Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. SEJARAH PERKEMBANGAN BENTUK BIOLA

Biola adalah alat musik yang penuh histori, bentuknya yang indah

didukung oleh pertimbangan konstruksi organologi dengan ilmu akustik yang

mengagumkan. Setiap bagian dari badan biola memiliki peran masing-masing

yang saling terkait dalam produksi dan reproduksi bunyi. Bentuk yang kini kita

kenal merupakan hasil evolusi dari alat musik berdawai pada peradaban sebelum

masehi. Dari website http;//www.batruff.com/history/ Bartruff dalam The History

of The Violin berpendapat tentang peran instrumen chordophone kuno dalam

sejarah perkembangan biola :

There are stringed instruments from many different cultures and times
that each, indirectly or directly, have had a part in the development of the
instrument now known as the violin. These instruments, such as the Greek
kithara dating from the 7th century BC or the Chinese erhu dating from the
middle 8th century AD, while important to the development of stringed
instruments and bowed stringed instruments, do not directly relate to the
violin

Kedua alat musik pada pernyataan di atas, yakni greek kithara dan erhu

sebenarnya tidak tergolong dalam bowed stringed instruments family (keluarga

alat musik dawai gesek) namun memiliki peran penting sebagai pendahulu dalam

perkembangan instrumen chordophone khususnya alat musik dawai gesek pada

periode selanjutnya.

Sejarah mengenai instrumen pendahulu biola menuai banyak perdebatan,

tetapi pada umumnya berpendapat bahwa cikal bakal perkembangan biola berasal

dari empat instrumen dawai gesek kuno yang berkembang pada abad yang

8
9

berbeda yakni rabab (abad 9 M), rebec (abad 11 M), vielle/ Renaissance Fiddle

(abad 13 M), dan Lira da Braccio (abad 15 M). Rabab adalah alat musik yang

berasal dari wilayah Arab, alat musik ini diperkirakan menjadi pelopor dari

bowed stringed instruments family. Sumber bunyinya berasal dari gesekan antara

catgut (senar kuno dari usus) dengan helaian ekor kuda yang direntangkan pada

sebuah busur. Pada halaman yang sama Bartruff menyatakan pendapatnya

mengenai moyang biola ini:

The violin evolved from many different instruments, including the


Rebob, Rebec, Lira di Braccio and the Renaissance Fiddle. The violin we
use today, the "new violin" was not used until 1630 in Italy. It then moved
from Italy to France, then spread across the world. The origins of the
violin are uncertain and open to debate, but it is generally agreed the
instrument we know today in western music as the violin had its origin in
the Arabic rabab. No images or examples exist of this instrument but it is
described in documents dating from the late 9th century.

Penyebaran Islam ke wilayah Eropa turut mendukung perkembangan

musik disana khususnya wilayah Spanyol. Teori Arab menjadi sumber

perkembangan ilmu akustik di Eropa. Pada sekolah-sekolah islam di Spanyol

waktu itu musik diajarkan sebagai bagian dari ilmu pasti, seperti halnya di Negara

Arab.” ...fakultas musik tertua pada universitas di Eropa terdapat pada abad 13 di

Salamanca/spanyol...” (Edmund,1991:57). Ketertarikan masyarakat Spanyol

terhadap bidang musik mengakibatkan perkembangan musik pada saat itu melaju

pesat.

Selain ilmu musik, beberapa alat musik Arab menjadi popular disana.

Rabab yang dimainkan dengan cara diberdirikan diatas pangkuan seperti cello

lama-kelamaan berubah bentuknya sehingga memungkinkan untuk dimainkan


10

dengan cara diletakan di dada atau diatas bahu sehingga pada abad ke-11 M

munculah pendahulu biola selanjutnya dengan ukuran yang lebih kecil namun

memilki konstruksi organologi yang telah berkembang dan dikenal dengan nama

rebec. Edmund (1991:57) menyatakan mengenai pengaruh rebec dalam

perkembangan bowed stringed instruments family di Eropa :

Dari Islam Eropa memperoleh beberapa alat music. Rebec yang


langsung berasal dari rebab Arab, merupakan alat musik terpenting di
Eropa sebelum muncul biola. Berhubung dengan alat tersebut maka alat
gesek (bow) menjadi terkenal ke Eropa; memang lama-kelamaan
bentuknya berubah.

Dibandingkan dengan pendahulu biola lainnya, rebec merupakan salah

satu instrumen yang paling populer dalam berbagai literatur sejarah biola.

Eksistensinya hingga kini semakin menguatkan fakta bahwa alat ini menempati

posisi tertentu dalam rangkaian silsilah biola dan menjadi titik transisi dari alat

musik Arab menjadi alat musik bangsa Eropa. Sementara instrumen sebelumnya

yakni rabab memiliki kelemahan dikarenakan hanya tercatat dalam sebuah

dokumen pada abad ke-9 tanpa adanya gambar ataupun sisa peninggalan dari

instrumen tersebut” ...No images or examples exist of this instrument but it is

described in documents dating from the late 9th century...” demikian pernyataan

Bartruff (http;//www.batruff.com/history/).

Jumlah senar pada instrumen rebec bervariasi antara satu hingga lima buah

senar, tetapi pada umumnya memiliki tiga buah senar yang ditala dengan interval

kwint. Rebec merupakan instrumen dengan wilayah nada tinggi (treble range)

seperti biola. Sound box pada rebec menyerupai bentuk buah peer. Geomertri top
11

plate berupa kurva sederhana tanpa adanya “ C bouts” seperti halnya pada bagian

sisi ribs biola dan terhubung langsung dengan Back Plate yang berbentuk

punggung cekung sehingga nampak seperti gambus kecil dengan fretless

fingerboard yang reratif lebih lebar namun lebih pendek bila dibandingkan

dengan fingerboard yang dimiliki biola pada saat ini. Pada bagian top plate

terdapat sound hole dengan bentuk seperti huruf S sementara sound hole pada

biola berbentuk huruf f sehingga dinamakan f hole, selain itu rebec tidak

mempunyai sound post. Seperti halnya biola, rebec dimainkan dengan cara dijepit

diantara rahang dan bahu sebelah kiri, produksi bunyinya dihasilkan dari gesekan

antara senar dengan bow yang masih berbentuk sederhana hanya berupa helaian

ekor kuda yang dilapisi damar dan terentang pada sebuah busur. Dilihat dari

beberapa aspek baik secara konstruksi maupun teknik memainkannya instrumen

ini menunjukan beberapa kesamaan dengan biola pada jaman sekarang.

Pendahulu biola selanjutnya adalah vielle atau Renaissance Fiddle. Alat

musik ini merupakan perkembangan dari rebec dan muncul pada abad

pertengahan sekitar 13-15 M. Sound box pada vielle telah memiliki ribs yang

menghubungkan bagian Back Plate dan top plate, sementara pada rebec keduanya

langsung terhubung. Meski demikian ribs pada vielle dihubungkan langsung

dengan tepi kedua plate, sementara biola sekarang memiliki ribs yang

dihubungkan pada bagian bawah purfing plate sehingga kedua tepi plate agak

menjorok keluar. Instrumen ini pun tidak memiliki sound post seperti halnya

rebec. Uniknya vielle dilengkapi dengan sejumlah fret pada fingerboard-nya.


12

Berikut gambaran umum mengenai instrumen vielle dalam esiklopedia

online Wikipedia :

The vielle is a European bowed stringed instrument used in the


Medieval period, similar to a modern violin but with a somewhat longer
and deeper body, five (rather than four) gut strings, and a leaf-shaped
pegbox with frontal tuning pegs. The instrument was also known as a fidel
or a viuola, although the French name for the instrument, vielle, is
generally used. It was one of the most popular instruments of the Medieval
period from the 13th through the 15th centuries.

Selang satu abad sebelum dibuatnya biola dengan konstruksi seperti

sekarang ini, ada satu instrumen lagi yang menjadi pendahulu biola. Instrumen ini

diperkenalkan di Itali dikenal dengan nama Lira da Braccio. Alat ini diklaim

sebagai alat terdekat yang menjadi sumber perkembangan biola. Berikut

pernyataan Mayer dan Scott dari http;//en.wikipedia.org/wiki/Lira_da_Bracio

mengenai Lira da Braccio :

The lira da braccio was a European bowed string instrument of the


Renaissance. It was used by Italian poet-musicians in court in the 15th and
16th centuries. The instrument was shaped essentially like a violin, but
with a wider fingerboard and flatter bridge. Generally, it had seven strings,
five of them tuned like a violin with a low d added to the bottom (that is,
d–g–d'–a'–e'') with two strings off the fingerboard which served as drones
and were usually tuned in octaves.

Lira da Braccio memiliki tujuh buah senar dengan penalaan d–g–d'–a'–e''

dengan dua buah senar drone. Secara konstruksi Lira da Braccio sangat mirip

dengan biola dengan desain plate curve yang sedikit lebih lebar. Memiliki sound

post pada bagian dalam sound box serta purfing pada kedua plate sehingga bagian

tepi top plate dan Back Plate lebih menjorok keluar dari tepi ribs.
13

Pada abad ke-16 beberapa luthier (pembuat lute) menyempurnakan

konstruksi pada badan biola sehingga menghasilkan bentuk yang tidak hanya

indah dilihat tetapi juga kaya akan pertimbangan ilmu akustik sehingga

menghasilkan bunyi yang sedemikian indah. Sejak saat itu bentuk biola tidak

mengalami banyak perubahan, seperti yang dijelaskan Hall (1986:219) :

The design of violin has remained fairly stable since the time of such
great Italian master craftsmen as Nicolo Amati (1596-1684), Antonio
Stradivari (1644-1737), and Giuseppe Guarneri (1638-1745), who each
came from a famous family of instrument makers.

Kutipan di atas senada dengan Rossing (1990:187) dalam buku The

Science of Sound :

The modern violin was developed in Italy in the sixteen century,


largely by Gasparo da Salo an the Amati family. In the eighteen century,
Antonio Stradivari, a pupil of Nicolo Amati, and Guiseppi Guarneri
created instrument with great brilliance that have set the standard for
violin makers since that time.

Pengistilahan Bagian-bagian konstruksi biola dalam karya tulis ini tetap

dipertahankaan berdasarkan istilah aslinya (dalam bahasa asing), karena cukup

sulit untuk diterjemahkan dan akan terkesan rancu bila istilah ini dirubah kedalam

bahasa Indonesia. Bagian-bagian kontsruksi biola akan dijelaskan secara detail

pada sub-bab 2.2.

2.2. KONSTRUKSI BIOLA

2.2.1. Bagian-Bagian Biola

Bentuk biola yang populer sekarang ini pertama kali dibuat pada abad ke

16. Rancangan konstruksinya merupakan sebuah karya akustik yang brilian,

dimana setiap bagiannya didesain sedemikian rupa untuk proses resonansi yang
14

maksimal, getaran dari senar dirambatkan ke brige kemudian dilanjutkan ke ke

bagian top plate dan getaran ini diteruskan ke bagian Back Plate melalui tiang

sound post sehingga seluruh bagian body biola dibanjiri resonansi. Berikut adalah

gambar mengenai bagian-bagian biola.

Corner
Purfles
F hole Peg Scroll
Jaw rest

Tailpiece

Fine tuner Strings


Nut
Peg box
Bridge Top/belly plate

Ribs

End button

Fingerboard
Heel Neck

Back plate

Gambar 2.1. Bagian-Bagian Biola Tampak dari Luar

Secara garis besar badan biola dapat dibagi menjadi dua bagian yakni

bagian leher dan kepala (neck), dan badan biola (sound box). Bagian kepala terdiri

dari scroll, peg box, dan empat buah peg.


15

Kepala biola yang menggulung dinamakan scroll fungsinya sebagai hiasan

saja, perannya dalam proses resonansi tidak begitu berpengaruh tetapi bentuknya

yang demikian menjadi ciri khas kepala biola. Umumnya scroll berbentuk

melingkar spiral namun pada biola jaman barok bagian itu ada yang diukir

berbentuk kepala raja atau kepala hewan. Peg berbentuk seperti kunci, pada

bagian ini salah satu ujung senar dilitkan. Kepala kunci peg dapat diputar-putar

untuk mengatur ketegangan senar. Biola mempunyai empat peg masing masing

disebut peg E, peg A, peg D, dan peg G sesuai dengan penalaan senar yang

dililitkan padanya. Keempat senar biola masing-masing ditala pada frekuensi 196

Hz (G3), 294 Hz (D4), 440 Hz (A4), dan 660 Hz (E5). Ujung lancip peg tertanam

pada peg box yaitu lekukan kayu yang dicungkil secara vertikal dan pada sisi kiri

dan kanannya diberi empat buah lubang tempat ‘mata kunci’ peg disisipkan.

Bagian selanjutnya adalah bagian leher biola. Terdiri dari neck,

fingerboard, dan nut. Neck adalah bagian leher biola dan satu bagian kayu

dengan scroll dan peg box. Bentuk neck rata pada bagian atasnya dan cembung di

bagian bawahnya, bagian atas neck dibuat rata untuk tempat merekat fingerboard.

Pada bagian pangkal neck terdapat heel yaitu bagian yang menghubungkan antara

leher dan badan biola. fingger board umumnya berwarna hitam dari bahan kayu

yang keras, fingerboard direkatkan dengan lem khusus pada bagian atas neck

yang rata, dan pada ujung lancip fingerboard (dekat peg box) dihubungkan

dengan sepotong kayu yang dibuat agak menonjol dari bagian atas fingerboard

disebut dengan nut of the fingerboard, fungsinya adalah untuk menahan senar
16

agar tidak merapat dengan bagian atas fingerboard, sedangkan fingerboard sendiri

adalah tempat jari tangan kiri pemain biola untuk mengatur ketinggian nada

Selanjutnya adalah bagian pembentuk badan biola (sound box) terdiri dari

top plate/top, ribs, back, corner, bass bar, sound post, sadle, linings, end button,

purfless,.

Bridge
Belly/top
plate

Sound
Ribs Bass bar Linings
post

Back plate

Gambar 2.2. Penampang Bagian Dalam Sound box Biola

Top plate atau belly adalah bagian badan penutup atas biola bentuknya

cembung, kecembungannya bervariasi tergantung desain pembuatnya, namun

tidak boleh terlalu cembung ataupun terlalu rata. Bagian bawah biola disebut

Back Plate kecembungannya sama dengan bagian atas.


Cleats

Gambar 2.3. Back Plate Tampak Dari Bagian Dalam


17

Top plate dan back bukanlah kayu utuh tetapi keduanya terdiri atas dua

bagian yang terpisah yang disambungkan dengan perekat dan diperkuat dengan

pemasangan cleats sebagai penghubung dua bagian yang terpisah. Beberapa

produsen biola membuat back dari satu bagian kayu utuh (tanpa disambung) biola

ini biasa disebut back one piece.

Purfing adalah garis pinggir pada badan biola. Beberapa milimeter dari

tepi top plate terdapat garis umumnya satu namun ada beberapa buatan perancis

yang memiliki dua garis dan dibuat menonjol. Selain sebagai kepentingan estetika

garis ini adalah patokan untuk pemasangan ribs ( bagian pinggir biola) yaitu sekat

kayu vertikal yang dipasang tegak lurus terhadap top plate dan back plate.

Top block

Upper ribs curve

Posisi bass bar

Inner ribs curve


“C” bouts
Posisi sound post
Corner

Lower ribs curve

Lower block

Gambar 2.4 Penampang Bagian Pinggir Biola Tampak Atas

Pada bagian top plate dibuat lubang berbentuk seperti huruf f, sehingga

disebut dengan F hole. Lubang ini menentukan kualitas suara, patokan lubang ini

adalah kepala lubang ( ujung lubang yang membulat yang membujur ke arah
18

scroll) berada kira-kira di tengah-tengah pinggang biola (inner rib curve (CC)).

Pada bagian tengah f hole terdapat sedikit irisan melintang yaitu patokan untuk

memasang bridge agar sejajar dengan irisan itu.

Di bagian bawah top plate bagian dalam terdapat kayu yang di rekatkan

pada badan top plate letaknya membujur ke arah scroll yang disebut Bass Bar.

Ada dua teknik pembuatan bass bar, pertama bass bar dibuat terpisah dari dari

top plate, kedua bass bar merupakan satu bagian kayu dari top plate. fungsinya

adalah untuk meningkatkan kualitas resonansi nada yang berfrekuensi rendah.

Patokan pemasangannya adalah di bagian kaki kiri Bridge sedangkan di bagian

kaki kanannya adalah tempat pemasangan sound post yaitu batang kayu selinder

yang dipasangkan secara vertikal dan menghubungkan top plate dan Back Plate

dari bagian dalam, bagian inilah yang membantu proses perambatan getaran dari

top plate ke bagian back plate. Bagian ini dapat digeser-geserkan, posisi sound

post dapat mempengaruhi timbre yang dihasilkan.

Corner adalah bagian tepi dari ujung yang meruncing di pinggang biola.

Pada bagian luar corner (corner pada top plate dan back plate) tampak meruncing

namun di bagian sisi dalam corner (sisi corner di dalam sound box ) membulat

seperti badan gitar sehingga bagian yang meruncing tadi dalamnya tidaklah

kosong namun padat. Seputar bagian tepi atas dan bawah ribs dilapisi lagi dengan

kayu yang disebut dengan linings, kayu ini memperkuat konstruksi ribs dan

sedikit memperluas lebar penyangga tempat melekatnya penutup atas (top plate)

dan penutup bawah (back plate). Bagian penyangga lain untuk Back Plate dan top

plate yaitu top blok pada bagian heel dan lower blok pada bagian pantat biola. Di
19

atas lower blok tedapat irisan kayu yang dibuat sedikit menonjol keluar pada

bagian top plate bagian ini disebut sadle yang berfungsi untuk menahan Tail

piece agar tidak merapat ke top plate sehingga akan mengganggu efektivitas

resonansi pada sound box.

Selanjutnya adalah bagian-bagian yang tidak dipasang permanen pada

badan resonator yang terdiri dari strings, bridge, fine tuner, tailpiece, tail gut, end

button, dan chin rest.

Strings atau senar terbuat dari logam yang salah satu ujungnya dililitkan

pada bagian peg di dalam peg box dan ujung senar lainnya yang terdapat ring besi

dikaitkan pada fine tuner, fungsi fine tuner hampir sama dengan fungsi peg yakni

untuk mengatur ketegangan senar agar dapat ditala sesuai fungsinya. Namun

secara mekanis fine tuner lebih akurat untuk menala senar dalam sekala mikro

interval dibandingkan peg. Supaya senar biola tidak merapat ke badan resonator

atau ke finger board maka senar diberi alas untuk menyangganya yakni dengan

sepotong kayu keras yang tipis dan diletakan secara vertikal yang disebut dengan

bridge biasanya kayu itu diberi lubang yang diukir sedeemikian rupa sehingga

perambatan bunyi lebih efektif dihantarkan ke badan resonator. Posisi bridge yang

ideal berada sejajar pada irisan melintang F hole.

Sebelum diciptakan fine tuner senar biola biasanya langsung dipasangkan

pada lubang Tail piece namun sekarang pada umumnya senar dipasangkan dahulu

pada fine tuner yang terpasang pada tail piece. Tail piece dipasangkan dengan

cara mengaitkannya pada end button dengan semacam tali keras atau usus

binatang yang disebut dengan tail gut.


20

Posisi memainkan biola sangatlah khas yakni menjepitnya pada bagian

jaw rest di antara dagu kiri dan bahu. Jaw rest sudah jelas fungsinya yakni untuk

menjaga posisi biola agar dapat dijepit dengan baik karena lekukan bagian atasnya

disesuaikan dengan anatomi dagu bagian kiri bawah.

2.2.2 Pola Geometri Kurva Top dan Back Plate

Proses resonansi pada biola sangat dipengaruhi oleh pola geometri pada

bagian top plate dan back plate. Setiap pembuat biola memiliki gaya

perbandingan geometri tertentu dalam membentuk pola top dan back plate.

Penulis mencoba untuk menganalisis salah satu contoh gaya geometri dari Amati

School. Gambar berikut merupakan kopian dokumen dari www.davidgusset.com

merupakan website online milik seorang Luthier/pembuat biola berkebangsaan

Italy, David Gusset.

Gambar 2.5. Pola Geometri Kurva Top dan Back Plate Amati School
21

Gambar diatas menunjukan bahwa para pembuat biola di eropa benar-

benar mempergunakan perhitungan matematis dalam membuat biola, setiap

lekukan pada badan biola memiliki hubungan proporsi satusama lain. Kurva pada

biola adalah karya seni yang jenius dan bukan sekedar karya seni yang hanya

sebatas kira-kira. Berikut anlisis dari tahapan pembuatan kurva top dan back plate

18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

-1 8 -1 7 -1 6 -1 5 -1 4 -1 3 -1 2 -11 -1 0 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
0
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
-9
-1 0
-11
-1 2
-1 3
-1 4
-1 5
-1 6
-1 7
-1 8

Gambar 2.6. Analisis Pola Geometri Kurva Top dan Back Plate Amati School
22

Gambar di atas adalah hasil akhir dari analisis Pola Geometri Kurva Top

dan Back Plate Amati School yang dibuat kembali oleh peneliti. Gambar dengan

ukuran sekala sebeharnya dapat dilihat pada lampiran. Warna garis pada gambar

menunjukan tahapan pembuatan pola. Tahap pertama adalah membuat 18 buah

lingkaran berwarna kuning dengan titik pusat pada koordinat (0,0), secara

1
berurutan memiliki rumus jari-jari {r n= n cm│ n=bilanganbulat }. Sekala jarak
2

yang dipergunakan dalam sistem kordinat ini adalah 0,5 cm. Berdasarkan gambar

di atas, pola top/Back Plate memiliki panjang L1 = 13 cm. Selain menjadi dasar

Pola Geometri Kurva Top/ Back Plate, lingkaran kuning ini dapat menjadi sumber

sekala untuk membuat biola dalam berbagai ukuran.

Untuk membuat ukuran biola dengan panjang L2 cm, maka rumus jari-jari

1 l2
untuk 18 pola lingkaran kuningnya adalah r n = n x cm, dengan rn adalah jari-
2 l1

jari ke-n, L1=13 (panjang top/Back Plate pada pola di atas), dan L2 adalah panjang

biola yang akan dibuat.

Tahap kedua adalah lingkaran berwarna merah. Lingkaran yang pertama

kali dibuat adalah lingkaran merah yang paling bawah dengan poros yang

bertepatan pada lingkaran kuning ke-13 dengan titik koordinat (x=o,y=-6,5) dan

pajang jari-jari 2,5 cm. Untuk mendapatkan titik koordinat yang akurat, peneliti

menggunakan software Corel Draw® dalam menganalisis pola geometri sehingga

dapat mendeteksi titik koordinat sampai tiga angka di belakang koma.


23

selanjutnya adalah membuat dua buah lingkaran merah dengan jari-jari

yang sama (2,5 cm) masing-masing porosnya berada pada koordinat (x=-1.238,y=

-4.327) dan (x=1.238, y= -4.327). sehingga didapatkan perpotongan garis keliling

antara dua buah lingkaran ini dengan lingkaran pertama dan lingkaran kuning ke-

9. Tepatnya pada titik koodinat (x=-1.238,y=-4.327) dan (x=1.238, y = -4.327).

hubungkan dua titik tersebut dengan garis hitam, kemudian perpanjang hingga

didapatkan perpotongan garis dengan dua lingkaran merah berupa titik pada

koordinat (x = -3.738, y= y=-4.327) dan (x = 3.738, y= y=-4.327). hubungkan dua

titik ini dengan pusat koordinat (o,o) sehingga membentuk garis diagonal,

kemudian perpanjang hingga memotong lingkaran kuning ke 9.

Lingkaran merah selanjutnya adalah lingkaran dengan titik pusat pada

koordinat (x= o, y= 3,5) dan diameter 1 cm. garis keliling lingkaran tersebut akan

memotong lingkaran kuning ke-7 pada kordinat (x=-0.499, y=3.466) dan (x=-

0.499, y=3.466) perpotongan ini akan menjadi titik pusat ligkaran merah

selanjutnya. Hubungkan dua titik tersebut, kemudian perpanjang hingga saling

memotong dengan diagonal yang tadi dibuat pada kordinat (x=-2.999, y=3.466)

dan (x=2.999, y=3.466) perpotongan ini akan menjadi titik ujung panjang jari-jari

ligkaran merah selanjutnya.

Kemudian buat dua buah lingkaran merah dengan titik pusat pada

koordinat yang telah ditentukan tadi, masing-masing pada kordinat (x=-0.499,

y=3.466) dan (x=-0.499, y=3.466). dengan pajang jari-jari 2.999-0.499=2,5 cm.

Kesimpulannya terdapat lima buah lingkaran merah dengan panjang jari

yang sama yaitu 2,5 cm dan satu buah lingkaran merah dengan jari-jari 1 cm.
24

Tahap selanjutnya adalah membuat satu buah lingkaran dengan garis

berwarna hijau. Dengan titik pusat pada koordinat (x=o, y= -4.327) dan panjang

jari-jari 3.7375 cm.

Tahap akhir adalah membuat lingkaran dan garis berwarna violet sebagai

garis bantu untuk pembuatan lingkaran berwarna biru. Beberapa garis ini tidak

ada dalam pola aslinya, namun berdasarkan hasil pengukuran maka penulis

merasa penting untuk menambahkan beberapa garis bantu dalam menganalisis

pola tersebut. Tahap pembuatan lingkaran biru cukup rumit, tetapi pada dasarnya

terdapat 4 buah lingkaran dengan ukuran yang sama, disertai 2 buah lingkaran

dengan ukuran yang sama juga tetapi lebih kecil. Semua pembuatan lingkaran

biru menggunakan prinsip perbandingan bidang datar lingkaran dengan teknik

pengukuran jangka.

1
2
6
7
4

5 8

Gambar 2.7. Urutan Pembuatan Lingkaran Biru

Pada tahap ini peneliti hanya akan menuliskan kordinat titik pusat dari

setiap lingkaran beserta panjang jari-jarinya. Koordinat titik pusat lingkaran 1

berada pada (x= -4.993, y= 0.261) dengan panjang jari-jari 3 cm. Koordinat titik
25

pusat lingkaran 2 berada pada (x= -4.993, y= 0.261) dengan panjang jari-jari 2

cm. Koordinat titik pusat lingkaran 3 berada pada (x= -3.23, y= -0.665) dengan

panjang jari-jari 1.014 cm. Koordinat titik pusat lingkaran 4 berada pada (x=-3.05,

y= 0.687) dengan panjang jari-jari 1.014 cm. Koordinat titik pusat lingkaran 5

berada pada (x= -4.213, y= -2.128) dengan panjang jari-jari 1.014 cm. Koordinat

titik pusat lingkaran 6 berada pada (x= -3.741, y= 2.027) dengan panjang jari-jari

1.014 cm.

Terakhir adalah lingkaran nomor 7 dan 8, masing-masing titik pusatnya

berada pada titik koordinat (x= -3.079, y= -1.148) dan (x= -2.712, y= 1.063)

dengan panjang jari-jari 1.016 cm.

Perpaduan dari lingkaran-lingkaran tadi akan membentuk kurva pada biola

dengan lingkaran merah dan hijau yang akan membentuk upper dan lower ribs,

sementara lingkaran biru membentuk corner dan C bouts

2.3. MATERIAL BIOLA

Badan biola hampir secara keseluruhan terbuat dari kayu. Bahan kayunya

pun tidak sembarangan. Berikut pernyataan Otis A. Thomas dari

http://www.fiddletree.com/ mengenai pentingnya memilih kayu untuk biola :

Wood is the foundation of an instrument, and its individual character is


expressed in the completed work. Each tree has its own peculiarities and
qualities of voice that make every instrument unique, and each luthier
chooses his wood for the characteristic ho hopes to find in his or her
finished work.

Biola yang baik memiliki bagian–bagian tertentu yang dibuat khusus dari

bahan kayu tertentu pula. Berikut pembagian jenis kayu menurut bagian-bagian

fungsi biola.
26

1. kayu spruce untuk bagian belly, bass bar, dan sound post

2. kayu maple utuk bagian back, ribs, neck dan bridge

3. kayu ebony untuk bagian fingerboard, peg, nut dan saddle

4. kayu rosewood terkadang dipakai untuk bagian pegs dan end button.

Linings, blocks dan corners dapat dibuat dari kayu spruce atau bahan kayu

ringan lainnya. Kayu-kayu tersebut dipilih secara apik sebelum ditebang,

sebaiknya bersama ahli pembuat biola atau meminta bantuan ahli pemotong kayu,

karena mereka dapat menentukan kualitas suara yang dihasilkan dari kayu yang

akan ditebang. dengan mengikuti cara-cara tersebut, seorang ahli dapat

menentukan apakah kayu memiliki kualitas yang baik, sebagai contoh apakah

kayu itu dapat menjadi resonator yang baik ataupun kualitas lainnya. Penilaian

beberapa ahli biola mempunyai standarisasi kualitas kayu berdasarkan geograpis

kayu itu ditanam seperti kemiringan lahan tanam, hembusan angin ketika pohon

tumbuh, ketinggian tanah, iklim, kandungan hara tanah, musim ketika

penebangan, serta usia kayu. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kualitas

kayu khususnya serat kayu.

Setelah ditebang kayu-kayu tersebut disimpan dalam keadaan kering, di

tempat yang berventilasi dan telindungi dari pergantian musim. Dalam ruangan

penyimpanan harus terjamin kesterilannya, hal ini dimaksudkan untuk

menghindarkan kayu yang dismpan dari serangan hama kayu, seperti rayap,

kumbang kayu, semut, tikus, dan hama lain yang menggunakan kayu sebagai

tempat bersarangnya. Kualitas dari kayu tidak ditentukan oleh usia


27

penyimpanannya. Kayu yang telah lama disimpan belum tentu memiliki kualitas

yang lebih baik dari pada kayu yang lebih singkat masa penyimpanannya.

2.4. Mekanisme Produksi Bunyi dan Fenomena Overtone Series Pada Biola

Berdasarkan sumber bunyinya, biola digolongkan ke dalam alat musik

chordophone dan secara spesifik dimasukan ke dalam bowed chordophone, yaitu

alat musik yang sumber bunyinya berasal dari getaran dawai yang sumber

getarannya berasal dari gesekan antara helaian rambut penggesek dengan dawai.

Berdasarkan pemahaman peneliti mengenai fisika BAB bunyi yang pernah

dipelajari di bangku SMP dan SMU tentang mekanisme perambatan bunyi dari

dawai, pada saat senar biola digesek terjadi sebuah sistem gelombang yang

harmonis dan saling mempengaruhi, dimulai pada getaran senar hingga berupa

bunyi yang kita dengar. Secara sistematis dapat diurutkan mulai dari gelombang

tranversal pada dawai yang secara langsung memampatkan udara di sekitarnya

sehingga mengakibatkan tekanan udara di sekitar dawai menjadi tinggi sehingga

terjadi gelombang longitudinal yang merambat di udara hingga menyentuh

membran telinga, sehingga banyaknya getaran pada dawai sebanding dengan

getaran yang terjadi pada membran telinga.

Terjadinya getaran pada senar biola disebabkan oleh gesekan rambut bow

pada senar. Secara kasat mata bow yang sedang menggesek senar biola tampak

seperti meluncur di atas senar, padahal sebenarnya rambut bow menarik senar

seperti halnya jari tangan menarik senar gitar dan melepaskannya kembali secara

tiba-tiba namun berperiodik dalam kecepatan tinggi sehingga kecil kemungkinan

melihat gerakan ini dengan mata telanjang.


28

Gerakan hair bow pada senar akan mengakibatkan senar bergetar dengan

gerakan bolak balik, bila dianalogikan seperti halnya kita menarik kawat jemuran

kemudian secara tiba-tiba dilepaskan kembali maka kawat jemuran tadi akan

bergerak bolak-balik, namun tentunya arah gerakan senar biola dan kawat

jemuran akan berbeda karena mekanisme dalam menggerakannya pun berbeda.

Pernyataan di atas senada dengan apa yang tertulis pada buku The Science of

Sound “…as the bow drawn across the strings of the violin, the string appears to

vibrate back and forth smoothly between two curved boundaries…” (Rossing,

1990 : 190). Senar biola akan bergetar ketika digesek dengan gerakan bolak balik

pada dua batas kurva tertentu, batas kurva ini merupakan amplitudo senar.

Selanjutnya masih dalam halaman yang sama “…the sharp bend racing along the

bowed string follow the curved path that we see; because of its speed, our eye sees

only the curved envelope…”(Rossing, 1990 : 190). Kalimat ini menjelaskan

bahwa ada satu titik (sharp bend) pada senar yang bergerak mengikuti batas kurva

(Curve Boundaries), namun dengan gerakannya yang sangat cepat seolah-olah

kita hanya melihat senar bergerak ke samping kiri dan kanan pada amplitudonya.

Gambar berikut akan membantu penjelasan kalimat di atas.

Curve boundaries

Sharp bend
29

Gambar 2.8. Pergerakan Sharp Bend Pada Curve Boundaries

Penjelasan di atas memaparkan terjadinya terjadinya getaran pada senar

biola diakibatkan oleh bow yang bekerja seperti layaknya jari kita menarik dan

melepaskan senar dengan kecepatan tinggi secara periodik. Begitu pula gerakan

yang terjadi pada hair bow ketika menggesek senar, ada fase menarik (stick phase)

dan ada fase melepaskan (slip phase). Berikut adalah ilustrasi terjadinya stick

phase dan slip phase pada saat bow menggesek senar.

S ta rt s lip p h a s e A

S ta rt s tic k p h a s e C

S e n a r b e rg e ra k D
b ersa m a b o w

B ow
H
30

Gambar 2.9. Mekanisme Terjadinya Stick Phase dan Slip Phase


Gambar diatas merupakan pengembangan dari gambar pada buku The

Science of Sound (Rossing, 1990:192). Gambar tersebut menunjukan bahwa arah

gerakan sharp bend pada senar berlawanan dengan gerakan bow. Pada gambar

2.8.A bow menyentuh senar dan memberikan gaya ke atas sementara gaya

tegangan pada senar akan melawan arah bow sehingga senar akan tergelincir

ketika sharp bend mencapai kurva amplitudo dan dimulailah slip phase. Fase ini

terjadi pada gambar 2.8.A dan 2.8.B.

Senar akan menempel kembali pada bow ketika sharp bend mencapai

kurva amplitudo pada arah berlawanan dan dimulailah stick phase. Fase ini terjadi

pada gambar 2.8.C sampai 2.8.H. Pada fase ini senar bersama bow bergerak

bersamaan. Kemudian berulang lagi ke fase sebelunya. Gabungan dari kedua fase

1
merupakan satu perioda. Berdasarkan rumus perioda T= , T adalah perioda dan f
f

adalah frekuensi dapat diketahuai waktu yang diperlukan sharp bend untuk

bergerak dari satu titik dan kembali ke titik tersebut. Misal senar yang digesek

memiliki frekuensi 440 Hz, maka waktu yang dibutuhkan untuk satu kali

rangkaian gerak sharp bend untuk bergerak dari satu titik dan kembali ke titik

semula adalah 1/440 detik= 0,0023 detik.

Kontak antara bow dan senar dengan dua fase yang berbeda

mempengaruhi bentuk gelombang bunyi yang dihasilkan, hal ini dijelaskan dalam

tulisan Jim Campbell yang berjudul The Phenomena of Sound and The Harmonic
31

Series pada website dengan alamat http://www.precisionstrobe.com/apps/temper

“...the wave form of a bowed violin may resemble a saw tooth. This result from

the way in which the string is grabed and released periodically by the bow…”

berdasarkan pernyataan tersebut maka overtone series/nada harmonik yang

muncul pada biola akan sesuai dengan karakter gelombang yang dihasilkan yakni

berbentuk gigi gergaji. Bentuk gelombang gigi gergaji akan merupakan indikator

bahwa semua nada harmonik akan muncul baik itu nada harmonik genap maupun

nada harmonik ganjil. Pernyataan ini mengacu pada tulisan Thomas D. Rossing

“… the saw tooth wave, on the other hand, has both odd-numbered and even-

numbred harmonics with amplitudes in the ratio 1/n (that is A, A/2, A/3…)…”

Peran dari nada harmonik ini adalah membangun karakter suara yang

membuat suatu alat musik memiliki karakter suara yang berbeda dengan alat

musik lainnya, perbedaan karakter inilah yang disebut dengan timbre atau warna

suara. Berikut adalah pernyataan Tipler (191:527) mengenai petingnya nada

harmonik pada alat musik :

Alasan utama yang menyebabkan perbedaan kualitas nada adalah


bahwa, meskipun biola dan obo menghasilkan getaran dengan frekuensi
nada dasar yang sama, yaitu 440Hz untuk nada , masing-masing alat
musik juga menghasilkan harmonik yang memiliki intensitas relative yang
bergantung pada jenis alat musik dan bagaimana alat musik tersebut
dimainkan jika alat musik masing-masing hanya menghasilkan frekuensi
nada dasar, bunyi masing-masing alat musik akan sama.

Penjelasan timbre secara bahasa cukup sulit dijelaskan karena sangat

bersifat subjektif. Peneliti kurang setuju dengan pernyataan Tipler yang

menerjemahkan sebagai kualitas nada timbre, bila diterjemahkan demikian bisa

saja muncul persepsi mengenai nada yang berkualitas dan yang tidak berkualitas.
32

Pernyataan berikut lebih diplomatis dalam memaparkan istilah timbre. Rossing

(Pratt and Doak, 1990:125) mengemukakan bahwa “timbre is that attribute of

auditory sensation whereby a listener can judge that two sounds are similar using

any criteria other than pitch, loudness, or duration”. Pernyataan tersebut

menjelaskan bahwa kriteria untuk timbre dapat dinilai kecuali dari aspek tinggi

rendahnya bunyi, tingkat kekerasan bunyi, serta durasi yang berhubungan dengan

panjang dan pendeknya bunyi terhadap waktu.

Anda mungkin juga menyukai