V. Hematoma subdural
penumpukan darah dalam rongga antara
selaput duramater dan arachnoid. Paling sering
akibat putusnya vena penghubung antara otak
dengan sinus dural. Pada CT scan kepala
terlihat sebagai bayangan hiperdens berbentuk
bulan sabit di permukaan otak.
VI. Hematoma epidural
timbul akibat sobekan arteri meningeal atau
sinus dural. Sebagian besar disertai dengan
fraktur tengkorak. Pada CT scan kepala berupa
bayangan seperti lensa.
EVALUASI KLINIS
Resusitasi, anamnese dan pemeriksaan
harus dilakukan secara bersamaan.
Penilaian dan stabilisasi jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi adalah langkah
awal utama. Dilanjutkan dengan kategori
keparahan trauma kepala, evaluasi
kemungkinan fraktur servikal, dan
identifikasi cedera ekstrakranial.
STRATIFIKASI RESIKO
I. Resiko rendah
PENATALAKSANAAN
A. Stratifikasi resiko di UGD
1. Pasien resiko rendah
dapat keluar dari UGD tanpa CTscan bila
ada yang mengawasi selama 24 jam.
Awasi keluhan, sakit kepala, muntah dan
kebingungan
2. Resiko sedang
pasien dengan GCS 9 - 14 yang tidak
memerlukan tindakan bedah saraf,
sebaiknya dimasukkan ke HCU atau ICU.
3. Resiko tinggi
semua pasien dengan resiko tinggi harus
rawat inap dan dikonsultasikan ke bedah
saraf. Perawatan di ICU.
PERAWATAN INTENSIF
- pasien cedera kepala sedang dan berat
paling baik dirawat di ICU
- harus ada lembaran evaluasi berkala untuk
evaluasi status klinis, neurologis dan
parameter hemodinamik.
Asuhan Keperawatan
1. Tekanan intrakranial
awasi tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial dan mengambil langkahlangkah pencegahan dan
penanggulangan.
2. Jalan nafas dan ventilasi.
sangat vital untu mencegah trauma
sekunder.
3. Tekanan darah
cegah hipotensi dan hipertensi.
4. Kebutuhan cairan
hanya cairan isotonik. Perhatikan balans
cairan secara berkala.
5. Sedasi
sering agitasi dan delirium; resiko cedera,
hipermetabolism, dan peingkatan tik.
Dapat diberikan sedasi kerja cepat.
6. Nutrisi
pemberian nutrisi enteral lewat NGT harus
sedini mungkin. Obat gastrokinetik seperti
metoklopropamid memperbaiki toleransi.
7. Temperatur
sering timbul demam tinggi (>38,3 C).
Bisa karena infeksi maupun gangguan
regulasi suhu di otak. Demam harus
diterapisecara agresifkarena dapat
memperberat cedera otak.
8. Kadar gula darah
usahakan normoglikemia.
PROGNOSIS
faktor prognosis; GCS, temuan CT scan,
usia, dan trauma ikutan lain.