Kumendong
BAB
II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Denisi
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis.
Apendisitis inltrate adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat
dibatasi oleh omentum dan usus-usus dan peritoneum disekitarnya sehingga
membentuk massa (appendiceal mass). Umumnya massa apendiks terbentuk pada
hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum. Massa
apendiks lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih karena
daya tahan tubuh telah berkembang dengan baik dan omentum telah cukup panjang
dan tebal untuk membungkus proses radang
Fungsi apendiks dalam tubuh manusia sampai saat ini masih belum
sepenuhnya dipahami. Salah satu yang dikatakn pentik adalah terjadi produksi
imunglobulin oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang menghasilkan
IgA. GALT ini sama dengan lapisan pada sepanjang saluran cerna lainnya. Karena
jumlahnya yang sedikit dan minimal,pengangkatan apendiks dikatakan tidak
mempengaruhi sistem pertahanan mukosa saluran cerna. Apendiks
juga
menghasilkan lendir sebanyak 1-2 mL setiap harinya. Aliran ini akan dialirkan ke
sekum
dan berperan untuk menjaga kestabilan mukosa apendiks. Apendisitis
seringkali terjadi karena gangguan aliran cairan apendiks ini.
Gambar 1. Anatomi apendik
Gambar 2. Macam-macam letak apendik
2.3. Etiologi
Obstruksi lumen merupakan penyebab utama apendisitis. Fekalit
merupakan penyebab tersering dari obstruksi apendiks. Penyebab lainnya adalah
hipertro jaringan limfoid, sisa barium dari pemeriksaan roentgen, diet rendah
serat, dan cacing usus termasuk ascaris. Trauma tumpul atau trauma karena
colonoscopy dapat mencetuskan inamasi pada apendiks. Post operasi apendisitis
juga dapat
2,8 menjadi penyebab akibat adanya trauma atau stasis
fekal.
Frekuensi obstruksi meningkat dengan memberatnya proses inamasi.
Fekalit
ditemukan pada 40% dari kasus apendisitis akut, sekitar 65% merupakan apendisitis
gangrenous tanpa rupture dan sekitar 90% kasus apendisitis gangrenous dengan
rupture.
Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis adalah erosi mukosa
apendiks
karena parasit seperti E. Histolytica. Penelitian epidemiologi menunjukkan
peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
timbulnya apendisitis. Konstipasi akan meningkatkan tekanan intrasekal, yang
berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan
kuman ora kolon biasa. Semuanya akan mempermudah terjadinya apendisits akut.
2.4. Manifestasi Klinis-Appendisitis inltrat didahului oleh
keluhan appendisitis akut yang kemudian disertai adanya
massa periapendikular.
PERIAPENDIKULER INFILTRAT dr. Flower C.F. Kumendong
-Gejala klasik apendisitis akut : nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang
berhubungan
-Dalam 2-12 jam nyeri beralihdengan mual muntah kekuadran kanan, yang akan
menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk.
-Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu
tinggi.
2.5. Patosiologi
Obstruksi lumen apendik yang tertutup disebabkan oleh hambatan pada bagian
proksimalnya dan berlanjut pada peningkatan sekresi normal dari mukosa apendik.
Obstruksi tersebut mneyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan
intralumen.
Tekanan tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia, menghambat
aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Infeksi menyebabkan edema
pada apendik dan iskemik. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus
meningkat sehingga menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding.
Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut.
Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding
yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut inltrate
apendikularis.
Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Pemeriksaan Radiologi
foto polos abdomen dikerjakan apabila hasil anamnesa atau pemeriksaan sik
meragukan. Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran
perselubungan mungkin terlihat ileal atau caecal ileus (gambaran garis
permukaan air-udara disekum atau ileum).
Patognomonik bila terlihat gambar fekalit.
PERIAPENDIKULER INFILTRAT dr. Flower C.F. Kumendong
USG atau CT Scan. USG dilakukan khususnya untuk melihat keadaan kuadran
kanan bawah atau nyeri pada pelvis pada pasien anak atau wanita. Adanya
peradangan pada apendiks menyebabkan ukuran apendiks lebih dari normalnya
(diameter 6mm). Kondisi penyakit lain pada kuadran kanan bawah seperti
inammatory bowel desease, diverticulitis cecal, divertikulum meckels,
endometriosis dan pelvic Inammatory Disease (PID) dapat menyebabkan positif
palsu pada hasil USG.
Pada CT Scan khususnya apendiceal CT, lebih akurat dibanding USG. Selain dapat
mengidentikasi apendiks yang mengalami inamasi (diameter lebih dari 6 mm)
juga dapat melihat adanya perubahan akibat inamasi pada periapendik.
Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan
5 pemeriksaan awal untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma colon. Tetapi untuk apendisitis
akut
pemeriksaan barium enema merupakan kontraindikasi karena dapat menyebabkan
rupture apendiks.
kanan pemeriksaan. Jika apendiks terletak di dekat otot obturator internus, rotasi
dari pinggang meningkatkan nyeri pada pasien (tanda obturator).Hiperestesia
kutaneus pada daerah yang dipersara oleh saraf spinal kanan T10,T11 dan T12
biasanya juga mengikuti kejadian appendisitis akut. Jika apendiks terletak di depan
ileum terminal dekat dengan dinding abdominal, maka nyeri sangat jelas. Jika
apendiks terletak
di belakang ileum terminal maka diagnosa sangat sulit,
tanda-tanda yang ada samar dan nyeri terletak tinggi di abdomen.
Rovsings sign
Psoas
sign
atau
Obraztsovas sign
Obturator sign
Dunphys sign
Sitkovskiy
(Rosenstein)s sign
Bartomier- Michelsons
sign
Blumberg sign
Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kanan bawah kemudian dilepas
Skor
Gejala
Mual-Muntah
Anoreksia
Tanda
Nyeri lepas
Pemeriksaan Lab
Leukositosis
Total
10
5-7
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut
lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan
leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut.
Demam Dengue
Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil tes
positif untuk Rumpel Leede, trombositopenia, dan hematokrit meningkat.
Kelainan ovulasi
Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut kanan
bawah pada pertengahan siklus menstruasi.
Infeksi panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya
lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah perut lebih difus.
Kehamilan di luar kandungan
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu.
Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan pendarahan,
akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi
syok hipovolemik.
Kista ovarium terpuntir
Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam
rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok rektal.
Endometriosis ovarium eksterna
Endometrium di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di tempat endometriosis
berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak ada jalan keluar.
Urolitiasis pielum/ ureter kanan
PERIAPENDIKULER INFILTRAT dr. Flower C.F. Kumendong
Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan
gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan.
Penyakit saluran cerna lainnya
Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di perut, seperti
divertikulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut,
pankreatitis, divertikulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam tifoid
abdominalis, karsinoid, dan mukokel apendiks.
2.8. Penatalaksanaan
Setelah penegakan diagnosis apendisitis dilakukan, tata laksana utama pada
apendisitis adalah Apendektomi. Tata laksana mulai diarahkan untuk persiapan
operasi untuk mengurangi komplikasi pasca-operasi dan meningkatkan keberhasilan
operasi.
1. Medikamentosa
Persiapan operasi dilakukan dengan pemberian medikamentosa berupa analgetik
dan antibiotik spektrum luas, dan resusitasi cairan yang adekuat. Pasien apendisitis
seringkali datang dengan kondisi yang tidak stabil karena nyeri hebat sehingga
analgetik perlu diberikan. Antibiotik diberikan untuk prolaksis, dengan cara
diberikan dosis tinggi, 1-3 kali dosis biasanya. Antibiotik yang umum diberikan
adalah cephalosporin generasi 2 / generasi 3 dan Metronidazole. Hal ini secara
ilmiah telah dibuktikan mengurangi terjadinya komplikasi post operasi seperti
infeksi luka dan pembentukan abses intraabdominal. Pilihan antibiotik lainnya
adalah ampicilin-sulbactam, ampicilin-asam klavulanat, imipenem, aminoglikosida,
dan lain sebagainya. Waktu pemberian
antibiotik juga masihditeliti. Akan tetapi beberapa protokol mengajukan apendisitis
akut diberikan dalam waktu 48 jam saja. Apendisitis dengan perforasi memerlukan
administrasi antibiotik 7-10 hari.
2. Apendektomi
PERIAPENDIKULER INFILTRAT dr. Flower C.F. Kumendong
dengan
2.9. Komplikasi
Komplikasi yang paling berbahaya dari apendisitis apabila tidak dilakuka
penanganan segera adalah perforasi. Sebelum terjadinya perforasi, biasanya diawali
dengan adanya masa periapendikuler terlebih dahulu. Masa periapendikuler terjadi
apabila gangren apendiks masih berupa penutupan lekuk
PERIAPENDIKULER INFILTRAT dr. Flower C.F. Kumendong
usus halus. Sebenarnya pada beberapa kasus masa ini dapat diremisi oleh tubuh
setelah inamasi akut sudah tidak terjadi. Akan tetapi, risiko terjadinya abses dan
penyebaran pus dalam inlitrat dapat terjadei sewaktu-waktu sehingga massa
periapendikuler ini adalah target dari operasi apendektomi.
Perforasi merupakan komplikasi yang paling ditakutkan pada apendisitis karena
selain angka morbiditas yang tinggi, penanganan akan menjadi semakin kompleks.
Perforasi dapat menyebabkan peritonitis purulenta yang ditandai nyeri hebat seluruh
peruhk, demam tinggi, dan gejala kembung pada perut. Bisis usus dapat menurun
atau bahkan menghilang karena ileus paralitik yang terjadi. Pus yang menyebar
dapat menjadi abses in raabdomen yang paling umum dijumpai pada rongga pelvis
dan subdiafragma. Tata laksana yang dilakukan pada kondisi berat
ini adalah
laparotomi eksploratif untuk membersihkan pus-pus yang ada.
Sekarang ini sudah dikembangkan teknologi drainase pus dengan laparoskopi
sehingga pembilasan dilakukan lebih mudah.
2.10.
Prognosis
Mortalitas adalah 0.1% jika appendicitis akut tidak pecah dan 15% jika pecah pada
orangtua. Kematian boasanya berasal dari sepsis, emboli paru, atau aspirasi.
Prognosis membaik dengan diagnosis dini sebelum rupture dan antibiotic yang lebih
baik.
Morbiditas meningkat dengan rupture dan usia tua. Komplikasi dini adalah sepsis.
Infeksi luka membutuhkan pembukaan kembali insisi kulit yang merupakan
predisposisi terjadinya robekan. Abses intraabdomen dapat terjadi dari kontaminasi
peritonealis setelah gangren dan perforasi.
Fistula fekalis timbul dari nekrosis suatu bagian dari seccum oleh abses atau
kontriksi dari jahitan kantong. Obstruksi usus dapat terjadi dengan abses lokulasi
dan pembentukan adhesi.
Komplikasi lanjut meliputi pembentukan adhesi dengan obstruksi mekanis dan
hernia.
Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas
penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan
PERIAPENDIKULER INFILTRAT dr. Flower C.F. Kumendong
mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi bila apendiks tidak
diangkat. Terminologi apendisitis kronis sebenarnya tidak ada.
B
AB III
LAPO
RAN
KASU
S
3.1
Identitas pasien
Nama
: Nn. R
Usia
: 17 tahun
Jenis Kelamin
Alamat
: Perempuan
: Blitar
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
PERIAPENDIKULER INFILTRAT dr. Flower C.F. Kumendong
Tanggal Periksa
: 07juni 2014
3.2 Ana
m
ne
sis
Ke
lu
ha
n
Ut
am
a
Pasien mengeluh nyeri perut kanan
bawah Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari puskesmas datang ke igd RSD Mardi Waluyo pukul 12:30
dengan nyeri perut kanan bawah menjalar ke pinggang, pusing, mual-mual dan susah
BAB 3 hari ini. Keluhan nyeri perut dirasakan hilang timbul dan bertambah nyeri saat
digunakan berjalan atau menggerakkan ektremitas bawah terutama dibagian kanan.
Keluhan pusing dirasakan seperti ditekan benda tumpul dibagian kepala depan.
Muntah (-), demam (-), nafsu makan menurun dan buang angin (+).
Riwayat Pengobatan
Pasien dibawa ke Puskesmas 2,5 jam yang lalu, kemudian diberikan ketorolac
1 amp, ranitidin 3gr, ceftriakson 5 gr.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah mengeluh nyeri perut kanan beberapa bulan yang
lalu (pasien lupa waktu dan harinya) tetapi nyeri tidak sehebat sekarang dan pasien
tidak memberi tahukan orang tuanya. Riwayat MRS (-).
Riwayat
Penyakit
3.3
obat-obatan.
Pemeriksaan Fisik
Tampak
Kesakitan Kesadaran :
Composmentis (GCS 456)
Tanda vital
RR 20x/m, 36C
PERIAPENDIKULER INFILTRAT dr. Flower C.F. Kumendong
Status antropometri :
BB = 50 kg Status
gizi
Kesan cukup
6. Telinga
Otorrhea (-), pendengaran berkurang (-), nyeri tekan mastoid (-), cuping teling dbn,
serumen (-), Ba le sign (-)
7. Tenggorokan
Pembesaran tonsil (-), pharing hiperemis (-), edema laring (-)
8. Leher
Lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi
trakea (-), tortikolis (-)
9. Thorax : normochest, simetris, pernafasan
intercostae (-), massa (-), krepitasi (-).
thoracoabdominal,
retraksi
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
ICS
clavicula line sinistra Batas kanan bawah : ICS IV para sternalis dekstra
Auskultasi
: Bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,
jantung tambahan (-), HR: 80x/menit
bunyi
Pulmo
mid
Inspeksi : bentuk normal, pengembangan dada simetris, massa (-), tumor (-), scar
(-), eritema (-) Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
1. Abdomen
Inspeksi
Datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-), bekas
jahitan
(-),
meteorismus (-)
Palpasi
+
Defans muscular local (+), epigastrium (-), hepar dan lien teraba (-) , turgor baik,
massa (-), ascites(-), nyeri ketok ginjal (-/-), nyeri tekan (+)
Perkusi
Timpani seluruh lapangan perut
PERIAPENDIKULER INFILTRAT dr. Flower C.F. Kumendong
Auskultasi
Bising usus (+) menurun.
1. Sistem Collumna Vertebralis :
Inspeksi: deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-),
lordosis (-) Palpasi : nyeri tekan (-)
2. Ekstremitas
Akral dingin
Oedem
5. Status Lokalis:
R/ right hipocondria region, right lumbal region, right iliac region dan hipogastric
region : teraba hangat, defans muscular local, scar (-), dan nyeri tekan (+)
3.4 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Hasil Tes
Hemoglobin
13,9
13-17
Leukosit
9.830
4.000-11.000
LED
25-51
0-15
Di Count
1/1/1/68/20/9
1-2/0-1/3-5/54-62/2533/3-7
Eritosit
4.550.000
Trombosit
218.000
Hematokrit
4,2
MCV
92,4
MCH
30,6
Jenis Tes
Darah Lengkap
MCHC
33,2
2. USG
Hasil : Saat ini tidak tampak apensitis acute, tidak menyingkirkan kemungkinan
appendisitis retrocaecal. Dd apendisitis kronis, hepar/lien/pancreas/ginjal kanan
kiri/buli-buli/uterus/adnexa kanan kiri tidak tampak kelainan.
3.5 Diagnosis Kerja: Susp Periapendikular Inltrat
3.6 Diagnosis Banding
Apendisitis akut
Apendisitis kronis
Adenitis mesentrium
Tifoid Abdominalis
Peritonitis
KET
3.7 Penatalaksanaan
1. IGD
-Inj Ketorolac ( analgetik )
-Inj Ranitidin ( H2 blocker )
-Inj Ceftriakson ( antibiotik )
-Pro USG
PERIAPENDIKULER INFILTRAT dr. Flower C.F. Kumendong
2. Ruang Inap
-IVFD 1500 cc/24 jam
-Inj. Cefopsan 21
-Inj. Metonidasol 21 amp ( antibiotik )
-Inj. Ranitidin 21 amp (H2 blocker )
-Inj. Novaldo 31 amp (antipiretik, analgetik)
Diet makanan lunak
3.8 Resume
Pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah menjalar ke pinggang belakang,
pusing, mual- mual dan diare dengan konsistensi cair 2-3x sehari 3 hari ini. Keluhan
nyeri perut dirasakan
hilang timbul dan bertambah nyeri saat digunakan berjalan
atau menggerakkan ektremitas bawah terutama dibagian kanan. Keluhan pusing
dirasakan seperti ditekan benda tumpul dibagian kepala depan. Muntah (-), demam
(-), dan nafsu makan menurun
Pemeriksaan sik yang dilakukan, memberikan data keadaanumum cukup, 110/80
mmHg, Nadi 80x/m reguler, isi cukup, RR 20x/m, 36C. Ditemukan pemeriksaan
pemeriksaan abdomen dengan palpasi didapatkan defans muscular pada region
abdomen kanan bawah dengan tada psoas, obturator sign dan rovsing yang
positif.Pada pemeriksaan rectal touche tidak didapatkan massa atau kelainan kecuali
nyeri tekan pada arah jam 10-11, spincter ani baik, tidak tampak jaringan parut pada
mukosa ani, tidak tampak darah, pus dan feses pada handscond.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 9.830 (normal) dan LED 25-51
(meningkat) dengan hasil laboratorium lainnya tidak ada kelainan. Hasil USG : Saat
PERIAPENDIKULER INFILTRAT dr. Flower C.F. Kumendong
Tanggal
5/6/2014
Pasien mengeluh
nyeri perut
sebelah kanan
menjalar
ke
pinggang, mual +
namun
mulai
berkurang, atus
+, sulit BAB
Ku : lemah
Apendisitis
Acute
Medikamentosa
Kesadaran : GCS
456
VS :
TD : 110/80 mmHg
-Inj. Metonidasol
amp
N : 88x/menit
RR : -x/menit
Suhu Ax : 35,8 C
Kepala: a/i/c/d :
-/-/-/Thorax: Cor dan
pulmo DBN
Abdomen : soe,
BU +, met , nyeri
tekan titik mc
21
burney +, defans
muscular local,
Ekstremitas
obturator
:
sign
Psoas sign +
Status Lokalis:
R/ RHR, RLR,RIR
Dextra
Nyeri +, hangat +
6/6/2014
Pasien mengeluh
nyeri perut
sebelah kanan
menjalar
ke
pinggang, mual +
namun
mulai
berkurang, atus
+, sulit BAB
Ku : lemah
Kesadaran : GCS
456
Apendisitis
Acute
VS :
TD : 100/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : -x/menit
Suhu Ax : 36 C
Kepala: a/i/c/d :
-/-/-/Thorax: Cor dan
pulmo DBN
Abdomen : soe,
BU menurun, met
, nyeri tekan titik
Medikamentosa
-IVFD 1500 cc/24 jam
-Inj. Cefopsan 21
-Inj. Metonidasol
amp
21
mc burney +,
defans muscular
local
Ekstremitas :
obturator sign +
Psoas sign +
Status Lokalis:
R/ RHR, RLR,RIR
Dextra
Nyeri +, hangat +
7/6/2014
Pasien mengeluh
nyeri
perut
sebelah kanan
Ku : lemah
menjalar ke
pinggang
terutama saat
digunakan
menggerakkan
ektremitas
bawah, mual +
namun mulai
berkurang, atus
+, tidak bisa BAB
Kesadaran : GCS
456
VS :
TD : 110/60 mmHg
N : 88x/menit
RR : 24x/menit
Suhu Ax : 36 C
Kepala: a/i/c/d :
-/-/-/Thorax: Cor dan
pulmo DBN
Abdomen : soe,
BU menurun, met
, nyeri tekan titik
mc burney +,
defans muscular
local
Ekstremitas :
obturator sign +
Psoas sign +
Status Lokalis:
R/ RHR, RLR,RIR
Dextra
Nyeri +, hangat +