Biopori Dan Harvest
Biopori Dan Harvest
OLEH :
Nama :
NOPRENDI
NIM : 21030114120094
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK KIMIA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Akhir - akhir ini isu lingkungan sudah semakin mencuat adanya perubahan iklim
terutama masalah pemanasan global. Pada akhirnya pemanasan global akan mengakibatkan
bencana lingkungan yang berpotensi meluluhkantakan kehidupan di Bumi ini.Adapun
dampak dari perubahan iklim di Indonesia antara lain Rob dan banjir, kekeringan, longsor
dan wabah penyakit. Air hujan mencurah ke bumi dengan volume yang relatif tetap setiap
tahun, sementara permukaan bumi berubah sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan
jumlah penduduk. Lahan yang semula merupakan hutan dirubah menjadi lahan budidaya.
Kawasan pegunungan yang sejuk dan lembab menjadi kawasan permukiman, hotel dan vila,
tanah terbuka menjadi aspal dan lapisan beton, perkembangan masyarakat agraris perlahan
tapi pasti berubah menjadi masyarakat industri. Lahan pertanian menjadi lahan industri,
sungai-sungai mengalami penciutan dan pendangkalan akibat adanya sedimentasi
Air adalah salah satu bagian terpenting didalam kehidupan kita, saat ini sumber air
terbesar yang dimanfaatkan oleh manusia berasal dari air tanah. Di daerah perkotaan, air
tanah sudah berkurang hal ini disebabkan oleh semakin sempitnya lahan terbuka yang
berfungsi sebagai peresapan air hujan, banyak lahan produktif beralih fungsi menjadi
perumahan, ruko dll. Dengan berkurangnya peresapan maka air hujan langsung mengalir
kesungai yang selanjutnya menuju ke laut. .
Beberapa penelitian mengindetifikasi bahwa pada aras rumah tangga kekurangan air
diperburuk kebocoran air akibat kerusakan home appliances yang tidak segera diperbaiki,
pemakaian home appliances yang boros air, perilaku buruk dalam pemakaian air, dan
minimnya pemanfaatan air hujan sebagai sumber air alternatif. Pemakaian air yang tidak
terkontrol akan mengancam keberlanjutan air, sehingga perlu dilakukan konservasi
Merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menjaga kelestarian sumber air, langkah
nyata kita (sekecil apapun) guna mengembalikan air hujan menjadi air tanah harus segera
kita.
Dengan demikian keseimbangan lingkungan yang harus terus menerus dilestarikan
dan dijaga pun semakin rusak dan tidak terkendali. Untuk itulah diperlukan adanya gerakan
pelestarian alam sekitar yang dilakukan secara bersama-sama oleh semua pihak serta
berkesinambungan seperti membuat sumur resapan atau membuat biopori di sekitar rumah
kita. Atau dengan melakukan metode konservasi air dalam rumah tangga adalah memanen air
hujan, yaitu mengumpulkan, menampung dan menyimpan air hujan yang sering disebut
dengan rain harvesting
BAB II
PEMBAHASAN
b.
Mulut lubang dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan lebar 2-3
centimeter serta diberikan pengaman agar tidak ada anak kecil atau orang yang
terperosok.
c.
Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur, ranting
pohon, sampah makanan dapur non kimia, dsb. Sampah dalam lubang akan
menyusut sehingga perlu diisi kembali dan di akhir musim kemarau dapat
dikuras sebagai pupuk kompos alami.
d. Tutupi lubang dengan tutup paralon, jika tidak ada tutup paralon maka bisa
diganti dengan roster/angin-angin
e.
Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil
hujan, laju resapan air dan wilayah yang tidak meresap air dengan rumus =
intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap air (meter persegi) / laju
resapan air perlubang (liter / jam).
1. Faktor Lingkungan
Layak atau tidaknya suatu kawasan untuk diaplikasikan sistem rainwater
harvesting sangat bergantung kepada curah hujan pada kawasan tersebut. Menurut
buku Rainwater Harvesting for Domestic Use (2006), curah hujan merupakan kunci
utama dalam mengetahui apakah penggunaan sistem rainwater harvesting dan bipori
mampu bersaing dengan penggunaan sistem sumber air dari PDAM.
Daerah yang berada di iklim tropis dengan musim kemarau pendek sekitar 1
hingga 4 bulan disertai dengan beberapa hujan badai berintensitas tinggi merupakan
daerah yang memiliki kondisi yang paling cocok untuk pengaplikasian sistem
rainwater harvesting. Sebagai tambahan menurut literatur yang sama, pengaplikasian
sistem rainwater harvesting pada daerah yang berada di iklim tropis basah juga dapat
cukup bermanfaat dikarenakan umumnya kualitas air permukaan di daerah beriklim
tropis kurang terjamin dan sangat beragam sepanjang tahunnya.
2. Faktor Kebutuhan Air
Jumlah angka kebutuhan air per orang sangat beragam. Keragaman ini dimulai
dari perbedaan negara, komunitas tertentu, atau bahkan rumah tangga. Perlu diingat
pula jumlah penggunaan air juga bisa berubah secara drastis pada musim yang
berbeda. Didalam Rainwater Harvesting for Domestic Use (2006) dinyatakan bahwa
dalam keadaan terdesak dan krisis air, sedikitnya manusia dapat menggunakan
sebanyak 15 Liter air untuk mandi dan kebutuhan higienis lainnya dalam sehari.
Sedikit berbeda dengan data berdasarkan hasil survey yang dilakukan
Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya pada 2006 setiap orang
Indonesia mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 144 Liter/Hari. Dari jumlah tersebut,
pemakaian terbesar digunakan untuk keperluan mandi yakni sebanyak 65 Liter per
Orang per Hari atau 45% dari total pemakaian air.
3. Faktor Sosial
Pertimbangan berikutnya adalah faktor sosial. Beberapa faktor tersebut antara
lain:
Diharapkan ada alasan kuat yang melatar belakangi butuhnya pengaplikasian sistem
rainwater harvesting pada komunitas atau hunian tertentu.
Sebisa mungkin biaya desain harus terjangkau dan efektif.
Semua anggota komunitas atau penghuni harus sepenuhnya mengerti, terlibat dan
turut ikut serta dalam mengoptimalisasi sistem rainwater harvest
4. Faktor Finansial
Faktor terakhir yang cukup penting adalah faktor finansial. Tidak dipungkiri,
perancangan sistem rainwater harvesting membutuhkan biaya. Semua itu kembali
kepada metode desain, material yang dipilih, serta besarnya skala dan kapasitas
sistem rainwater harvesting tersebut.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa
hal penting yang harus diketahui sebelum merancang sistem rainwater harvesting. Antara
lain:
1. Jumlah pengguna dan rata-rata konsumsi per harinya.
2. Data curah hujan lokal dan data pola curah hujan lokal.
3. Jenis pengguna pada sistem (Tidak berkala, berselang, sebagian, penuh).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2012. Rain harvesing diakses dari
http://www.blh.semarangkota.go.id/main/page/50/rain-harvesting pada tanggal 15 Juni 2015
Anonim,2015. Biopori. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Biopori pada tanggal 15
Juni 2015
Ericson Danamik Pengertian Rainwater diakses dari
http://ondyx.blogspot.com/2014/02/pengertian-rainwater-harvesting-menurut.html pada
tanggal 15 Juni 2015
Gatotabe,2013. Fungsi dan cara pembuatan Biopori diakses dari
https://gatotabe.wordpress.com/2012/04/26/102/ pada tanggal 15 Juni 2015
Purwanti, Asih Anna. 2012 . Memanen air hujan rainwater harvesting diakses dari
http://www.kompasiana.com/purwanti_asih_anna_levi/memanen-air-hujan-rain-waterharvesting-sebagai-alternatif-sumber-air_5517a1c3a333117107b6600cl pada tanggal 15 Juni
2015.