Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
EPILEPSI
DEFINISI
Definisi konseptual:
o Epilepsi adalah Kelainan otak yang ditandai dengan kecendrungan untuk
menimbulkan bangkitan epileptic yang terus menerus, dengan konsekuensi
neurobiologis, kognitif, psikologis, dan sosial. Definisi ini mensyaratkan
terjadinya minimal 1 kali bangkitan epileptic.
o Bangkitan epileptik ialah terjadinya tanda/gejala yang bersifat sesaat akibat
aktivitas neuronal yang abnormal dan berlebihan di otak.
KLASIFIKASI
Klasifikasi yang ditetapkan oleh International League Against Epilepsi (ILAE) terdiri
atas dua jenis klasifikasi, yaitu klasifikasi untuk jenis bangkitan epilepsi dan klasifikasi untuk
sindrom epilepsi.
Klasifikasi ILAE 1981 untuk tipe bangkitan epilepsi
1. Bangkitan parsial/fokal
a. Bangkitan parsial sederhana
i. Dengan gejala motorik
ii. Dengan gejala somatosensorik
1
ETIOLOGI EPILEPSI
Etiologi epilepsi dapat dibagi ke dalam tiga kategori, sebagai berikut:
1.
Idiopatik Tidak terdapat lesi structural di otak atau deficit neurologis. Diperkirakan
mempunyai predisposisi genetik dan umumnya berhubungan dengan usia.
2.
3.
DIAGNOSIS
Diagnosis epilepsi ditegakkan terutama dari anamnesis, yang didukung dengan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Tiga langkah dalam menegakkan diagnosis :
o Apakah terdapat lebih dari satu pola bangkitan? Apakah terdapat perubahan pola
dari bangkitan sebelumnya ?
o Aktivitas penyandang saat terjadi bangkitan, misalnya saat tidur, saat terjaga,
bermain video game, berkemih, dan lain-lain.
Pasca bangkitan/ post- iktal:
o Bingung, langsung sadar, nyeri kepala, tidur, gaduh gelisah, Todds paresis.
b. Faktor pencetus: kelelahan, kurang tidur, hormonal, stress psikologis, alkohol.
c. Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan, interval terpanjang antara
bangkitan, kesadaran antara bangkitan.
d. Terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap OAE sebelumnya
e. Penyakit yang diderita sekarang, riwayat penyakit neurologis psikiatrik maupun
sistemik yang mungkin menjadi penyebab maupun komorbiditas.
f. Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga
g. Riwayat saat berada dalam kandungan, kelahiran, dan tumbuh kembang, Riwayat
bangkitan neonatal/ kejang demam
h. Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi susunan saraf pusat (SSP), dll.
2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
a. Pemeriksaan fisik umum untuk mencari tanda-tanda gangguan yang berkaitan dengan
epilepsi, seperti : Trauma kepala , tanda-tanda infeksi, kelainan congenital, kecanduan
alcohol atau napza.
b. Pemeriksaan neurologis untuk mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal atau difus
yang dapat berhubungan dengan epilepsi. Jika dilakukan dalam beberapa menit setelah
bangkitan, maka akan tampak pascabangkitan terutama tanda fokal yang tidak jarang
dapat menjadi petunjuk lokalisasi, seperti paresis Tod, gangguan kesadaran pascaiktal,
afasia pascaiktal.
3. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan elektro-ensefalografi (EEG)
Membantu menunjang diagnosis
5
TATALAKSANA
Tujuan terapi
Tujuan utama terapi epilepsi adalah mengupayakan penyandang epilepsi dapat hidup
normal dan tercapai kualitas hidup optimal. Harapannya adalah bebas bangkitan, tanpa efek
samping.
Untuk tercapainya
antara
samping/dengan efek samping yang minimal, menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Terapi pada epilepsi dapat berupa terapi farmakologi dan nonfarmakologi.
Prinsip terapi farmakologi
OAE diberikan bila
1. Diagnosis epilepsi sudah dipastikan
2. Terdapat minimum dua bangkitan dalam setahun
3. Pasien dan atau keluarganya sudah menerima penjelasan tentang tujuan pengobatan.
7
4. Pasien dan/ atau keluarga telah diberitahu kemungkinan efek samping dari OAE.
5. Bangkitan terjadi berulang walaupun factor pencetus sudah dihindari (misalnya:
alcohol, kurang tidur, stress, dll)
Terapi dimulai dengan monoterapi, menggunakan OAE pilihan sesuai dengan jenis
bangkitan dan jenis sindrom epilepsi.
Pemberian obat dimulai dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai dosis
efektif tercapai atau timbul efek samping.
Kadar obat dalam plasma ditentukan bila:
o Bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif, diduga ada perubahan
farmakokinetik OAE (disebabkan oleh kehamilan, penyakit hati, penyakit ginjal,
gangguan absorpsi OAE) , diduga penyandang tidak patuh pada pengobatan,
setelah penggantian dosis/regimen OAE , untuk melihat interaksi antara OAE atau
obat lain.
Bila dengan penggunaan OAE pertama dosis maksimum tidak dapat mengontrol
bangkitan, maka diganti dengan OAE kedua. Caranya bila OAE telah mencapai kadar
terapi, maka OAE pertama diturunkan bertahap (tapering off). Bila terjadi bangkitan
saat penurunan OAE pertama maka kedua OAE tetap diberikan. Bila responsyang
didapat buruk, kedua OAE hareus diganti dengan OAE yan g lain. Penambahan OAE
ketiga baru dilakukan bila terdapat respons dengan OAE kedua, tetapi respons tetap
suboptimal walaupun pergunaan kedua OAE pertama sudah maksimal.
OAE kedua harus memiliki mekanisme kerja yang berbeda dengan OAE pertama
Penyandang dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk dimulai terapi bila
kemungkinan kekambuhan tinggi, yaitu bila:
o Dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEG
o Pada pemeriksaan CT scan atau MRI otak dijumpai lesi yang berkorelasi dengan
bangkitan; misalnya meningioma, neoplasma otak, AVM, abses otak.
o Pemeriksaan neurologis dijumpai kelainan mengarah pada adanya kerusakan otak
o Terdapatnya riwayat epilepsi pada saudara sekandung (bukan orang tua)
8
golongan
hidantoin
dikenal
tiga
senyawa
antikonvulsi,
fenitoin
gugus
metal
pada
atom
akan
mengubah
spectrum
aktivitas
tersebut
mengambat
biotransformasi
fenition,
sedangkan
sulfisoksazol,
fenilbutazon, salisilat dan asam valproat akan mempengaruhi ikatan protein plasma
fenitoin sehingga meninggikan juga kadarnya dalam plasma. Teofilin menurunkan
kadar fenitoin bila diberikan bersamaan.
Intoksikasi dan Efek Samping
o Susunan Saraf Pusat
10
Fenitoin juga digunakan pada terapi renjatan listrik (ECT) untuk meringankan
konvulsinya dan bermanfaat pula terhadap kelainan ekstra piramidal iatrogenic.
Sediaan
Fenitoin atau difenilhidantoin tersedia bentuk kapsul 100 mg dan tablet kunyah 30 mg
untuk pemberian oral, sedangkan sediaan suntik 100mg/2ml. Disamping itu juga
tersedia bentuk sirup dengan takaran 125mg/5ml.Harus diperhatikan agar kadar plasma
optimal, yaitu berkisar antara 10-20g/ml. kadardibawahnya kurang efektif untuk
pengendalian konvulsi, sedangkan jika kadar lebih tinggi akan bersifat toksik..Untuk
pemberian oral, dosis awal untuk dewasa 300 mg, dilanjutkan dengan dosis penunjang
antara 300-400mg, maksimum 600mg sehari. Anak diatas 6 tahun, dosis awal sama
dengan dosis dewasa, sedangkan untuk anak dibawah 6 tahun, dosis awal 1/3 dosis
dewasa, dosis penunjang ialah 4-8 mg/kgBB sehari, maksimum 300mg. Dosis awal
dibagi dalam 2-3 kali pemberian
2. Golongan Barbiturat
Disamping sebagai hipnotik-sedatif, golongan barbiturate efektif sebagai obat
antikonvulsidan yang biasa digunakan adalah barbiturate kerja lama (long acting
barbiturates). Sebagai antiepilepsi fenobarbital menekan letupan di fokus epilepsy.
Barbiturat
menghambattahap
akhir
oksidasi
mitokondria,sehingga
mengurangi
pembentukan fosfat berenergi tinggi. Senyawa fosfat ini perlu untuk sintesis
neurotransmitor misalnya Ach, dan untuk repolarisasi membrane sel neuron.
o Fenobarbital
Fenobarbital, asam 5,5-fenil-etil barbiturate, merupakan senyawa organik pertama
yangdigunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjanya membatasi penjalaran
aktivitas bangkitan dan menaikkan ambang rangsang. Dosis efektifnya relatif
rendah. Efek sedatif, dalam hal ini dianggap sebagai efek samping, dapat diatasi
dengan pemberian stimulan sentral tanpa mengurangi efek antikonvulsinya. Dosis
dewasa yang biasa digunakan ialah dua kali 100mg sehari. Untuk mengendalikan
epilepsy disarankan kadar plasma optimal. Berkisar antara 10-40g/ml. Kadar
plasma diatas40g/ml sering disertai gejala toksik yang nyata. Penghentian
pemberian fenobarbital harus secara bertahap guna mencegah kemungkinan
12
Golongan Suksinimid
Antiepilepsi
golongan
suksinimid
yang
digunakan
di
klinik
adalah
Karbamazepin
Karbamazepin efektif terhadap bangkitan tonik-klonik. Saat ini,karbamazepin
merupakan antiepilepsi utama di Amerika Serikat.Karbamazepin memperlihatkan efek
analgesic selektif, misalnya pada tabes dorsalis danneuropati lainnya yang sukar diatasi
dengan analgesik biasa. Efek samping dari karbamazepin dalam pemberian obat jangka
lama ialah pusing,vertigo, ataksia, diplopia, dan penglihatan kabur. Frekuensi bangkitan
dapat meningkat akibat dosis berlebih. Fenobarbital dan fenitoin dapat meningkatkan
kadar
karbamazepin,
eritromisin.
dan
Konversi
biotransformasikarbamazepin
primidon
menjadi
dapat
fenobarbital
dihambat
ditingkatkan
oleh
oleh
Golongan Benzodiazepin
DIAZEPAM
Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on. Secara umum , senyawa aktif
13
15
Pada dewasa penghentian OAE secara bertahap dapat dipertimbangkan setelah 3-5
tahun bebas bangkitan. OAE dapat dihentikan tanpa kekambuhan pada 60% pasien. Dalam
hal penghentian OAE, maka ada hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu syarat umum
untuk menghentikan OAE dan kemungkinan kambuhan bangkitan setelah OAE dihentikan.
Syarat umum untuk menghentikan pemberian OAE adalah sebagai berikut:
o Setelah minimal 3 tahun bebas bangkitan dan gambaran EEG normal
o Penghentian OAE disetujui oleh penyandang atau keluarganya.
o Harus dilakukan secara bertahap, 25% dari dosis semula setiap bulan dalam jangkat
waktu 3-6 bulan
o Bila dilakukan lebih dari 1 OAE, maka penghentian dimulai dari 1 OAE yang bukan
utama.
Kekambuhan setelah penghentian OAE akan lebih besar kemungkinannya pada keadaan
sebagai berikut :
o Semakin tua usia kemungkinan timbul kekambuhan semakin tinggi
o Epilepsi simtomatis
o Gambaran EEG yang abnormal
o Bangkitan yang sulit terkontrol dengan OAE
o Tergantung bentuk sindrom epilepsi yang diderita, sangat jarang pada sindrom
epilepsi benigna dengan gelombang tajam pada daerah sentrotemporal, 5-25% pada
epilepsi lena masa anak kecil,25-75%, epilepsi parsial kriptogenik/simtomatis, 8595% pada epilepsi mioklonik pada anak, dan JME.
o Penggunaan lebih dari satu OAE.
o Telah mendapat terapi 10 tahun atau lebih (kemungkinan kekambuhan lebih kecil
pada penyandang yang telah bebas bangkitan selama 3-5 tahun, atau lebih dari lima
tahun).
Bila bangkitan timbul kembali maka gunakan dosis efektif terakhir (sebelum pengurangan
dosis OAE), kemudian dievaluassi kembali. Rujukan ke spesialis epilepsi perlu ditimbangkan
bila:
o Tidak responsive terhadap 2 OAE pertama
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19