Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
II.
TINJAUAN PUSTAKA
struktur ditata dan digabung menjadi mikro dan makro struktur, sedangkan
kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan terhadap deformasi.
Batasan-batasan dalam tekstur meliputi konsistensi, kekerasan dan
kekokohan, serta kelekatan. Konsistensi adalah istilah yang menunjukkan segisegi tekstur yang berkaitan dengan aliran dan deformasi. Kekerasan adalah
ketahan terhadap deformasi. Kekokohan menentukan sifat bahan yang dapat
bertahan melawan deformasi karena bobotnya sendiri. Kerapuhan adalah sifat
keretakan sebelum aliran yang bermakna terjadi. Kelakatan adalah sifat
permukaan yang berkaitan dengan adhesi dan kohesi bahan (deMan, 1997).
Menurut deMan (1999), penilaian tekstur merupakan salah satu aspek
penting dalam penilaian mutu produk pangan. Bidang telaah atau pembelajaran
mengenai tekstur makanan dibagi menjadi dua bidang yang saling berkaitan, yaitu
sifat aliran dan deformasi serta makrostruktur dan mikrostruktur. Pendapat yang
sama dikemukakan oleh Bourne (2002) bahwa tekstur dapat dihubungkan dengan
deformasi, disintegrasi dan aliran dari sampel atau makanan itu sendiri ketika
suatu tekanan diberikan terhadap sampel.
Pentingnya pembelajaran menurut deMan (1999) mengenai tekstur yaitu
untuk :
1. Menilai resistensi produk terhadap kerja mekanis seperti dalam
pemanenan secara mekanik buah dan sayuran.
2. Menentukan sifat aliran produk selama pemrosesan, penanganan, dan
penyimpanan.
3. Membentuk perilaku mekanis dari makanan saat dikonsumsi.
Tekstur dapat diukur secara instrumental yaitu dengan menghitung titik
pertengahan dari obyek atau sasaran dan secara sensorik melakukan test instrinsik
subyektif. Antara perangkat tes instrumental, texturometer atau lebih dikenal
dengan texture analyzer menyesuaikan dengan kondisi pada saat pengunyahan
dan menunjukkan korelasi yang baik dengan penilaian sensorik dari tekstur
(Szczesniak , 2006).
Prinsip analisis tekstur adalah penilaian terhadap karakteristik mekanik
yang dilakukan dengan menganalisis perubahan bentuk kurva yang dihasilkan
gaya yang dikontrol dan dikenakan ke sampel. Alat yang digunakan dalam analisis
tekstur adalah texture analyzer dengan beberapa tipe tergantung materi yang
diukur, untuk pangan biasanya lyod instrument (Szczesniak, 1965).
Menurut Faridah dkk. (2006) prinsip pengukuran kekerasan adalah
memberikan gaya kepada bahan dengan besaran tertentu sehingga kekerasan atau
hardness pada sampel dapat diukur. Pengujian kekerasan atau hardness
menggunakan texture analyzer merk Steven LFRA dengan nilai kekerasan
dinyatakan dalam satuan gram/cm2. Uji elastisitas adalah laju perubahan bahan ke
bentuk semula setelah gaya merubah bentuk tersebut dipindahkan. Prinsip
pengukuran elastisitas adalah memberikan gaya kepada bahan dengan besaran
tertentu sehingga elastisitas dapat diukur.
Tiga parameter TPA yaitu kekerasan (hardness), elastisitas (springiness), dan
daya kohesif (cohesiveness) diamati dan dibahas. Kekerasan yaitu gaya yang
dibutuhkan untuk menekan material sampel. Kekerasan dinyatakan dalam kgf
(kilogram force). Elastisitas yaitu pemulihan elastis yang terjadi ketika gaya tekan
dihilangkan. Berdasarkan pembacaan texture-gram elastisitas didefinisikan
sebagai tinggi makanan antara gigitan pertama dan gigitan kedua. Dalam grafik
texture-gram dihitung sebagai panjang gelombang kedua dibagi panjang
gelombang pertama (mm/mm). Daya kohesif melambangkan kekuatan ikatan
internal dalam sampel. Daya kohesif didefinisikan sebagai rasio dari luasan kurva
positif selama kompresi kedua dibanding dengan kompresi pertama atau dalam
grafik texture-gram dihitung sebagai luas area gelombang kedua dibagi dengan
luas area gelombang pertama (Sarifudin dkk., 2015).
Fungsi texture analyzer dalam kehidupan contohnya adalah pengamatan
sifat fisik permen jelly dengan texture analyzer menunjukan hasil pengukuran
kekerasan dan elastisitas dari permen jelly. Peningkatan kadar air dapat
menurunkan kekerasan, di mana air akan berdifusi ke dalam gel. Sehingga gel
yang terbentuk menjadi lebih lunak dan menyebabkan kekerasan menurun. Hasil
pengukuran kekenyalan menunjukan nilai kekenyalan permen jelly yang
dihasilkan sama dengan kontrol (Muhandri dan Subarna, 2009).
Sampel yang digunakan pada percobaan texture analyzer adalah buah apel,
biskuit, dan bakso. Menurut Nila (2014) pada buah apel manalagi ini memiliki
warna yang hijau kekuningan. Bentuk apel ini bulat simentris namun untuk
ukurannya apel ini tergolong lebih kecil. Tekstur apel manalagi ini sangat renyah
dan rasa apel manalagi adalah manis. Namun, apel manalagi ini memiliki
kekurangan yaitu umur simpan yang lebih pendek. Selain itu apel manalagi ini
sangat cepat busuk jika ada luka pada permukaan kulitnya.
Produk olahan bakso pada umumnya menggunakan bahan baku daging dan
tepung tapioka. Daging yang biasanya dipakai adalah daging sapi, ayam dan
tepung ikan sedangkan tepung yang dipakai adalah tepung tapioka. Kualitas bakso
ditentukan oleh daya ikat air, kekenyalan, dan kandungan nutrisinya. Tingkat
kekenyalan bakso yang berkualitas baik yaitu bakso memiliki kemampuan untuk
pecah akibat adanya gaya tekanan (Kusnadi dkk., 2012). Menurut Komariah dan
Hedarti (2005), proses gelatinisasi melibatkan pengikatan air oleh jaringan yang
dibentuk rantai molekul pati atau protein dapat mempengaruhi tingkat kekenyalan
pada bakso.
Menurut Wulandari dan Erma (2010) biskuit adalah jenis kue kering yang
mempunyai rasa manis, berbentuk kecil dan diperoleh dari proses pengovenan
dengan bahan dasar tepung terigu, margarine, gula halus dan kuning telur. Tekstur
biskuit ini dapat dipengaruhi oleh bahan dasar, ketebalan cetakan dan suhu oven
yang terlalu tinggi. Bahan dasar pembuatan biskuit yang menggunakan gandum
keras (hard wheat) dan memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga
pengaruh pengerasannya sangat besar. Menurut Manley (1998) semakin tinggi
nilai hardness, biskuit yang dihasilkan akan semakin keras. Biskuit yang
dihasilkan akan semakin keras karena kandungan gluten dari tepung terigu
semakin sedikit, sehingga mempengaruhi tekstur biskuit.
IV.
IV.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengukuran ketebalan dan target value terhadap sampel
N
o
1
2
3
4
5
6
Sampel
Apel manalagi
Apel malang
Bakso bermerk
Bakso curah
Biskuit roma
original
Biskuit roma
kelapa hijau
Ketebalan
(mm)
25
24
15
14
Jenis
Probe
TA 39
TA 17
Target Value
(mm)
10
10
7,5
7
4
TA 18
Sampel
Apel manalagi
Apel malang
Bakso bermerk
Bakso curah
Biskuit roma original
Biskuit roma kelapa hijau
Hardness (g)
641,50
727,50
2647,00
2934,50
1439,50
1527,50
IV.2 Pembahasan
Tekstur merupakan sifat struktural, mekanik dan permukaan
makanan terdeteksi melalui indera penglihatan, pendengaran, sentuhan,
dan kinestesis. Pada awalnya tekstur diukur berdasarkan persepsi
2Texture Analyzer
Pribadi (2015)
3
4
Gambar 2. Probe
6 TA 39 untuk
Sumber :
Pribadi (2015)
Gambar 3. Probe
pada bakso
Sumber :
yang cenderung rendah dan terbuat dari tepung beras yang tersusun atas
pati dan memiliki struktur yang sulit dipecah.
Menurut Szczesniak (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi
hardness suatu sampel adalah
1. Kadar air yang tinggi menyebabkan sampel akan lebih lunak. Jika
kadar air lebih rendah, sampel akan keras.
2. Adanya gula reduksi yang tinggi maka sampel akan lebih keras.
3. Adanya gas atau udara pada lingkungan sekitar dapat
mempengaruhi kerapuhan sampel terutama pada sampel keras,
seperti biskuit atau keripik.
4. Semakin padat dan kompak partikel penyusun suatu sampel produk
makanan maka semakin keras produk tersebut.
V.
KESIMPULAN
penilaian terhadap
LAMPIRAN