Julyarni (1306489054)
I. Definisi
Sindrom gawat nafas (akut) dewasa (ARDS) merupakan bentuk gagal nafas yang
mendadak dan progresif yang dicirikan oleh dispnea parah, hipoksemia berulang,
dan infiltrate difus bilateral. Gangguan ini biasanya mengikuti cedera paru akut
dan masif yang terjadi dari berbagai kondisi klinis, sering terjadi pada orang yang
sebelumnya sehat (Black, 2014). Gagal nafas akut /ARDS adalah
ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah
normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat
disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi. Gagal nafas akut/ARDS
terjadi apabila pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak
dapat mempertahankan tekanan oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam
sel-sel tubuh, sehingga menyebabkan tekanan oksigen kurang dari 50 mmHg
(hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia) (Brunner & Sudarth, 2001). Jadi ARDS adalah ketidakmampuan
atau kegagalan bernafas yang terjadi secara mendadak dan progresif.
II. Etiologi
Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan
yang mengendalikan pernapasan terletak dibawah batang otak (pons dan
medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
Kelainan neurologis primer
Kelainan neurologis primer akan mempengaruhi fungsi pernapasan. Impuls
yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang
dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan.
Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan
atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangat
mempengaruhi ventilasi.
Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan
ekspansi paru.
Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakit paru yang mendasari, penyakit
pleura atau trauma dan cedera serta dapat menyebabkan gagal nafas.
Trauma
Kecelakaan kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan
dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan
depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat
terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan
dapat mengarah pada gagal nafas.
III. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana
masing masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut adalah
gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural
maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas
kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis
kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).
Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak
(pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke,
tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai
kemampuan menekan pusat pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lambat dan
dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak
adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan
atau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan
penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
Tanda khas dari ARDS adalah respon inflamasi massif dari paru-paru yang
meningkatkan permeabilitas dari membrane alveolus akibat gerakan cairan ke
dalam ruang interstitial dan alveolus (terjadi edema paru nonkardiogenik). Ada
tiga fase ARDS, yaitu:
1). Fase 1 (Eksudat): tampak sekitar 24 jam setelah cedera awal dan terdiri atas
kerusakan endotel kapiler serta kebocoran cairan(darah, cairan, dan protein) ke
dalam interstitial paru.
2). Fase 2 (Proliferatif): 7 10 hari kemudian sel alveolus tipe 1 dan 2 rusak
sehingga produksi surfakatan, kolapsnya alveolus, dan atelektasis.
3). Fase 3 ( fibrotk): 2-3 minggu, terdapat penumpukan fibrin yang ireversibel di
dalam paru sehingga menyebabkan fibrosis paru yang semakin menurunkan daya
kembang paru dan memperburuk hipoksemia.
IV. Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada kasus ARDS :
Peningkatan jumlah pernapasan/ kecepatan bernafas.
Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
Pada auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
Penurunan kesadaran mental
Takikardi, takipnea
Dispnea dengan kesulitan bernafas
Terdapat retraksi interkosta
Sianosis
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2014). Medical surgical nursing: Clinical
management for positive outcomes, 8th ed. Singapore: Elsevier.
Brunner & Suddarth. (2005). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Price, S.A. & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC