia mengundang sekitar 170 peserta yang antara
lain terdiri dari: perwakilan Pemerintahan Kelurahan, perwakilan dari Kecamatan,
Tokoh Ormas, Tokoh Agama,dll. Pembicara dalam seminar tersebut adalah Imam
Aziz – mantan Direktur LIKS Yogyakarta yang menggantikan Dawam Raharda yang
sakit-, Arie Sujito–Dosen FISIP universitas Gajah Mada – dan Abina Musthofa Kamil–
Pengasuh/Pembina Pondok Pesantren Baitul Musthofa- dan sebagai moderator
adalah Abdullah Faisol- Dewan Presidium Insan Emas-.
Sehari sebelum pelaksanaan seminar, Sekretaris Panitia mendapatkan
telepon dari orang yang tak dikenal dengan mengatas namakan LUIS (Laskar Umat
Islam Surakarta) yang meminta seminar harus dibatalkan karena Dawam Raharjo
diharamkan dan tidak boleh masuk Solo. Pihak panitia memberikan keterangan
bahwa Dawam tak bias hadir karena sakit, selanjutnya penelepon menyatakan agar
Dawam bertobat karena dia membawa islam ke liberal dan Islam tidak bisa
diliberalkan.
Pada pelaksanaan seminar, Kapolsek Colomadu Karanganyar mendatangi
RM. Taman Sari, kepada pemilik rumah makan diminta supaya seminar dibatalkan
47
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
dan melarang makanan kecil dikeluarkan. Tetapi pemilik rumah makan menolak,
namun Kapolsek marah dan menggebrak meja dengan keras sehingga pemilik rumah
makan ketakutan dan meminta panitia segera dating. Selama itu pemilik rumah
makan dan staf diancam polisi, bahkan dilarang memasuki dapur dan memasak
makanan.
Panitia memutuskan untuk tetap melangsungkan seminar. Namun terjadi
tekanan dan ancaman bahwa seminar akan dihentikan. Maka terjadi keributan kecil di
lantai bawah antara Yusuf Suramto SH (advokat, Koordinator PPHM-LPH YAPHI),
Winarso dan aparat dari Polres Karanganyar. Akhirnya terjadi negosiasi bahwa
seminar harus selesai ja, 10.30 tapi panitia menolak, akhirnya disepakati bersama
jam 11.30. Namun aparat Polres Karanganyar melanggar kesepakatan dengan
mendatangkan pasukan satu kijang penuh dan 2 truk lengkap dengan pentungan dan
siap siaga di bawah ruang seminar.
Sebagai akibatnya peserta seminar kurang nyaman terutama aparat birokrasi.
Berdasarkan berbagai pertimbangan, maka panitia memutuskan seminar dihentikan
dengan terpaksa. Setelah seminar selesai aparat kepolisian menceritakan bahwa
aparat kepolisian Karanganyar ketakutan akan tekanan dari LUIS.
48
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Jumlah penduduk Jawa Tengah hingga tahun 2006 sebanyak 33.179.062 jiwa,
terdiri dari laki-laki 16.526.491 jiwa dan perempuan 16.712.657 jiwa dengan rata-rata
kepadatan penduduk sebesar 1.011 jiwa/km2. Prediksi jumlah penduduk pada akhir
tahun 2007 dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 0,67 % atau 33.186.292
jiwa. Sedangkan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 1.020 jiwa/km2, dengan
angka ketergantungan (dependency ratio) 49,01 %
Penyelenggaraan pelayanan kependudukan dan catatan sipil dirasakan masih
belum optimal. Karena Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berusaha terus
meningkatkan pengelolaan administrasi kependudukan dan catatan sipil. Sampai tahun
2007, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah melaksanakan pelatihan dan fasilitasi
dalam rangka penerapan Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK) secara terpadu di
Kabupaten/Kota, penataan sistem Koneksi (Inter-Phase). Tahap Awal, Nomor Induk
Kependudukan (NIK), koordinasi kebijakan kependudukan dan catatan sipil antara
pemerintah provinsi dengan kabupaten/kota, serta peningkatan pelayanan kepada
masyarakat.
49
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Sementara ini data kependudukan dan pencatatan sipil yang tersedia di Provinsi
Jawa Tengah belum terintergrasi dalam suatu sistem data base yang mudah diakses
untuk berbagai kepentingan.
Pada tahun 2006 telah melaksanakan pelayanan pembuatan Akte Kelahiran
secara gratis sebanyak 25 Kabupaten/Kota. Keberhasilan yang telah dicapai pada
Tahun 2007 meningkat menjadi 32 kabupaten/kota untuk pelayanan pembuatan Akte
Kelahiran secara gratis dan diharapkan pada tahun 2008 semua Kabupaten/Kota.
Selanjutnya dalam rangka persiapan untuk mendukung pelaksanaan PILKADA
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah
berhasil membuat database Daftar Pendududuk Potensial Pemilih Pilkada (DP4) ke
35 Kabupaten/Kota.
Permasalahan :
1) Data pendududuk kurang akurat
2) Belum tersedianya data base penduduk;
3) Belum optimal dan mantapnya pelayanan kependudukan dan catatan sipil,
pengelolaan admnistrasi serta sistem informasi kependudukan.
50
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
beralkohol, saat ini tidak hanya berada di tengah kota saja, namun menjalar di
masyarakat pedesaan hingga ke pelosok hutan. Bahkan masih banyak warung-
warung yang menjualnya secara bebas. Hak Anak Disebutkan pemakai miras bukan
saja hanya orang dewasa, tapi sudah merambah kepada anak-anak sekolah (pelajar).
Padahal bagi pemakai miras, dampak negatifnya, bukan saja kepada dirinya saja,
melainkan juga kepada orang lain maupun masyarakat disekitarnya.
Banyak kejadian kriminalitas, mulai dari perkosaan, penganiayaan, dsb,
karena pelakunya lebih dahulu mabok setelah menenggak miras. Pemusnahan barang
bukti miras oleh Polres dan Satpol PP berlangsung di TPA Ngembak Kec. Purwodadi.
Barang bukti tersebut sebagai sitaan dan hasil Operasi yang dilakukan beberapa bulan
ini.
51
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
0,45 % dan rujukan 0,75 % Dalam pelaksanaan masih dijumpai kendala al.: masih ada
keluarga non gakin yang mendapatkan kartu Askeskin, masih ada keluarga miskin
yang belum tahu prosedur penggunaan haknya, guna mengatasi hal ini telah diambil
langkah seperti sosialisasi terhadap perangkat desa, tokoh masyarakat tentang
sasaran dan prosedur penggunaan Askeskin, sehingga diharapkan pada pelaksanaan
pada tahun 2008 dapat lebih tepat sasaran yaitu pada keluarga miskin yang telah
mempunyai askeskin.
Sedangkan untuk Pelayanan Kesehatan bagi ibu hamil, bayi dan anak
bertujuan untuk pemenuhan kesehatan dan hak-hak mendapatkan pelayanan
kesehatan. Adapun target dalam 1 (satu) tahun, baik untuk ibu hamil, bayi, anak dan
persalinan sebesar 90%, sedangkat relaisasinya untuk ibu hamil 78,2%, persalinan
78,2%, bayi 74,4%, anak 69%, adapun kendalanya belum semua sasaran mau
periksa sesuai dengan standart yang ada, solusi yang diambil sosialisasi kepada
masyaratkat, peningkatan ketrampilan petugas kesehatan, dan memerintah kepada
seluruh Kepala Puskesmas untuk proaktif.
Sedangkan untuk kegiatan pemberantasan penyakit seperti DBD, untuk tahun
2007 ini tercatat 1.009 kasus DBD dan 19 orang diantaranya meninggal dunia. Salah
satu upaya yang dilakukan Dinkes adalah meninggalkan ketergantungan kepada
fogging (pengasapan) saja, namun lebih mengandalkan pada gerakan pencegahan
melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN), Jika pada tahun 2007 ini hanya
beberapa puluh desa saja, tahun depan (2008) ditargetkan ada 100 desa/Kel untuk
digiatkan gerakan PSN. Caranya dengan melibatkan kder pemantau jentik di desa-
desa.
Rencana pemberlakuan biaya berobat di Puskesmas gratis pada tahun 2008,
dengan target melayani 475 ribu pasien dalam setahun, mulai Bulan Januari 2008
sudah memprogramkan gratis biaya pengobatan di seluruh Puskesmas, sudah
termasuk pemeriksanaan rawat jalan, obat, tindakan medis, dan pemeriksaan laborat.
Kebijakan ini tidak berlaku bagi PNS, ataupun Askes Miskin, sebab mereka sudah
disubsidi dari PT Askes atau Pemerintah Pusat.
Wakil Bupati Icek Bakoro, SH. meminta kepada RSUD Raden Soejati
membebaskan biaya perawatan/pengobatan pasien korban bencana alam, termasuk
yang dirawat disejumlah Puskesmas yang ada di Grobogan. Pemerintah Kabupaten
Grobogan telah memberikan bantuan, baik berupa bahan makanan (sembako),
obat-obatan, dan juga sejumlah uang untuk memperbaiki rumah.
Secara umum, pembangunan kesehatan di Jawa Tengah diarahkan pada
tercapainya Visi “JAWA TENGAH SEHAT 2010 YANG MANDIRI DAN BERTUMPU
52
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
PADA POTENSI DAERAH”. Oleh karena itu, upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat di Jawa Tengah dilakukan melalui peningkatan kualitas dan jangkauan
pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat
dibidang kesehatan, secara simultan dilaksanakan program-program yang
mempertinggi kesadaran masyarakat dalam mewujudkan lingkungan sehat, dan
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Beberapa indikator yang menunjukan keberhasilan pembangunan bidang
kesehatan antara lain : Umur Harapan Hidup (UHH), Angka Kematian Bayi (AKB) dan
Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan perhitungan UHH waktu lahir mengalami
peningkatan dari 68,2 tahun pada tahun 2000 menjadi 70,6 tahun pada tahun 2005.
AKB dari tahun ke tahun mengalami penurunan, dari 31 per 1000 kelahiran hidup
(Tahun 2003), menjadi 33 per 1000 kelahiran hidup (Tahun 2004), 25 per 1000
kelahiran hidup (Tahun 2005), dan 14,23 per 1000 kelahiran hidup (Tahun 2006).
Sedangkan AKI, mengalami penurunan dari 116,12 per 10.000 kelahiran hidup (tahun
2003), menjadi 101 per 10.000 kelahiran hidup (tahun 2006).
Kondisi yang berkaitan dengan penyebaran penyakit menular seperti angka
kesakitan (Incidence rate/IR) DBD, berfluktuasi, dari 2,61 per 10.000 penduduk pada
tahun 2003 , meningkat menjadi 2,72 (tahun 2004), yang kemudian turun menjadi 2,00
(tahun 2005). Kasus penderita malaria mengalami penurunan yaitu pada tahun 2003
sebanyak 0,51/1.000 penduduk menjadi 0,15/1.000 penduduk tahun 2004 dan turun
menjadi 0,05/1.000 penduduk. Jumlah penderita HIV dan AIDS, dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Dari 98 penderita HIV dan 3 penderita
AIDS (98/3 penderita HIV/AIDS) pada tahun 2003, meningkat menjadi 130/19 (tahun
2004), 185/58 (tahun 2005), 287/135 (tahun 2006). Untuk angka kesembuhan penyakit
TB Paru mengalami peningkatan dari 74 % pada tahun 2002 menjadi 85,83 % pada
tahun 2005. Disamping itu terdapat penyakit menular tertentu yang berpotensi
menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) seperi Flu Burung. Di Jawa Tengah pada
tahun 2006 ditemui kasus Flu Burung pada manusia sebanyak 3 kasus yaitu di
Kabupaten Boyolali, Semarang dan Banjarnegara. Prevalensi penyakit tidak menular,
beberapa diantaranya cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2004 prevalensi
penyakit jantung coroner 0,8/1.000 penduduk, penyakit kencing manis 4,3/1.000
penduduk, neoplasma 0,3/1.000 penduduk.
Status Gizi Balita, berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG), Tahun
2002, Balita gizi buruk di Jawa tengah sebesar 1,3 %, turun menjadi 1,15 % pada
tahun 2003, yang kemudian meningkat menjadi 1,76 pada tahun 2004. Sedangkan
53
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
untuk Balita gizi kurang, tahun 2002 sebesar 13,88 %, tahun 2003 turun menjadi 11,78
%, dan tahun 2004 meningkat menjadi 14,79% .
Untuk pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi
dalam pelayanan kesehatan, di Jawa Tengah terdapat 109 institusi pendidikan tenaga
kesehatan baik negeri maupun swasta pada tahun 2003 dan meningkat menjadi 119
institusi pada tahun 2004. Dari jumlah tersebut pada tahun 2003 terakreditasi 79
Institusi (72%), dan pada tahun 2004 telah terakreditasi 84 institusi (70%). Namun
jumlah lulusan yang ada dan cukup banyak belum termanfaatkan dan didayagunakan
secara optimal.
Tahun 2004 ada 40 RSU Pemerintah dan 7 RS khusus pemerintah; RSU
swasta dari 89 pada tahun 2003 menjadi 96 pada tahun 2004. RS Khusus swasta ada
50 pada tahun 2004 yang terdaftar di Provinsi. Untuk Puskesmas pada tahun 2004 ada
845 Puskesmas, dan munculnya berbagai bentuk pelayanan kesehatan swasta di
seluruh kabupaten/kota. Mengacu pada kebijakan pemerintah Provinsi dalam rangka
pembangunan kesehatan di pedesaan, Polindes sebanyak 4322 yang semula hanya
memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak, dikembangkan fungsinya dengan
memberikan pelayanan kesehatan dasar lainnya dengan nama Poliklinik Kesehatan
Desa (PKD). Untuk tahun 2004 dan 2005 dikembangkan 2000 PKD, dan akan
diteruskan sampai dengan tahun 2008 untuk seluruh Polindes. Disamping itu mulai
tahun 2006 dalam rangka tersedianya obat-obatan di pedesaan, akan dikembangkan
Warung Obat Desa (WOD) yang keberadaannya melekat pada PKD. Selain itu
pemenuhan jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin juga menjadi
prioritas.
Kualitas pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta masih belum
optimal, dan harus terus diupayakan. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan
pencapaian akreditasi rumah sakit baik pemerintah maupun swasta. Rumah sakit
umum pemerintah yang lulus akreditasi sebanyak 38 RSU dengan rincian 5 RSU lulus
akreditasi 5 standar, 20 RSU lulus akreditasi 12 standar dan 3 RSU lulus akreditasi 16
standar. Rumah Sakit Khusus pemerintah yang lulus akreditasi 5 standar sebanyak 5
RSU walaupun pada tahun 2005 ini sudah habis masa berlakunya. Rumah sakit umum
swasta yang lulus akreditasi sebanyak 37 RSU dengan rincian 21 RSU lulus 5 standar,
15 RSU lulus 12 standar dan 1 RSU lulus 16 standar, sedangkan yang belum lulus
akreditasi sebanyak 59 RSU.
Untuk ketersediaan dan perlindungan masyarakat terhadap sediaan farmasi
dan makanan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan bagi kesehatan
dirasakan belum optimal. Obat asli Indonesia (OAI) merupakan potensi di Jawa
54
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Tengah, dan telah mulai dikembangkan untuk lebih berkualitas dan lebih dimanfaatkan,
dimana pada tahun 2004 dan 2005 dibentuk 3 pusat kajian pengembangan OAI yang
masih perlu dilanjutkan pada tahun berikutnya.
Tahun 2004, tingkat pemanfaatan air bersih mencapai 77%, pemanfaatan
jamban 61%, cakupan rumah sehat 69,77%, cakupan SPAL 40%. Berdasarkan hasil
survey PHBS yang dilakukan, strata PHBS tatanan rumah tangga tahun 2004 sebesar
sehat 65,3 % yang meningkat menjadi 75,95% pada tahun 2006.
Tahun 2006, beberapa keberhasilan yang telah dicapai dalam bidang
kesehatan antara lain adalah: (1) Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat ditandai
dengan peningkatan usia harapan hidup waktu lahir, menurunnya Angka Kematian
Bayi (AKB) dan menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) per kelahiran hidup; (2)
Dikembangkannya fungsi Polindes dari 4322 menjadi Poliklinik Kesehatan Desa
(PKD) sebanyak 3000 unit dan akan diteruskan sampai tahun 2008; (3)
Berkembangnya sarana pelayanan kesehatan khususnya pelayanan rujukan; (4) Telah
dicapainya angka penemuan kasus AFP yang ditargetkan > 1 per 100.000 anak hal
tersebut karena adanya peningkatan kualitas Surveilans yang terpadu dengan RS,
pelatihan tenaga dan adanya SO; (5) Meningkatnya angka kesembuhan penderita TB.
paru; (6) Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan
sehat dengan target 65% pada tahun 2010 ditahun 2005 telah mencapai 65,30%; (7)
Produksi dan distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan termasuk makanan
dan minuman berkembang pesat; (8) Berkembangnya industri obat tradisional dan
industri kecil obat tradisional sebesar 27%.
Permasalahan :
1) Belum mantapnya kebijakan dan manajemen kesehatan, terutama dalam hal
keterpaduan lintas program dan lintas sektoral.
2) Pembangunan berwawasan kesehatan belum sepenuhnya menjadi pertimbangan
dalam pembangunan secara keseluruhan.
3) Dalam upaya mendapatkan pelayanan kesehatan, masyarakat lebih berorientasi
pada aspek kuratif. Aspek promotif dan preventif belum dianggap sebagai
kebutuhan, sehingga cakupan penerapan PHBS masih rendah.
4) Masih banyak daerah yang sulit dijangkau oleh sarana pelayanan kesehatan yang
berkualitas sebagai akibat dari faktor geografis.
5) Kecenderungan meningkatnya beberapa penyakit menular tertentu dan penyakit
tidak menular dan penyakit degeratif.
6) Masih banyak ditemukan balita gizi buruk.
55
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
56
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
57
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
58
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
(KHM). Rata-rata Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di Jawa Tengah pada tahun
2005 sebesar 98,47 % dari KHM tahun 2005 dan pada tahun 2006 turun menjadi 83,67
% dari KHL tahun 2006. Nilai rata-rata Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di
Jawa Tengah mengalami kenaikan pada tahun 2005 sebesar Rp. 422.575,68,- dan
pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 491.552,70,-.
Jumlah perusahaan yang mengajukan permohonan penangguhan penerapan
upah minimum pada tahun 2006 relatif kecil yaitu sebanyak 40 perusahaan. Dari
jumlah tersebut sebanyak 29 perusahaan disetujui, 4 perusahaan ditolak dan 7
perusahaan mencabut permohonannya.
Hubungan industrial juga dirasakan belum berjalan harmonis. Hal ini terlihat
dari banyaknya kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan Pemutusan Hubungan
Industrial (PHI). Pada tahun 2006, kasus PHK sebanyak 295 kasus melibatkan 3.121
orang tenaga kerja, kasus PHI sebanyak 43 kasus melibatkan 219 orang tenaga kerja.
Hasil yang telah dicapai pada tahun 2007 bidang ketenagakerjaan, meskipun
jumlah penganggur dan setengah penganggur di Jawa Tengah pada tahun 2007 masih
cukup tinggi, namun demikian di bidang ketenagakerjaan beberapa hasil yang telah
dicapai antara lain perluasan lapangan kerja dan usaha baik di dalam maupun di luar
negeri antara lain meliputi :
a) kesempatan bekerja dan berusaha bagi 12.720 orang melalui kegiatan perluasan
kesempatan kerja, fasilitasi penempatan TKI ke Malaysia, pengawasan
penempatan TKI;
b) penempatan TKI sebanyak 21.895 orang
c) penyelenggaraan Job Marker Fair dan tercatat sebanyak 10.000 orang mendapat
informasi lowongan kerja di 70 perusahaan;
d) pembinaan dan pengembangan kewirausahaan melalui CBT, Usman, SI, UEP dan
TKS;
e) perluasan kesempatan kerja melalui mekanisme Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)
sebanyak 3.741, mekanisme Antar Kerja Antar Negara (AKAN) sebanyak 21.895;
Disamping itu peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja juga telah
dirasakan berkat dari pelaksanaan kegiatan seperti :
a) pelatihan kerja bagi penganggur sebanyak 743 orang;
b) pelatihan dan pemberdayaan Penca;
c) pelatihan kerja bagi CTKI;
d) pemagangan bagi calon tenaga kerja di perusahaan;
e) penyiapan pemagangan ke Jepang.
59
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
60
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Permasalahan :
1) Banyaknya jumlah penganggur dan setengah penganggur.
2) Belum mantapnya Perencanaan Tenaga Kerja Daerah (PTKD).
3) Belum optimalnya Informasi Pasar Kerja (IPK) dan Bursa Kerja.
4) Belum mantapnya pelayanan penempatan tenaga kerja baik dalam maupun luar
negeri.
5) Rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja dan belum sepenuhnya
kegiatan pelatihan berorientasi pada kebutuhan pasar kerja.
6) Kurangnya sumber daya pelatihan pada Balai Latihan Kerja Pemerintah maupun
Swasta.
7) Relatif rendahnya kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja.
8) Belum harmonisnya hubungan industrial dan masih banyaknya kasus Pemutusan
Hubungan Industrial / Pemutusan Hubungan Kerja (PHI/PHK).
9) Masih kurangnya peran dan fungsi Lembaga Ketenagakerjaan.
Dari hasil pemantauan dan monitoring LBH Semarang, sepanjang tahun 2007
terpantau 68 kasus pelanggaran hak bekerja di 23 Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah
yang menimpa PKL, yang berarti tidak kurang dari 9.828 orang kehilangan sumber
penghasilan.
Bentuk penyelesaian penggusauran sendiri terdapat 4 pola yaitu: 1) Tidak
ada/belum ada penyelesaian; 2) Relokasi dan penataan ulang; 3) Toleransi;dan 4)
Penyelesaian lain-lain.
61
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Dari pola penyelesaian di atas, relokasi dan tata ulang menjadi pola
penyelesaian yang umumnya dipilih. Namun pola relokasi ini dalam pelaksanaannya
tidak melibatkan PKL sejak tahap awal perencanaan seperti pemilihan lokasi. Relokasi
cenderung memindahkan persoalan dan tidak memikirkan kelangsungan hidup PKL
sendiri. Hal ini Nampak dari infrastruktur penujang lokasi relokasi, seperti akses jalan,
dan akses transportasi. Dan penyelesaian kedua yang umumnya adalah tidak ada
penyelesaian, pemerintah kota menggusur PKL tanpa memberikan solusi untuk
mengatasi akibat penggusuran tersebut. Untuk toleransi sebagai penyelesaian
merupakan win-win solusion yang memadukan kepentingan pemkot akan kebersihan
dan ketertiban di sisi lain dan kepentingan PKL untuk mencari nafkah di sisi lainnya.
Namun besarnya kasus yang tidak ada penyelesaiannya memperlihatkan bahwa
pemerintah kota kurang memiliki peremcanaan yang baik.
2.6.4. Hak Jaminan Sosial Serta Hak Atas Kesediaan dan Ketersediaan Pangan
62
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
prasarana yang dimiliki panti sosial khususnya yang milik pemerintah daerah dan
milik masyarakat ( swasta) relatif masih kurang memadai.
Berdasarkan data terakhir pada tahun 2006 tercatat kejadian bencana meliputi
bencana alam banjir 101 kali, angin topan 76 kali, tanah longsor 106 kali, kebakaran
113 kali, gempa bumi 11 kali dan pada tahun 2006 terjadi bencana tsunami di Kab.
Cilacap, Kebumen dan Purworejo serta bencana lainnya yang dalam kurun waktu dua
tahun terakhir frekuensinya semakin meningkat dan diperlukan upaya tindak lanjut
untuk penanggulangannya baik pada waktu sebelum, saat dan sesudah terjadi
bencana melalui tindakan yang bersifat prefentif, represif maupun rehabilitatif
Untuk sarana dan prasarana penanggulangan bencana/ bencana alam yang
dimiliki saat ini meliputi : perahu jukung 1 unit, perahu karet 13unit, mesin tempel 15
unit, pelampung / rompi 85, dayung 36, tenda 4, mobil truk 5.
Sampai dengan tahun 2007 keberhasilan pembangunan di bidang kesejahteraan
sosial adalah meningkatnya kesejahteraan sosial bagi masyarakat Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial melalui pelayanan Kesejahteraan Sosial Keluarga
Rawan Sosial Ekonomi bagi 500 KK, meningkatnya kualitas sarana dan prasarana
pelayanan kesejahteraan sosial melalui penyempurnaan prasarana 7 panti sosial dari
52 panti milik Provinsi Jawa Tengah, meningkatnya potensi dan sumber kesejahteraan
sosial bagi aparatur pemerintah dan infra struktur masyarakat dalam usaha
kesejahteraan sosial serta meningkatnya manajemen pelayanan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) melalui UEP bagi orsos, bimbingan penumbuhan
paguyuban PSM (350 orang), bimbingan dan pelatihan profesi pekerja sosial bagi
tenaga kesejahteraan sosial di panti Swasta (545 orang).
Permasalahan :
1) Rendahnya peranserta masyarakat dalam penanganan permasalahan yang
dihadapi PMKS
2) Kurangnya perhatian pemerintah terhadap pejuang dan keluarganya
3) Kurangnya kemandirian Orsos/LSM sehingga selalu mengharapkan bantuan dari
pemerintah
4) Masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan potensi dalam
kegiatan UKS
5) Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap masalahnya karena didukung faktor
ekonomi dan pengaruh lingkungan
6) Kurangnya kesadaran masyarakat dan pemerintah dalam penanganan anak
jalanan,anak terlantar serta lanjut usia
63
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Permasalahan :
1) Belum secara keseluruhan identifikasi dan inventarisasi tanah HGU, HGB, HPL
dan tanah timbul dapat dilaksanakan;
64
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
2) Belum terintegrasinya data tanah HGU, HGB, HPL dan tanah timbul dalam satu
sistem;
3) Masih adanya konflik dalam pemilihan atau penggunaan tanah serta penentuan
batas administrasi antar wilayah;
4) Terbatasnya data pertanahan, sarana dan prasarana untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas bidang pertanahan di Jawa Tengah dalam rangka
mewujudkan sistem informasi pertanahan secara lengkap.
5) Belum adanya data faktual pemanfaatan lahan kawasan lindung di Jawa Tengah
oleh masyarakat setempat, baik mengenai luasan maupun sebarannya;
6) Beberapa Kabupaten/Kota belum memiliki Perda kawasan Lindung;
7) Belum finalnya kesepakatan antara Gubernur dengan Kepala Daerah Kab/kota
mengenai sawah yang harus dipertahankan dan yang boleh dialihfungsikan di
masing-masing Kab/Kota di Prop. Jateng;
2.7. Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan (Hak Memilih dalam Pemilu)
65
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Sepanjang tahun 2007 berdasarkan data yang dihimpun dari Legal Resources
Center-Keadilan Jender dan HAM (LRC-KJHAM), tercatat 170 kasus perkosaan yang
terjadi di Jawa Tengah yang tersebar di 35 Kab/Kota. Kota Semarang merupakan
daerah dengan kasus perkosaan paling tinggi dengan 30 kasus, kemudian Kab.
Purworejo 14 kasus dan Kota Surakarta dengan 13 kasus. Berikut daerah sebaran
kasus perkosaan di Jawa Tengah :
66
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
67
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
33 Kab. Karanganyar 7
34 Kab. Wonogiri 7
Jumlah 174 Kasus
Berdasarkan data yang dihimpun dari Legal Resources Center-Keadilan
Jender dan HAM (LRC-KJHAM)
Kasus kekerasan dalam rumah tangga yang LRC-KJHAM monitoring lebih pada
kasus kekerasan kepada isteri. Adapun Kasus-Kasus Kekerasan dalam Rumah
Tangga di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2007 dengan sebaran daerah sebagai
berikut :
68
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
7 Kab. Kudus 4
8 Kab. Pati -
9 Kab. Rembang 1
10 Kab. Jepara 1
11 Kab. Blora -
12 Kab. Batang -
13 Kab. Pekalongan 2
14 Kota Pekalongan 1
15 Kab. Pemalang 3
16 Kota Tegal 1
17 Kab. Tegal 1
18 Kab. Brebes 1
19 Kab. Banjarnegara 1
20 Kab. Purbalingga 4
21 Kab. Banyumas 2
22 Kab. Cilacap 1
23 Kab. Kebumen 2
24 Kab. Purworejo 3
25 Kab. Wonosobo 1
26 Kab. Temanggung 1
27 Kab. Magelang 3
28 Kota Magelang -
28 Kab. Boyolali 1
29 Kota Surakarta 4
30 Kab. Sukoharjo -
31 Kab. Klaten 4
32 Kab. Sragen 4
33 Kab. Karanganyar 3
34 Kab. Wonogiri 3
Jumlah 146 Kasus
Berdasarkan data yang dihimpun dari Legal Resources Center-Keadilan
Jender dan HAM (LRC-KJHAM)
Sedangkan bentuk-bentuk KDRT sepanjang tahun 2007 yang paling banyak terjadi
adalah perselingkuhan dengan 78 kasus. Disamping itu juga terdapat 10 perempuan
69
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
70
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
19 Kab. Boyolali 1 1
20 Kota Surakarta 2 4
21 Kab. Sragen 2 2
Jumlah 41 Kasus 51 Korban
Berdasarkan data yang dihimpun dari Legal Resources Center-Keadilan
Jender dan HAM (LRC-KJHAM)
71
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
72
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
73
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
74
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
75
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
76
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
77
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
78
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
79
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
19 Kab. 3 1 1 - 1 4 - 10
Banjarnegara
20 Kab. 1 4 1 1 - 1 - 8
Purbalingga
21 Kab. Banyumas 7 2 4 1 3 8 1 26
22 Kab. Cilacap - 1 - - 1 1 - 3
23 Kab. Kebumen 2 2 - - 1 1 - 6
24 Kab. Purworejo 14 3 - - 2 1 1 21
25 Kab. Wonosobo 5 1 4 2 3 2 - 17
26 Kab. 4 1 1 2 - - 3 11
Temanggung
27 Kota Magelang - - - - - - - -
28 Kab. Magelang 2 3 - - - - - 5
29 Kab. Boyolali 4 1 - - - 1 - 6
30 Kota Surakarta 13 4 6 1 10 2 2 38
31 Kab. Sukoharjo 2 - 1 - 3 - - 6
32 Kab. Klaten 3 4 3 1 2 - 1 13
33 Kab. Sragen 6 4 2 - - 2 - 14
34 Kab. 7 3 4 - - - - 14
Karanganyar
35 Kab. Wonogiri 7 3 3 - 1 - - 14
Berdasarkan data yang dihimpun dari Legal Resources Center-Keadilan
Jender dan HAM (LRC-KJHAM)
80
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
81
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
dapat dilihat dari persentase perempuan yang berada pada Badan Perwakilan Desa
(BPD) hanya sebesar 4,66 %, sebagai Kepala Desa sebesar 2,29 % dan DPRD
Provinsi sebesar 15 %.
Di bidang hukum dan perlindungan HAM, berdasarkan identifikasi yang
dilaksanakan di 35 Kab/kota selama tahun 2006 terdapat sejumlah kasus kekerasan
berbasis gender dan anak yang ditangani oleh Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) di
kab/kota yaitu 142 kasus kekerasan fisik, 23 kasus kekerasan psikis, 44 kasus
perkosaan, 51 kasus pencabulan, dan 17 kasus kekerasan dalam rumah tangga.
Hingga tahun 2006 telah 26 kab/kota yang membentuk Sistem Pelayanan Terpadu
untuk korban kekerasan. Namun di sisi lain dalam sistem pelayanan terpadu untuk
penanganan kekerasan terhadap perempuan belum dilengkapi dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP)
Di bidang kesehatan, Angka Kematian Ibu pada tahun 2006 tercatat sebesar
117 per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa penyebab terjadinya AKI antara lain
pendarahan, eklamsia, infeksi dan kecenderungan masih cukup tingginya persalinan
yang dibantu oleh tenaga non-medis. Demikian pula angka anemia Wanita Usia Subur
(WUS) juga menjadi persoalan tersendiri. Selain itu, di berbagai daerah di Jawa
Tengah masih banyak praktek-praktek budaya yang membahayakan bagi kesehatan
reproduksi perempuan, seperti perawatan pasca persalinan secara tradisional. Kondisi
ini diperburuk dengan masih rendahnya akses suami istri pada informasi tentang
kesehatan reproduksi dan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan reproduksi.
Menyikapi berbagai persoalan perempuan yang muncul, pemerintah telah
melakukan banyak hal untuk memajukan kaum perempuan melalui berbagai kebijakan
dan program. Berbagai kebijakan dan program yang dirancang untuk perempuan pada
awalnya dibuat untuk meningkatkan peran perempuan tanpa meninggalkan peran
domestiknya dan lebih banyak memenuhi kebutuhan praktis perempuan. Kebijakan
dan program tersebut tidak terlalu memperhatikan persoalan diskriminasi gender yang
dihadapi perempuan yang disebabkan oleh sosial budaya.
Oleh karena itu, melalui Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, diinstruksikan bahwa setiap
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang dirancang oleh pemerintah
termasuk pemerintah Provinsi, harus mengintegrasikan permasalahan, aspirasi,
pengalaman, dan kebutuhan perempuan dan laki-laki dalam setiap tahapan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, dengan memperhatikan kebutuhan praktis
dan strategis gender. Instruksi Presiden tersebut selanjutnya dijabarkan dalam
82
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132 tahun 2003 tentang Implementasi
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Daerah.
Upaya untuk mengimplementasikan Inpres 9 tahun 2000 bukanlah hal yang
mudah karena tidak banyak pengelola pembangunan yang memahami
Pengarusutamaan Gender sebagai sebuah strategi pembangunan. Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah telah menjabarkan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 ke
dalam kebijakan dan program yang dikemas dalam bentuk khusus sebagai upaya
untuk meningkatkan kualitas perempuan dan pelembagaan pengarusutamaan gender.
Melalui program tersebut diharapkan mampu mewujudkan pemenuhan kebutuhan
praktis perempuan sekaligus juga mengintegrasikan perspektif gender dalam setiap
program dinas/instansi.
Keberhasilan yang telah dicapai pada tahun 2007 antara lain : tersusunnya Draft
rancangan Pengarusutamaan Gender di Jawa Tengah ( Grand Design ) tahun 2008-
2012 yang diharapkan menjadi pedoman bagi seluruh SKPD dalam mengintegrasikan
perspektif gender dalam pembagunan, terbentuknya sistem pelayanan terpadu di 26
Kab/Kota serta menurunnya jumlah kasus kekerasan yang terlaporkan, meliputi 17
kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), 44 kasus perkosaan, 23 kasus
kekerasan psikis dan sebagai komitmen Pemerintah Daerah Jawa Tengah dalam
memberikan perlindungan terhadap perempuan, maka dibentuklah Komisi
Perlindungan Perempuan Dan Anak Provinsi Jawa Tengah dengan diterbitkannya
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 76 Tahun 2006 dan draft rencana strategis
perlindungan perempuan dan anak . Selanjutnya pemerintah Provinsi Jawa Tengah
sedang mempersiapkan rancangan Peraturan Daerah yang diharapkan dapat
mengatur tentang Penyelenggaraan dan Penangganan bagi korban kekerasan
berbasis gender dan anak, serta peraturan pendukungnya untuk mengatur Standar
Operasional Prosedur (SOP) penyelenggaraan dan penanganan bagi korban
kekerasan.
Permasalahan :
1) Belum semua Pemerintah Kabupaten/Kota peduli dan memiliki komitmen dalam
mengembangkan pemberdayaan masyarakat yang berperspektif gender;
2) Belum tersedianya sistem informasi dan data pilah gender untuk mendukung
pelaksanaan Pengarusutamaan Gender;
3) Belum semua aparatur pemerintah dan pengambil kebijakan memahami dan
memiliki pengetahuan tentang PUG;
83
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
TELAHAAN
a. Substansi Hukum
84
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Namun dalam kasus ini ketika PRT yang menjadi korban setiap hari tidak
tinggal di rumah majikan, pengenaan pasalnya menemui kendalanya kata “menetap”
pada pasal 8 huruf (a) yang lengkapnya berbunyi pemaksaan hubungan seksual yang
dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga.
Secara filosofi sejarah lahirnya undang-undang ini tentu tidak ada niatan untuk
melakukan pembedaan bagi PRT yang tinggal atau tidak tinggal di rumah majikan.
Namun dengan adanya kata “menetap”tersebut menimbulkan resiko undang-undang
ini dimaknai sempit hanya melindungi PRT atau setiap orang yang tinggal bersama
pelaku. Padahal berdasarkan filosofi dan sejarah lahirnya undang-undang ini, kata
“menetap” tidak mutlak diartikan bertempat tinggal. Namun bisa lebih luas seperti
pekerjaannya menetap, tidak berpindah-pindah, ada intensitas saling bertemu. Untuk
kasus ini, PRT yang tidak tinggal bersama termasuk objek yang dimaksud oleh pasal 8
huruf (a).
b. Struktur Hukum
85
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
baik-baik saja, nanti suami kamu malah dendam dan apa kamu siap? Itu kan masalah
internal rumah tangga”. Itu sedikit contoh yang biasa dilakukan oleh polki SPK.
Seharusnya ketika masyarakat atau perempuan korban ingin melaporkan dan
sudah sampai pada kantor polisi berarti memang mereka sedang mengalami masalah
secara serius. Seharusnya SPK tetap merespon laporan itu dan diteruskan di unit PPA.
Karena korban yang datang melapor ke kantor polisi minimal berharap pihak polisi
memanggil pelaku agar para pelaku mengerti bahwa yang dilakukan adalah sebuah
pelanggaran hukum. Ketika perempuan korban tidak direspon oleh SPK biasanya akan
semakin larut dalam kekerasan karena tidak ada yang membantu mengingatkan
pelaku yang telah bertindak melawan hukum. Selain itu jika mengingat sejarah
dibentuknya unit PPA adalah agar perempuan dan anak mendapatkan pelayanan
khusus, dengan polisi yang lebih sensitif dan berperspektif HAP dan Hak anak, namun
jika pintu utama melapor ada pada SPK dengan tetap memakai polisi yang cara
berpikir dan bersikap masih tidak berperspektif HAP dan Hak Anak maka penegakan
hukum untuk kasus KTP tetap akan kurang maksimal.
c. Kultur hukum
86
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
polisi. Selama ini yang terjadi polisi hanya memproses satu tindak pidananya saja
padahal yang terjadi korban mengalami lebih dari satu tindak pidana kekerasan.
Jika kekerasan psikis yang diatur UU PKDRT pada pasal 7 sudah pernah
terlaksana maka sebaliknya pasal 9 pasal 1 dan 2 tentang penelantaran ekonomi
dalam UU PKDRT masih sulit terlaksana. Meskipun angka KDRT penelantaran
ekonomi tahun 2007 cukup tinggi. Hal tersebut dikarenakan kebanyakan pelaku
penelantaran adalah tidak cukup mampu secara ekonomi dan belum pernah Aparat
Penegak Hukum menggunakan pasal dengan alasan kesulitan membuktikan.
UU PKDRT memang banyak memunculkan hal baru, seperti konsep
perlindungan bagi korban kekerasan terhadap perempuan (KTP). Hal tersebut diatur
secara rinci pada pasal 16, pasal 28 sampai pasal 38. Namun sudah 3 tahun usia UU
PKDRT ini, Aparat Penegak Hukum (APH) kita terbiasa belum berani melaksanakan
hal-hal baru tersebut. Padahal pada kenyataannya korban KTP benar-benar
merasakan rasa keterancaman yang luar biasa. Ketika APH belum pernah
melaksankan perihal perlindungan yang telah secara rinci diatur dalam UU PKDRT
tersebut maka korban KTP akan mengakibatkan banyak yang tidak berani
mengungkap dan melaporkan kekerasan yang dialaminya. Selama ini langkah
perlindungan hanya sebatas mengakseskan rumah amn bagi korban. Namun hal
tersebut memiliki keterbatasan. Karena rumah aman melindungi dengan cara
menyembunyikan korban, artinya gerak dan langkah korban sangat terbatas. Padahal
tidak semua korban adalah ibu rumah tangga. Banyak juga yang beraktifitas bekerja
dan biasanya pekerjan itulah yang menjadi sumber penghidupan mereka. Sehingga
satu hal yang tidak mungkin membatasi gerak perempuan yang mempunyai tanggung
jawab bekerja.
Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan belum bisa dikatakan menurun
jumlahnya. Meskipun telah mulai meningkat perempuan yang bersedia menyuarakan
tentang kekerasan yang dialaminya. Namun ketika APH belum maksimal
melaksanakan perintah Undang-undang, ini akan menyebabkan tidak maksimalnya
penghapusan tindak KTP.
Proses membutuhkan waktu, namun layaknya bayi yang belajar, harapannya
bertambah hari bertambah baik. Dari kekurangan yang terkuak di analisis, harapannya
ada respon perbaikan untuk kemudian hari. Masing-masing pihak bisa menjalin
komunikasi dan memperkuat komitmen untuk melindungi dan menghapus kekerasan
terhadap perempuan. Dengan cara maksimal dalam malaksanakan Undang-undang
yang sudah ada.
87
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Jumlah anak balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten
Ngawi masih tinggi dan tersebar di seluruh kecamatan. Mayoritas para penderita ini
berasal dari keluarga miskin.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi,
Rabu (2/4), jumlah penderita gizi kurang dan gizi buruk pada tahun 2007 mencapai
1.000 anak balita. Sementara sampai Maret 2008, jumlah penderitanya masih 938
anak balita. Adapun total anak balita di seluruh Ngawi sebanyak 53.291 anak balita.
Kecamatan dengan jumlah terbanyak anak balita yang menderita kurang gizi
atau gizi buruk adalah Paron dengan jumlah 205 anak balita dan Widodaren sebanyak
89 anak balita. Pada tahun 2007, Paron juga menjadi salah satu kecamatan dengan
jumlah terbanyak anak balita yang menderita gizi buruk dengan jumlah 140 anak balita.
Staf Seksi Gizi, Sub Dinas Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Kabupaten
Ngawi, Hadi Murbiyanto, mengatakan, mayoritas dari penderita gizi buruk dan kurang
gizi itu berasal dari keluarga miskin yang karena keterbatasan dana tidak mampu
memberikan gizi yang baik kepada anaknya.
88
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Sementara 242 anak balita lainnya yang menderita gizi buruk atau kurang gizi
di antaranya disebabkan pola asuh orangtua yang salah karena minimnya
pengetahuan mereka tentang pemberian gizi kepada anak balita.
"Selain itu, kurangnya kepedulian orangtua terhadap anaknya. Sebagai
contoh, kalau membeli makanan bergizi untuk anak balita lebih sulit dibandingkan
membeli barang-barang non-pangan, seperti rokok," tuturnya. (Sumber: Kompas, 3
April 2008)
89