Anda di halaman 1dari 3

Pergaulan dan Pemilihan Teman Hidup

oleh: Theresia Lidya Octaviani (1506741360)

A. Pergaulan
Tuhan Allah sejak semula d=telah merancangkan manusia hidup tidak
sendirian (Kejadian 2:18). Manusia diciptakan sebagai makhluk individu
sekaligus makhluk sosial, yang mana makhluk sosial perlu berinteraksi dengan
manusia lainnya. Melalu pergaulan kita dapat berinteraksi dengan siapa saja.
Tujuan dari sebuah pergaulan dalam konteks kehidupan kita sebagai orang
percaya, yaitu kita dapat menjadi alat Tuhan untuk membantu dan menolong
orang lain. Melalui pergaulan kita dapat menyatakan identitas kita sebagai
pengikut Kristus., dan juga melalui pergaulan kita dapat memberitakan kasih
Kristus kepada dunia.
Dalam pergaulan kita tidak boleh memilih-milih dengan siapa kita akan
bergaul. Tuhan Yesus telah memberikan teladan yaitu saat Tuhan Yesus
berbincang-bincang dengan seorang Samaria yang dianggap sampah masyarakat
(Yohanes 4:1-42).
Kita sebagai orang percaya dituntut untuk senantiasa membawa terang dan
kasih Kristus dalam setiap pergaulan. Di dalam pergaulan kita harus berupaya
untuk menjadi garam dan terang dunia. Dan tetap waspada terhadap segala bentuk
pergaulan yang tidak sesuai dengan terang firman Tuhan. Alkitab menegaskan
bawa pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan yang baik (1 Korintus
15:33).
B. Cinta Sejati
Alkitab Perjanjian Baru mengungkap istilah cinta menurut Bahasa Yunani
dengan empat kata, yaitu agape, fileo, storge, dan eros. Cinta agape merupakan
cintasebagai anugrah Tuhan, cinta tidak mengharapkan pamrih, stabil sifatnya
karena tidak bergantung kepada kondisi atau perasaan, dan cinta yang tanpa batas.
Cinta filio merupakan cinta kasih dalam pergaulan dan persahabatan,
mengandung unsur kehangatan, emosi, dan perasaan. Cinta storge adalah cinta
dalam keluarga, antara orang tua dengan anak dan antara kakak dengan adik.
Cinta eros adalah cinta romantic, ada naluri seksial atau birahi, dominan
perasaan, kehangatan, dan mesra.
Cinta sejati membutuhkan proses waktu untuk bertumbuh dan berkembang,
sedangkan cinta asmara datangnya tiba-tiba. Cinta sejati biasanya selalu

memikirkan dan mengutamakan kebaikan dan kepentingan orang yang dicintai,


sedangkan cinta asmara bersifat egoism (cemburu, menguasai, mengingini,
menuntut, memuaskan nafsu birahi). Cintasejati tidak akan lekang oleh waktu,
sedangkan cinta asmara itu sementara dan tergantung kondisi atau perasaan. Cinta
sejati dasarnya komitmen (janji kekudusan), sedangkan cinta asmara dasarnya
daya Tarik fisik atau penampilan.
C. Berpacaran
Berpacaran merupakan konsep masyarakat modern, yang mana kita tidak akan
menemukan contoh-contoh berpacaran yang dicatat dalam Alkitab. Alkitab hanya
berbicara tentang pertunangan dan pernikahan. Berpacaran merupakan suatu
masa atau tahapan kehidupan manusia dimana seorang laki-laki dan perembuan
yang sedang jatuh cinta dan saling mencitai membangun suatu hubungan
persahabatan yang lebih khusus dibandingkan dengan hubungan pergaulan
umumnya, dan hal ini bertujuan untuk membentuk harmonisasi antara satu
dengan yang lainnya serta menjajaki kemungkinan dapat dipersatukannya
hubungan itu ke dalam ikatan pernikahan kudus untuk nantinya hidup bersama
selamanya.
Sebagai orang percayaa, ada beberapa prinsip berpacaran yang harus
diperhatikan:
1. Berpacaran dengan orang yang seiman.
2. Tingkat kedewasaan yang cukup
3. Pasangan yang sepadan.
4. Praktek berpacaran yang benar.
5. Berpacaran dengan tujuan untuk menikah.
6. Hindari perilaku kekerasan dalam berpacaran.
7. Berpacaran bukanlah lembaga pernikahan.
8. Berpacaran dilandasi oleh cinta sejati.
9. Berpacaran tidak boleh melakukan seks.
10. Memperkenalkan pacar kepada saudara, teman, dan keluarga.
D. Seks dan Permasalahan
Seks diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia. Seks bukanlah hal yang
jahat dan kotor seperti yang ada pada beberapa pandangan. Seks adalah suasanya
bercumbu rayu, media untuk mengekspresikan rasa kasih sayang, pelampiasan
asmara yang alamiah anatara dua pribadi, dan nafsu birahi atau gairah seksual.
Alkitab banyak memberikan nasihat kepada orang percaya mengenai
bagaimana menggunakan dan menjada seks sesuai dengan maksud dan tujuan
Allah menciptakan seks itu. Tujuan Allah menciptakan seks bagi manusia, yaitu
sebagai sarana penyataan kasih sayang dan kesatuan suami-istri, menghasilkan
keturunan, dan mengungkapkan keindahan hubungan manusia dengan Tuhan.

Akan tetapi, keinginan daging dan dosa manusia menyebabkan ada begitu banyak
praktek-praktek penyelewengan seks yang bertentangan dengan tujuan Tuhan
mengaruniakan seks itu sendiri bagi manusia. Proses yang benar untuk menuju
kepada Penggunaan atau praktek seks yang dikehendaki Tuhan:
1. Koleksi: tahap dimana kita membangun hubungan dan pergaulan tanpa
batas, sebanyak-banyaknya dengan semua orang.
2. Seleksi: tahap dimana kita memberikan keputusan dan pilihan siapa
yang masuk kriteria untuk menjadi teman akrab yang nantinya akan
menjadi pacar kita.
3. Resepsi: tahap masuk dalam lembaga pernikahan yang sah.

Anda mungkin juga menyukai