Anda di halaman 1dari 17

BAB I

1.1 PENDAHULUAN
Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit
terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh
terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang
menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan
penyembuhan luka (Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan
regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tandatanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi,
melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali
normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.
Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika tenaga
kesehatan dan pasiennya memanfaatkan terapi canggih yang sesuai dengan
perkembangan, akan memberikan dasar pemahaman yang lebih besar terhadap
pentingnya perawatan luka. Semua tujuan manajemen luka adalah untuk membuat
luka stabil dengan perkembangan granulasi jaringan yang baik dan suplai darah yang
adekuat., hanya cara tersebut yang membuat penyembuhan luka bisa sempurna.
Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab adalah, apakah
luka tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang, apakah ada tanda
klinik yang memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan
terdapat resiko kekeringan pada sel, apakah absorpsi atau drainage objektif terhadap
obat topical dan lain-lain. Terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami yang
sering kali memproduksi eksudat; mengatasi eksudat adalah bagian penting dari
penanganan luka. Selanjutnya, mengontrol eksudat juga sangat penting untuk
menangani kondisi dasar luka, yang mana selama ini masih kurang diperhatikan dan

kurang diannggap sebagai suatu hal yang penting bagi perawat, akibatnya bila
produksi eksudat tidak dikontrol dapat meningkatkan jumlah bakteri pada luka,
kerusakan kulit, bau pada luka dan pasti akan meningkatkan biaya perawatan setiap
kali mengganti balutan.
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum penulisan ini bertujuan untuk memperkenalkan perawatan luka modern
kepada mahasiswa
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan

Definisi Luka

Klasifikasi Luka

Proses Penyembuhan Luka

Factor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka

Perawatan Luka Dengan Metode Negative Pressure Wound Therapy

BAB II
KONSEP PENYEMBUHAN LUKA

2.1 Definisi
Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses
pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan
fungsi secara terus menerus.(Joyce M. Black, 2001).
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali
pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara
bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya
luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.

2.2 Etiologi / Penyebab Luka


Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum
memulai perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktorfaktor yang mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan.
Berikut ini akan dijelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka :

Trauma

Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia

Gigitan binatang atau serangga

Tekanan

Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena

Immunodefisiensi

Malignansi

Kerusakan jaringan ikat

Penyakit metabolik, seperti diabetes

Defisiensi nutrisi

Kerusakan psikososial

Efek obat-obatan

Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyembuhan
luka dengan multifaktor.
2.3 Jenis-jenis luka
a.

Berdasarkan Kategori
1.

Luka Accidental
Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar;
tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril

2.

Luka Bedah
Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction;
tepi luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah

b.

Berdasarkan integritas kulit


1.

Luka terbuka
Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan
disertai kerusakan jaringan; risiko infeksi

2.

Luka tertutup
Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan
lunak; mungkin cedera internal dan perdarahan

c.

Berdasarkan Descriptors
1.

Aberasi
Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik
untuk pengangkatan jaringan skar

2. Puncture
Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat
alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit
3. Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko
infeksi
4.

Kontusio
Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar

2.4 Prinsip Dasar Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan perubahan
lingkungan luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang
normal adalah melalui fase hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang
merupakan suatu kerangka untuk memahami prinsip dasar perawatan luka. Melalui
pemahaman ini profesional keperawatan dapat mengembangkan ketrampilan yang
dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat membantu perbaikan jaringan. Luka kronik
mendorong para profesional keperawatan untuk mencari cara mengatasi masalah ini.
Penyembuhan luka kronik membutuhkan perawatan yang berpusat pada pasien
patient centered, holistik, interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang kuat.

Penelitian pada luka akut dengan model binatang menunjukkan ada empat fase
penyembuhan luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik harus juga melalui fase yang
sama. Fase tersebut adalah sebagai berikut:

Hemostasis

Inflamasi

Proliferasi atau granulasi

Remodeling atau maturasi

2.5 Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka


a. Status Imunologi
b. Kadar gula darah (impaired white cell function)
c. Hidrasi (slows metabolism)
d. Nutritisi
e. Kadar albumin darah (building blocks for repair, colloid osmotic pressure
oedema)
f. Suplai oksigen dan vaskularisasi
g. Nyeri (causes vasoconstriction)
h. Corticosteroids (depress immune function)

BAB III
TREND DAN ISU PERAWATAN LUKA

3.1 Kecendrungan Perawatan Luka Saat ini


Pada tatanan pelayanan keperawatan, khususnya dalam perawatan luka, banyak diteliti
metode metode penyembuhan luka, baik penyembuhan secara medis, maupun secara
komplementer dengan menggunakan media yang ada di alam untuk mempercepat
penyembuhan luka. Semua hasil penelitian memiliki evidence based yang cukup kuat
dan bisa dibuktikan. Namun pada prinsipnya, secara keilmuan seorang perawat
professional harus mengetahui bagaimana proses penyembuhan luka secara alami,

kenapa terjadi luka, proses apa yang terjadi pada luka, berapa lama luka akan sembuh
dan kenapa luka tersebut bisa sembuh dengan meninggalkan jaringan parut atau
bahkan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Hal ini akan mempengaruhi
persepsi dan kemampuan perawat dalam melaksanakan perawatan luka, semakin
mengerti proses yang terjadi pada luka, kualitas seorang perawat akan semakin baik
dalam melakukan perawatan luka dan outcomenya juga akan baik, kepuasan pasien
meningkat.
Perawatan luka dewasa ini, cenderung menggunakan metode balutan kasa wet-todry, digunakan khusus untuk debridemen pada dasar luka, normal salin digunakan
untuk melembabkan kasa, kemudian dibalut dengan kasa kering. Ketika kasa lembab
menjadi kering, akan menekan permukaan jaringan, yang berarti segera harus diganti
dengan balutan kering berikutnya. Hal ini mengakibatkan tidak hanya pertumbuhan
jaringan sehat yang terganggu, tetapi juga menimbulkan rasa nyeri yang berlebihan,
metode wet to dry dianggap sebagai metode debridemen mekanik dan diindikasikan
bila ada sejumlah jaringan nekrotik pada luka.
Dari metode perawatan luka saat ini, banyak prinsip-prinsip yang terlupakan atau
tidak menjadi pertimbangan bagi perawat dalam merawat luka, seperti proses
fisiologis pertumbuhan jaringan luka, bagaimana mengoptimalkan perbaikan jaringan,
meningkatkan aliran darah ke permukaan luka, bagaimana cara balutan ideal, jenis
balutan yang dipakai tanpa merusak jaringan yang sehat, tidak menimbulkan
nyeri/trauma baru serta bagaimana agar dapat mempercepat proses penyembuhan luka
hingga dapat menekan biaya perawatan. Karena itulah perlu dilakukan metode
perawatan luka yang telah mempertimbangkan berbagai aspek tersebut demi mencapai
perawatan luka yang efektif, proses penyembuhan yang cepat, outcome yang
berkualitas dan biaya yang lebih murah.

3.2 Negative Pressure Wound Therapy (NPWT


a. Definisi
Negative Pressure Wound Therapy (NPWT) telah dikenal selama 15 tahun di berabgai
belahan dunia sebagai metode perawatan luka. NPWT adalah teknik perawatan luka
menggunakan dressing bertekanan negatif untuk membantu proses penyembuhan pada
luka akut dan kronik. Pada NPWT, luka ditutup dengan primary dressing berupa foam
atau gauze dan secondary dressing oklusif berupa film. Kemudian dihubungkan
dengan tube yang memberikan tekanan subatmosferik dari mesin NPWT.
Mekanisme kerja dari NPWT adalah sebagai berikut: Pertama saat terjadi tekanan
negatif, ukuran luka akan mengecil karena pengaruh tekanan negatif dari mesin.
Kedua, menciptakan lingkungan yang lembab karena bersifat oklusif dan
membersihkan eksudat.
Sebuah penelitian retrospektif dari USA, tahun 2012 Agustus yang diterbitkan di
Annals of Plastic Surgery berusaha mengevaluasi efikasi dari NPWT untuk
penyembuhan luka pasca incisi dinding abdomen dibandingkan dengan dressing
konvensional. Terdapat 23 pasien diterapi menggunakan NPWT dan 33 pasien diterapi
dengan dressing konvensional. Hasi yang didapatkan adalah sebagai berikut:

Komplikasi luka
Dehises

NPWT
22
9

KONVENSIONAL
63.6%
39%

NILAI P
0.02
0.014

Kesimpulan dari penelitian observasional ini adalah, NPWT dapat bermanfaat bagi
proses penyembuhan luka incisi dinding abdomen secara bermakna lebih efektif
dibandingkan dengan dressing konvensional. Penelitian ini bersifat observasional
sehingga sebaiknya 9 dikonfirmasi dengan menggunakan uji klinik tersamar ganda
dengan jumlah sampel yang mencukupi

b. Komponen NPWT
1. Vaccum Pump
Vaccum pump berfungsi untuk vakum drainase membantu untuk menghilangkan
darah atau cairan serosa (nanah) dari bagian luka dan memberikan menggunakan
tekanan negatif atau tekanan sub-atmosfer di tempat luka
2. Disposable Canisters
Disposable Canisters berfungsi menampung darah atau cairan serosa (nanah)
3. Drainage tubing
Drainage tubing berfungsi untuk mengalirkan tekanan negatif dari vaccum pump
ke daerah luka dan mengalirkan darah atau cairan serosa (nanah) ke Disposable
Canisters
4. Non-adherent wound contact layer or foam
Merupakan lapisan semipermeabel yang mampu ditembus darah atau cairan lain
pada luka .
5. Antimicrobial gause
Digunakan sebagai antibiotik
6. Round or flat wound drain
Menghubungkan drainage tubing dengan luka
7. Transparent occlusive dressing
Digunakan untuk menutup luka
8. Barrier skin prep wipes

Perekat transparant dressing


9. Steril Salin
Untuk irigasi sebelum memasang non-adherent wound contact layer
10. Surgical tape

c. Indikasi
1. Luka akut dan kronik ( Acute and cronic wounds )
2. Diabetik foot ulcers
Pasien DM denga kriteria : ulkus diabetik yang mengalami arterosklerosis, infeksi
dan terjadi penurunan aliran darah ke ekstremitas dan neuropati perifer.
Klasifikasi ulkus diabetik menurut Wagner :
- Grade 1 : Luka pada kaki dengan ukuran kecil yang mengalami penebalan kulit
disekitarnya
- Grade 2 : Luka mengenai dermis
- Grade 3 : Luka mengenai tendon
- Grade 4 : Gangren terlokalisir
- Grade 5 : Terlihat tulang dan mengalami nekrosis
3. Presure ulsers ( Dekubitus ulsers, bed sores)
Adalah luka yang disebabkan terjadinya penekanan yang terlalu lama pada daerah
tertentu, paling sering berjadi pada daerah bokong.
Faktor resiko terjadinya luka dekubitus adalah bedrest total, penurunan persepsi
sensori.
Luka dekubitus diklasifikasikan berdasarkan tingkat kerusakannya :
- Grade 1 : Terjadi kemerahan pada kulit
- Grade 2 : Kehilangan kulit superfisial ( dermis dan epidermis )
- Grade 3 : Kehilangan jaringan subkutan
- Grade 4 : Kehilangan jaringan sampai pada otot, tendon dan tulang
Luka dekubitus dapat menyebabkan infeksi lokal, sepsis, osteomyelitis dan
nyeri
4. Venous Leg Ulsers

Adalah luka yang terjadi akibat insufisiensi vaskular. Biasanya terjadi pada usia
diatas 60 tahun yang menderita hipertensi. Vena mengalami dilatasi kapiler,
peningkatan filtrsi kapiler sehingga menyebabkan edem dan terjadi kerusakan pada
jaringan sub kutan. Perawatan luka jenis ini dengan cara membersihkan dan
melindungi luka dengan cairan steril, debridemen menggunakan alat yang steril dan
menjaga hemodinamik luka.
5. Luka akibat pembedahan ( Surgical Wounds )
Luka akibat pembedahan yang terinfeksi bisa menyebabkan terjadinya luka yang
kronis misalnya luka laparatomy, luka operasi pada pembedahan rongga thorak
( Cardiac Surgey dengan sternotomy insisi )
Sebagai patokan yang dapat digunakan adalah :
- Jumlah purulen drainase yang keluar
- Kedalaman insisi
- Bila ditemukan tanda infeksi lakukan observasi, histopatologi dan radiologi
6. Luka bakar ( Burns )
Luka bakar yang luas dapat menyebabkan terjadinya kematian akibat infeksi yang
serius.Luka bakar derajat 2 dan 3 menyebabkan kehilangan jaringan dermis sehingga
terjadi infasi patogen dan supresi imun yang meluas.
7. Luka Trauma
Luka trauma sering disebabkan oleh kecelakaan lalulintas, jatuh dari ketinggian,
kecelakaan kerja di pabrik, dan luka tembak.
8. Skin Grafting
d. Kontraindikasi
1. Inadequat wound : luka dengan jaringan nekkrosis lebih banyak daripada jaringan
granulasi

2. Osteomyelitis atau sepsis


3. Terjadi Gangguan Coagulopathy
4. Jaringan Nekrotik Yang Meluas
5. Keganasan Pada Luka

6. Alergi Pada Beberapa Komponen Prosedur

e. Kelebihan
1. Dapat diterapkan dengan mudah dan cepat.
2. Selalu siap dalam keadaan apapun.
3. Menghapus cairan, seroma sehingga meminimalkan atau pembentukan hematoma.
4. Mengurangi kegagalan karena gerakan.
5. Ketidaknyamanan kepada pasien minimal.
6. Potensi Infeksi berkurang
f. Kekurangan
1. Komplikasi yang paling umum adalah erosi sekitar jaringan karena tekanan yang
disebabkan oleh tubing evakuasi.
2. Berlebihan dalam pertumbuhan jaringan granulasi ke busa , terjadi jika perubahan
dilakukan pada interval 48 jam.
3. Pengambilan busa, jika dibiarkan lama > 48 jam, dapat mengakibatkan pendarahan
kecil.
4. Dermatitis dapat terjadi sebagai akibat menghilangkan perekat pada setiap perubahan
perban.
5. Masalah ini dapat dicegah dengan menghilangkan pita perekat hanya sekitar busa.
g. Prinsip NPWT
1. Penarikan luka ( wound retraction )

2. Stimulasi jaringan granulasi


3. Pembersihan luka secara kontinyu setetah tindakan bedah
4. Pergerakan eksudat secara terus menerus
5. Menyerap odem
h. Cara Kerja NPWT
Pada dasarnya teknik ini sangat sederhana. Sepotong busa dengan struktur pori pori
terbuka dimasukkan ke dalam luka dan menguras luka dengan perforasi lateral
diletakkan di atasnya. Seluruh area kemudian ditutup dengan perekat membran
transparan, yang tegas dijamin ke kulit sehat di sekitar tepi luka. Drainage tubbing
dihubungkan ke sumber vakum, cairan diambil dari luka melalui busa ke dalam
reservoir untuk pembuangan.
Membran plastik mencegah masuknya udara dan cairan dari luar. Pastikan seluruh
permukaan luka terkena efek tekanan negatif.
Cara perawatan luka gangren dengan NPWT :
1. Langkah 1
Irigasi Luka dengan steril saline
2. Langkah 2
Keringkan area sekitar luka
3. Langkah 3
Oleskan barrier skin prep wipes pada permukaan sekitar luka
4. Langkag 4
Tutup luka dengan non-adherent wound contact layer
5. Langkah 5
Lapisi non-adherent wound contact layer dengan Antimicrobial gause
6. Langkah 6

Pasang Round or flat wound drain


7. Langkah 7
Basahi Antimicrobial gause dengan steril salin

8. Langkah 8
Tutupi Round or flat wound drain dengan antimicrobial gause yang sudah dibasahi
dengan steril salin
9. Langkah 9\
Tutup dengan Transparent occlusive dressing
9. Langkah 10
Fiksasi dengan tape
10. Langkah 11
Hubungkan round or flat wound drain dengan Vaccum pump
11. Langkah 12
Nyalakan Vaccum pump dan pastikan tekanan -75 mmHg

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada tatanan pelayanan keperawatan, khususnya dalam perawatan luka, banyak diteliti
metode metode penyembuhan luka, baik penyembuhan secara medis, maupun secara
komplementer dengan menggunakan media yang ada di alam untuk mempercepat
penyembuhan luka. Semua hasil penelitian memiliki evidence based yang cukup kuat
dan bisa dibuktikan. Namun pada prinsipnya, secara keilmuan seorang perawat
professional harus mengetahui bagaimana proses penyembuhan luka secara alami,
kenapa terjadi luka, proses apa yang terjadi pada luka, berapa lama luka akan sembuh
dan kenapa luka tersebut bisa sembuh dengan meninggalkan jaringan parut atau
bahkan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Hal ini akan mempengaruhi
persepsi dan kemampuan perawat dalam melaksanakan perawatan luka, semakin
mengerti proses yang terjadi pada luka, kualitas seorang perawat akan semakin baik
dalam melakukan perawatan luka dan outcomenya juga akan baik, kepuasan pasien
meningkat
4.2 Saran
Demikian maskalah perawatan luka modern atau terkini semoga dapat menjadi
wacana dan wawasan bagi kita, sebagai suatu trend perawatan luka dengan prinsip

luka cepat sembuh, kualitas penyembuhan baik serta dapat mengurangi biaya
perawatan luka, dan ini sangat penting bagi perawat untuk dapat mengembangkan dan
mengaplikasikannya di lingkungan perawatan khususnya perawatan luka yang jelas
sangat memberikan kepuasan bagi kesembuhan luka pasien.

Anda mungkin juga menyukai