LAPORAN KEUANGAN
Oleh :
Nama
Nim
: 1306305046
No. Absen
: 11
Dilihat dari laporan rugi laba, pendapat atau penjualan diserap pos biaya dengan
membandingkan antara masing-masing pos biaya terhadap jumlah penjualan.
PT IMASINDO
Neraca Perbandingan Commonsize
31 Desember 2008 dan 2009
2008
2009
RP.000.00 RP.000.00
0
0
AKTIVA
kas
piutang
dagang
perseidaan
persekot biaya
jumlah
aktiva lancar
tanah
bangunan
aktiva tetap
lainnya
Cad. Prny.
aktiva
jumlah aktiva
tetap
jumlah
aktiva
hutang dan
modal :
hutang dagang
hutang wesel
hutang gaji
jumlah
hutang lancar
hutang
jk.panjang
modal saham
laba ditahan
jumlah
modal
jml. Hutang
dan modal
% SUB
TOTAL
% TOTAL
2008
2009
2008
2009
130
210
20
164
235
25
36
58
5
38
55
6
23
37
4
26
38
4
363
425
100
100
15
147
15
109
7
72
8
57
3
26
2
18
63
90
31
47
11
15
(22)
(24)
(10)
(12)
(5)
(4)
203
190
100
100
566
619
100
100
167
35
81
210
70
60
59
12
29
62
21
17
30
6
14
34
11
10
283
340
100
100
10
50
223
10
50
219
4
18
78
2
19
79
2
9
39
2
8
35
283
279
100
100
566
619
100
100
PT IMASINDO
Laporan Laba Rugi Perbandingan Commonsize
31 Desember 2008 dan 2009
Penjualan Neto
Harga pokok
Penjualan
laba Kotor
Biaya operasi ;
Biaya
Penjualan
Biaya
Administrasi
Laba Operasi
Biaya lain lain
Laba bersih
sebelum pajak
pajak
Laba bersih
setelah pajak
2008
Rp.000.0
00
700
2009
Rp.000.0
00
898
566
134
persentase per
komponen
100
100
638
260
81
19
71
29
40
127
14
22
72
5
68
65
11
10
1
7
1
67
20
54
16
9
2,9
6
1,6
47
38
6,1
4,4
Dilihat dari laporan diatas, dari aspek likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Semakin
dominan pos-pos aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah seperti persediaan,
menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan kurang baik. Kemudian, dilihat dari aspek
solvabilitas menunjukkan kemapuan perusahaan membayar seluruh kewajiban dengan modal
sendiri yang dimilikinya. Dari perhitungan, jumlah modal sendiri berkurang, jumlah utang
bertambah, dan peranan utang lebih besar daripada modal sendiri. Hal ini menunjukkan
perusahaan semakin besar menggunakan dana pinjaman dan tingkat solvabilitas semakin
menurun dengan margin of safety bagi kreditur semakin menurun. Dilihat dari aspek
efisiensi, umumnya dikaitkan antara biaya dengan pendapatan. Dilihat dari laporan, adanya
peningkatan efisiensi dalam biaya produksi dimana laba kotor mengalami peningkatan, biaya
operasi mengalami peningkatan, dan harga pokok penjualan menurun. Dengan demikian,
dibagian kantor nampaknya bekerja kurang efisien. Terakhir, dilihat dari rentabilitas
menunjukkan perusahaan memperoleh laba. Menurut laporan, persentase laba bersih sesudah
pajak menurun karena kenaikan biaya operasi yang cukup besar.
3. Analisis Indeks
Analisis indeks/trend adalah salah satu metode analisis laporan keuangan untuk
mengetahui kecenderungan atau tedensi keadaan keuangan suatu perusahaan apakah naik,
turun atau tetap untuk tiga periode atau lebih dengan menggunakan angka indeks 100. Angka
indeks 100 adalah untuk tahun dasar. Tahun dasar tidak selamanya tahun awal melainkan
yang representative.
Cara penyusunan dengan indeks meliputi menentukan tahun dasar yaitu tahun yang
dianggap representative pada periode tahun yang dianalisis. Kemudian, menentukan angka
indeks 100 pada tahun dasar untuk masing-masing pos dalam tahun dasar. Lalu, pos-pos yang
dianalisis dibandingkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar. Terakhir,
perhitungan rasio trend/kecenderungan pada umumnya tidak semua pos-pos neraca dan
laporan rugi laba dari beberapa periode tersebut dihitung karena perhitungan rasio membuat
hubungan informasi dengan pos-pos lainnya.
Trend merupakan data yang belum menjadi informasi dan ia akan menjadi informasi bila
dikaitkan dengan aktiva yang beroperasi/produktif yang merupakan perbandingan antara
jumlah penjualan terhadap jumlah aktiva yang beroperasi. Rasio ini hanya mengukur
hubungan penjualan bersih dengan aktiva yang digunakan dan tidak memberikan informasi
mengenai laba yang diperoleh, penjualan untuk satu periode dimana rasio untuk tahun
pertama rendah, dan uncontrollable factors yaitu factor diluar kemampuan perusahaan khusus
untuk tingkat penjualan. Untuk menghidari kelemahan tersebut, perlu ukuran tingkat
perputaran aktiva dari perhitungan aktiva produktif, bukan dari jumlah aktiva. Biasanya,
kecendrungan naiknya piutang dagang, menyebabkan turunnya penjualan karena adanya
overinvestment dalam piutang atau tidak efektifnya para penagih utang. Selain
overinvestment pada piutang, hal ini juga terjadi pada persediaan dimana banyak modal kerja
yang tertanam dalam persediaan.
Tingkat perputaran aktiva yang tinggi menunjukkan manajemen efektif dengan
diperolehnya return on investment atau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari
seluruh dana yang diinvestasikan. Naiknya penjualan dikaitkan dengan naiknya biaya operasi
yang lebih rendah sehingga menggambar naiknya laba operasi. Didalam menggunakan
analisis indeks, sebaiknya menghubungkan antara angka-angka dalam persen dan nilai
rupiah.
Dilihat dari beberapa kasus, apabila didalam menganalisis trend/indeks ini tidak
mengikutsertakan angka-angka absolutnya, maka akan memberikan interpretasi yang kurang
tepat. Kemudian, antara kenaikan uang muka biaya yang persenannya lebih besar
dibandingkan nilai persediaan, tetap kenaikan persediaan walaupun kecil harus mendapatkan
perhatian lebih besar daripada kenaikan persekot biaya. Lalu, persentase kecenderungan akan
lebih bermanfaat dan menghasilkan interpretasi yang mendekati kebenaran apabila prinsipprinsip akuntansi harus konsisten pada periode bersangkutan dan selama periode yang
dianalisis tidak terjadi perubahan tingkat harga atau nilai uang.
PT. PRADNYANA
Neraca Perbandingan
Dengan Persen Kecenderungan
Per 31 Desember 2005-2009
POS POS
aktiva lancar
Kas
piutang dagang
Perseidaan
persekot biaya
jumlah aktiva
lancar
Tanah
Bangunan
aktiva tetap
lainnya
% Kecenderungan th dasar
2005=100%
35.5
31.5
45
45
(9)
(11)
jumlah aktiva
hutang dan
modal :
hutang dagang
hutang wesel
hutang gaji
jumlah hutang
lancar
hutang jk.panjang
251
(11)
263.
5
(12)
309.
5
44
5
20
57
7.5
24
105
35
30
69
5
88.5
5
jumlah hutang
modal saham
laba ditahan
74
25
152
93.4
25
145
83.5
17.5
40.5
141.
5
5
146.
5
25
111.
283
(13)
109
(117
)
97
(122
)
138
(133
)
138
(144
)
346
105
113
123
138
130
150
120
190
350
203
239 314
700 1000
150 183
170
5
138
50
36.5
224.
5
5
128
100
205
100
246
100
325
100
175
25
109.
229
25
91.5
126
100
95
198
100
73
237
100
72
310
100
60
177
jml. Hutang dan
modal
251
170
263.
5
5
136.
5
5
134. 116.
5
5
309.
283
5
346
PT PRADNYANA
96
77
76
66
105
113
123
138
% Kecenderungan th
dasar 2005=100%
200 200 200 200
6
7
8
9
Dari
laporan
POS POS
dilihat
aspek
Penjualan
Neto
Harga
pokok
Penjualan
375.
5
283
319
368
179.
130
5
63. 100.
5
5
91
67
86
104
92
70
79
91
57
110
152
34
107
169
37
113
178
35
109
172
126
114
89
167
367
500
laba Kotor
118
99
67
84
Biaya
59.
Penjualan
5
52
20
87
Biaya
Administras
i
30
20
11 34 53.5
67
Biaya
89.
97.
Operasi
5
72
31
5 154
8
Laba
28.
32.
Operasi
5
27
36
5 25.5
95
Biaya lainlain (bunga) 1.5
2 2.5 5.5 7.5 133
laba bersih
sebelum
33.
pajak
27
25
5
27
18
93
likuiditas, dari kenaikan persentase kecenderungan dapat kita
diatas,
dari
124 100
67
lihat bahwa kenaikan utang
lancar jauh lebih besar daripada kenaikan aktiva lancar dan trend likuiditas cenderung
menurun. Kemudian, dilihat dari aspek solvabilitas, jumlah utang masing-masing naik dan
penurunan modal sendiri dimana ada kecenderungan perubahan semakin besar dibelanjai
dana pinjaman. Hal ini menunjukkan kecenderungan solvabilitas perusahaan menurun. Lalu,
dilihat dari aspek rentabilitas, trend laba menunjukkan penurunan dan jumlah aktiva
mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan kecenderungan rentabilitas perusahaan
semakin menurun. Terakhir, dilihat dari aspek aktivitas usaha, trend penjualan neto
mengalami penurunan dan trend piutang dagang mengalami peningkatan. Hal ini
menunjukkan bagian penagihan bekerja kurang efektif. Apabila trend penjualan menurun,
maka trend piutang dagang selayaknya menurun. Jadi, ada kemungkinan bagian pembelian
atau pemasaran atau produksi bekerja kurang efisien.
REFERENSI
Wiagustini Ni Luh Putu. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama, Edisi
Bahasa Indonesia. Denpasar: Udayana University Press.