PONDASI TIANG
tanah pasir
(g)
dipancang
penulangan
adukan beton
tiang berlubang
lubang bor
(a)
(b)
(c)
Gambar 1.3 Beberapa tipe tiang pancang berdasarkan perpindahan volume tanah
akibat proses pemancangan.
(e)
60 ton
30 ton
50 ton
80 ton
80 ton
80 ton
100 ton
100 ton
60 ft
60 ft
80 ft
80 ft
80 ft
tiang pipa
120 ft
cor di tempat
100 ft
100 ft
tiang kayu
profil H
silinder prategang
Gambar 1.4 Panjang dan beban maksimum untuk berbagai macam tipe tiang
yang umum dipakai dalam praktek (Carson, 1965).
C. Bahan Yang Dipakai
1. Tiang Kayu
a. Beban yang dapat dipikul relatif kecil, untuk tiang tunggal berkisar 270
sampai 300 kN.
b. ukuran tergantung klasifikasi bahan dan beban yang diterima umumnya 15
sampai 25 cm, panjang 6 8 m .
c. Sifat mudah rusak akibat serangga atau terletak pada peralihan kondisi
terendam dan kering.
d. Dalam pelaksanaan pemancangan, bagian kepala dan ujung tiang diberi
perkuatan besi agar tidak hancur.
2. Tiang Beton
1) Tiang beton pracetak (Precast Reinforce Concrete Pile)
a. Beban yang dapat dipikul relatif besar, untuk tiang tunggal berkisar 300
800 kN.
b. Ukuran tiang disesuaikan dengan alat transport yang ada (trailler) dan
kemampuan mesin pemancang yang tersedia, secara umum untuk tiang
4. Tiang Komposit
Merupakan kombinasi antara dua material yang berbeda (misal : kayubeton,
bajabeton), kombinasi bahan tiang pancang/tiang bor ini dilakukan untuk
mengatasi permasalahan pada kondisi tanah tertentu (misal : untuk tanah korosif
perlu kombinasi bajabeton, problem pembusukan tiang kayu dapat diatasi
dengan kombinasi kayubeton).
D. Cara Pemancangan Tiang
1. Metode pukulan
Pada prinsipnya, tiang didirikan di atas tanah dengan ujung tiang pada bagian
bawah dan ujung kepala tiang dipukul agar ujung tiang pancang dapat masuk ke
dalam tanah tanah. Alat pemukul berupa palu/hammer yang beratnya
disesuaikan dengan tiangnya. Alat bantu lain berupa mobil craine atau tripod.
2. Metode getaran (vibration)
Pada prinsipnya, getaran dihasilkan oleh benda dengan sumbu eksentris yang
diputar dibagian ujung kepala tiang yang diteruskan ke ujung tiang lainya,
sehingga struktur tanah berubah lebih lunak dan tiang lebih mudah masuk ke
dalam tanah. Alat ini mempunyai kelebihan dibandingkan metode pukulan
karena tidak menimbulkan polusi suara dan getaran yang lembut tidak
menimbulkan kerusakan pada bangunan-bangunan disekitar pemancangan.
3. Metode semprotan air (jetting)
Pada prinsipnya, metode ini memanfaatkan semprotan air dengan tekanan tinggi
melalui pipa-pipa yang ditempatkan di sekeliling tiang, akibat semprotan air
maka butir-butir tanah menjadi lepas dan kuat dukung tanah menurun tajam
sehingga tiang mudah masuk ke dalam tanah, umumnya digunakan untuk tanah
granuler (berbutir pasir).
I.3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemilihan Jenis dan Dimensi Tiang
Pemilihan jenis dan dimensi tiang pancang/taing bor perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Lokasi dan tipe bangunan.
2. Keadaan/kondisi tanah.
3. Daya dukung aksial dan lateral/horisontal.
4. Ketersediaan peralatan (alat pemancangan dan alat transportasi).
5. Pertimbangan lingkungan (polusi suara, akses jalan dan gangguan sewaktu
pemancangan lainnya).
6. Ketahanan tiang (mulai dari pengangkutan, pemancangan hingga beban
bangunan bekerja).
7. Nilai ekonomis.
I.4. Syarat-syarat Dalam Perencanaan Pondasi Tiang
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam perencanaan pondasi tiang :
1. Beban yang diterima oleh pondasi tidak melebihi daya dukung tanah maupun
kekuatan bahan tiang untuk menjamin keamanan bangunan.
2. Pembatasan penurunan yang terjadi pada bangunan lebih kecil dari batas
maksimum penurunan yang diperbolehkan dan tidak merusak struktur.
3. Pengendalian atau pencegahan efek pelaksanaan konstruksi pondasi, misal :
getaran saat pemancang-an, galian atau pekerjaan pondasi yang lain untuk
membatsi pergerakan bangunan atau struktur lain di sekitar lokasi pkerjaan
pondasi.
BAB II
DAYA DUKUNG TIANG TUNGGAL
(2.1)
dimana :
Qu
Qu
Qs
L
tanah lunak
tanah lunak
Qs
lapisan
tanah keras
Lb
batuan
Qp
Qu Qp
Qp
Qu Qp
Qp
Qu Qs
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.1 (a) dan (b) end/point bearing piles (c) friction piles.
II.3. Daya Dukung Tiang Tunggal Persamaan Umum
Kapasitas beban ulimit (batas/maksimum) pada tiang (Q u) = tahanan ujung bawah
ultimit (Qp) + tahanan gesek ultimit (Qs) antara dinding dan tanah berat sendiri tiang
(Wp).
Qu
= Qp + Qs Wp
(2.2)
Qall
= Qu SF
(2.3)
dimana :
Qu
Qp
Qall
Qs
Wp
SF
Qp
Ap
(2.4)
dimana :
qp
Qp
Ap
Nc*, Nq*, N* = faktor daya dukung yang memasukkan faktor bentuk dan faktor
kedalaman tiang (fungsi dari sudut gesek tanah, )
Dalam kenyataannya nilai 0,5..D.N relatif kecil (diabaikan) dan tekanan vertikal
(overburden) merupakan tekanan vertikal efektif (q), maka persamaan (2.4) dapat
ditulis menjadi berikut :
Qp = qp . Ap = Ap . (c.Nc* + q.Nq*)
(2.5)
dimana :
Qp
qp
= tahanan ujung per satuan luas tiang / satuan perlawanan ujung tiang [kN/m]
Ap
Nc*, Nq* = faktor daya dukung yang memasukkan faktor bentuk dan faktor kedalaman
tiang (fungsi dari sudut gesek tanah, )
Selanjutnya akan dibahas cara menghitung daya dukung ujung tiang berdasarkan cara :
Mayerhof, Vesics, Janbus dan Coyle-Catello.
II.4.1. Daya Dukung Ujung Tiang Metode Mayerhof (1976)
Dalam perhitungnya Mayerhof menggunakan asumsi sebagai berikut :
1. Satuan perlawanan ujung tiang (qp) pada tanah berpasir (granuler) akan meningkat
sesuai dengan ketebalan lapisan pendukung dan mencapai harga maksimum pada
Lb/D = (Lb/D)cr, dimana : Lb adalah ketebalan tanah homogen yang sama dengan
panjang tiang (L), lihat Gambar 2.2. dan Gambar 2.1.(b).
2. Bila tiang pancang sampai kedalaman pendukung dimana Lb < L (Gambar 2.2), maka
nilai qp konstan (qp = ql).
3. Hubungan nilai (Lb/D)cr dan sudut gesek dalam () ditunjukkan pada Gambar 2.3.
4. Faktor daya dukung meningkat dengan Lb/D dan mencapai harga maksimum pada
Lb/D 0,5.(Lb/D)cr
5. Faktor daya dukung Nc* dan Nq* menggunakan Gambar 2.4.
10
(Lb = D)cr
qp = ql
L/D = Lb/D
Gambar 2.2 Nilai unit perlawanan ujung tiang (qp) pada tanah pasir homogen.
Gambar 2.3 Hubungan (Lb/D)cr dan sudut geser dalam (Mayerhof, 1967).
11
Gambar 2.4 Hubungan nilai Nc* dan Nq* maksimum dan sudut gesek dalam,
(Mayerhof, 1976).
Daya dukung ujung tiang pada tanah berpasir (granuler), c = 0 adalah :
Qp = qp . Ap = Ap . q.Nq*
(2.6)
(2.7)
= 50 . Nq* tan
(2.8)
ql [lb/ft]
(2.9)
dimana :
ql
Ap
Np
12
= 40 . N.L/D 400 N
(2.10)
ql [lb/ft]
(2.11)
dimana :
N
Bila tiang pancang pada tanah berpasir yang lepas di atas lapisan pasir padat maka
satuan perlawanan ujung tiang seperti Gambar 2.5 dapat dihitung dengan perumusan
sebagai berikut :
qp q l ( l )
q l (d)
(2.12)
dimana :
ql(l)
= satuan perlawanan unjung batas (ultimit) pasir lepas (loose sand), yang
ditentukan dari persamaan 2.8 dan 2.9 dengan menggunakan harga maksimum Nq* dan
pasir lepas.
ql(d)
= satuan perlawanan unjung batas (ultimit) pasir padat (dense sand), yang
ditentukan dari persamaan 2.8 dan 2.9 dengan menggunakan harga maksimum Nq* dan
pasir padat.
Lb
13
loose sand
ql(l)
Lb
dense sand
ql(d)
depth
Gambar 2.5 Variasi hubungan unit perlawanan ujung tiang pada tanah berlapis.
Daya dukung ujung tiang pada tanah lempung jenuh, = 0 adalah :
Qp = qp . Ap = Ap .c.Nc* = 9 . cu . Ap
(2.13)
dimana :
Qp
qp
= tahanan ujung per satuan luas tiang / satuan perlawanan ujung tiang [kN/m]
Ap
cu
Daya dukung ujung tiang pada tanah tanah kohesif dengan nilai (c ) 0, maka
daya dukung ujung batas dapat dihitung dengan persamaan di bawah.
Qp = qp . Ap = Ap . (c.Nc* + q.Nq*)
II.4.2. Daya Dukung Ujung Tiang Metode Vesics (1977)
Dalam analisanya Vesics mengusulkan cara perhitungan daya dukung tiang dengan
teori : expansion of cavities, teori ini berdasarkan parameter tegangan efektif sebagai
berikut :
Qp = qp . Ap = Ap . (c.Nc* + o.N*)
(2.14)
dimana :
o
0 '
(2.15)
14
Ko
(2.16)
Nc*,N*= faktor daya dukung tanah dengan memakai persamaan 2.5. yang dimodifikasi
menjadi persamaan 2.14.
Hubungan nilai Nc* pada rumus 2.14 menjadi :
Nc* = (Nq* 1) . cot
(2.17)
N* = f (Irr)
(2.18)
Ir
1 Ir .
(2.19)
Es
Gs
(2.20)
dimana :
Es
= angka poissons
Gs
Pada kondisi tidak ada perubahan volume (pada tanah pasir atau lempung jenuh), maka
= 0, sehingga :
Ir= Irr
(2.21)
Harga Nc* dan o selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1, sedangkan harga I r dapat
digunakan tabel sebagai berikut :
No.
Jenis Tanah
1. Pasir (DR = 0,5 0,8)
Ir
75 150
2.
3.
100 200
15
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
10
6.97
1.00
7.34
1.13
7.72
1.27
8.12
1.43
8.54
1.60
8.99
1.79
9.45
1.99
9.94
2.22
10.45
2.47
10.99
2.74
11.55
3.04
12.14
3.36
12.76
3.71
13.41
4.09
14.08
4.51
14.79
4.96
15.53
5.45
16.30
5.98
17.11
6.56
17.95
7.18
18.83
7.85
19.75
20
7.90
1.00
8.37
1.15
8.87
1.31
9.40
1.49
9.96
1.70
10.56
1.92
11.19
2.18
11.85
2.46
12.55
2.76
13.29
3.11
14.08
3.48
14.90
3.90
15.77
4.35
16.69
4.85
17.65
5.40
18.66
6.00
19.73
6.66
20.85
7.37
22.03
8.16
23.26
9.01
24.56
9.94
25.92
40
8.82
1.00
9.42
1.16
10.06
1.35
10.74
1.56
11.47
1.80
12.25
2.07
13.08
2.37
13.96
2.71
14.90
3.09
15.91
3.52
16.97
3.99
18.10
4.52
19.30
5.10
20.57
5.75
21.92
6.47
23.35
7.26
24.86
8.13
26.46
9.09
28.15
10.15
29.93
11.31
31.81
12.58
33.80
60
9.36
1.00
10.04
1.18
10.77
1.38
11.55
1.61
12.40
1.87
13.30
2.16
14.26
2.50
15.30
2.88
16.41
3.31
17.59
3.79
18.86
4.32
20.20
4.93
21.64
5.60
23.17
6.35
24.80
7.18
26.53
8.11
28.37
9.14
30.33
10.27
32.40
11.53
34.59
12.91
36.92
14.44
39.38
80
9.75
1.00
10.49
1.18
11.28
1.39
12.14
1.64
13.07
1.91
14.07
2.23
15.14
2.59
16.30
3.00
17.54
3.46
18.87
3.99
20.29
4.58
21.81
5.24
23.44
5.98
25.18
6.81
27.04
7.74
29.02
8.78
31.13
9.93
33.37
11.20
35.76
12.62
38.30
14.19
40.99
15.92
43.85
100
10.04
1.00
10.83
1.19
11.69
1.41
12.61
1.66
13.61
1.95
14.69
2.28
15.85
2.67
17.10
3.10
18.45
3.59
19.90
4.15
21.46
4.78
23.13
5.50
24.92
6.30
26.84
7.20
28.89
8.20
31.08
9.33
33.43
10.58
35.92
11.98
38.59
13.54
41.42
15.26
44.43
17.17
47.64
200
10.97
1.00
11.92
1.21
12.96
1.45
14.10
1.74
15.34
2.07
16.69
2.46
18.17
2.91
19.77
3.43
21.51
4.02
23.39
4.70
25.43
5.48
27.64
6.37
30.03
7.38
32.60
8.53
35.38
9.82
38.37
11.28
41.58
12.92
45.04
14.77
48.74
16.84
52.71
19.15
56.97
21.73
61.51
300
11.51
1.00
12.57
1.22
13.37
1.48
15.00
1.79
16.40
2.15
17.94
2.57
19.62
3.06
12.46
3.63
23.46
4.30
25.64
5.06
28.02
5.94
30.61
6.95
33.41
8.10
36.46
9.42
39.75
10.91
43.32
12.61
47.17
14.53
51.32
16.69
55.80
19.13
60.61
21.87
65.79
24.94
71.34
400
11.80
1.00
13.03
1.23
14.28
1.50
15.66
1.82
17.18
2.20
18.86
2.65
20.70
3.18
22.71
3.79
24.93
4.50
27.35
5.33
29.99
6.29
32.87
7.39
36.02
8.66
39.44
10.10
43.15
11.76
47.18
13.64
51.55
15.78
56.27
18.20
61.38
20.94
66.89
24.03
72.82
27.51
79.22
500
12.19
1.00
13.39
1.23
14.71
1.51
16.18
1.85
17.80
2.24
19.59
2.71
21.56
3.27
23.73
3.91
26.11
4.67
28.73
5.55
31.59
6.57
34.73
7.75
38.16
9.11
41.89
10.67
45.96
12.46
50.39
14.50
55.20
16.83
60.42
19.47
66.07
22.47
72.18
25.85
78.78
29.67
85.90
16
22
8.58
20.71
9.37
10.95
27.35
12.05
13.97
35.89
15.50
16.12
41.98
17.96
17.83
46.88
19.94
19.29
51.04
21.62
24.61
66.37
27.82
28.39
77.30
32.23
31.41
86.09
35.78
33.97
93.57
38.81
500
101.8
23
24
25
26
27
28
10
20
40
60
80
100
200
300
400
21.71
28.84
38.09
44.73
50.08
54.66
71.56
83.68
93.47
10.21
22.75
11.13
13.24
30.41
14.54
17.17
40.41
18.99
19.99
47.63
22.21
22.26
53.48
24.81
24.20
58.49
27.04
31.37
77.09
35.32
23.84
32.05
42.85
50.69
57.07
62.54
82.98
12.12
15.95
20.98
24.64
27.61
30.16
39.70
24.98
33.77
45.42
53.93
60.87
66.84
89.25
13.18
17.47
23.15
27.30
30.69
33.60
44.53
26.16
35.57
48.13
57.34
64.88
71.39
95.02
14.33
19.12
25.52
30.21
34.06
37.37
49.88
27.40
37.47
50.96
60.93
69.12
76.20 103.01
15.57
20.91
28.10
33.40
37.75
41.51
55.77
3
36.52 40.68 44.22
90.51 101.39 110.70
41.30 46.14 50.29
120.2
97.81 109.88
3
46.61 52.24 57.06
130.4
105.61 118.96
4
52.51 59.02 64.62
141.3
113.92 128.67
9
59.05 66.56 73.04
153.1
122.79 139.04
0
66.29 74.93 82.40
17
29
28.69
39.42
53.95
64.71
73.58
16.90
22.85
30.90
36.87
41.79
46.05
30.03
41.49
57.08
68.69
78.30
18.24
24.95
33.95
40.66
46.21
51.02
31.43
43.64
60.37
72.88
83.27
19.88
27.22
37.27
44.79
51.03
56.46
32.89
45.90
63.82
77.29
88.50
98.28 135.96
21.55
29.68
40.88
49.30
56.30
62.41
34.41
48.26
67.44
81.92
23.34
32.34
44.80
54.20
62.05
35.99
50.72
71.24
86.80
25.28
35.21
49.05
59.54
68.33
37.65
53.30
75.22
27.36
38.32
53.67
65.36
39.37
55.99
79.39
29.60
41.68
58.68
71.69
41.17
58.81
32.02
45.31
64.13
43.04
61.75
34.63
49.24
70.03
62.27
74.30
84.21
30
31
69.43
77.31
32
85.96
33
68.92
95.46
34
76.02 105.90
35
75.17
83.78 117.33
36
82.62
92.24 129.87
37
78.57
38
86.05
83.14
94.48
165.6
1
92.80
178.9
8
104.3
3
193.2
3
92.90 105.84 117.11
208.4
164.29 187.87
3
131.2
103.66 118.39
4
224.6
176.33 202.09
2
146.8
115.51 132.24
7
241.8
189.11 217.21
4
164.1
128.55 147.51
2
260.1
202.64 233.27
5
183.1
142.89 164.33
6
279.6
216.98 250.30
0
204.1
158.65 182.85
4
300.2
232.17 268.36
6
227.2
175.95 203.23
6
322.1
248.23 287.50
7
252.7
194.94 225.62
1
18
44.99
64.83
37.44
53.50
76.45
47.03
68.04
40.47
58.10
49.16
43.74
63.07
51.38
47.27
68.46
53.70
51.08
56.13
55.20
58.66
59.66
61.30
64.48
64.07
69.71
66.97
75.38
39
40
41
90.96 112.68 131.18 147.59 212.84 263.67
42
99.16 123.16 143.64 161.83 234.40 291.13
43
44
45
46
47
48
345.4
1
280.7
1
370.0
4
277.26 311.50
396.1
351.95
2
345.3
306.94
4
423.7
375.97
4
382.5
339.52
3
452.9
401.36
6
423.3
375.28
9
483.8
428.21
8
468.2
414.51
8
516.5
456.57
8
517.5
457.57
8
551.1
486.54
6
571.7
504.82
4
587.7
518.20
2
631.2
556.70
5
626.3
551.64
6
613.65 696.6
19
70.01
81.54
73.19
88.23
49
50
4
667.2
1
768.5
3
710.3
9
847.6
1
From Design of Pile Foundation by A.S. Vesic in NCHRP, Synthesis of Highway
Practice 42, Transport Research Board, 1977
Note : Upper number Nc*, Lower number N*
II.4.3. Metode Janbu (1976)
Dalam perhitung daya dukung ujung tiang (Qp) Janbu mengusulkan sebagai berikut :
Qp = qp . Ap = Ap . (c.Nc* + q.Nq*)
(2.22)
Harga Nc* dan Nq* didasarkan pada keruntuhan permukaan tanah pada ujung tiang
seperti Gambar 4.6 atau dengan rumus sebagai berikut :
Nq * [tan (1 tan )].e . '.tan
(2.23)
(2.24)
Variasi nilai Nc* dan Nq* dengan dan seperti Gambar 2.6. Nilai = 70 digunakan
untuk lempung lunak (soft clays) dan = 105 untuk pasir padat (dense sandy soils).
20
(2.25)
dimana :
p
= panjang tiang
L=15.D
f
z
(a)
(b)
Gambar 2.7 Satuan perlawanan geser tiang pada tanah pasir (granuler).
II.5.1.
Satuan perlawanan geser pada setiap kedalaman yang ditinjau pada tiang adalah sebagai
berikut :
f = K . v . tan
(2.26)
21
dimana :
K
Harga K = Kp (koefisien tekanan tanah pasif Rankine) pada ujung bawah tiang, nilainya
< Ko (koefisien tekanan tanah kondisi diam) pada ujung bawah tiang.
K
K = Ko = 1 sin
K = Ko 1,4 Ko
K = Ko 1,8 Ko
(2.27)
K = 0,50 + 0,008.Dr
(2.28)
dimana :
Dr
Harga v pada persamaan 2.26 akan meningkat dan mencapai harga maksimum pada
kedalaman antara 15 20.D dan selanjutnya konstan setelah itu (Gambar 2.27.b).
Kedalaman kritis (L) tergantung beberapa faktor yaitu : sudut geser tanah ( ),
compressibility dan relative density (Dr). Harga L untuk perhitungan dipakai 15.D.
Harga pada persamaan 2.26 tergantung dari investigasi di lapangan, umumnya
memakai batasan antara 0,5 0,8..
22
Mayerhof (1976) mengemukakan harga rata-rata satuan perlawanan geser (fav) dengan
rata-rata Standart Penetration Test (N-SPT) :
Tiang pancang dengan perpindahan besar (high-displacement driven pile) :
fav (kN/m)
= 2. N , atau
(2.29)
fav (lb/ft)
= 40. N
(2.30)
(2.31)
(2.32)
dimana :
N
sehingga :
Qs = p.L.fav
II.5.2.
(4.33)
Satuan Perlawanan Geser (f) Pada Lempung
Berikut beberapa metode menentukan satuan perlawanan geser pada tanah lempung :
1) Metode
Metode ini dikemukakan oleh Vijayvergiya dan Focht (1972) yang didasarkan adanya
perubahan tanah akibat tiang yang dipancang menyebabkan tekanan pasif pada setiap
kedalaman, sehingga rata-rata perlawanan geser kulit (fav) adalah :
fav = .( v + 2. cu )
(2.34)
dimana :
v = tegangan vertikal efektif rata-rata sepanjang tiang
cu
sehingga :
Qs = p.L.fav
(2.35)
Ilustrasi cu dan v dapat dilihat pada Gambar 2.9 dengan perhitungan sebagai berikut :
23
cu
(c u1.L1 c u2 .L 2 c u3 .L 3 ...)
L
(2.36)
(A1 A 2 A 3 ...)
L
(2.37)
A1, A2, A3, merupakan luasan dari diagram tegangan efektif vertikal (Gambar 2.9)
Qu
undrained cohesion, cu
cu1
L1
A1
L2
cu2
A2
cu3
A3
24
(a)
depth
depth
(b)
(c)
(2.38)
dimana :
cu
Harga diperoleh dari Gambar 2.10, untuk tanah lempung konsolidasi normal
(normally consolidated clay) dengan cu 50 kN/m harga = 1, sehingga :
Qs = f. p.L = .cu.p.L
(2.39)
25
Gambar 2.10 Variasi harga dengan kohesi undrained (cu) untuk tanah lempung.
3) Metode
Bila tiang dipancang pada lempung jenuh (saturated clay) maka tegangan air pori tanah
di sekeliling tiang akan bertambah dan harga satuan perlawanan geser (f ) adalah :
f = .u
(2.40)
dimana :
u
= K . tan R
(2.41)
= 1 sin R
(2.42)
(2.43)
(2.44)
(2.45)
Qs = f. p.L
(2.46)
dan :
26
(2.47)
dimana :
q
fav
v '
(2.48)
Harga Nq* dan K dapat diperoleh dari Gambar 2.11 dan Gambar 2.12 yang merupakan
hubungan antara L/D dengan sedangkan asumsi harga = 0,8..
sehingga :
Qu = Qp + Qs = q.Nq*.Ap + p.L.K. v ' tan (0,8.)
(2.49)
27
28
II.7. Daya Dukung Tiang Berdasarkan Uji Pembebanan (Pile Load Test)
Uji pembebanan tiang di lapangan merupakan salah satu cara untuk menentukan daya
dukung tiang dan hasilnya dianggap sangat mendekati daya dukung tiang yang
sebenarnya. Sehingga cara ini sering diguna-an untuk menguji perencanaan daya
dukung tiang dibandingkan dengan cara yang lain. Dengan kata lain tujuan dari uji
pembebanan adalah menentukan dan memeriksa daya dukung tiang pancang rencana.
Selain itu, data hasil uji pembebanan tiang dapat digunakan untuk memetapkan kriteria
pelaksanaan konstruksi pondasi. Dalam metode pelaksanaan uji pembebanan tiang di
lapangan dapat dilakukan dalam arah vertikal (axial compression), tarik vertikal (pullput test) dan pembebanan horisontal (lateral load test).
1. Tiang uji dipancang pada lokasi tanah dekat lubang bor dan kondisi tanah yang
relatif jelek .
2. Metode pemancangan tiang diusahakan sama seperti yang digunakan dalam
pelaksanaan konstruksi.
3. Tenggang waktu untuk pelaksanaan uji pembebanan 24 jam setelah pembenanan
(tanah pasir) dan 30 60 hari setelah pembebanan (tanah lempung).
4. Besarnya beban reaksi direncanakan minimal 200% dari beban rencanan .
5. Prosentase peningkatan dan pengurangan beban digunakan sebesar 25% beban
rencana.
6. Setelah maksimum pembebanan tercapai, beban mulai dikurangi (unloading) dengan
kecepatan maksimum sama dengan pembebanan sebelumnya.
Load (Q)
Pada Gambar 2.14 menunjukkan hubungan antara beban dan penurunan untuk tahab
Load (Q)
Q2
(a)
Settlement
Qu
tertentu. Untuk beban Q tertentu, penurunan tiang netto dapat dihitung bila Q = Q 1,
sehingga penurunan netto (snet) dapat dihitung sebagai berikut :
dimana
St(2)
snet(1) = st(1) 1 se(1)
St(1)
(b)
:
snet(1)
= penurunan netto
st(1)
= penurunan total
se(1)
= penurunan elastis
(2.50)
Daya dukung batas (Qu) ditentukan dengan menganalisa diagram hubungan antara
beban Q1 dengan snet(1). Penentuan daya dukung lain didasarkan pada kriteria peraturan
tertentu yang memperhitungkan besar penurunan yang diijinkan.
Q1
Se(1)
Se(2)
Unloading
Unloading
30
Gambar 2.14 (a) Hubungan antara pembebanan dan total penurunan (b) hubungan
antara pembebanan dan penurunan netto
II.8. Daya Dukung Tiang Berdasarkan Data Sondir
Untuk menentukan daya dukung pondasi tiang dengan data sondir ada 3 (tiga) cara :
1. Cara Konvensional
2. Cara Schmertmann dan Nottingham (1975)
3. Cara Tumay dan Fakhroo (1981)
Cara Konvensional
Daya dukung satu tiang :
qu
qc .A JHP.O
F1
F2
(2.51)
dimana :
qc
= nilai konus (nilai rata-rata harga konus diambil 4.D di bawah ujung tiang dan
= penampang tiang
= keliling tiang
= faktor keamanan
(2.52)
qc1 qc 2 2 qc3
2
(2.53)
31
18.D . f .A
qs K s,c .
L 8
L 0
L L
L 8.D
.A s
(2.54)
dimana :
qp
qs
qc1
= nilai konus rata-rata dari 0,7.D s/d 4.D di bawah ujung tiang arah a b
qc2
= nilai konus minimum dari 0,7.D s/d 4.D di bawah ujung tiang arah b c
qc3
= nilai konus rata-rata dari 0,7.D s/d 8.D di atas ujung tiang
Ks,c
= diameter tiang
fs
As
Untuk bore pile, Schmertmann (1978) menyarankan harga qc dikalikan 0,75 artinya
untuk memperhitungkan pengurangan tegangan efektif yang bekerja sepanjang tiang.
Cara Tumay dan Fakhroo (1981)
Daya dukung satu tiang :
qu = qp + qs
(2.55)
dimana :
qp
qs
fo
= unit lekatan = m . fs
fs
= JHP L
fs
= lekatan rata-rata
JHP
= panjang tiang
= keliling tiang
Secara umum
32
1. Uji penetrasi standar (Standart Penetration Test / SPT) adalah uji penetrasi secara
dinamis yang dilaku-kan di lapangan terhadap contoh tanah yang terganggu
(disturbed), mengkombinasikan pengujian penetrasi sekaligus penarikan contoh
(sampling).
2. Keuntungan : pengujiannya cepat dan pengerjaannya yang mudah, sederhana dan
praktis.
3. Standar pengujian : ASTM D 1586-84 (Standart Methode for Peneration Test and
Split-Barrel Sampling of Soil).
Prosedur Pelaksanaan
1. Split-spoon dengan diameter luar 2,0 inch dan diameter dalam 1,5 inch
dimasukkan/dipukul kedalam lapisan tanah sedalam 18 inch dengan menggunakan
palu (hammer) seberat 140 lb. dijatuhkan secara bebas pada ketinggian 30 inch
dengan energi 4200 inch.lb.
2. Banyaknya jumlah pukulan palu yang diperlukan untuk memasukkan split-barrel
sampler pada penetrasi 6,0 inch kedua dan 6,0 inch ketiga dikenal dengan Standart
Penetration Resistance (N-SPT)
3. Hasil pembacaan N-SPT dinyatakan ditolak dan pelaksanan pengujian dihentikan
apabila :
Diperlukan 50 kali pukulan untuk setiap pertambahan penetrasi 150 mm
Telah dicapai penetrasi dengan 100 kali pukulan
10 kali pukulan berturut-turut tidak menunjukkan kemajuan
II.10.
(2.56)
dimana :
Qu
Qp
Qs
Mayerhof (1956) mengusulkan formulasi daya dukung batas dengan harga N-SPT
sebagai berikut :
33
N.A s
50
(2.57)
N.A s
100
(2.58)
dimana :
Qu
Ap
Np
As
Mayerhof (1967) unit tahanan ujung (qp) pada tanah pasir akan bertambah dengan
bertambahnya kedalaman tiang sampai sampai ratio (L b/D) dan akan mencapai
maksimum pada saat (Lb/D) = (Lb/D)cr
Mayerhof (1976) unit tahanan ujung (qp) pada tanah lempung homogen (L = Lb) adalah
qp (kN/m) = 40. N (L/D) 400.D
(2.59)
dimana :
N
= nilai N-SPT rata-rata pada 10.D di atas dan 4.D di bawah ujung tiang
= 2. N , atau
(2.60)
fav (lb/ft)
= 40. N
(2.61)
= N , atau
(2.62)
fav (lb/ft)
= 20. N
(2.63)
dimana :
N
(2.64)
34
dimana :
Ap
= lebar tiang
= keliling tiang
qp
fav
Qu
FS
(2.65)
dimana :
Qu
FS
II.11.
Pengembangan rumus-rumus pancang yang ada didasarkan pada prinsip-prinsip impulsmomentum, yaitu : mencari persamaan energi yang ditimbulkan oleh palu (hammer)
terhadap kerja yang dilakukan oleh tiang dalam bentuk penetrasi dengan jarak
perlawanan tertentu serta memperhitungkan kehilangan energi.
Semakin besar perlawanan tiang akan semakin besar pula daya dukung tiang dalam
menahan beban. Kehilangan energi dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
pemampatan elastis tiang, redaman pe-lindung kepala tiang (pile cap) dan efisiensi dari
palu pancang.
Secara umum telah diketahui bahwa ketelitian penggunaan rumus-rumus pancang dalam
memperkira-kan daya dukung tiang tidak memberikan hasil yang dapat diandalkan. Hal
ini disebabkan oleh ketidakseragaman lapisan tanah dan kondisi palu pancang
menyangkut efisiensi palu yang berubah selama pelaksanaan pemancangan pada lokasi
pekerjaan yang sama.
35
Walau demikian rumus pancang (driving formula) atau rumus dinamik (dynamic
formula) masih cukup luas penggunaannya terutama untuk menentukan apakah tiang
telah mencapai harga daya dukung yang cukup pada kedalaman yang direncanakan.
Selain itu, rumus pancang digunakan pula untuk menentukan kapan pelaksanaan
pemancangan tiang dihentikan, dimana daya dukung dari tiang diperkirakan sama
dengan hasil uji pembebanan tiang atau tiang lainnya yang dipancang pada kondisi
tanah yang sama.
Bagaimanapun juga pemancangan tiang pada tanah lempung atau tanah lunak tetap
dilakukan sampai pada kedalaman yang sama bukan berdasarkan jumlah pukulan
tertentu. Perlawanan penetrasi dapat juga digunakan untuk menghindar terjadinya
kerusakan tiang dikarenakan kelebihan energi pancang (overdriving).
Berikut ini akan dijelaskan 3 (tiga) rumus pancang dari sekian banyak rumus pancang
yang telah dikembangkan :
Rumus Engineering News Record (ENR)
Rumus dinamis didasarkan pada hubungan :
Energi yang masuk = energi yang digunakan + energi yang hilang, atau :
Energi yang digunakan = perlawanan tiang x penetrasi palu (perpindahan tiang)
Bila energi ditranformasikan sebagai Qu yang menghasilkan penetrasi sebesar s dan
energi yang hilang sewaktu pemancangan (E) maka didapat :
E = Qu.s + E ; bila E = Qu.C dan E = WR . h
maka didapat :
WR.h = Qu.s + Qu.C, atau :
Qu
WR .h
sC
(2.66)
dimana :
WR
= berat palu
= konstanta untuk palu jatuh bebas (drop hammer) = 2,54 (cm) 1,0 (inch)
untuk palu uap (steam hammer) = 0,254 (cm) 0,1 (inch)
36
FS
=6
Untuk palu aksi tunggal dan palu ganda (palu uap) notasi W R, h diganti HE (energi palu)
dan E (efisiensi palu), sehingga rumus menjadi :
Qu
HE .E
sC
(2.67)
dimana :
HE
= energi palu
= efisiensi palu
E.WR .h WR n.WP
s C WR WP
(2.68)
dimana :
E
= efisiensi palu
WR
= berat palu
WP
= berat tiang
FS
= 4 s/d 6
Type Hammers
0,70 0,85
0,80 0,90
0,70 0,90
37
0,40 0,50
0,30 0,40
0,25 0,30
(2.69)
C1
WR n.WP
WR WP
(2.70)
C2
Qu .L
A E
(2.71)
dimana :
E
= efisiensi palu
HE
= energi palu
WR
= berat palu
WP
= berat tiang
FS
=4
38
1,25.HE WR n.WP
sC
WR WP
(2.72)
dimana :
HE
= 0,1 inch
Rumus Danish
Rumus ini didasarkan pada kondisi tanah runtuh :
E.HE
Qu
s
E.HE .L
2.A p .EP
(2.73)
dimana :
E
= efisiensi palu
= panjang tiang
HE
= energi palu
AP
EP
SF
= 3 s/d 6
Rumus Janbus
Rumus yang dupakai :
Qu
E.HE
s K 'u
(2.74)
dimana :
39
K 'u c d . 1 1
c d
(2.75)
cd
(2.76)
= efisiensi palu
HE
= energi palu
AP
WR
= berat palu
EP
WP
= berat tiang
= panjang tiang
FS
= 4 s/d 5
(2.77)
40
II.12.
Qu A P
(2.78)
Q all
A P .(9.c)
SF
(2.79)
AP
(L '. .Nq 0,4. .B.Nq )
SF
(2.80)
41
dimana :
L
AP
SF
=3
Untuk tanah pasir bisa digunakan rumus Mayerhof (1956), dimana penurunan dibatasi
tidak lebih dari 25mm.
SPT
Sondir
Q all A P
N55
2,5
Q all A P
qC
10
(kips)
(kips)
(2.81)
(2.82)
42
BAB III
DAYA DUKUNG KELOMPOK TIANG
III.1.
Pada umumnya fondasi tiang dibentuk dalam kelompok tiang untuk dapat menahan
beban struktur bangunan alas dan menyalurkan ke lapisan tanah dibawahnya Tiangtiang tersebut disatukan oleh plat belon yang disebut sebagai "pile cap". Fungsi pile cap
adalah untuk menyatukan antar tiang dan mendistribusikan beban pada tiang-tiang
tersebut, lihat Gambar 3.1.a.
Bila letak antar tiang dalam kelompok tiang saling berdekatan, penyebaran tegangan
yang disalurkan melalui tiang ke tanah disekitarnya saling overlap, lihat Gambar 3.1.b.
Idealnya jarak antar tiang dalam kelompok tiang minimum, d = 2.5 D, dan umumnya
digunakan antara d = 3 D s/d 3.5 D (D = diameter tiang).
43
Dalam menetukan daya dukung kelompok tiang perlu dilihat jarak antar tiang dimana
terdapat dua ke-mungkinan yaitu : perhitungan kelompok tiang terdapat 2 (dua)
penempatan jarak antar tiang yang berbeda yaitu (1) kelompok tiang dalam blok
kesatuan dengan ukuran Lq x Bq x L dan (2) kelompok tiang secara individu.
III.2.
Daya Dukung Kelompok Tiang pada Tanah Non Kohesif (Sand Soil)
(3.1)
dimana :
Qp
= q.Nq*.Ap
Qs
= fav . p . L
fav
= K.v.tan
sehingga :
Qg(u)
(3.2)
fav . pq . L
(3.3)
dimana :
pq
fav
= panjang tiang
III.3.
44
Qg(u)
(3.4)
dimana :
Qp
cu(p)
Qs
sehingga :
Qg(u)
(3.5)
= Qp + Qs
(3.6)
dimana :
Qs
= pq . cu . L = .2(Lq + Bq) . cu L
Qp
Dimana harga Nc* (Gambar 3.2) merupakan hubungan antara H/B dan L/B (B = Bq dan L =
Lq), sehingga :
Qg(u)
=Membandingkan nilai persamaan (3.5) dan (3.7) dan angka terkecil : Qg(u)
45
Gambar 3.3 Hubungan Nc* dengan Lg/Bg dan L/Bg (Bjerrum and Eides).
46
III.4.
Q g(u)
Qu
(3.8)
dimana :
Qu
(3.9)
Sehingga :
2.(n1 n2 2).d 4.D
Qu
n1.n2 .p
Q g(u)
(3.10)
; tan1 (D / s)
(3.11)
dimana :
= diameter tiang
47
III.5.
Jika beban luar uang bekerja pada kelompok tiang adalah beban vertikal sentries, maka
beban yang bekerja pada masing-masing tiang adalah :
Qp = Qv n
(3.12)
dimana :
Qp
Qv
Apabila beban vertikal tersebut bekerja eksentris terhadap titik pusai kelompok tiang,
maka sesuai dengan teori mekanika teknik maka besarnya tegangan yang timbul pada
suatu titik dengan jarak berturut-turut x dan y terhadap titik pusat adalah :
M y .x
Iy
M x .y
Ix
(3.13)
Dari Gambar 3.4 dapat diketahui bila beban eksentris maka beban pada masing-masing
tiang dalam kelompok dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Qp
Q v My .x
M .y
A b x A b
n
Iy
Ix
(3.14)
dimana :
Ab
Ix
Iy
Mx
= Qv . ey
My
= Qv . ex
= eksentrisintas
Qu
48
sehingga :
Qp
Q v Q v .e y .y
Q .e .x
A b v x A b
n A b . y
A b . x
(3.15)
atau :
1 e y .y e x .x
n y x
Qp Q v
(3.16)
49
50