Anda di halaman 1dari 14

Prof. Zaidir, Dr.

Eng

Konstruksi Beton
II

Pertemuan XIII
100 menit

2.2.3. Metoda Portal Ekuivalen (Equivalent Frame Method)


Analisis dengan menggunakan Metoda Portal Ekuivalen, dilakukan
dengan batasan sebagai berikut : (SK-SNI-2002)
1. Struktur harus dianggap terdiri dari rangka-rangka
ekuivalen pada garis-garis kolom yang diambil dalam arah
longitudinal dan transversal bangunan.
2. Masing-masing rangka terdiri dari sebaris kolom atau
tumpuan dan lajur pelat-balok, dibatasi dalam arah lateral
oleh garis tengah panel pada masing-masing sisi dari sumbu
kolom atau tumpuan (Gambar.2.5).
3. Kolom atau tumpuan dianggap dihubungkan pada lajur pelatbalok oleh komponen puntir yang arahnya transversal
terhadap arah bentang yang ditinjau momennya dan
memanjang hingga garis tengah panel-panel pada masingmasing sisi kolom.
4. Rangka yang berdekatan dan sejajar terhadap suatu tepi
dibatasi oleh tepi tersebut dan garis tengah panel yang
berada di dekatnya.
5. Setiap rangka ekuivalen dapat dianalisis sebagai suatu
kesatuan; sebagai alternatif, untuk perhitungan akibat beban
gravitasi, masing-masing lantai dan atap dapat dianalisis
secara terpisah dengan menganggap bahwa ujung-ujung jauh
dari kolom adalah terjepit.
6. Bila
pelat-balok
di-analisis
secara
terpisah,
dalam
menentukan momen pada suatu tumpuan, dapat dianggap
bahwa tumpuan jauh pada dua bentang berikutnya adalah
terjepit selama pelat-balok adalah menerus melewati
tumpuan jepit tersebut.
Nilai-nilai momen yang yang diperoleh, kemudian di-distribusikan
ke lajur kolom, lajur tengah dan balok dengan pen-distribusian
sebagaimana metoda disain langsung

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Andalas

60

Prof. Zaidir, Dr.Eng

Konstruksi Beton
II

Pertemuan XIII
100 menit

Catatan :

Definisi dari portal ekuivalen digambarkan pada Gambar 2.5.


berikut :

(a) pelat lantai tipikal

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Andalas

61

Prof. Zaidir, Dr.Eng

Konstruksi Beton
II

(b) portal bangunan tipikal

Pertemuan XIII
100 menit

(c) rangka ekuivalen dalam (interior)

Gambar 2.5. Definisi Portal Ekuivalen

a. Kolom Ekuivalen
Kolom dianggap menyatu dengan balok-pelat transversal terhadap
bentangan yang ditinjau melalui aksi torsi. Balok pelat yang
mengalami torsi ini membentang dari garis sumbu-garis sumbu
panel yang membatasi masing-masing sisi dari balok pelat yang
ditinjau, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.6 berikut :

(a) Transfer momen antara pelat dan


kolom

(b) Kolom Ekuivalen

Gambar 2.6 Transfer momen pada pelat dan kolom ekuivalen

Aksi torsi dari balok-pelat transversal akan mengurangi kekakuan


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Andalas

62

Prof. Zaidir, Dr.Eng

Konstruksi Beton
II

Pertemuan XIII
100 menit

lentur efektif dari kolom aktual. Efek ini diperhitungkan dalam


analisis dalam bentuk Kolom Ekuivalen yang mempunyai
kekakuan lentur lebih kecil dari kolom aktualnya.
Catatan :

Besarnya nilai kekakuan lentur kolom ekuivalen dapat ditentukan


sbb :
1

K ek

1
1

K k Kt

(2-10)

dimana Kek = kekakuan lentur kolom ekuivalen


:
Kk = jumlah kekakuan lentur kolom aktual dari kolom
atas dan
bawah pelat.
Kt
= kekakuan puntir dari penahan puntir (torsion arm)
Nilai kekakuan torsi Kt dapat ditentukan sebagai berikut :
Kt

9.Ebp .C
l2 . 1 c2
l2

(2-11)

dimana : Ebp = Modulus elastisitas balok pelat.


c2 = ukuran kolom, kepala kolom dalam arah l2
l2 = lebar dari balok-pelat yang ditinjau.
C = konstanta penampang untuk menentukan
kekakuan
puntir, ditentukan sebagai berikut :
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Andalas

63

Prof. Zaidir, Dr.Eng

Konstruksi Beton
II

1 0,63.

x x3.y
.
y
3

Pertemuan XIII
100 menit

(2-12)

x : dimensi keseluruhan yang


lebih
pendek dari bagian persegi
suatu
penampang, mm
y : dimensi keseluruhan yang
lebih
panjang dari bagian persegi
suatu
penampang, mm
Jika terdapat balok sepanjang garis kolom, nilai Kt harus dikalikan
dengan faktor Ibp/Ip, sebagai berikut :
1

K ek

Kk

1
I

K t . bp
Ip

(2-13)

dimana : Ibp : momen inersia balok pelat


Ip : momen inersia pelat dari balok-pelat yang ditinjau
b. Momen terfaktor Negatif dan Positif
Kekakuan kolom ekuivalen (Kek), kekakuan balok pelat (Kbp)
kemudian digunakan untuk menentukan faktor distribusi (Analisa
struktur dengan Metoda Cross) dari setiap elemen struktur untuk
mendapatkan momen-momen terfaktor (momen negatif, momen
positif dan momen ujung kolom) pada masing-masing ujung
batang.
c. Distribusi Momen Terfaktor
Distribusi momen-momen terfaktor yang diperoleh dari hasil
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Andalas

64

Prof. Zaidir, Dr.Eng

Konstruksi Beton
II

Pertemuan XIII
100 menit

analisis struktur kemudian di-distribusikan ke masing-masing lajur


kolom dan lajur tengah seperti pada Metoda Disain Langsung.

Catatan :

2.3. Transfer Beban Lantai ke Kolom


Beban maksimum yang bekerja pada pelat dua arah, harus mampu
dipikul oleh kekuatan dari pertemuan pelat dan kolom. Meskipun
pelat yang ada mampu memikul beban lentur yang disebabkan
oleh momen akibat beban luar, kemungkinan besar pelat tersebut
tidak mampu memikul gaya geser yang bekerja.
Transfer beban dari lantai ke kolom terjadi pada bagian daerah
sekeliling kolom (perimeter of the column). Jika pelat cukup tipis,
luas daerah tersebut kecil dan tegangan yang bekerja pada daerah
tersebut cukup besar.
Pada kondisi tertentu, momen juga harus ditransfer dari pelat
lantai ke kolom. Momen yang ditransfer ini juga akan
menyebabkan gaya geser dan dijumlahkan dengan gaya geser
yang ditimbulkan oleh beban vertikal.
Tegangan-tegangan ini menjadi sangat besar pada kolom luar
(exterior column), dimana momen yang bekerja hanya pada satu
sisi.
a. Pelat dengan Balok
Kapasitas geser balok, yang digunakan sepanjang garis kolom
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Andalas

65

Prof. Zaidir, Dr.Eng

Konstruksi Beton
II

Pertemuan XIII
100 menit

untuk memperkuat pelat dua arah, mesti cukup kuat untuk


memindahkan beban pelat lantai tributary (segitiga atau
trapesium) ke kolom, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.7.
berikut :

Gambar 2.7. Luas tributary yang dipikul oleh balok pada pelat dua arah

Jika kekakuan balok 1l2/l1 1, balok di-asumsikan menyalurkan


semua beban lantai ke kolom. Jika tidak ada balok, dimana 1 = 0,
maka semua beban kolom di-salurkan ke kolom melalui pelat
lantai. Jika 0< 1l2/l1 < 1, distribusi dari beban antara balok dan
pelat lantai digunakan interpolasi linier.
b. Pelat Tanpa Balok
Beban vertikal dari pelat lantai akan diteruskan dalam bentuk
tegangan geser ke kolom. Beban pada pelat lantai akan
menyebabkan keruntuhan apabila gaya geser yang bekerja pada
daerah sekeliling kolom melebihi kekuatan geser dari beton, dan
juga akan menyebabkan terjadi keretakan karena momen yang
timbul di tumpuan (kolom). Gambar 2.8. memperlihatkan
skematik transfer beban pelat lantai ke kolom.

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Andalas

66

Prof. Zaidir, Dr.Eng

Konstruksi Beton
II

(a). keruntuhan geser-pons

Pertemuan XIII
100 menit

(b). tegangan geser pada bidang


vertikal dan tegangan tarik diagonal

Gambar 2.8. Transfer beban Vertikal dari pelat lantai ke kolom

Catatan :

Gambar 2.9. memperlihatkan sejumlah penampang kritis geser


pons dari beberapa bentuk penampang kolom.

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Andalas

67

Prof. Zaidir, Dr.Eng

Konstruksi Beton
II

Pertemuan XIII
100 menit

Gambar 2.9. Penampang kritis geser-pons dari beberapa bentuk penampang


kolom

Catatan :

Gambar 2.10. memperlihatkan penampang kritis dan tegangan


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Andalas

68

Prof. Zaidir, Dr.Eng

Konstruksi Beton
II

Pertemuan XIII
100 menit

geser yang terjadi pada keruntuhan geser-pons untuk penampang


segi-empat.
Column

Failure surface

Slab

(a) Retak geser-pons dari flat slab

(b). tampak atas

(c). tegangan geser pada penampang


kritis

Gambar 2.10. Penampang kritis pada keruntuhan geser-pons

Besarnya kapasitas geser beton pada keruntuhan geser-pons,


ditentukan dari nilai terkecil dari persamaan :

2
.
Vc 1
c

s .d

2 .
b0

Vc

f c' .b0.d

(2-14)

f c' .b0.d
12

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Andalas

(2-15)

69

Prof. Zaidir, Dr.Eng

Konstruksi Beton
II

Vc

1
.
3

Pertemuan XIII
100 menit

f c' .b0.d

(2-16)

dimana : d : tinggi efektif pelat lantai


b0 : keliling dari penampang kritis
c : rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek dari
kolom.
Untuk c < 2, untuk kolom dalam :

Vc

1
.
3

f c' .b0. d

s : 40 untuk kolom dalam, 30 untuk kolom pinggir dan


20
untuk kolom sudut, dimana kata-kata dalam, pinggir
dan
sudut berhubungan dengan sisi dari penampang
kritis.
c.
Perkuatan
Reinforcement)

dengan

Shearhead

(Shearhead

Pada konstruksi flat-slab, transfer beban lantai ke kolom


ditentukan oleh tegangan geser karena luas kontak yang terbatas
dari penampang kolom dengan pelatnya. Luas kontak yang kecil
disebabkan oleh pelat yang tipis dan dimensi kolom minimum,
akan menyebabkan tegangan geser yang bekerja sangat besar
dengan pola keruntuhan geser-pons.

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Andalas

70

Prof. Zaidir, Dr.Eng

Konstruksi Beton
II

Pertemuan XIII
100 menit

Gambar 2.11. Perkuatan dengan shearhead. (a). tampak, (b). potongan

Untuk mengatasi hal ini, dilakukan dengan memperbesar keliling


dari penampang kritis yang menahan geser, yaitu dengan
memasang perkuatan shearheads (Gambar 2.10). Shearheads
merupakan perkuatan khusus untuk meningkatkan besarnya
beban vertikal yang mampu disalurkan dari pelat ke kolom.
Shearheads merupakan elemen seperti tanda tambah, yang dibuat
dari batang baja profil seperti balok C atau I yang kaku, dan
diletakkan diatas penampang kolom. Shearheads ini digunakan
untuk memperbesar luas efektif penampang geser, dimana gaya
geser disalurkan ke kolom dengan pelat lantai disekelilingnya.
d. Bukaan pada sistem pelat
1. Bukaan dengan segala ukuran dapat diizinkan pada sistem
pelat bila dapat ditunjukkan dengan analisis bahwa kuat
rencana pelat setidak-tidaknya sama dengan kuat perlu, dan
bahwa
semua
persyaratan
layan,
termasuk
besar
lendutan,harus dipenuhi.
2. Sebagai alternatif, dapat diizinkan adanya bukaan pada pelat
tanpa balok dengan ketentuan tambahan sebagai berikut:
Bukaan dengan segala ukuran dapat diizinkan pada
daerah pertemuan antara dua lajur tengah selama
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Andalas

71

Prof. Zaidir, Dr.Eng

Konstruksi Beton
II

Pertemuan XIII
100 menit

jumlah total tulangan yang diperlukan pelat tanpa


bukaan harus tetap dipertahankan di sisi bukaan.
Pada daerah pertemuan antara dua lajur kolom,
diizinkan adanya bukaan dengan ukuran tidak lebih dari
seperdelapan lebar lajur kolom pada masing-masing
arah; jumlah total tulangan yang diperlukan pelat tanpa
bukaan harus tetap dipertahankan di sisi bukaan.
Pada daerah pertemuan antara lajur kolom dan lajur
tengah, diizinkan adanya bukaan dengan ukuran tidak
lebih dari seperempat lebar lajur pada masing-masing
arah; jumlah total tulangan yang diperlukan pelat tanpa
bukaan harus tetap dipertahankan di sisi bukaan.
Persyaratan geser pada harus tetap dipenuhi.
3. Bila bukaan pada pelat terletak pada jarak kurang dari 10 kali
tebal pelat diukur dari daerah beban terpusat atau reaksi,
atau jika bukaan dalam pelat datar terletak dalam lajur
kolom, maka penampang pelat kritis untuk geser yang harus
disesuaikan sebagai berikut :
(Gambar 2.12)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Andalas

72

Prof. Zaidir, Dr.Eng

Konstruksi Beton
II

Pertemuan XIII
100 menit

Gambar 2.12. Pengaruh bukaan dan tepi bebas

4. Untuk pelat tanpa profil penahan geser, bagian perimeter


penampang kritis yang dibatasi oleh garis-garis lurus yang
ditarik dari titik pusat pada kolom, beban terpusat, atau
daerah reaksi dan menyinggung batas tepi bukaan harus
dianggap tidak efektif.
Catatan :

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Andalas

73

Anda mungkin juga menyukai