Bab1 Pengaruh Transformasi Arsitektur Tradisional Terhadap Kondisi Termal

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI TERMAL

PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan karya arsitektur di Indonesia cukup beragam dan telah menghasilkan
banyak karya yang cukup representatif, salah satunya adalah memasukkan unsur
desain arsitektur tradisional pada bangunan modern. Kecenderungan memakai
kembali keunggulan strategi desain arsitektur tradisional yang kemudian menjadi
inspirasi desain arsitektur modern adalah suatu usaha untuk bertindak lebih baik
terhadap lingkungan. Usaha ini mendukung untuk menciptakan suatu desain yang
baik di Indonesia, hal ini umumnya diterapkan pada rancangan bangunan kantor
pemerintah, yang merupakan salah satu usaha untuk mengangkat ciri khas setiap
daerah dari segi karya arsitektur.

Di Sulawesi Tengah dikenal beberapa arsitektur tradisional dan dua tipe disepakati
mewakili tipologis arsitektur tradisional. Rumah tradisional Suku Kaili yang dikenal
sebagai rumah panggung Saoraja dan rumah tradisional Lore yaitu rumah tradisional
Tambi (Kruyt A.C, 1932 dalam Mariani, Masimming Z.).

Gambar 1.1. Bangunan tradisional souraja di Sulawesi Tengah, Palu


1
BAB I : Pendahuluan.

PENGARUH TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI TERMAL


PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH

Gambar 1.2. Denah dan bangunan tradisonal Tambi di Lore Sulteng.


(sumber : data arsip musium kebudayaan dan purbakala Sulawesi Tengah)
Kedua tipologi arsitektur tradisional tersebut diterapkan pada desain bangunan kantor
pemerintah Sulawesi Tengah. Pada kantor Walikota dan kantor Gubernur di Sulawesi
Tengah, menerapkan desain arsitektur tradisional tipe rumah Saoraja. Pada penelitian
ini dipilih bangunan kantor Gubernur dan kantor Walikota karena banyak menyerap
bentuk-bentuk arsitektur tradisional Souraja dibandingkan bangunan lainnya yang
sejenis, hal ini dapat dikaji pada hasil penelitian Mariani, Masimming Z. (1999).

Beberapa hasil penelitian menyatakan arsitektur tradisional telah terbukti dan teruji
oleh waktu bahwa memilki strategi disain yang adaptip terhadap lingkungannya
(Santosa, 1995). Penerapan arsitektur tradisional pada bangunan moderen,
diharapkan dapat memberi dampak yang lebih baik terhadap respon bangunan
modern terhadap iklim lingkungannya. Walaupun dalam penerapan tersebut terjadi
beberapa perubahan

geometri, volume, material, orientasi dan

lay-out

lingkungannya.

2
BAB I : Pendahuluan.

PENGARUH TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI TERMAL


PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH

Kondisi iklim di Indonesia adalah kondisi iklim tropis yang memiliki ciri yaitu suhu
yang tinggi, kelembaban tinggi, dan curah hujan yang tinggi, perbedaan suhu antara
siang dan malam sangat kecil. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi
termal bangunan. Palu adalah salah satu kota yang terdapat di pulau Sulawesi,
dengan kondisi iklim tropis sebagai berikut: temperatur rata-rata 330C, temperatur
tertinggi rata-rata 350C, temperatur terendah rata-rata 200C, kelembaban rata-rata
77%, dan kecepatan angin tertinggi 0.9m/s (Data Iklim Palu tahun 1998-2003, Pos
Klimatologi Irigasi, SigiBiromaru Sulawesi Tengah).

Penelitian ditujukan pada aspek iklim yang sangat berpengaruh terhadap kondisi
termal dalam bangunan yang berhubungan dengan strategi desain arsitektur
tradisional, utamanya perubahan bentuk akibat transformasi bentuk arsitektur
tradisional pada bangunan moderen khususnya bangunan kantor pemerintah di
Sulawesi Tengah.

Santosa menguraikan bahwa belajar dari arsitektur tradisional

didaerah tropis

lembab (Santosa, 1996) terdapat beberapa persepsi yang terkait dengan lingkungan
terbangun tropis lembab, yaitu : wujud protektip dan teduh, wujud keterbukaan atau
kerenggangan, wujud ringan dan kemasipan. Proteksi terhadap radiasi matahari pada
arsitektur tradisional tercermin pada bentuk atap yang tampil sebagai pelindung.
Tatanan bangunan menunjukkan makna keterbukaan yang ditandai dengan jarak
antar bangunan yang renggang, demikian pula dengan tatanan ruang dalam bangunan
yang cenderung terbuka dan sederhana dan tidak banyak ruang tertutup. Dengan
pembagian ruang seperti ini akumulasi panas dalam ruang dapat diperlambat atau
3
BAB I : Pendahuluan.

PENGARUH TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI TERMAL


PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH

malah dihindarkan. Sedang aspek keringanan dan kemasipan adalah prinsip


ketahanan panas pada kulit bangunan khususnya pada bidang vertikal yang ditandai
dengan

karakteristik

kemampuan

menahan

melepaskannya. Pada penelitian selanjutnya

laju

panas

dan

secepatnya

(Santosa, 2000), diuraikan bahwa

bangunan tradisional memiliki respon yang baik terhadap iklim, dimana upaya
arsitektur tradisional dalam merespon lingkungannya telah teruji dan mampu
mengantisipasi iklim lokal untuk menciptakan kenyamanan termal dalam bangunan.

Dengan adanya transformasi arsitektur tradisional pada desain kantor pemerintah di


Palu, diharapkan juga dapat memberi pengaruh yang baik terhadap kondisi termal
dalam bangunan moderen. Dari pengamatan langsung pada pada obyek, kondisi
termal bangunan cukup memenuhi standar, hal ini diperkirakan dengan melihat
perilaku pemakai bangunan, walaupun pada beberapa ruang, seperti ruang pimpinan,
menggunakan bantuan AC untuk lebih meningkatkan dan menstabilkan kenyamanan
termal dalam ruang.

Dari obyek tersebut batasan yang diamati adalah aspek iklim yang mempengaruhi
kondisi termal bangunan. Aspek temperatur dalam dan luar bangunan, dimana
temperatur sangat berpengaruh terhadap peningkatan suhu dalam bangunan. Hal ini
dapat dilihat dari fenomena panas yang terjadi dalam bangunan, yaitu dengan
meningkatnya temperatur luar pada siang hari

juga mempengaruhi terjadi

peningkatan temperatur dalam bangunan. Sedamgkan pertukaran udara (air change)


dan pola aliran angin (air flow pattern) dibutuhkan untuk menghapus akumulasi
panas dalam bangunan melalui ventilasi atau bukaan pada dinding bangunan.
4
BAB I : Pendahuluan.

PENGARUH TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI TERMAL


PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH

Pemilihan material dapat digunakan untuk menahan panas pada kulit bangunan
khususnya bidang vertikal, hal tersebut ditandai dengan karakteristik kemampuan
menahan laju panas dan secepatnya melepaskannya, artinya mempunyai U value
rendah dan time lag pendek. Karakter ini dimiliki oleh jenis konstruksi yang ringan
dan jenis konstruksi yang didominasi oleh porositas. Diyakini semua sistim
konstruksi hunian tradisional didaerah tropis lembab mempunyai karakter tersebut
(Santosa, 2003).

1.2.

Permasalahan

Dari latar belakang diungkapkan bahwa usaha penerapan arsitektur tradisional pada
desain bangunan kantor pemerintah diharapkan dapat memberi pengaruh baik pada
kondisi termal bangunan. Sehingga permasalahan akan ditelusuri berdasarkan
penerapan desain arsitektur tradisional pada bentuk dan elemen bangunan kantor
yang dapat berpengaruh terhadap kondisi termal bangunan di daerah iklim tropis.

Gambar 1.3. menampilkan identifikasi permasalahan, dapat menjelaskan bahwa pada


desain arsitektur moderen lebih mengutamakan fungsi dan teknologi, sedang
arsitektur tradisional menghasilkan karya yang adaptif terhadap lingkungan. Dari
kedua fenomena ini digabungkan untuk mendapatkan desain yang dapat memenuhi
fungsinya tetapi tetap dapat mewarisi kebaikan arsitektur tradisional terhadap
lingkungannya.

5
BAB I : Pendahuluan.

PENGARUH TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI TERMAL


PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH

Arsitektur
tradisional

Penerapan
desain.

Arsitektur
modern

Adaptip
terhadap
lingkungan

Desain kantor
pemerintah

Fungsional
& teknologi

Thermal Comfort
Elemen
bangunan

PROBLEM
Sejauh mana penerapan arsitektur tradisional pada
bangunan kantor
Pengaruh bentuk, geometri bangunan, dan elemen
bangunan terhadap kondisi termal bangunan.

Kondisi Termal
bangunan kantor
Gambar 1.3.

Indikasi Permasalahan

1.3. Rumusan Masalah


Dari indikasi permasalahan di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Sejauh mana pengaruh transformasi arsitektur tradisional pada arsitektur


bangunan kantor pemerintah di Palu Sulawesi Tengah.

Sejauh mana pengaruh transformasi arsitektur kantor tersebut pada kondisi


termal bangunan.

Dalam proses transformasi arsitektur tradisional tersebut dijumpai adanya perbedaan


nilai transformasi yang diterima desain setiap bangunan kantor pemerintah.
6
BAB I : Pendahuluan.

PENGARUH TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI TERMAL


PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini akan diambil sampel desain
pada kantor pemerintah yang menerima tranformasi arsitektur tradisional pada
elemen atap, badan bangunan (selimut bangunan), dan material.

1.4. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh transformasi desain arsitektur
tradisional terhadap kondisi termal bangunan kantor pemerintah.

Target dan sasaran


Target:

Mengungkapkan sejauh mana pengaruh transformasi arsitektur tradisional


pada bangunan kantor pemerintah,
Mengungkapkan kondisi termal bangunan kantor pemerintah dengan
adanya pengaruh transformasi desain arsitektur tradisional.
Mmengungkapkan variabel-variabel desain yang berpengaruh terhadap
kondisi termal bangunan akibat transformasi arsitektur tradisional

Sasaran: Mengetahui hubungan antara variabel desain bangunan akibat pengaruh


teknis dan non teknis dengan kondisi termal dalam bangunan yang
dipengaruhi oleh iklim dan lingkungan

Manfaat penelitian
Penelitian ini dapat menjadi acuan desain bangunan kantor pemerintah di wilayah
iklim tropis pada umumnya dan khususnya di Sulawesi Tengah.

7
BAB I : Pendahuluan.

PENGARUH TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI TERMAL


PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH

1.5.

Lingkup dan Batasan Penelitian

Lingkup bahasan dan batasan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi beberapa
hal sebagai berikut :
Lingkup Penelitian
a.

Penelitian dilakukan dengan tinjauan terhadap arsitektur tradisional Sulawesi


Tengah (rumah Souraja). Adalah arsitektur rumah panggung yang umumnya
diterapkan pada bangunan kantor pemerintah di Sulawesi Tengah.

b.

Kantor pemerintah yang menjadi objek adalah kantor gubernur Palu dan
kantor walikota Palu. Pada kedua kantor ini elemen arsitektur Souraja
ditransformasikan dalam bentuk yang berbeda.

c.

Data yang digunakan adalah data iklim yamg meliputi data suhu,
kelembaban, kecepatan angin, radiasi matahari, dan curah hujan dengan
existing kota Palu.

Batasan penelitian
Penelitian dibatasi pada pengamatan obyek yaitu bangunan kantor modern (kantor
gubernur dan Wali kota di Palu) sebagai bangunan yang menerima transformasi
arsitektur tradisional Sulawesi Tengah (rumah tradisional Souraja) yang dijadikan
ciri khas Sulawesi Tengah pada bangunan kantor pemerintah di Palu, sebagai berikut

Tinjauan terhadap transformasi arsitektur tradisional pada bangunan kantor


pemerintah di kota Palu Sulawesi Tengah.

Tinjauan terhadap kondisi termal bangunan kantor pemerintah dengan


menggunakan parameter kenyaman termal bangunan untuk daerah tropis
8

BAB I : Pendahuluan.

Anda mungkin juga menyukai