Oleh:
NAMA
: FEBRY SANJAYA
NIM
:C1G015068
No. Abs
:18
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGRIBISNIS
swasembada pangan tersebut? Tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas
moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran).
Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh
stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi
mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang
signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan
merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan
merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi
ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan
secara
normal.
Sebaliknya,
ketidakstabilan moneter
secara fundamental
akan
mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan.
Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan juga masih
merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia (BI 2013). Bank menurut UndangUndang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 merupakan badan usaha yang menghimpun
dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Sebagai suatu lembaga keuangan, bank mempunyai kegiatan baik funding maupun
financing atau menghimpun dan menyalurkan dana. Jadi sebagai lembaga intermediasi
bank berperan menjadi perantara antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang
membutuhkan dana. Sebelum lahirnya undang-undang tersebut, bank di sebut-sebut
sebagai biang keladi krisis karena banyaknya kelemahan sistemik. Mulai dari stok hutang
luar negeri swasta yang sangat besar dan berjangka waktu pendek dan beratnya
persyaratan yang menciptakan ketidakstabilan. Pinjaman luar negeri berupa dollar yang
kemudian di salurkan dalam bentuk rupiah memicu krisis saat rupiah terdepresiasi
terhadap dollar. Sedangkan di sisi lain pemerintah pada saat itu belum memiliki sistem
pengendalian dan pengawasan yang efektif terhadap hutang luar negeri sektor swasta di
Indonesia (Ginanjar kartasasmita 2002). Tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga
stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem
pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa
diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung
normal.
Sebaliknya,
ketidakstabilan moneter
secara fundamental
akan
mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan.
Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan juga masih
merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia (BI 2013 www.bi.go.id). Menurut
Arsitektur Perbankan Indonesia (2006), Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang
tidak sustainable, tingkat profitabilitas pada umumnya bukan merupakan profitabilitas
dan efisiensi yang sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva
produktif bank-bank. Berbagai permasalahan yang ada mengenai peran perbankan
sebagai lembaga intermediasi Kegiatan menghimpun dan menyalurkan kredit ini
hendaknya dilakukan secara optimal oleh bank, seperti kita ketahui suatu kebijakan yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral bahwa hendaknya posisis
Loans Deposit Ratio (LDR) antara 78%- 100 % ( kebijakan BI 1 Maret 2011). Kebijakan
Bank Indonesia yang mengatur LDR secara umum dalam pelaksanaan kepatuhan sudah
tidak menjadi masalah pada perbankkan di Indonesia. Masalah yang ada justru
kesesuaian
antara
penyaluran
kredit
dengan
kebutuhan
perekonomian
belum
menunjukkan dukungan yang memadai bagi sektor pertanian. Padahal pertanian masih
merupakan sektor primer bagi perekonomian nasional, hal tersebut dapat di lihat pada
kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) yang menduduki peringkat 2 di bawah industri
pengolahan sebesar 14,44% pada tahun 2012. Disisi lain jumlah penyaluran KMK bank
umum pada tahun yang sama pada sektor pertanian sebesar 5,26%. Di sisi lain sifat
kehati-hatian bank (prudential banking) merupakan keniscayaan bagi dunia perbankan.
Sedangkan corak pertanian di Indonesia masih tradisional, hal ini di tandai dengan
ketergantungan pada alam (cuaca ekstrim) sangat tinggi, kemudian juga komoditi
pertanian tidak tahan lama atau mudah busuk. Hal tersebut bisa jadi menjadikan sektor
pertanian kurang di minati perbankan di Indonesia. Walaupun sektor pertanian di sebut
tidak bankable nyatanya masih menjadi sektor primer bagi perekonomian, kontribusinya
masih besar juga pertumbuhannya tetap positif. Walaupun dibayangi dengan penurunan
harga komoditas pertanian di pasar internasional, namun produktivitas yang tinggi dan
kondisi cuaca yang cukup baik membuat produksi pertanian relatif lebih baik
dibandingkan tahun sebelumnya. Masyarakat di sektor pertanian mendambakan
perbankan yang tidak saja sehat dan kuat, tapi juga berperan secara efektif dan efisien
dalam pembiayaan perekonomian. Terciptanya perbankan yang sehat dan kuat di satu sisi,
dan perbankan yang dapat menjalankan fungsi intermediasinya secara efektif dan efisien
sesuai kebutuhan perekonomian di sisi lainnya, bukanlah dua hal yang dapat dipisahkan.
Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang menjadi satu kesatuan. Sumbangan Pertanian
Dalam Pembanguna Ekonomi Dewasa ini di sepakati bahwa pertanian dapat memberi
sumbangan besar pada pembangunan ekonomi Negara perkembang dengan alasan
sebagai berikut:
1. Pertanian pada umumnya merupakan sektor dominan di Negara berkembang,
dilihat menurt proporsi PDB yang di hasilkan dalam sektor ini atau menurut
sumbanganya terhadap penyerapan tenaga kerja total.
2. Pertumbuhan sektor nonpertanian sangat tergantung
pada
peningkatan
penyediaan pangan yang mantap karena hal itu menyebabkan inflasi dan upah
tetap rendah
3. Sektor pertanian menyediakan tenaga kerja bagi sektor non pertanian. Transfer
tenaga kerja demikian menguntungkan kedua sektor yang mempunyai surplus
tenaga kerja pada saat produktivitas hasil tenaga kerja rendah
4. Laju pemupukan modal di Negara berkembang dapat meningkat dengan adanya
kemajuan sektor pertanian. Proses pemupukan modal tersebut sangat di tentukan
oleh elastisitas pasokan pangan. Pertanian yang efisien di perlukan agar
penawaran pangan lebih elastis, mengurangi laju kenaikan upah dan biaya dan
memperbesar margin laba yang di perlukan untuk pemupukan modal
5. Pertanian dapat memberi sumbangan yang bermanfaat kepada neraca
pembayaran dengan meningkatkan penerimaan suatu Negara dari ekspor atau
dengan meningkatkan hasil-hasil pengganti impor. Dengan demikian devisa dapat
di dapat saat ekspor atau di pertahankan saat meniadakan impor bahan pangan
(Subrata Gatak 1992). Ringkasnya menurut pandangan Kuznets (1961) kita dapat
laju
pertumbuhan
pendapatan
riil
pertanian,
menaikkan