Anda di halaman 1dari 6

IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE

DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT


EFECTIVENESS (OEE) UNTUK MENENTUKAN
MAINTENANCE STRATEGY PADA MESIN TUBE MILL 303
(STUDY KASUS PT. SPINDO UNIT III)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan industry logam dalam beberapa tahun
terakhir ini sangat ketat. Perusahaan manufaktur yang
menghasilkan produk dari logam pun tidak luput dari persaingan
ini. PT. Spindo sebagai salah satu produsen pipa logam di
Indonesia menyadari hal ini terlebih lagi karakteristik konsumen
saat ini adalah pesan banyak tapi meminta segera dikirim dalam
waktu singkat. Hal ini memaksa agar mesin produksi pipa atau
mesin tube mill 303 harus selalu siap produksi sesuai dengan
kebutuhan.
Tak bisa dipungkiri sering kali terjadi kerusakan yang
mendadak dan tidak terprediksi sebelumnya pada mesin tube mill
303 ini ketika produksi. Down time ini pasti akan berakibat
perusahaan akan mendapat penalty dari konsumen karena
keterlambatan pengiriman. Keadaan inilah yang dapat membuat
produktivitas tidak optimal, boros dari segi man power maupun
man hour sehingga yield produksi bisa turun namun cost
produksi naik. Berikut terlampir beberapa grafik yang
menunjukkan rendahnya produktivitas dan efisiensi mesin
tersebut.
Pada gambar 1.1, target produksi yang diberikan oleh
manajemen agar perusahaan tetap sehat adalah 3500 ton/bulan.
Namun kenyataan yang ada, selama tahun 2010 belum pernah

mencapai target yang diharapkan, sehingga nilai dari Rp/Kg


nya cukup tinggi. Hal ini sangat berdampak buruk dalam
persaingan di dunia industri. Grafik di atas merupakan gambaran
real pencapaian produksi tiap bulannya (ton) pada tahun 2010.
TOTAL PRODUKSI TUBE MILL 303 PER BULAN TH 2010
4000,00
3500,00
3000,00
TON

2500,00
2000,00
1500,00
1000,00
500,00
0,00
Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Aug

Sep

Okt

Nov

Des

BULAN

Gambar 1.1 Total produksi Tube Mill 303 per bulan Th. 2010
(Sumber: Laporan hasil produksi PT. Spindo III tahun 2010)

Untuk parameter hasil produksi, tidak hanya tonnase


yang diperhitungkan, melainkan ketersediaan mesin atau yang
biasa disebut availibility. Gambar dibawah menunjukkan
persentase availibility (welding time) beserta down time yang
terjadi pada tahun 2010.
EFFISIENSI PRODUKSI TUBE MILL 3 ( MILL 303 ) TH : 2010
120,00

EFFISIENSI ( % )

100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Aug

Sep

Okt

Nov

Des

BULAN
Eff . W T

D.T. Prod

D.T. Teknik

Ef f.Pro(Yield)

Grafik 1.2 Efisiensi produksi Tube Mill 303 per bulan Th. 2010
(Sumber: Laporan hasil produksi PT. Spindo III tahun 2010)

Gambar 1.2 menunjukkan tingkat efisiensi mesin


tersebut. Efisiensi yang terpapar di atas adalah yield (target
minimal 98%), efisiensi welding time (target minimal 60%).
Welding time dalam proses manufaktur lebih dikenal dengan
cycle time. Efisiensi-efisiensi di atas juga dipengaruhi oleh
persentase down time atau losses time yang merupakan waktu
yang terbuang saat proses produksi.
Persentase nilai yield diperoleh dari rumus:
product output
Yield (%) =
x 100%
material input
.......................................................................... persamaan 1.1
Persentase nilai welding time (WT) diperoleh dari rumus:
time process
Welding time(%) =
x 100%
load time
.......................................................................... persamaan 1.2
Persentase nilai down time (DT) diperoleh dari rumus:
losses time
Down time(%) =
x 100%
load time
........................................................................... persamaan 1.3
GRAFIK PROSENTASE PIPA REWORK MILL 303 PERBULAN TH 2010
BERDASARKAN SASARAN MUTU
10,0

PROSENTASE

8,0
6,0

% PIPA C

4,0

SASARAN

2,0
0,0
JAN

FEB

MAR

APR

MEI

JUN

JUL

AGS

SEP

OKT

NOP

DES

BULAN

Gambar 1.3 Persentase pipa Rework Tube Mill 303 per bulan Th. 2010
(Sumber: Laporan hasil produksi PT. Spindo III tahun 2010)

Pipa rework merupakan pipa hasil produksi yang perlu


proses tambahan sebelum berlanjut ke proses berikutnya. Proses
yang dimaksud misalnya proses potong karena kepanjangan
ataupun proses repair lainnya yang disebabkan oleh defect-defect
tertentu yang masih masuk kriteria spec of pipe setelah di-repair.
Persentase yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 1.3,
dimana pipa rework yang dihasilkan cukup tinggi sehingga cost
yang dipakai juga naik dan berbanding terbalik dengan nilai
Rp/Kg nya.
Persentase nilai rework diperoleh dari rumus:
product defect x 100%
Rework(%) =
total product

persamaan 1.4

Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan perawatan


yang terencana dan terkendali terhadap komponen-komponen
mesin Tube Mill 303 agar dapat berfungsi normal dan optimal.
Strategi yang akan digunakan adalah mengacu pada metode
Total Productive Maintenance. Metode ini memiliki salah satu
aspek planned maintenance dimana focus utamanya adalah agar
mesin dapat terhindar dari kegagalan (failure) yang berdampak
pada terhambatnya aktifitas produksi. Total Productive
Maintenance berfungsi dari meningkatkan keandalan apabila
tidak terjadi kompeten antara operator dengan system tersebut
dengan pendekatan sistem perawatan.
Dalam penelitian ini, metode perhitungan yang dipakai
adalah Overall Equipment Effectiveness (OEE) dimana aspekaspek kuantitatif yang terangkum dalam six big losses dihitung
dan di bandingkan dengan target yang ada di PT. Spindo Unit III.
Dengan mendapatkan perbandingan nilai OEE, maka di harapkan
bisa perusahaan bisa menentukan strategy maintenance dan
improvment berkelanjutan dalam rangka penerapan Total
Productive Maintenance karena outputnya adalah investasi biaya

yang dikeluakan akan berimbas seberapa besar terhadap


keuntungan perusahaan.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana menentukan maintenance strategy dengan
menggunakan metode total productive maintenance untuk
mendapatkan tingkat efisiensi & produktifitas mesin tube mill
303?
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu
melebar dari tujuan yang ingin dicapai, maka perlu ditentukan
batasan masalah, adapun batasan permasalahan adalah sebagai
berikut:
1. Objek yang digunakan adalah mesin Tube Mill 303
yang terletak di PT. Spindo Unit III.
2. Data yang dipergunakan untuk pengolahan keandalan
adalah data yang didapat dari PT. Spindo Unit III
selama 3 bulan.
3. Penelitian ini sebatas informasi yang bersifat base line
area, sehingga perhitungan-perhitungan setelah
penerapan improvment tidak dibahas dalam judul ini.
4. Komponen memiliki keandalan seperti baru (as good
as new) setelah mengalami maintenance dan perbaikan
sehingga diasumsikan komponen mampu beroperasi
sesuai dengan keinginan dan sudah dapat digunakan
untuk produksi.
1.4 Tujuan
Tujuan yang diharapkan adalah sesuai dengan
perumusan masalah di atas, yaitu menentukan maintenance
startegy dengan menggunakan total productive maintenance

untuk mendapatkan tingkat efisiensi produktifitas mesin tube


mill 303.
1.5 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
perusahaan dapat menentukan kebijakan strategi maintenance
sehingga mampu meminimalkan kerusakan pada peralatan,
mengefisienkan maintenance dan memaksimalkan proses
produksi.

Anda mungkin juga menyukai