ITS Paper 23898 2310105004 Paper
ITS Paper 23898 2310105004 Paper
1, (2012) 1-4
I. PENDAHULUAN
Tanaman melati terdapat hampir disetiap daerah di
Indonesia, terutama di Pulau Jawa, misalnya di daerah
Pasuruan, Pamekasan, Banyumas, Purbalingga, Pemalang dan
Tegal. Adapun jenis melati yang banyak terdapat di Pulau
Jawa menurut Rukmana (1997) antara lain Jasminum sambac
(melati putih), Jasminum multiflorum (star jasmine) dan
Jasminum officinale (melati gambir). Bunga yang digunakan
harus dalam kondisi kering karena bunga dengan kondisi basah
yang biasa disebabkan karena embun dapat menimbulkan
ketengikan pada lemak yang disebabkan oksidasi lemak karena
adanya kandungan H2O. Kondisi bunga yang masih kuncup
serta mekar penuh juga tidak dapat digunakan untuk
menghasilkan minyak atsiri selain karena tidak dapat mekar
dan tidak harum, bunga pada kondisi kuncup sangat sulit
digunakan untuk proses enfleurasi karena bunga harus
diletakkan dengan posisi seluruh bagian menempel pada lemak
sehingga lemak dapat mengadsorbsi minyak di seluruh kelopak
bunga. Bunga dengan kondisi mekar penuh aroma harumnya
2
dioleskan pada bingkai kaca atau chassis dan dibiarkan selama
24 jam, kemudian diganti dengan bunga yang masih segar.
Proses ini dilakukan berulang kali, pada akhir proses lemak
akan jenuh dengan minyak bunga. Minyak bunga tersebut
diekstraksi dari lemak dengan menggunakan etanol dan
selanjutnya etanol dipisahkan. Hal yang perlu diingat adalah
pada saat memoleskan lemak dipermukaan bingkai kaca atau
chassis, lemak hendaknya digores dengan alat apapun yang
bisa menciptakan pola garis garis dipermukaan lemak.
Tujuannya adalah untuk memperluas permukaan penyerapan
minyak bunga oleh lemak, sehingga minyak bunga yang
diserap akan lebih banyak (Guenther, 1987).
Pada prinsip ekstraksi dengan pelarut menguap
minyak atsiri dilarutkan dalam bahan dengan pelarut organik
yang mudah menguap. Cara ini sangat sederhana yaitu dengan
merendam bunga di dalam pelarut dalam sebuah bejana dari
plastik, kemudian ekstraksi berjalan secara sistematis pada
suhu kamar. Pelarut akan berpenetrasi kedalam bahan dan
melarutkan minyak bunga beserta beberapa jenis lilin dan
albumin serta zat warna. Larutan tersebut selanjutnya diuapkan
ke dalam evaporator dan minyak dipekatkan pada suhu rendah.
Setelah semua pelarut diuapkan dalam keadaan vakum, maka
diperoleh minyak bunga yang pekat. Suhu harus dijaga tetap
rendah selama proses ini berlangsung. Dengan demikian uap
aktif yang terbentuk tidak akan merusak persenyawan minyak
bunga (Guenther, 1987).
II.1 Bahan yang digunakan
a. Bunga melati. Bahan baku bunga melati yang
digunakan bunga melati putih(jasminum sambac).
b. Mentega putih dan kuning. Mentega putih dan kuning
digunakan sebagai adsorben pada metode enfleurasi.
c. Etanol 96%. Etanol dengan konsentrasi 96% digunakan
sebagai pelarut pada metode enfleurasi dan ekstraksi
pealrut menguap.
d. N-heksan 99,5%. N-heksan dengan konsentrasi 99,5%
digunakan sebagai pelarut untuk metode ekstraksi
pelarut menguap.
II.2 Peralatan Penelitian
a. Bingkai kaca/chasis. Dengan ketebalan kaca 5 mm,
panjang 30 cm, lebar 21 cm, digunakan untuk tempat
meletakkan
lemak.
Lemak
digunakan
untuk
mengadsorbsi aroma wangi yang dihasilkan bunga
melati.
b. Stirrer. Jenis stirer yang digunakan adalah overhead
stirrer, kecepatan yang digunakan 500 rpm.
c. Rotary vacuum evaporator. Digunakan untuk
memisahkan antara pelarut dan minyak pada keadaan
vakum. Volume labu alas bulat sampel yang digunakan
500 mL. Suhu waterbath yang digunakan dengan
pelarut etanol 45 oC dan untuk pelarut n-heksan 35 oC,
dengan tekanan 550 mmHg.
II.3 Prosedur
A. Metode Enfleurasi
Mengoleskan lemak sebanyak 120 gr secara
merata diatas permukaan bingkai kaca atau chassis.
3
- Etanol 96%
- N-heksan 99,5%
Massa bunga melati : massa pelarut= 1 : 2, jumlah
massa bunga melati 350 gram
Proses enfleurasi berlangsung pada suhu ruang dan
tekanan atmosferik
III. HASIL DAN DISKUSI
III.1 % Rendemen
Metode enfleurasi memberikan rendemen minyak 0,0940,416%. Rendemen tertinggi dari metode enfleurasi terdapat
pada variabel 30% mp:70% mk. Mentega kuning yang
merupakan memiliki % kandungan lemak yang lebih tinggi
dibanding mentega putih sehingga daya adsorbsinya lebih
tinggi, sementara mentega putih memiliki konsistensi yang
tepat tidak terlalu lunak maupun keras serta tidak berbau dan
berasa hambar. Metode ekstraksi pelarut menguap dengan
pelarut n-heksan memberikan concrete dengan rendemen
320%. Pelarut n-heksan merupakan pelarut yang paling baik
untuk ekstraksi minyak bunga, hal ini dikarenakan
sifatnyayang selektif dalam melarutkan zat serta prosesnya
yang hanya menghasikan lilin, albumin dan zat warna dalam
jumlah sedikit namun dapat mengekstraksi zat pewangi dalam
jumlah besar. Pelarut etanol tidak dapat digunakan,karena
menyebabkan terekstraknya resin serta melarutkan air sehingga
hasil ekstraksi yang diperoleh adalah campuran minyak dan
gum atau resin. Hasil ekstraksi berupa cairan kental berwarna
coklat tua dengan aroma yang sedikit mendekati dari aroma
bahan yang diekstraksi.
III.2 Berat Jenis
Berat jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat
komponen-komponen yang terkandung didalamnya. Semakin
besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka
semakin besar pula nilai densitasnya Secara umum berat jenis
minyak melati yang dihasilkan tidak berbeda jauh antar
variabel. Pada berbagai variabel dari metode enfleurasi,
minyak atsiri melati mempunyai berat jenis yang hampir sama
yaitu 0,943-0,967gr/ml. Untuk metode Ekstraksi pelarut
menguap memiliki berat jenis 0,960gr/ml.
III.3 Indeks Bias
Secara umum indeks bias minyak melati yang dihasilkan
tidak berbeda jauh antar variabel. Penentuan indeks bias
dilakukan dengan refraktometer pada suhu 200C. Indeks bias
minyak melati umumnya diatas 1,400. Nilai indeks bias
dipengaruhi salah satunya dengan adanya air dalam minyak
Semakin banyak kandungan airnya maka semakin kecil nilai
indeks biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk
membiaskan cahaya yang dating. Untuk minyak atsiri melati
metode enfleurasi memiliki indeks bias 1,480-1,499,
sedangkan metode Ekstraksi pelarut menguap memiliki nilai
1,479.
III.4 Kandungan Minyak Melati
Pada metode enfleurasi bahwa komponen yang terdapat
pada minyak atsiri melati dari identifikasi melalui gas
4
2) Rendemen minyak melati paling tinggi dihasilkan oleh
metode enfleurasi yaitu pada variabel 30% mp: 70% mk
yaitu 0,416%. Pada metode ekstraksi pelarut menguap
concrete yang dihasilkan 0,320% denga pelarut n-heksan.
Pelarut etanol pada metote ekstraski pelarut menguap tidak
dapat digunakan sebagai solvent untuk mengekstrak bunga
melati karena menyebabkan terekstraknya gum atau resin
serta melarutkan air.
3) Aroma yang dihasilkan metode ekstraksi dengan pelarut
menguap lebih menyengat dan dihasilkan bau yang lebih
enak dibandingkan dengan aroma yang dihasilkan dari
metode enfleurasi. Hal ini disebabkan karena pada metode
enfleurasi menggunakan adsorben lemak sebagai media
penyerap minyak, sedangkan pada metode ekstraksi dengan
pelarut menguap terjadi kontak secara langsung antara
bahan baku dengan solvent
DAFTAR PUSTAKA
[1]