Anda di halaman 1dari 11

JURNAL BERAJA NITI

ISSN : 2337-4608
Volume 2 Nomor 9 (2013)
http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja
Copyright 2013

UPAYA PELESTARIAN RUSA SAMBAR DI PUSAT PENANGKARAN RUSA DI DESA API-API


KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA
(DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG
PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA)
Efandi Nurrahmandani
Abstrak
Efandi Nurrahmandani, NIM ;06.58594.00986.11. Upaya pelestarian Rusa Sambar Di Pusat
Penangkaran Rusa Di Desa Api-Api Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara ( Ditinjau Dari
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa ),
dibawah bimbingan Bapak La Sina, S.H., M.Hum selaku pembimbing utama dan Ibu Rika Erawaty, S.H.,
M.H selaku pembimbing pendamping.

Satwa liar merupakan bagian sumber daya alam yang tidak ternilai harganya, sehingga
kelestariannya perlu dijaga agar tidak punah karena kegiatan perburuan dan eksploitasi hutan
yang berlebihan, terutama memperniagakan terhadap satwa liar yang jumlah populasinya
dalam tingkat kelangkaan. Pengelolaan secara baik dalam arti dibudidayakan sudah saatnya
dilakukan, hal ini dimaksudkan untuk melestarikan populasi satwa yang ada dan sekaligus
untuk menjaga keseimbangan ekologinya. Salah satu alternatif terbaik yang perlu
dikembangkan untuk menjaga kelestariannya adalah melalui kegiatan penangkaran.
Jenis penelitian yang digunakan adalah empiris dengan menggunakan pendekatan
peraturan perundang-undangan dan regulasi yang terkait. Yang lokasi penelitiannya dilakukan
di Pusat Penangkaran Rusa Di Desa Api-Api dan Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur.
Upaya pelestarian Di Pusat Penangkaran Rusa Di Desa Api-Api telah sesuai dengan
Peraturan Perundangan yang telah berlaku. Penangkaran Rusa Sambar ini mempunyai tujuan
agar kegiatan ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam perlindungan dan pelestarian
alam. Melalui penangkaran, rusa dapat dilestarikan dan diselamatkan dari kepunahan,
diperlukan suatu upaya pelestarian di luar habitat alami (ex-situ) yakni dengan cara
penangkaran. Penangkaran merupakan suatu teknik budidaya satwa yang dilakukan guna
memperbanyak populasi, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kata Kunci : Pelestarian, Satwa Liar, Konservasi

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9

PRESERVATION SAMBAR DEER BREEDING CENTRE - FIRE IN RURAL FIRE DISTRICT NORTH
PASER PENAJAM WARU DISTRICT
(SEEN FROM GOVERNMENT REGULATION NO. 7 OF 1999 CONSERVATION OF PLANTS AND
ANIMALS)
Efandi Nurrahmandani

Abstract
Efandi Nurrahmandani , NIM ; 06.58594.00986.11 . In the effort to preserve Sambar Deer
Breeding Centre - Fire In Rural Fire District North Paser Penajam Waru District ( Seen From Government
Regulation No. 7 of 1999 Conservation of Plants And Animals ) , under the guidance of Mr. La Sina , SH
, M. Hum as the main supervisor and Ms. Rika Erawaty , SH , MH as mentors companion .
Wildlife is part of natural resources is priceless , so that sustainability needs to be maintained so
as not to become extinct due to hunting and excessive forest exploitation , especially memperniagakan
the wildlife population is in the level of scarcity . This of course is a very serious threat of extinction of
the endangered species in Indonesia. If hunting is done continuously without any effort to maintain its
sustainability , it will eventually lead to extinction. Management is good in the sense that it was time to
be cultivated , it is intended to preserve existing wildlife populations as well as to maintain ecological
balance. One of the best alternatives that need to be developed to maintain its sustainability is through
breeding .
This type of research is to use an empirical approach to legislation and related regulations . The
location of the research conducted at the Center for Captive Deer In Api - Api Village and East
Kalimantan Provincial Livestock Office.
In the preservation of deer breeding center in the village of Api-Api in accordance with the Laws have
been enacted . Captive Sambar has a purpose for these activities to be utilized as a tool in the
protection and conservation of nature. Through breeding , deer can be preserved and saved from
extinction, conservation efforts needed an outside natural habitats ( ex - situ ), namely by way of
captivity . Captive animal farming is a technique that is done to increase the population , so as to
improve the welfare of the community .

Keywords : Conservation , Wildlife, Conservation

Upaya Pelestarian Rusa Sambar (Efandi Nurahmadani)

Pendahuluan
Saat ini jumlah jenis satwa liar Indonesia yang terancam punah menurut IUCN (International

Union for Conservation of Nature and Natural Resources), yaitu daftar dunia tentang satwa atau
tumbuhan terancam punah, tahun 2011 adalah 184 jenis mamalia, 119 jenis burung, 32 jenis reptil, 32
jenis ampibi, dan 140 jenis. Jumlah total spesies Indonesia yang terancam punah dengan kategori kritis
(critically endangered) ada 68 spesies, kategori endangered 69 spesies dan kategori rentan (vulnerable)
ada 517 jenis. Satwa-satwa tersebut benar-benar akan punah dari alam jika tidak ada tindakan untuk
menyelamatkanya.
Propinsi Kalimantan Timur sebagian besar merupakan kawasan hutan yang sangat luas dengan
berbagai macam spesies yang terdapat di dalamnya baik flora maupun faunanya. Kerusakan habitat itu,
telah menimbulkan dampak luar biasa bagi lingkungan terbukti adanya dugaan menurun drastisnya
populasi satwa langka.

Kondisi alam yang demikian sangat berpengaruh terhadap tersedianya makanan sebagai
kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup satwa. Menurut laporan Gubernur Propinsi Kalimantan
Timur pada tahun 1989 Muhammad Ardans pada saat itu, menyatakan bahwa tidak kurang dari 5000
ekor rusa sambar liar di Wilayah Kalimantan Timur diburu setiap tahun untuk dimanfaatkan dagingnya.

Kalimantan Timur memiliki Pusat Penangkaran Rusa Sambar yang terletak di Desa Api-Api
Kabupaten Penajam Paser Utara. Penajam Paser Utara merupakan kabupaten yang telah ditunjuk oleh
kepala daerah Muhammad Ardans saat itu, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Provinsi
Kalimantan Timur Nomor 14/BPN-16/UM-05/III-1990 Dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI
Nomor 104/Kpts-IV/1991. Penangkaran rusa ini merupakan suatu terobosan yang bersifat melestarikan
jenis rusa endemik dari kepunahan sekaligus sebagai awal domestikasi untuk dapat dibudidayakan dan
dimanfaatkan sebagai hewan ternak. Selain itu, penangkaran ini dapat di jadikan sebagai laboratorium
alam bagi kegiatan penelitian dalam rangka pemahaman keadaan biologi rusa tropis dengan segala
aspeknya. Tahapan menuju pelestarian rusa melalui penangkaran di Desa Api-Api difokuskan terhadap
rusa sambar ( Cervus Unicolor ).
Ancaman utama terhadap satwa rusa sambar ini adalah perburuan yang dilakukan manusia
serta berkurangnya lahan dan padang penggembalaan yang menjadi kebutuhan rusa sambar dalam

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9

mendapatkan sumber pangannya. Hal-hal ini dapat mengakibatkan kemampuan rusa sambar untuk
bertahan hidup di alam liar semakin berkurang dan mengakibatkan terjadinya kepunahan. Oleh karena
itu perlu dilakukan upaya pelestarian atas satwa rusa tersebut. Salah satu bentuk pelestariannya adalah
melalui pelestarian habitat yang menjadi sumber pangannya. Ketersediaan sumber pangan yang
berlimpah akan menyebabkan pertumbuhan populasi rusa sambar tetap lestari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis
Daerah Balai Pembibitan Dan Inseminasi Buatan di Pusat Penangkaran Rusa Di Desa Api-Api Kabupaten
Penajam Paser Utara serta untuk mengetahui kendala yang dalam pelaksanaan pelestarian di Pusat
Penangkaran Rusa Desa Api-Api Kabupaten Penajam Paser Utara.

Pembahasan
1. Peran Unit Pelaksana Teknis Daerah. Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan Api Api
terhadap pelestarian satwa di pusat penangkaran rusa di Desa Api Api Kabupaten
Penajam Paser Utara.
Dari hasil penelitian penulis lakukan di pusat penangkaran rusa sambar desa api api
kabupaten penajam paser utara, UPTD. Balai Pembibitan Dan Inseminasi Buatan api api melakukan
kegiatan pelestarian satwa dengan menggunakan 2 bentuk, yaitu ;

1. Dengan proses Penangkaran Alami.

Dalam proses penangkaran ini, dilakukan dalam beberapa sistem pemeliharaan. Diantaranya,
ialah ;

a. Cara diikat

Pemeliharaan dengan cara ini cenderung tidak terlalu umum dan lebih banyak dilakukan
terhadap satwa atau terhadap hewan ternak pada umumnya. Di pagi hari rusa dikeluarkan
dari kandang bermalam atau tempat berteduh dan dibawa ke padang penggembalaan untuk
kemudian diikat dan ditinggalkan sepanjang hari. Pada sore hari rusa dibawa kembali ke
tempat berlindung atau kandang bermalam.

Upaya Pelestarian Rusa Sambar (Efandi Nurahmadani)

b. Cara dikandangkan

Pengertian kandang disini dapat berupa sebuah bangunan yang dibatasi dinding rapat,
tetapi juga dapat sebuah area terbuka yang tidak terlalu luas, dibatasi oleh pagar. Karena
kecilnya luasan wilayah dalam batas yang berpagar tidak memungkinkan rusa untuk dapat
merumput, sehingga perlu diberi pakan setiap harinya. Pembuatan kandang panggung
sangat tidak disarankan mengingat sifat rusa yang sangat waspada, sehingga adanya
pergerakan dibawah lantai seringkali justru membuat rusa stress.

c.

Cara pedok ( Paddock )

Pemeliharaan dalam bentuk ini ialah, rusa dilepas di suatu padang pengembalaan
dengan ketersediaan rumput yang cukup sehingga rusa rusa ini dapat leluasa merumput.
Beberapa padang pengembalaan yang cukup luas ini disebut pedok ( Paddock ), pedok
berfungsi sebagai tempat tinggal mereka yang terbatasi oleh pagar, maka dalam pedok
harus pula tersedia sumber air minum, pakan, dan naungan yang cukup.

Pada tahap perkembangbiakan untuk mengetahui rusa siap kawin dapat dilihat dari ciri-ciri
fisiologinya. Rusa jantan dapat diperlihatkan pada saat ranggah (tanduk) mulai tumbuh dimana
kualitas dan kuantitas sperma yang paling baik yaitu saat ranggah keras, selain itu adalah
kebiasaan rusa berkubang, meraung-raung, dan suka menanduk. sedangkan rusa betina dilihat
dari nafsu makan yang berkurang, tidak tenang, sering kencing, vulva terlihat bengkak berwarna
merah dan hangat bila dipegang serta berdiri tenang apabila dinaiki pejantan. Ketika melihat ciriciri tersebut

sebaiknya rusa dipisah dan dikelompokkan ditempat tersendiri. Permulaan

pembuahan pada rusa sulit diketahui, sehingga yang dijadikan tolok ukur dalam menentukan
kebuntingan adalah perilaku setelah terjadi perkawinan dimana terlihat rusa betina lebih tenang,
perut sebelah kanan membesar, susu (ambing) menurun, dan selalu menolak atau menghindar
apabila didekati pejantan. Rata-rata lama bunting pada rusa timor 8,38 bulan dan umur
kebuntingan pertama 17,00 bulan.

Aktivitas kelahiran (partus) pada rusa sama seperti halnya mamalia lainnya, terdiri dari tiga
tahap yakni kontraksi uterus, pengeluaran anak (foetus), dan pengeluaran placenta. Rusa
5

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9

sambar termasuk golongan beranak tunggal dan rata-rata umur beranak pertama 25,50 bulan
dengan interval kelahiran pertama dan kedua 13,25 bulan.

2. Kendala dalam pelaksanaan Pelestarian satwa Rusa Sambar di Pusat Penangkaran Rusa
Desa Api-Api Kabupaten Penajam Paser Utara.

a. Faktor pengadaan bibit/induk.

Menurut Bachdar Johan. Hal ini disebabkan masih maraknya aktifitas perburuan liar dari
alam, dikarenakan untuk mendapatkannya dilakukan dengan cara diburu dari alam sehingga
tidak diperlukan biaya untuk pengadaan, perawatan dan pemeliharaan seperti halnya di lokasi
penangkaran1.

Sedangkan pada dasarnya mengembangbiakkan rusa tidaklah sulit, karena perlakuannya


hampir sama dengan memelihara hewan ternak lainnya. Dalam melakukan penangkaran satwa
liar yang dilindungi harus tetap menjaga kemurnian jenisnya, namun upaya persilangan antar
jenis tetap dimungkinkan, yaitu dapat dilakukan pada generasi kedua (F2). Demikian juga untuk
satwa hasil penangkaran, satwa yang dapat diperdagangkan adalah mulai F2 dan berikutnya. Hal
itu dikarenakan satwaliar dilindungi yang diperoleh dari habitat alam untuk keperluan
penangkaran dinyatakan sebagai satwa titipan negara sedangkan satwa generasi kedua dan
berikutnya dinyatakan sebagai satwaliar yang tidak dilindungi.

b. Teknik Pemeliharaan
Menurut I. G. Made Jaya Adhi. Masih minimnya pengetahuan tentang rusa sambar karena
satwa ini mudah mengalami stress dan shock, kedua hal ini sangat berpengaruh terhadap
fisiologi satwa karena dapat berdampak terhadap perkembangbiakan satwa yang dapat berujung
pada kematian satwa2. Akan tetapi dalam pelaksanaanya Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan
Timur melalui Unit pelaksana Teknis Daerah. Balai Pembibitan Dan Inseminasi Buatan desa api
api mengambil langkah penanganan dengan menggunakan teknik pemeliharaan sebagai berikut ;

1
Sumber Data dari Bachdar Johan selaku Kepala Bidang Pasca Panen Dan Kesmavet Dinas Peternakan Propinsi
Kalimantan Timur.
2
Sumber Data Dari I. G. Made Jaya Adhi selaku Kepala Bidang Pembudidayaan Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan
Timur.

Upaya Pelestarian Rusa Sambar (Efandi Nurahmadani)

1. Pengelompokkan rusa
2. Penyapihan Rusa
3. Kesehatan
4. Penandaan (Tagging)

c.

Masalah Perijinan Penangkaran.

Menurut IPG Ngurah Suryawan. Sebelumnya, paradigma yang dipakai adalah konservasi
tanpa mengindahkan pelibatan masyarakat. Anggapan selama ini, masyarakat harus dijauhkan
dari area konservasi karena keberadaannya dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.
Produk perundangan yang dijadikan landasan dalam pelaksanaan kebijakan penangkaran rusa
adalah Undang Undang Nomor. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati.
Peraturan pelaksana yang diterbitkan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa ( Lembaran Negara Nomor 14 Tahun 1999 ).
Pemanfaatan satwa liar pengaturannya didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar ( Lembaran Negara Nomor 15 Tahun
1999 ), Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 19 Tahun 2005 tentang Penangkaran Tumbuhan
dan Satwa Liar, dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447 Tahun 2003 tentang Tata Usaha
atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar3.

Pada level daerah produk hukum yang mengatur panangkaran rusa tidak ada. Hal ini cukup
bisa dipahami karena kebijakan penangkaran rusa sebagai satwa yang dilindungi berada pada
tingkat pusat. Kewenangan pemerintah daerah, dalam hal ini pemerintah provinsi hanyalah
terkait ijin penangkaran bagi satwa yang tidak dilindungi. Berdasarkan wawancara penulis
terhadap beberapa pejabat di lingkungan Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur, mereka
juga menyatakan bahwa mereka tidak memiliki wewenang untuk mengurus perijinan
penangkaran rusa.

Sumber Data Dari IPG Ngurah Suryawan selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah. Balai Pembibitan Dan Inseminasi
Buatan desa Api Api.

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9

Pada level daerah, institusi yang berwenang memberikan ijin penangkaran adalah Balai
Konservasi Sumber Daya Alam yang nota bene adalah institusi pusat yang berada di daerah
untuk menangani urusan pemerintah pusat yang ada di daerah Balai Konservasi Sumber Daya
Alam sendiri dalam melaksanakan pengurusan penangkaran berlandaskan pada produk
perundangan yang berasal dari pusat. Balai Konservasi Sumber Daya Alam kemudian hanya
menerbitkan petunjuk teknis sebagai operasionalisasi produk perundangan yang sudah ada.

Prosedur penangkaran rusa tercantum dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 19 Tahun
2005. Peraturan Menteri tersebut merupakan aturan pelaksana dari Pasal 7 sampai Pasal 16
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1999 tentang Pemanfatan Jenis Tumbuhan Dan Satwa (
Lembaran Negara Nomor 15 tahun 1999 ). Merujuk Peraturan menteri kehutanan Nomor 19
tahun 2005 tentang Penangkaran Tumbuhan Dan Satwa Liar. Izin penangkaran rusa harus
melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Izin penangkaran rusa
telah dilimpahkan kepada Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Pelimpahan ini dengan
maksud agar masyarakat semakin berminat dalam menangkarkan rusa dengan harapan populasi
rusa meningkat sehingga kedepannya rusa bisa menjadi ternak harapan.

Pendelegasian

wewenang

pengeluaran

izin

penangkaran

dari

Direktorat

Jenderal

Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam kepada Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam
pada akhirnya merubah alur perijinan penangkaran tersebut. Peralihan wewenang pemberian izin
dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ke Balai Konservasi Sumber
Daya Alam membuat proses perijinan lebih mudah dan lebih cepat sehingga masyarakat semakin
terlayani. Peralihan tersebut juga menunjukkan telah terjadinya perubahan paradigma pada
Kementerian Kehutanan, khususnya Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konsevasi
Alam.

Sekarang ini, paradigma konservasi yang berjalan lebih bersahabat kepada masyarakat.
Paradigma konservasi saat ini lebih memandang pelibatan masyarakat sebagai kunci sukses
konservasi sumber daya alam. Masyarakat (lokal) dianggap sebagai bagian dari mata rantai
konservasi alam.

Upaya Pelestarian Rusa Sambar (Efandi Nurahmadani)

Penutup

1. Peran Unit Pelaksana Teknis Daerah. Balai Pembibitan Dan Inseminasi Buatan Desa Api-Api.
Unit Pelaksana Teknis Daerah mempunyai kedudukan struktural dan fungsional yang sama di
dinas pemerintahan propinsi. Unit Pelaksana Teknis Daerah ini berada di bawah pengawasan dan
bertanggung jawab kepada Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur, sebagai perpanjangan
tangan dari Direktur Jenderal Peternakan Republik Indonesia dan Direktur Jenderal Perlindungan
Hutan Dan Konservasi Alam.

Unit Pelaksana Teknis Daerah ini bergerak dalam kegiatan pengembangbiakan, pelestarian,
serta pemanfaatan satwa. Direktur Jendral Peternakan memasukkan rusa sebagai salah satu
kelompok

aneka

ternak

sesuai

dengan

Surat

Keputusan

Menteri

Pertanian

Nomor

362/KPTS/TN12/5/1990 Tentang Ketentuan dan Tatacara Pelaksanaan Pemberian Izin dan


Pendaftaran Usaha Penangkaran. Peran Unit Pelaksana Teknis Daerah. Balai Pembibitan dan
Inseminasi Buatan telah sesuai dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya, Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Pengelolaan Dan Perlindungan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999
Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa Liar, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Dan Satwa. Dengan dikeluarkannya peraturan perundangan
diatas tidak menutup kemungkinan untuk dapat melestarikan dan memanfatkan keanekaragaman
hayati sebagai wujud konservasi sumber daya alam.

2. Kendala dalam pelaksanaan Pelestarian satwa Rusa Sambar di Pusat Penangkaran Rusa Desa A.piApi Kabupaten Penajam Paser Utara. Dalam pelestarian rusa sambar di pusat penangkaran desa api
api tentunya memiliki kendala, namun dalam pelaksanaannya tetap dimaksimalkan. Kendala
kendala itu antara lain ;
a. Faktor pengadaan bibit/induk, dikarenakan masih maraknya aktifitas perburuan liar dari alam.
Hal ini disebabkan mendapatkannya dilakukan dengan cara diburu dari alam sehingga tidak
diperlukan biaya untuk pengadaan, perawatan dan pemeliharaan seperti halnya di lokasi
penangkaran.

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9

b. Teknik Pemeliharaan, masih minimnya pengetahuan tentang rusa sambar. Karena satwa ini
mudah

mengalami

stress

dan

shock,

kedua

hal

ini

sangat

berpengaruh

terhadap

perkembangbiakan satwa yang berujung pada kematian. Dalam hal ini Dinas Peternakan
Propinsi Kalimanatan Timur melalui Unit Pelaksana Teknis Dearah. Balai Pembibitan Dan
Inseminasi Buatan Desa Api-Api mengambil tindakan penanganan melalui beberapa teknik
pemeliharan.
c.

Perijinan Penangkaran. Sebelumnya, paradigma yang dipakai adalah konservasi tanpa


mengindahkan pelibatan masyarakat. Namun dengan adanya Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Penangkaran Tumbuhan Dan Satwa Liar telah mengubah
anggapan bahwa konservasi saat ini lebih memandang pelibatan masyarakat sebagai kunci
sukses konservasi sumber daya alam. Masyarakat dianggap sebagai bagian dari mata rantai
konservasi alam.

10

Upaya Pelestarian Rusa Sambar (Efandi Nurahmadani)

Daftar Pustaka

11

Anda mungkin juga menyukai