Anda di halaman 1dari 4

A.

Obesitas
Obesitas merupakan keadaan dengan akumulasi lemak yang berlebihan di
jaringan adiposa sehingga dapat menggangu kesehatan (Sugondo, 2006). Obesitas juga
dapat didefinisikan sebagai adanya proporsi lemak tubuh dalam jumlah abnormal absolut
atau relatif (Hellerstein dan Elizabeth, 2007).
Indeks masa tubuh (IMT) adalah indikator yang sering digunakan untuk menilai
obesitas pada orang dewasa. Indeks masa tubuh diperoleh dengan berat badan dalam
kilogram (kg) dibagi tinggi dalam meter kuadrat (m2) (Sugondo, 2006). Berdasarkan
klasifikasi yang ditetapkan oleh WHO, nilai IMT
lebih dan nilai IMT

25 dikatakan sebagai berat badan

30 dikatakan obesitas. Klasifikasi berat badan lebih dan

obesitas pada orang dewasa berdasarkan IMT menurut WHO dapat dilihat pada tabel 2.2
(Weisell, 2002).
Tabel 2.2 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasarkan
IMT Menurut WHO
Klasifikasi
Berat Badan Kurang
Normal
Berat Badan Lebih
Pra-Obes
Obes tingkat I
Obes tingkat II
Obes tingkat III

IMT (kg/m2)
< 18,5
18,5 24,9
> 25
25,0 29,9
30,0 34,9
35,0 39,9
> 40
(Weisell, 2002; Sugondo, 2006)

Hubungan antara lemak tubuh dengan IMT ditentukan oleh proporsi tubuh,
sehingga IMT belum tentu memberikan interpretasi kegemukan yang sama bagi semua
populasi. Meta-analisis pada beberapa kelompok etnik yang berbeda dengan usia dan
gender yang sama menunjukkan perbedaan pada nilai IMT (Sugondo, 2006).

Etnik Amerika kulit hitam memiliki IMT 1,3 kg/m 2 lebih tinggi dibandingkan
dengan etnik Kaukasia. Kemudian, etnik Polinesia memiliki 4,5 kg/m2 lebih tinggi
dibandingkan dengan etnik Kaukasia. Sedangkan nilai IMT pada bangsa China,
Thailand, dan Indonesia memiliki IMT 1,9, 2,9 dan 3,2 kg/m 2 lebih rendah dibandingkan
dengan etnik Kaukasia (Sugondo, 2006). Sehingga klasifikasi IMT menurut WHO tidak
cocok untuk populasi Asia (Anuurad et al., 2003). Pada tahun 2000, WHO Westen
Pasific Regio (WPRO) menetapkan klasifikasi IMT khusus untuk wilayah Asia Pasifik
pada tabel 2.3 (WHO, 2000).
Tabel 2.3 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasarkan
IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik

IMT (kg/m2)
< 18,5
18,5 22,9
23,0
23,0 24,9
25,0 29,9
30,0

Klasifikasi
Berat Badan Kurang
Normal
Berat Badan Lebih
Berisiko
Obes tingkat I
Obes tingkat II

(WHO, 2000; Anuurad et al., 2003)


Penyakit kardiovaskuler masih menjadi penyebab kematian utama di Indonesia.
Keadaan obesitas terutama obesitas sentral meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler
karena keterkaitannya dengan sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin.
Sindrom metabolik merupakan kelompok kelainan metabolik meliputi resistensi insulin,
gangguan toleransi glukosa, dislipidemia, dan hipertensi yang semuanya berdiri sendiri
atau bersama sama untuk menyebabkan aterosklerosis dengan manifestasi penyakit
jantung koroner dan atau stroke (Sugondo, 2006).

Obesitas sentral dapat dinilai dengan beberapa cara. Cara yang paling baik yaitu
Computed Tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), tetapi cara ini
jarang digunakan dan biayanya mahal (Sugondo, 2006). Lingkar perut dan rasio lingkar
perut-pinggul atau Waist Hip Ratio (WHR) adalah cara praktis yang dapat menilai
obesitas sentral, tetapi WHO menganjurkan pengukuran obesitas sentral atau obesitas
abdominal lebih baik mengunakan lingkar perut dibandingkan dengan WHR. (WHO,
2000).
Kriteria obesitas sentral untuk populasi Asia menurut WHO, adalah
pada laki laki dan

90

cm

80 cm pada wanita (WHO, 2000). Pengukuran lingkar perut

yang dianjurkan WHO sebaiknya diukur pada pertengahan antara batas bawah iga dan
krista iliaka, dengan menggunakan pita secara horisontal pada saat akhir ekspirasi
dengan kedua tungkai dilebarkan 20 -30 cm. Subyek diminta untuk tidak menahan perut
dan diukur dengan memakai pita dengan tegangan pegas dan konstan (Sugondo, 2006).

DAPUS
1. Hellerstein, M.K., Elizabeth J.P. 2007. Obesity & Overweight. Gardner, David G.,
Dolores Shoback, ed. Greenspans Basic &Clinical Endocrinology Eighth Edition.
United States of America : McGraw-Hill
2. Weisell, R.C. 2002. Body Mass Index As An Indicator Of Obesity. Asia Pacific
Journal of Clinical Nutrition. 11 : S681 S684
3. Sugondo, S. 2006. Obesitas. Sudoyo, A.W.,ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
III Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit FKUI
4. World Health Organization. 2000. The Asia Pacific Perspective : Redefining
Obesity and its Ttreatment. Australia : Health Communications Australia Pty

5. Anuurad, E. et al. 2003. The New BMI Criteria for Asians by the Regional Office for
the Western Pacific Region of WHO are Suitable for Screening of Overweight to
Prevent Metabolic Syndrome in Elder Japanese Workers. Journal of Occupational
Health. 45 : 335 343

Anda mungkin juga menyukai