BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting dalam mewujudkan
kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang manufcturing obat. Tingginya kebutuhan
akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya aktivitas obat mempengaruhi fungsi fisiologis
tubuh manusia melahirkan sebuah tuntutan terhadap industri farmasi agar mampu memproduksi
obat yang berkualitas. Oleh karena itu, semua industri farmasi harus benar-benar berupaya agar
dapat menghasilkan produk obat yang memenuhi standard kualitas yang dipersyaratkan.
Dalam era globlalisasi sekarang ini, industri farmasi dituntut untuk dapat bersaing dengan
industri farmasi baik dalam maupun luar negeri agar dapat memperebutkan pangsa pasar dan
memenuhi kebutuhan obat bagi masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan
pemenuhan kebutuhan obat yang bermutu bagi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan
pedoman bagi industri farmasi untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu yaitu dengan
CPOB (cara pembuatan obat yang baik). Pada tahun 2006, pemerintah telah memperbarui cpob
ini, yang kemudian lebih dikenal dengan cpob terkini atau cgmp (current gmp).
Produksi obat di apotik jauh lebih mudah bandingakan dengan produksi industri, tidak
perlu mengadakan kajian preformulasi secara khusus tetapi cukup dengan menerapkan dan
memahi dasar dasar preformulasi, sehingga di dapatkan sebuah produk obat yang sesuai.
Preduksi obat di apotik dapat meliputi peracikan obat atas permintaan tertulis dokter dalam
sebuah resep atau melakukan pengemasan ulang sediaan obat dalam skala kecil untuk memenuhi
kebutuhan pasar yang tersedia.
Sedian farmasi yang beraneka ragam jenisnya tentulah harus dipertibangkan dan di
perhatikan dalam mendesainnya sehingga di dapat suatu sediaan yang stabil, efektif dan aman.
Tahapan yang tidak kalah pentingnya dari proses sediaan farmasi adalah preformulasi sediaan
farmasi.
Pengkajian preformulasi ini berpusat pada sifat sifat fisika kimia zat aktif serta bahan
tambahan obat yang dapat mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk
sediaan farmasi.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
C. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Studi Preformulasi
1.
Defenisi preformulasi
Studi preformulasi adalah tahap pertama dalam pembentukan tablet atau aktivitas
formulasi dengan pertimbangan yang hati-hati dari data preformulasi. Preformulasi penting bagi
formulator untuk mendapatkan profil fisika-kimia yang lengkap dari bahan-bahan aktif yang
tersedia sebelum memulai suatu aktifitas perkembangan formulai seluruh informasi ini diketahui
sebagai preformulasi (Lieberman, 1990).
Preformulasi dapat dideskripsikan sebagai tahap perkembangan yang mana ahli farmasi
mengkatagorikan sifat fisika kimia dari bahan obat dalam pertanyaan yang manadianggap
penting dalam formulasi yang stabil, efektif dan bentuk yang aman. Beberapa parameter seperti
ukuran kristal dan bentuk, sifat ph, solubility, sifat ph stabilitas, polymorphisin, efek pembagian,
permaebilitas obat dan disolusi dievaluasi selamaevaluasi tersebut mungkin saja terjadi. Interaksi
dengan berbagai bahan bahan inert yang dimaksudkan untuk penggunaan dalam bentuk akhir,
yang mana diketahui. Data yang didapat dari evaluasi ini berhubungan dengan data yang didapat
dari pendahuluan farmakologi dan studi biokimia dan memberikan ahli farmasi informasi yang
mengizinkan pemilihan dari dosis yangoptimum mengandung bahan bahan inert yang paling
diminati perkembanganya dalam perkembangan (Gennaro, 1998).
2.
Tujuan Preformulasi
Tujuan dasar dari aktivitas preformulasi adalah untuk menyiapkan dasar rasional untuk
metode preformulasi, untukmemaksimalkan kesempatan dalam mengoptimalkan sebuahproduk
obat dan penampilannya. Dari sudut pandang seorang formulator tablet, informasi preformulasi
yang paling pentingadalah studi kestabilan zat tambahan obat. Pertanyaan berikutnya, untuk obat
baru. Sebuah obat dimana formulasinyamemiliki pengalaman yang kurang adalah untuk memilih
bahan,zat tambahan yang mana baik secara kimia fisika cocok denganobatnya (Lieberman,
1990).
Penerangan formula menggunakan pengalaman dan pengetahuan mengetahui bahan
tambahan untuk menjaga ukuran tablet ini seminimal mungkin tanpa mengorbankan bagian
bagian yang perlu. Formulasi dari tablet membutuhkan pertimbangan antara lain (Lieberman,
1990) :
1. Ukuran dari dosis atau kuantias dari bahan aktif.
2. Stabilitas dari bahan aktif.
3. Kelarutan dari bahan aktif.
4. Kerapatan dari bahan aktif.
5. Kemampuan pengampaan dari bahan aktif.
6. Penyeleksian bahan tambahan.
7. Metode dari granulasi.
8. Karakter dari granulasi.
9. Kempa tablet, tipe, ukuran, dan kapasitas.
10. Kondisi lingkungan (kontaminasi dan kontrol kelembaban).
11. Stabilitas dari produk obat.
12. Ketersediaan.
3. Data yang harus disediakan pada studi preformulasi
Langkah pertama pada pemotongan tablet atau aktifitas perumusan adalah pertimbangan
yang teliti sebelum perumusan data ini sangat penting karena mempunyai indentifikasi sifat
kimia fisika lengkap dari bahan aktif yang tersedia. Sebelum memulai pengembangan kegiatan
perumusan. Biasanya yang bertanggung jawab pada penelitian kimia di daerah itu di tunjukkan
untuk menyediakan data-data zat obat adalah seperti dibawah ini (Lieberman, 1990) :
a.Stabilitas (zat padat)
: cahaya, suhu, kelembaban
b.Stabilitas (zat larutan)
: stabilitas bahan tambahan obat (Deferensial Thermal Analisis
atau metode dipercepat lain)
c.Sifat fisika mekanis : ukuran partikel, curah dan tekanan densitas bentuk kristal fotomikrograf,
titik leleh, rasa, warna, bentuk dan bau
d.Sifat fisika mekanis
: kelarutan dan pH larutan/dispersi cair, pelarut lainnya)
e.Disolusi in vitro
: obat murni, obat pil murni, dialisis obat murni, penyerapan obat, efek
dari bahan tambahan dan surfaktan.
4. Studi organoleptik yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet
Program preformulasi yang khas harus dimulai sesuai engan bahan obat. Penggambaran
istilah warna, bau, dan rasa pada obat baru harus di cacat. Ini penting guna menetapkan standar
istilah penggambaran perintah kelengkapan guna menghindari kebingungan yang berbeda antara
ilmu pengetahuan yang digunakan dengan beberapa istilah penggambaran kelengkapan
(Lieberman, 1990).
5. Analisis kemurnian yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet
a.
Kemurnian bahan obat adalah ada atau tidaknya bahan pengotor, kebanyakan berupa sintetik,
biasanya diuji dengan : Grade HPLC (Tingkat kemurnian tingkat tinggi, Grade analisis atau Pro
analisis (PA), Pharmaceutical Grade (PG) sedang, Technical Grade (TG) rendah.
b. Salah satu tingkat untuk melakukan studi adalah menguji tingkat kemurnian dari bahan baku
yang akan dijadikan sebagai zat aktif sediaan tablet.
c. Pada pabrik-pabrik biasanya diuji terlebih dahulu tingkat kemurnian bahan baku untuk membuat
tablet dengan HPLC, kromatografi lapis tipis.
d. Salah satu parameter yang menunjukkan kemurnian, yaitu titik lebur dari bahan baku tersebut.
6. Ukuran partikel yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet
Ukuran partikel sangat penting dan kecocokan ukuran partikel preformulasi dapat
menentukan fungsi preformulasi yang baik (Banker, 1995).
7. Bentuk dan luas permukaan partikel yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet
Pengetahuan mengenai bentuk dan luas permukaan suatu partikel dikehendaki bentuk
partikel mempengaruhi aliran dan sifat-sifat pengemasan dari suatu serbuk, juga mempunyai
beberapa pengaruh terhadap luas permukaan. Luas permukaan persatuan berat atau volume
merupakan suatu karakteristik serbuk yang penting jika seorang mempelajari absorbsi
permukaan dan laju disolusi (Marten, 1993).
Diketahui bahwa makin luas permukaan per gram partikel, makin kecil dam partikel
tersebut. Penurunan ukuran partikel meningkatkan luas permukaan efektif dan bahan tersebut
dalam kontak dengan lapisan pelarut stasioner dan laju larutan. Makin tinggi kelarutan, makin
laju disolusi. Tapi penurunan ukuran atau peningkatan luas permukaan efektif tidak selalu
mengakibatkan lebih cepatnya disolusi. Jika diserbukkan lebih dan bila obat bersifat hidrofobik,
agregasi mungkin dapat sesudah itu dan ini dapat mengakibatkan kesulitan-kesulitan dari
pembasah dan disolusi (Marten, 1993).
8. Sifat aliran serbuk yang dilakukan pada preformulasi unytuk sediaan tablet
Sifat aliran serbuk sangat penting untuk operasi tablet yang efisien. Aliran yang baik
dari bubuk atau granulasi yang akan di kompresi diperlukan untuk menjamin keseragaman
bobot pencamporan yang efisien dan dapat diterima untuk tablet kompresi. Jika obat
diindentifikasi pada tahap preformulasi kurang mengalir, masalah ini dapat dipecahkan dengan
memilih bahan pembantu yang sesuai. Dalam beberapa kasus, serbuk obat sebelum pengempaan
harus diperbaiki sifat alirannya, selama evaluasi preformulasi bahan obat. Oleh karena itu, segi
karakteristiknya harus dipalajari terutama ketika dosis besar obat harus diantisipasi (Lieberman,
1990).
9.Sifat higroskopitas yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet
Zat obat banyak menunjukkan kecenderungan untuk menyerap kelembaban. Jumlah
kelembaban tersebut tetap terabsorbsi oleh berat pada sampel anhidrat dalam kesetimbangan
dengan kelembaban di udara pada suhu tertentu yang disebut sebagai kadar air. Pentingnya
kelembaban terabsorbsi untuk stabilitas padatan telah dibahas. Selain itu, keseimbangan kadar air
dapat mempengaruhi liran dan karakteristik bubuk kompresi dan kerasnya tablet akhir dan
granulasi.
Secara umum, senyawa higroskopis harus disimpan dalam sebuah tempat tertutup.
Sebaiknya dengan pengeringan. Absorbsi isoterm menunjukkan keseimbangan kelembaban dari
bahan obat dan bahan tambahan sebagai fungsi dari tekanan uap yang relatif dapat ditentukan
dengan menempatkan sampel dalam desikator yang memiliki kondisi kelembaban yang berbeda.
Pengolahan yang tepat dan kondisi penyimpanan sampel mungkin dipilih berdasarkan absobsi
isoterm. Studi preformulasi harus dilakukan dengan bentuk bahan yang akan digunakan dalam
perumusan akhir. Kelembaban dari zat tambahan. Juga dapat mempengaruhi sifat fisikokimia
dari bentuk sediaan padat. Analisis absorbsi isoterm terhadap bahan tambahan, seperti turunan
selulosa dan pati yang menunjukkan adanya air yang mungkin ada dalam dua bentuk terikat
(solid like) dan bebas (Lieberman, 1990).
10. Sifat kristal yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet
Sifat kristal
Banyak bahan obat yang lebih dari satu kristal dengan ruang kiri yang berbeda. Sifat ini
dikenal degan polimorfisme. Perbedaan bentuk kristal dapat disebut polimorp. Kadang-kadang,
baik suatu kristal padat, mengikat molekul pelarut yang berada dalam sebuah ruang kiri yang
berisi dalam sebuah stoikiometri tetap. Menghasilkan solvair atau pseudo plomifulsune mungkin
tersedia dalam bentuk polimorf tertentu melalui manipulasi sesuai kondisi kristalisasi. Keadaan
ini termasuk sifat alami pelarut, temperatur, dan faktor lainnya. Biasanya, zat terlarut mengendap
dalam larutan, maka molekul dari hasil padatan sudah tidak tergolong dalam kesatuan tetap.
Tetapi kurang lebih dalam susunan yang acak, keadaan ini dikenal dengan bentuk amorf.
Biasanya kristalnya, mendadak akan mengubah komposisi dari pelarut pada proses kristalisasi,
atau hasil proses liopilisasi dari sebuah bentuk amorf (Lieberman, 1990).
B. Desain Formulasi
1. Tujuan bentuk sediaan tablet
Tujuan utama dari desain bentuk sediaan adalah untuk mencapai sebuah respon terapi
yang diramalkan dari suatu formulasi yang mana bisa dibuat dalam skala besar dengan
menghasilkan produk yang berkualitas, untuk memastikan kualitas produk, banyak ciri khas
yang diperlukan. Stabilitas kimia dan fisika, dengan pengawetan yang sesuai untuk melawan
kontaminasi mikroba jika diperlukan, keseragaman dosis obat, penerimaan termasuk pembuat
resep dan pasien, kemasan yang cocok dan pelabelan idealnya, bentuk sediaan harus juga
mandiri dari pasien untuk pasien walaupun dalam prakteknya fitur ini sulit untuk dicapai.
Perkembangan masa depan dalam desain bentuk sediaan mungkin baik untuk mencoba beberapa
tuntutan (Aulton, 1988).
2.
Faktor yang harus dipertimbangkan sebelum zat aktif dapat diformulasi dengan berhasil
kedalam bentuk sediaan
a.Pertimbangan biofarmasetikal dalam mendesain bentuk dosis
Ilmu biofarmasetik, hubungannya degan sifat fisika, kimia dan ilmu biologi dapat
diaplikasikan pada obat, bentuk dosis dan penggunaan obat. Dengan jelas, pemahaman prinsip
ini sangat penting dalam mendesain bentuk dosis utama dengan melihat penyerapan obat, baik
distribusi obat, metabolisme dan ekskresi. Umumnya bahan obat harus dalam bentuk laporan
sebelum diabsorbsi melalui membran dan kulit, dalam lambung dan paru-paru mengalir ketubuh.
Obat menembus selaput ini dengan dua cara yaitu dengan difusi pasif dan mekanisme
pengangkutan yang khusus. Dalam difus pasif ; obat harus dikontrol untuk megendalikan
penyerapan, proses ditandai dengan konsentrasi selaput dengan molekul obat yang menghantar
dari daerah tinggi ke daerah yang rendah. Daya larut lipid dari obat sangat mempengaruhi tingkat
difusi. Beberapa mekanisme pengangkutan khusus mencakup aktif dan memudahkan
pengangkutn ketika menyerap, obat dapat berefek mengobati, sekalipun begitu, penghubung
harus diangkut dalam cairan tubuh (Aulton, 1988).
b. Faktor-faktor obat dalam mendesain bentuk sediaan
Masing-masing tipe dari bentuk sediaan memerlukan pembelajaran yang hati-hati dari
sifat fisika dan kimia dari bahan obat untuk mencapai suatu kestabilan, produk yang efisien. Sifat
ini seperti disolusi, ukuran partikel/kristal. Bentuk polimorf, stabilitas padatan dan interaksi
bahan tambahan obat, dapat memiliki efek yang berbobot dalam ketersediaan fisiologi dan sifat
fisika dan kimia dari obat. Dengan mengombinasikan data tersebut dari pembelajaran
farmakologi dan biokimia, bentuk sediaan yang paling sesuai dan bahan tambahan dapat
diseleksi untuk formulasi dari bentuk sediaan yang dipilih (Aulton, 1988).
Bahan
Proses penekanan
Prosedurproduksi
Organoleptik
Ukuranpartikel
Area permukaan
Kelarutan
Disolusi
Koefesienpemisah
Konstantaionisasi
Bahankristal
Polimorfisme
Stabilitas
(bahan lain)
Temperatur
Tekanan
Mekanik
Radiasi
Kerapatancairan
Gas
Penguapan
Kristalisasi
Pengendapan
Penyaringan
Emulsifikasi
Penggilingan
Campuran
Mengerikan
Granulasi
Pengempaan
Autodosing
Penyangga
Penyimpanan
Transport
Organoleptik(Aulton, 1988).
Obat modern memerlukan bentuk sediaan farmaseutical yang dapat diterima oleh pasien.
Sayang sekali banyak bahan obat yang digunakan hari ini adalah yang tidak berasa dan tidak
menarik keadaan alaminya bentuk sediaan , pada umumnya persiapan oral, kandungan obat
boleh memerlukan tambahan dari rasa yang disukai, parfum dan warna.
Rasa dan warna yang digunakan berlaku terutama untuk bentuk sediaan cair yang
dimaksudkan untuk pemberian oral. Tersedia sebagai ekstrak kental larutan atau mikro
enkopulasi, rasa dan parfum biasanya dibentuk dilidah dengan cepat bereaksi pada saat pahit,
manis,asin,dan unsure asamdari rasa. Semua unsure lain diakui berbau, yang mana dapat diubah
dengan mudah menggunakan parfum.
Rasa yang tidak menyenangkan dapat diatasi dengan menggunakan derivate tidak larut air
dari obat yang memiliki sedikit atau tidak terasa, Contohnya penggunaan kloramfenikol
palmitate dan amitriptilin palmitate, meskipun beberapa factor seperti bioavailibilitas harus
tersisa tanpa di ganti. Jika sebuah derivate tidak larut tidak dapat digunakan rasa atau parfum
dapat digunakan bagaimanapun obat tidak enak /tidak menyenangkan dalam kapsul atau tablet
salut yang disiapkan untuk mungkin lebih mudah ditelan untuk menghindari rasa yang tidak
enak.
Pemilihan rasa bergantung pada beberapa factor tapi pada umumnya pada rasa dari bahan
obat. Rasa yang pasti efektif menyembunyikan beberapa unsur rasa untuk contoh rasa jeruk.
Sering digunakan untuk melawan rasa masam atau rasa obat. Kelarutan dan stabilitas pada rasa
pada keendaraan juga penting . Dengan bertambahnya usia direncanakan pasien harus juga
diperhatikan sejak anak-anak untuk contoh memilih rasa manis, sebaik psikologi antarawarna
dan rasa.
Bahan-bahan yang manis boleh juga diperlukan untuk menyembunyikan rasa pahit.
Secara luas sukrosa digunakan sebagai alternatif, seperti natrium sacharin yang 200 700 lebih
manis bergantung pada konsentrasi yang tersedia. Sorbitol disarankan untuk diabetes.
Dan seharusnya, menggunakan larutan garam yang lebih atau derivat ester.
Mikronize kompleks atau teknik dispersi padatan seharusnya tidak bekerja. Kelarutan juga
sangat penting dalam absorbsi obat yang sudah dalam bentuk larutan sejak sistem saluran
pencernaan bioavababilitasnya dapat dimodifikasi.
Produk desain tablet memerlukan 2 aktivitas utama, yaitu (Lieberman, 1990) Pertama, aktivitas
formulasi dimulai dengan mengidentifikasi bahan tambahan yang sangat cocok untuk bentuk
dasar dari suatu formulasi obat.
b. Kedua, mutu dari bahan tambahan dalam bahan dasar formula harus lebih optimal dipilih untuk
memenuhi kualitas semua proses/produk yang terbatas.
4. Faktor yang mempengaruhi eksipien yang digunakan dalam formula tablet
Jenis dari bahan tambahan yang digunakan biasanya sangat bergantung pada nomor
preformulasi obat, pemasaran, ekonomi, dan faktor kualitas produk/ proses antara lain
(Lieberman, 1990) :
a. Preformulasi
Secara fisika dan kimia bahan tambahan ini tidak cocok dengan obat yang tidak menyatu
dengan bahan formulasi tablet. Ilmu preformulasi juga dapat memberikan informasi tentang
aliran dan bahan dari sebagian besar obat. Bahan tambahan cenderung untuk memperbaiki aliran
dan bahan pengikat yang dapat digunakan untuk evaluasi untuk aliran yang buruk, bahan
campuran yang mengikat yang kurang baik secara berturut-turut.
b.
Medis
Sebuah alasan dibahas profil suatu tablet dapat segera diketahui pada perkembangan
tablet dengan cepat, terkontrol dan kombinasi antara kecepatan dan kontrol memerlukan
pembahasan secara keseluruhan yang berbeda yang mendekati perkembangan formulasi.
Kecepatan tablet biasanya memerlukan tingkata yang tinggi dari disentegrasi. Biasanya
pengguanaan kontrol sebuah formulasi dari polimer-polimer atau parafin matriks.
Banyak contoh yang menyatakan bahwa disolusi merupakan faktor The tate-limiting utuk
absorbsi suatu obat. Itu mungkin merupakan kebutuhan sebuah formulasi untuk memilih bahan
tambahan yang mungin menaikan disolusi obat dan meningkatkan absorbsi. Solvangdan finholt
mempelajari bahan pengikat dan ukuran partikel pada obat pada laju disolusi berebagai jenis
obat. Permukaan bahan yang aktif seperti sodium loirilsulfat mungkin dibutuhkan untuk
menaikan tingkat pembahasan dari obat. Kemungkinan pengguanaan disintegrasi dapat
memperbaiki laju disolusi pelicin hidrofobik mungkin hanya digunakan pada tingkat rendah atau
tidak sama sekali.
Target dari keberhasilan suatu obat untuk berbagi tempat dalam sistem gastrointestinal
terkadang diperlukan utntuk meningkatkan kestabilan obat, keamanan atau khasiat. Obat dengan
suasana asam tidak dapat digunakan untuk lambung. Penggunaan dari tablet salut enjterik
merupakan metode paling baik pada pelepasan obat di usus. Lapisan tablet yang disalut harus
diformulasikan untuk mempertahankan kekerasan dari proses penyalutan dan menjadikan bahan
lapisan yang seragam dengan bahan penyalut. Pengguanaan alkali sebagai bahan tambahan
dalam tablet yang menurunkan integrasi dari tablet salut enterik.
c. Pemanasan
Bentuk dosis sebuah tablet biasanya tidak berpengaruh besar terhadap kesuksesan
penjualan pada produk asli. Bagaimanapun, semua tablet minimal harus memiliki kriteria yang
baiuk. Penampilan dari tablet dapat dievaluasi dari warna, tekstur, bentuk, ukuran, dan lapisan
(ketika dipresentasikan), dan berbagai informasi mendesain tablet (obat). Penampilan obat dapat
disesuaikan warna, tekstur, tiap bahan tambahan yang terkandung pada formula tablet. Laktosa,
kanji dan kristal selulosa kecil terlihat putih atau bening ketika dikempa. Pengencer anorganik
seperti kalsium sulfat, kalsium fosfat, dan berbagai produk serbuk pada warna tablet yang alami.
Interaksi obat dengan bahan tambahan pada waktu tertentu bisa mengubah penampilan dari
tablet. Penggunaan pewarna mungkin dibutuhkan untuk memperbaiki tampilan suatu tablet.
Secara relatif, sejumlah besar dari stearat dan berat molekul besar glikolisis polisilen
menghasilkan glikosida tablet.
Sifat tablet (aliran dan pengempaan) dari foremulasi tablet mengandung beberapa persen
bahan aktif ( < 100 mg) terutama sifat tablet dari formulasi bahan tambahan. Formulator
mempunyai frekuensi obat dari pemilihan jumlah bahan tambahan obat yang tidak lebih selama
proses formulasi. Bagaimanapun, jika formula tablet aktif mempunyai sedikit pilihan bahan
tambahan. Untuk memudahkan menelan dan tetap elegan, ukuran tablet dan berat tablet harus
dibatasi dalam membuat formulasi. Formulasi tablet aktif dengan persentase yang besar hanya
dapat mengandung kualitas minimal dari bahan tambahan. Bahan tambahan harus dilakukan
menurut funsinya pada lever rendah secara relatif.
Pengguanaan bahan pengikat lebih efektif seperti mikrokristalin selulosa mungkin dapat
dibutuhkan untuk pembuatan tablet. Tablet dengan persentase tinggi dari frekuensi aktif
membutuhkan metode granulasi yang simple penggunaannya karena bahan tambahan tidak akan
dilakukan sesuai fungsinya pada level rendah pada metode kompresi.
Bagian pemasaran mungkin meminta sebuah produk lapisan tablet. Kualitas dari lapisan
tablet sangat disesuaikan oleh formulasi tablet yang digunakan. Tablet dengan resistensi yang
rendah atau abrasi (kerapuhan yang tinggi) akan menghasilkan lapisan yang kasar dan tidak
beraturan. Bahan tambahan yang hidrofilik dapat mempertebal lapisan dan meningkatkan adhesi.
d. Ekonomi
Salah satu faktor yang sering kali dilupakan dalam perkembangan formula tablet adalah
harga dari bahan dasar dan proses pembuatannya. Pengempaan secara langsung biasanya
merupakan metode yang lebih ekonomis dari produksi tablet yang sebelumnya dibahas. Bahan
tambahan yang berlebih yang digunakan pada pengempaan langsung, harga dari proses granulasi
biasanya lebih besar.
e. Kualitas proses / produk
Bahan tambahan dapat diseleksi dengan memproduksi tablet yang sesuai atau standar
tinggi kualitas in-house tablet yang terspesifikasi. Seorang formulator harus terlibat dalam
pembuatan tablet spesifik dan mampu menyediakan gagasan dalam spesifikasi yang kritis.
Tipe pengujian penampilan pada tablet meliputi :
1. Variasi berat
2. Kekerasan
3. Variasi
4. Waktu disintegrasi
5.
6.
7.
8.
Disolusi
Kadar air
Potensi
Keseragaman kadar
Untuk memberikan suatu efek obat sistemik setelah peleburannya dalam penyerapan usus
dan sebagainya. Setiap kelas obat diperhatikan dengan sangat hati-hati harus diberikan untuk
formulasi produk dan desain sebagai metode produksi untuk menghasilkan produk yang manjur
dan dapat diandalkan
9. Bahan pengisi
a.
Definisi
Bahan pengisi adalah jumlah dosis tunggal dari komposisi aktif sangat kecil dan bahan
inert ditambahkan untuk meningkatkan massa tablet agar menghasilkan ukuran tablet yang
praktis untuk pengempaan (Gennaro, 1998).
Bahan pengisi adalah bahan pengencer biasanya dianggap sebagai bahan inert, mereka
bisa secara signifikan mempengaruhi sifat kimia, biofarmasetik dan sifat fisik dari tablet akhir
(Lieberman, 1990).
b
Zat pengisi tablet yang sering digunakan (Lieberman, 1990) :
Tidak larut
Larut
Kalsium sulfat, dihidrat
Laktosa
Kalsium fosfat dibasic
Sukrosa
Kalsium fosfat, tribasic
Dekstrosa
Kalsium karbonat
Manitol
Pati
sarbitol
Modifikasi pati (pati karboksimetil)
Mikrokristalin selulosa
c.
Bahan
Penguji
Dextrosa
Spray-dried
Laktosa
Fast-flo
laktosa
Anhydrous
laktosa
Emdekx
(dextrates)
Sukrose
Struch
Struch 1500
Dicalcium
phosphate
kecocokan
aliran
kelarutan
kehancuran
Higroskop
i
Kemampua
n melunasi
kesatabilan
3
3
2
5
4
4
2
3
1
1
2
2
3
4
4
2
3
3
3
1
2
4
5
0
2
1
4
4
4
2
4
4
3
3
1
3
2
2
4
3
4
5
Aviaed
keterangan : Nilai pada skala 5 (baik/ tinggi) diatas 1 (buruk / rendah) 0 (tidak ada).
10.
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat yang
dibuat dengan pemadatan, kedua permukaannya rata atau cembung.
Menurut FI Edisi IV, tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi.
B. Macam macam sediaan obat tablet
Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas:
1. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau
granul menggunakan pons atau cetakan baja.
2. Tablet Cetat
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang
cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan krista yang terbentuk selama
pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan.Berdasarkan tujuan penggunaan,
tablet terdiri atas :
1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a.
Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari
zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien seperti :
pengikat (memberi adhesivitas atau kelekatan saat bertemu saluran cerna): amylum
gelatin,
b.
c.
d.
e.
tragakan.
desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)
Tablet Kempa Multi atau Kempa Ganda
Tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus
kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas dua atau lebih lapisan. Disebut juga
sebagai tablet berlapis. Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak
tersatukan).
Tablet Lepas Lambat
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut
melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian
disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau
konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu
(misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan
terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus yang
pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
Tablet Salut Gula
Tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik
berwarna maupun tidak. Tujuannya untuk melindungi zat aktif terhadap
f.
lingkungan udara (O2, kelembaban), menutup rasa dan bau tidak enak,
menaikkan penampilan tablet.
Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari
bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran
b.
c.
6.
a.
b.
-
7.
a.
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan tertentu.
Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris digunakan untuk memberikan
jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan obat (FI IV). Digunakan sebagai tablet
sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan ditelan dengan air minum.
Tablet Hipodermik
Tablet cetak atau kempa yang dibuat dari bahan mudah larut atau melarut
sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul
dengan menambahkan pelarut steril (FI IV)
Tablet Dispending
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat atau
cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi
atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi tertentu.
Berdasarkan Distribusi Obat Dalam Tubuh
Bekerja lokal
Misal : tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut; ovula untuk pengobatan pada
infekldi di vagina.
Bekerja sistemik : per oral.
Yang bekerja short-acting (jangka pendek) : dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan
obat.
Yang bekerja long-acting (jangka panjang) : dalam satu hari cukup menelan satu tablet.
Tablet jangka panjang dapat dibedakan menjadi :
Delayed Action Tablet (DAT)
Dalam tablet ini terjadi penundaan pelepasan zat aktif karena pembuatannya adalah sebagai
berikut : sebelum dicetak, granul dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak
diapa-apakan, kelompok kedua disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa
saat, kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari kelompok
kedua, dst. Granul-granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru dicetak.
Repeat Action Tablet (RAT)
Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu menjadi tablet inti
(core tablet). Kemudian granul-granul yang kurang lama pecahnya dimampatkan di sekeliling
kelompok pertama sehingga terbentuk tablet baru.
Berdasarkan Jenis Bahan Penyalut
Tujuan penyalutan tablet :
Melindungi zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh udara,
kelembaban, atau cahaya.
b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik.
d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.
Misal : tablet enterik yang pecah di usus
Macam-macam tablet salut :
a. Tablet salut biasa/salut gula (dragee)
disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut seperti
pati, kalsium karbonat, talk atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau
gelatin.
Tahapan pembuatan salut gula :
1. Penyalutan dasar (subcoating)
Jika tablet mengandung zat yang higroskopis, tablet dilapisis dulu dengan salut
penutup (sealing coat) agar air dari sirop salut-dasar tidak masuk ke dalam tablet.
2. Melicinkan (smooting)
Proses pembasahan berganti-ganti dengan sirop pelicin dan pengeringan dari salut dasar
tablet menjadi bulat dan licin.
3. Pewarnaan (coloring)
Memberi zat warna yang dicampurkan pada sirop pelicin.
4. Penyelesaian (finishing)
Proses pengeringan salut sirop
5. Pengilapan (polishing)
Merupakan tahap akhir, digunakan lapisan tipis lilin yang licin.
b. Tablet salut selaput (film-coated tablet)
Disalut dengan hidroksipropilmetilslulosa, metilselulosa, hidroksipropilselulosa, NaCMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG.
c. Tablet salut kempa
Tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri atas laktosa,
kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak kembali
bersama granulat kelompok lain sehingga terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet).
d. Tablet salut enterik (enteric-coated tablet)/tablet lepas tunda
Jika obat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau dapat
mengiritasi mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda
pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
e. Tablet lepas lambat (sustained-release tablet)/tablet dengan efek diperanjang
Tablet yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap tersedia selama jangka
waktu tertentu setelah obat diberikan.
C.
komponen sediaan tablet
2. Zat aktif
3. Eksipien/bahan tambahan
a.
ditambahkan
jika
zat
aktifnya
sedikit
atau sulit dikempa. Contoh :laktosa, pati, kalsium fosfat, dibase, selulosa mikrokristal.
b. Bahan pengikat (binder)
Berfungsi memberikan gaya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan menambah
daya
kohesi
pada
bahan
pengisi.
Contoh
gom
akasia,
gelatin,
sukrosa,
e.
digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi.Contoh : silika pirogenik koloidal.
Bahan pelicin (lubrikan)
Berfungsi mengurangi gesekan selama pengempaan tablet dan juga berguna untuk
mencegah massa tablet melekat pada cetakan Contoh : senyawa asam stearat dengan logam
dosis
dapat
diberikan
dibagi
rata
dalam
dan
akurat.
2. Tablet tidak mengandung alcohol
3. Tablet dapat dibuat dalam berbagai dosis.
4.
Sifat alamiah dari tablet yaitu tidak
dapat
dibawa
kemana-mana,
pemberiannya.
5.
Secara
umum,
6.
bentuk
bentuknya
kemampuan
yang
terbaik
akan
dapat
dari
sediaan
semua
yang
memberikan
dipisahkan,
kompak,
pengobatan
dosis
dangan
yang
bentuk
tepat
jika
efek
yang
kualitas
fleksibel
dan
menggunakan
utuh
dan
sediaan
bagus
dan
mudah
tablet lebih
menawarkan
oral
untuk
8.
Tablet
paling
ditenggorokan,
9.
mudah
ditelan
terutama
bila
serta
paling
tersalut
kecil
yang
profil
kemungkinan
tertinggal
memungkinkan
pelepasan
khusus,
seperti
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
3.
ZAT PENGHANCUR DALAM
a.
Corn Starch
pemerian
: Serbuk sangat halus dan putih
kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dengan dan dalam etanol.
penyimpanan
:Dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya.
4.
ZAT PENGISI
a.
laktosa
(F 1V Hal 489)
pemerian
: Serbuk atau masa hablur ,keras , putih atau putih krem tidak
berbau dan rasa sedikit manis satbil ,tetapi mudah menyerapbau.
kelarutan
:Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudahlarut dalam air
mendidih sangat sukar larut dalam etanol: tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Penyimpanan
:Dalam wadah tertutup baik.
5.
PENGHANCUR LUAR
a.
Avicel PH 102
Pemerian
: Bagian selulosa yang terdepolimerasi berbentuk putih, bersih, serbuk
kristal, tidak berwarna tidak berasa.
Kelarutan
: Sukar larut di 5% w/v larutan sodium hidroksida, praktis tidak larut
dalam air, larutan asam dan banyak pelarut organik.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
6.
GLIDAN/ANTIADHERENT
a.
Talk (F1 1V Hal 771)
Pemerian
: Serbuk hablur sangat halus putih/ putih kelabu berkilatmudah melekat pada k
ulit dan bebas dari butiran.
Kelarutan
: Tidak larut dalam air dalam etanol dan dalam eter.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
b.
Mg. Stearat (F1 1V Hal 515)
Pemerian
: Serbuk hablur putih dan voluminis ,bau lemah khasmudah melekat di
kulit bebas dari butiran.
Kelarutan
: Tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
7.
PEMANIS
a.
Sodium saccharin
Pemerian `
: serbuk hablur putih tidak berbau atau berbau aromatic lemah.
Larutan encer sangat manis. Larutan bereaksi asam terhadap lakmus.
Kelarutan
: Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter;
larut dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol mudah larut dalam ammonia encer.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
V.
NAMA ZAT
FORMUL
A
Jumlah per
tablet
Penimbangan
(Jumlah / batch)
Antalgin
Amilum
Aqua
Corn Starch
Laktosa
Avicel PH 102
Talk
80 mg
10 %
95
6%
*
10%
1%
84 mg
30 mg
95
18 mg
31,15 mg
30mg
3 mg
84
30 g
95g
18 g
31,15 g
30g
3g
Mg. Stearate
Sodium sacchrin
Sodium cyclamat
Orange
Jumlah
0.80 %
0,80 %
1%
0,35%
2,4 mg
2,4 mg
3mg
1,05 mg
300 mg
2,4 g
2,4g
3g
1,05g
300 g
PROSEDUR PEMBUATAN
1.
Pembuatan larutan pengikat
: Tuangkan air kedalam wadah gelas sambil
diaduk suspensikan kedalamnya bahan pengikat. Tambahkan air mendidih (95oC) teruskan
pengadukan hingga diperoleh ciran yang jernih.
2.
Granulasi : Ayak zat aktif, bahan penghancur dan pengisi sebelum dicampur
mengunakan ayakan mesh 30. Tuangkan zat aktif bahan pengisi dang penghancur dalam kedalam
wadah baskom. Aduk homogeny selama 5 menit. Tambahkan larutan pengikat (suhu 60 oC).
aduk hingga menjadi masa yang kompak. Bila perlu dapat ditambahkan air hangat. Masukan
pemanis (gula) 0,5 gram kedalam beker glas dan tambahkan air 5 ml aduk hingga larut. Dan
campurkan hingga homogeny. Setelah homogeny masukan pewarna dan essence orange tiga tetes
saja. Lalu aduk hingga merata dan berubah warna.
3.
Granulasi massa basah ini dengan ayakan mesh 8 atau mesh 12 hingga terbentuk granul
yang baik. Keringkan granulat didalam oven yang telah dilatasi kain betis selama 10 menit.
4.
Pen campuran akhir : Ayak granulat yang telah kering dan ayakan mesh 12/
mesh16. Masukan granul ke dalam kantong plastic. Tambahkan kedalamnya bahan penghancur,
glidan dan anti adheren yang telah diayak dengan mesh 30. Kocok kantung plastic selam 5
menit.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Studi Preformulasi
Studi preformulasi adalah tahap pertama dalam pembentukan tablet atau aktivitas
formulasi dengan pertimbangan yang hati-hati dari data preformulasi. Preformulasi penting bagi
formulator untuk mendapatkan profil fisika-kimia yang lengkap dari bahan-bahan aktif yang
tersedia sebelum memulai suatu aktifitas perkembangan formulai seluruh informasi ini diketahui
sebagai preformulasi
2. Desain Formulasi
Tujuan utama dari desain bentuk sediaan adalah untuk mencapai sebuah respon terapi
yang diramalkan dari suatu formulasi yang mana bisa dibuat dalam skala besar dengan
menghasilkan produk yang berkualitas, untuk memastikan kualitas produk, banyak ciri khas
yang diperlukan. Stabilitas kimia dan fisika, dengan pengawetan yang sesuai untuk melawan
kontaminasi mikroba jika diperlukan, keseragaman dosis obat, penerimaan termasuk pembuat
resep dan pasien, kemasan yang cocok dan pelabelan idealnya, bentuk sediaan harus juga
mandiri dari pasien untuk pasien.
B.
Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang preformulasi
obat sediaan padat (Tablet) tersebut sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai materi
tersebut. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
kita sepakat buat pake zat aktif itu saja. karena kita berprinsip yang penting
kerja dan kumpul asal kita bertiga pake zat aktif yang sama dan tidak ada
kelompok lain yang mendapat zat aktif tersebut.... di luar dugaan, saat kita
kumpul dan berusaha menghadap ke dosen untuk menjelaskan yang
sebenarnya terjadi, dosennya malah menertawai kami bertiga. kenapa ?
ternyata nama lain zat aktif yang dia kasih itu memang "Chlorpheniramine
Maleas"............
A.
Formulasi asli
Nama Zat Aktif
: chlorpheniramini maleas
Rumus molekul
: C16H19ClN2.C4H4O4
Berat molekul
B.
: 390,87
Master formula
Tiap 500 mg @ tablet mengandung :
chlorpheniramini maleas
4mg ( 1% )
Pati jagung
75mg (15%)
Magnesium stearat
10mg (2%)
Polivinilpirolidon
5mg(1%)
Avicel
C.
ad/
500mg
Formulasi
Medicine
Center
Dibuat oleh
: Irma Trisatnti
KODE
BAHAN
1.
2.
NAMA BAHAN
FUNGSI BAHAN
CPM-01
Chlorphenira
mini Maleas
CLT-02
Avicel
No Reg : JCK040619911B1
No. Bets : J2115K
JUMLAH
PERDOS
PERBETS
Zat aktif
4 mg
0,4 g
Bahan Pengisi
406 mg
40,6 g
3.
MGS06
4.
5.
D.
Mg. Stearat
Pati jagung
AVC-08
Lubrikan sejati
Penghancur
Polivinilpirolid
on
1g
75 mg
7,5 g
5mg
0,5mg
Komposisi tablet
Paracetamol
Dextrometorfan Hbr
Chlorpheniramini maleat 4 mg
Fenilpropanolamin HCl 15 mg
E.
Pengikat
10 mg
500 mg
15 mg
F.
Konsentrasi Mg stearat sebagai lubrikan maksimal 2%. Jika terlalu besar akan
terjadi laminating.
G.
Uraian bahan
nama resmi
: Allopurinol
nama lain
bestocol, bodrexin,
bronchitin, bronchophen, bycolen, calorex syrup, chlorphemin,
chlorphenon, cohistan, cohistan espetoran.
rumus bangun :
pemerian
kelarutan
dan dalam 10
bagian chloroform P, sukar larut dalam eter P.
kestabilan
inkompatibilitas
:
:hipertensi berat, penyakit arteri koroner,
H.
kegunaan
:antihistaminikum.
Timbangan analitik
1 buah
Gelas Ukur 10 ml
1 buah
Gelas ukur 50 ml
1 buah
Kertas perkamen
secukupnya
1 set
Baskom
1 buah
Kantong plastik
secukupnya
Spatula
2 buah
Sudip
1 buah
Oven
1 buah
Corong
1 buah
Statip
1 buah
Penggaris
1 buah
Sieving analyzer
1 buah
Moisturizer tester
1 buah
Pencetak tablet
1 buah
Friabilator
1 buah
Disintegration tester
1 buah
Bahan :
chlorpheniramini maleas
4mg ( 1% )
Pati jagung
75mg (15%)
Magnesium stearat
10mg (2%)
Polivinilpirolidon
Avicel
I.
5mg(1%)
ad/
500mg
Cara kerja
ZA + pengisi (chlorpheniramini maleas + Avicel )
Mixing
Pengikat ( polivinilpirolidon )
Massa Granul
Ayak basah
Keringkan
Ayak kering
Tablet
J.
Manifestasinya :
-
Antiadheren kurang
sedangkan
kadar
air
rendah
dapat
Bahan baku dengan titik leleh sangat rendah, sehingga kesulitan dalam
paling
baik
maka
agar
pembasahnya
pas,
dilakukan
dengan
Jika terjadi lengket mungkin karena punch dan die yang rusak, sebab
kalau
maka
akan
melekat
sehingga
Perubahan bahan pengisi, bahan pengisi dengan titik leleh tinggi dan
dapat mengadsorbsi, seperti SiO2 dan aerosil (adsorben). Penambahan
aercsil pada tablet akan menyebabkan penampilan tablet yang bagus, jernih
dan mengkilat, namun waktu hancur semakin panjang.
2.
Manifestasi :
-
Tambah adsorben
Perbaiki alat
3.
Capping/Laminating
Capping : copot
Laminating : belah
Penyebab :
-
Kekerasan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi (ada yang optimal)
LHPC
21,
Metilselulosa
dengan
konsistensi
tinggi,
sehingga
4.
Manifestasinya :
Akibat dari ketiga masalah sebelumnya : laminating, lengket atau kadangkadang karena pons yang terlalu dalam.
Penyelesaian :
-
5.
Penyebab pertama :
-
mungkin
saja
timbul
porositas
tinggi,
yang
tidak
dapat
menjamin
pengikat
yang
tidak
cocok
atau
Dilakukan bila :
-
Bila perbandingan kadar bahan aktif dengan bobot tablet lebih kecil dari
pada 50%
Penyebab jeleknya keseragaman kandungan :
K.
Kalibrasi mesin.
Kesimpulan
Senyawa chlorpheniramini maleas memiliki sifat yang tahan terhadap
panas sehingga saat dibuat tablet menggunakan metode granulasi basah
memperoleh tablet yang sifat alir dan kompresibilitasnya baik. Karena
metode granulasi basah hanya dapat digunakan untuk zat aktif yang tahan
terhadap panas.