Anda di halaman 1dari 7

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kardiorespirasi (cor pulmonal) merupakan suatu keadaan timbulnya
hipertropi dan dilatasi ventrikel kanan tanpa atau dengan gagal jantung kanan
diakibatkan penyakit yang menyerang struktur atau fungsi paru atau pembuluh
darahnya. Definisi ini menyatakan bahwa penyakit jantung kiri maupun penyakit
jantung bawaan tidak bertanggung jawab atas patogenesis kor pulmonale (Sylvia
& Lorraine, 2005).
Paru berkorelasi dalam sirkuit kardiovaskuler antara ventrikel kanan dengan
bagian kiri jantung, perubahan pada struktur atau fungsi paru akan mempengaruhi
secara selektif jantung kanan. Kor pulmonale dapat terjadi akut atau kronik. Tipe
kor pulmonale disebut akut jika dilatasi belahan jantung kanan setelah embolisasi
akut paru, tipe kronis ditentukan lamanya gangguan pulmoner yang membawa ke
pembesaran jantung. Berapa lama dan sampai tahap apa jantung tetap membesar
akan bergantung pada fluktuasi-fluktuasi pada ketinggian tekanan arterial
pulmoner. Pembesaran ventrikel kanan pada kor pulmonal merupakan fungsi

pembesaran atau kompensasi dari peningkatan dalam afterload. Jika resistensi


vaskuler paru - paru meningkat dan tetap meningkat, seperti pada penyakit
vaskuler atau parenkim paru - paru, peningkatan curah jantung dan pengerahan
tenaga fisik dapat meningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara bermakna.
Afterload ventrikel kanan secara kronis meningkat jika volume paru - paru
membesar yang dikarenakan adanya resistensi pernbuluh paru-paru dan kompresi
kapiler alveolar (Weitzenblum, 2009).
Penyakit paru - paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang pada suatu
waktu akan memengaruhi jantung, menyebabkan pembesaran ventrikel kanan, dan
sering kali berakhir dengan gagal jantung. Beberapa kondisi yang menyebabkan
penurunan oksigenasi paru - paru, dapat mengakibatkan hipoksemia (penurunan
PaO2), hiperkapnia (peningkatan PaCO2), dan insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan
hiperkapnia

akan

menyebabkan

vasokonstriksi

arteri

pulmonar

dan

memungkinkan penurunan vaskularisasi seperti pada emfisema dan emboli paruparti. Akibatnya, akan terjadi peningkatan tahanan pada sistem sirkulasi pulmonal,
sehingga menyebabkan hipertensi pulmonal. Arterial mean pressure pada paruparu sebesar 45 mmHg atau lebih dan dapat menimbulkan cor pulmonal. Ventrikel
kanan akan hipertropi dan mungkin diikuti oleh gagal jantung kanan (Han MK,et.
al., 2007).
Penanganan cor pulmonale ditujukan untuk memperbaiki hipoksia alveolar dan
vasokonstriksi paru-paru yang diakibatkannya dengan pemberian oksigen
konsentrasi rendah dengan hati - hati. Pemakaian oksigen yang terus menerus
dapat menurunkan hipertensi pulmoner, polisitemia dan takipnea. Memperbaiki
keadaan umum dan bronkodilator, antibiotik membantu meredakan obstruksi

aliran udara pada pasien PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun). Pembatasan
cairan yang masuk dan diuretik mengurangi tanda-tanda yang timbul akibat gagal
ventrikel kanan. Terapi anti koangulansia jangka panjang diperlukan jika terdapat
emboli paru-paru berulang (Sylvia & Lorraine, 2005).
Selain itu, terapi spesifik terhadap kelainan di paru harus dilakukan. Dengan cara
modifikasi gaya hidup meliputi berhenti merokok, restriksi cairan dan natrium,
pencapaian berat badan ideal, olahraga sesuai kemampuan dan latihan pernapasan
secara bertahap dan teratur (Anderson, 2010).
Tujuan olahraga adalah meningkatkan kekuatan, ketahanan,kelenturan, kelincahan
dan kecepatan. Kekuatan - kekuatan ini berhubungan dengan struktur dan faal
dalam tubuh. Kalau olahraga itu dikerjakan secara teratur dan sesuai dengan cara
berlatih, maka diharapkan adanya perubahan-perubahan (adaptasi) yang
menunjang tercapainya kekuatan - kekuatan tersebut (Soekarman, 2010).
Latihan fisik akan menyebabkan daya tahan dan kekuatan otot pernafasan
meningkat sehingga kemampuan mengembang paru - paru bertambah. Selain itu,
latihan fisik akan mengakibatkan peningkatan kemampuan otot pernafasan untuk
mengatasi resistensi aliran udara pernafasan. Hal ini mengakibatkan peningkatan
volume udara (Guyton & Hall, 2008).
Adaptasi fisiologi pada latihan fisik sangat tergantung pada umur, intensitas,
durasi, dan frekuensi latihan, faktor genetik, dan cabang olahraga yang
dipertandingkan. Oleh karena itu latihan - latihan yang dikerjakan adalah terutama
untuk ketahanan jantung dan paru, maka dengan sendirinya yang terlihat adalah

salah satunya perubahan pada kedua organ tersebut, yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan mengangkut oksigen (Soekarman, 2010).
Dalam aktifitas olahraga dikenal adanya sistem energi yang dibagi menjadi
aerobik dan anaerobik (anaerobik laktik dan anaerobik alaktik). Sistem energi
tersebut menjadi pedoman dalam memenuhi kebutuhan energi untuk setiap
aktifitas fisik atau olahraga yang dilakukan. Kapasitas anaerobik adalah
banyaknya kerja yang dapat dilakukan dengan menggunakan sistem kerja
anaerobik (Pate, 2012).
Kegiatan tersebut berlangsung dalam waktu yang pendek dan memerlukan energi
segera (anaerobik). Energi yang berperan dalam kondisi ini adalah sistem ATP dan
Posphocreatine (Bompa, 2004). Kapasitas aerobik adalah suatu kerja yang
dilaksanakan secara terus menerus selama mungkin, suatu kerja otot yang agak
bersifat umum, dalam kondisi aerobik (Soebroto, 2010).
Kerja aerobik dilaksanakan pada kondisi kebutuhan akan oksigen tidak melebihi
kapasitas maksimum konsumsi. Aerobik merupakan suatu sistem latihan untuk
mencapai peningkatan kesegaran jasmani. Dalam latihan aerobik terjadi hubungan
antara kegiatan fisik dengan kebutuhan oksigen yang berasal dari udara untuk
keperluan menunjang aktivitas tubuh,yaitu suatu program fisik yang direncanakan
untuk menampilan dan meningkatkan kapasitas energi seorang atlet untuk suatu
pertandingan (Fox, 2008).
Basket merupakan salah satu jenis olahraga yang berkembang dan banyak
diminati di dalam masyarakat. Sebagai salah satu bentuk olahraga aerobik, basket
memiliki keuntungan-keuntungan seperti meningkatkan dan mempertahankan

kesehatan dan daya tahan jantung,paru, peredaran darah, otot - otot, dan sendi
-sendi (Kuntaraf, 2002).
Efek olahraga aerobik adalah kebugaran kardiorespirasi, karena olahraga tersebut
mampu meningkatkan ambilan oksigen, meningkatkan kapasitas darah untuk
mengangkut oksigen dan denyut nadi menjadi lebih rendah saat istirahat maupun
beraktifitas. Manfaat lainnya, aerobik bisa meningkatkan jumlah kapiler,
menurunkan jumlah lemak dalam darah dan meningkatkan enzim pembakar
lemak. Contoh latihan anaerobik adalah lari cepat jarak pendek. Olahraga yang
berbentuk anaerobik membakar lebih banyak kalori membutuhkan oksigen yang
lebih besar dimana oksigen tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup
untuk sel - sel dalam membakar lemak. Oleh karena itu gerakan dalam latihan
anaerobik menyebabkan peningkatan laju metabolisme tubuh (Hermina,et.al.,
2004).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai perbandingan nilai KVP (Kapasitas Vital Paru) dan MABP
(Mean Artery Blood Preasure) pada atlet basket dan atlet lari sprint.
1.2

Rumusan Masalah

Pada penelitian ini didapatkan suatu rumusan masalah yakni Adakah


perbandingan nilai KVP (Kapasitas Vital Paru) dan MABP (Mean Artery Blood
Preasure) pada atlet basket dan atlet lari sprint

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan nilai KVP (Kapasitas Vital Paru) dan MABP
(Mean Blood Artery Preasure) pada atlet basket dan atlet lari sprint.

1.3.2

Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui nilai rata-rata kapasitas vital paru pada atlet basket
dan atlet lari sprint
2. Untuk mengetahui nilai rata-rata MABP (Mean Artery Blood Preasure)
pada atlet basket dan atlet lari sprint
3. Untuk mengetahui nilai selisih perbandingan rata - rata nilai KVP
(Kapasitas Vital Paru) yang dianggap bermakna pada atlet basket dan atlet
lari sprint
4. Untuk mengetahui nilai selisih perbandingan rata - rata nilai MABP
(Mean Artery Preasure) yang dianggap bermakna pada atlet basket dan
atlet lari sprint

1.4

Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat digunakan sebagai landasan
untuk penelitian yang lebih lanjut.

2. Bagi institusi pendidikan, diharapkan dapat memberikan sumbangan


pengetahuan mengenai ilmu fisiologi olahraga.

3. Bagi atlet, diharapkan dapat memberikan informasi tentang kesehatan


yang mereka miliki.

4. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman,


dan wawasan. Serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian,
khususnya mengenai perbedaan nilai KVP (Kapasitas Vital Paru) dan
MABP (Mean Blood Artery Preasure) pada olahraga basket dan olahraga
lari sprint.

Anda mungkin juga menyukai