Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS

KATARAK

Disusun oleh :
RIFANI MEISHELA (1102011233 )

Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
RSUD DRADJAT PRAWIRANEGARA SERANG
Periode: 22 Juni 2015 - 1 Agustus 2015

STATUS PASIEN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Tempat/tanggal lahir
Suku/Bangsa
Pekerjaan
Alamat
Tanggal pemeriksaan
II.

: Ny. H
: 73 th
: Perempuan
: Islam
: Serang, 11 Oktober 1942
: Sunda
: Ibu rumah tangga
: Komplek Depag blok E No. 4 Ciwaru Jaya, Serang
: 30 Juni 2015

ANAMNESA (Alloanamnesa/Autoanamnesa)
Keluhan utama
: mata kanan buram
Keluhan tambahan
: penglihatan tidak jelas, nyeri sekitar mata
Riwayat penyakit sekarang
: pasien datang diantar oleh keluarganya
dengan keluhan mata kanan buram sejak 1 bulan yang lalu. dirasakan
perlahan, dan makin lama makin buram dan kabur sehingga penglihatan jadi
terganggu. Pasien juga merasakan silau jika kena cahaya terang, lebih
nyaman melihat saat malam hari, melihat lingkaran di sekitar cahaya, serta
pernah merasa nyeri di sekitar mata hingga kepala terasa nyut-nyutan.
Sebelum ke dokter pasien sudah mengobati dengan obat yang dibeli di
warung namun tidak ada perbaikan. Riwayat darah tinggi disangkal.
Riwayat penyakit metabolik seperti diabetes melitus disangkal.
Riwayat penyakit dahulu
: 3 bulan yang lalu pasien sudah pernah
datang ke dokter dengan keluhan mata yang sebelah kiri kabur dan
penglihatan terganggu serta merasa silau jika berada di tempat terang. Sudah
pernah direncanakan tindakan operasi namun pasien tidak datang untuk
operasi.
Riwayat penyakit keluarga

: DM (-) HT (-)

III.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Frekuensi nafas
Berat badan

: baik
: composmentis
: 120/80 mmHg
: 80x/menit
:: 20x/menit
:-

Kepala

: normocephal

Mata

: (Lihat status oftalmologi)

Telinga,hidung,tenggorok : dalam batas normal

IV.

Leher

: tidak ada pembesaran KGB

Toraks dan abdomen

: dalam batas normal

Ekstremitas

: tidak ada udem

STATUS OFTALMOLOGIS
OD

OS

Posisi Hirscbergh
Gerakan bola mata

Eksotropia (kearah nasal)


Baik ke segala arah

Ortoforia
Baik ke segala arah

Visus
TIO

1/~
Digital : agak keras
Shiotz : 43,4
Normal
Tumbuh teratur
Edema (-), hiperemis (-)
Ektropion (-), entropion(-)
Edema (-), hiperemis (-)
Ektropion (-), entropion(-)
Hiperemis (+), papil (-)
Hiperemis (+), papil (-)
Injeksi siliar
Keruh
Dangkal
Bulat, 5-6mm
Atrofi iris

1/300
Digital : normal/palpasi
Shiotz : 17,3
Normal
Tumbuh teratur
Edema (-), hiperemis (-)
Ektropion (-), entropion(-)
Edema (-), hiperemis (-)
Ektropion (-), entropion(-)
Hiperemis (-), papil (-)
Hiperemis (-), papil (-)
Injeksi konjungtiva
Agak keruh
Agak dangkal
Bulat, 3-4mm
Shadow test (+)

Supracilia
Palpebra superior
Palpebra inferior
Konjungtiva tarsal superior
Konjungtiva tarsal inferior
Konjungtiva bulbi
Kornea
COA
Pupil
Iris

Lensa
Funduskopi

V.

Keruh

Agak keruh
Tidak dilakukan

DIAGNOSA KERJA
Katarak senilis matur OD dengan susp.glaukoma sekunder OD
Katarak senilis imatur OS

VI.

DIAGNOSA BANDING
Glaukoma

VII.

PEMERIKSAAN
Pemeriksaan yang dilakukan : visus dasar, pemeriksaan segmen anterior,

pemeriksaan TIO
Rencana pemeriksaan penunjang : perimetri, gonioskopi
VIII. PENATALAKSANAAN
- Pada mata yang sebelah kiri, direncanakan untuk dilakukan operasi
katarak serta pemasangan lensa tanam untuk memperbaiki tajam
penglihatan
- Pada mata yang sebelah kanan, diberikan obat untuk menurunkan TIO
IX.

obat untuk mencegah katarak berkembang lebih cepat


SARAN
- Melakukan kontrol mata jika mata kiri telah dioperasi
- Melakukan kontrol TIO. Jika TIO menurun/terkontrol,

dapat

dipertimbangkan untuk dilakukan operasi katarak untuk mata yang sebelah


X.

kanan
PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanasionam : dubia ad bonam

Nama & paraf pembimbing

DISKUSI

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya yang
disebabkan oleh berbagai keadaan. Katarak yang dapat ditemukan dengan tanpa

kelainan mata atau kelainan sistemik lainnya terbagi dalam tiga bagian yaitu
katarak senilis, katarak juvenili dan katarak herediter1.
Mekanisme terjadinya katarak masih belum dapat sepenuhnya dimengerti,
akan tetapi penuaan merupakan faktor yang paling berperan.2
Ny.H 73 tahun datang dengan keluhan utama mata buram saat melihat.
Berdasarkan usia pasien, jenis katarak yang sesuai yakni katarak senilis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan usia pasien serta anamnesis. Dari anamnesis
yang dilakukan didapatkan informasi mengenai tanda dan gejala penurunan
penglihatan serta kemampuan melihat cahaya atau kesilauan saat melihat. Hal ini
sesuai dengan kepustakaan, bahwa pasien dengan katarak mengeluh penglihatan
seperti berkabut atau berasap, dan penurunan penglihatan menurun secara
progresif.
Pada mata sebelah kiri, lensa mengalami kekeruhan parsial sehingga disebut
katarak imatur, sedangkan pada mata sebelah kanan, kekeruhannya sudah total
disebut katarak matur. Hal ini sesuai dengan sumber yang menyatakan bahwa
stadium katarak terbagi atas :
1. Stadium katarak senilis imatur : pada stadium ini lensa berwarna putih
keabuan tetapi masih ada korteks yang jernih sehingga tampak
bayangan iris.
2. Stadium katarak senilis matur : pada stadium ini kekeruhan menjadi
komplit oleh karena korteks secara keseluruhan terlibat sehingga
semua sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali ke permukaan
anterior lensa, sehingga tidak tampak bayangan iris. Warna lensa
menjadi seperti mutiara.1,2
Pada pemeriksaan visus didapatkan visus mata kanan 1/~ dan mata kiri 1/300
yang menjelaskan penurunan penglihatan akibat lensa keruh. Pada pemeriksaan
segmen anterior didapatkan lensa yang keruh. Hal ini sesuai dengan sumber yang
mengatakan bahwa pemeriksaan pada pasien katarak ditemukan adanya
kekeruhan pada lensa sehingga menyebabkan mata berwarna putih atau abu-abu
serta adanya kelainan refraksi. 2

Pada mata sebelah kanan pasien diduga ada penyulit susp.glaukoma. karena
dari hasil anamnesis didapatkan pasien mengeluh nyeri di sekitar mata hingga
dirasakan kepala nyut-nyutan. Dan pada pemeriksaan TIO didapatkan hasil yang
tinggi pada mata sebelah kanan yaitu 43,4. Namun karena belum dilakukan
pemeriksaan lapangan pandang, maka selanjutnya akan coba diperiksa terlebih
dahulu untuk memastikan penyulit pasti apakah benar ada glukoma atau tidak.
Terdapat 2 jenis ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract extraction
(ICCE) dan extra capsular cataract extraction (ECCE). ECCE saat ini
dikembangkan dengan adanya teknik Small Incision Cataract Surgery(SICS) dan
Phakoemulsifikasi. ICCE merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan
seluruh lensa bersama kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan dalam kapsulnya
dengan cryophake dan dipindahkan dari mata melalui insisi korneal superior yang
lebar. ECCE merupakan teknik pembedahan pada lensa dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga massa lensa dan kortex dapat keluar melalui robekan. Phakoemulsifikasi
merupakan suatu teknik pembedahan ekstraksi lensa dengan memecah dan
memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil.
Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnnya
mesin phako akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih.
Karena irisan yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan pulih
dengan sendirinya.1,2
Penanganan operatif pada mata kiri pasien yang dapat direkomendasikan yaitu
ECCE atau Extra Capsuler Cataract Ekstraksi dimana nukleus dan korteks
diangkat dari kapsul dan menyisakan kapsula posterior. Teknik ini selain
menyediakan lokasi untuk menempatkan IOL atau intra ocular lens, juga dapat
dilakukan pencegahan prolaps vitreous juga sebagai pembatas antar segmen
anterior dan posterior. Sebagai hasilnya, teknik ini dapat menurunkan
kemungkinan timbulnya komplikasi seperti vitreousloss dan edema kornea.
Dengan dilakukannya operasi ini diharapkan dapat mencegah kebutaan total dan
memperbaiki visus pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-4. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia: Jakarta;2013
2. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran
UI. Edisi ke-4. Media Aesculapius: Jakarta;2014

Anda mungkin juga menyukai