123 123 Trisnaanggg 6766 1 Jurnalt N
123 123 Trisnaanggg 6766 1 Jurnalt N
Abstract
This study aims to determine the relationship between self control with consumptive
behavior to buy discount clothes among the student of faculty of law Sriwijaya University
Palembang. The hypothesis proposed in this study is there a relationship between self
control with consumptive behavior to buy discount clothes among the students of faculty
of law Sriwijaya University Palembang. Researched measuring instruments used the self
control scale and consumptive behavior to buy discount clothes scale. Analysis
techniques using sample regression analysis by using SPSS version 20.0 for windows.
The results showed a correlation coefficient (r) of 0,457 with a coefficient of determination
(R-square) of 0,209, and p = 0,0000 p < 0,01. This suggests that the hypothesis is
accepted. The results showed that there is a significant relationship between self control
with consumptive behavior to buy discount clothes among the students of faculty of law
Sriwijaya University Palembang. Contribution of the independent variable on the
dependent variable was 20,9%.
Keywords: Self Control, Consumptive Behavior to Buy Discount Clothes
Pendahuluan
besar.
membelanjakan
segala
keperluannya,
untuk
sekedar
makan-makan ditempat mewah,
membeli barang branded seperti tas,
jam, sepatu, dan terutama membeli
pakaian. Diantara makan-makan di
tempat mewah, para mahasiswi
lebih banyak rela menghabiskan
uangnya untuk membeli pakaian.
Hal ini terjadi karena bagi mereka ini
termasuk cara berinteraksi sosial
dengan teman yang lain juga tanpa
memikirkan bahwa mereka membeli
pakaian dan menghabiskan uang
nya hanya untuk memuaskan
keinginannya semata bukan karena
kebutuhan.
Dibalik seringnya belanja
pakaian dan penampilannya tersebut
sudah pasti ada faktor pendukung
yang membuat mereka senang
sekali belanja pakaian, yaitu diskon.
Pakaian yang dibeli dan dikenakan
para remaja sekarang , itu semua
tidak lepas dari peran yang namanya
diskon. Mahasiswi remaja biasanya
lebih sensitif apabila mendengar
kata
diskon
dikarenakan
keterbatasan keuangan yang ada.
Para mahasiswi langsung memutar
otak bagaimana bisa membeli
sesuatu barang yang bagus tapi juga
dengan harga yang terjangkau oleh
kantong
mahasiswi
karena
kebanyakan dari mahasiswi masih
bergantung pada uang saku yang
terbatas dari orang tua.
Zeithaml & Bitner (Pepadri,
2002) mengatakan diskon adalah
memberikan harga potongan untuk
menciptakan sensitivitas terhadap
harga sehingga tercipta pembelian.
Konsep diskon yang merupakan
bagian dari promosi, produsen
berupaya keras untuk memperbesar
jumlah barang yang terjual yang
selanjutnya dapat meningkatkan
laba atau keuntungan. Mahasiswi
memiliki karakteristik yang labil dan
lebih mudah untuk dibujuk atau
berbeda.
Berdasarkan hasil observasi
dan wawancara peneliti pada
tanggal 7 Mei 2014 dengan
beberapa
mahasiswi
Fakultas
Hukum
Universitas
Sriwijaya
Palembang dalam menggunakan
uang saku yang diperoleh oleh
orang tuanya. Beberapa mahasiswi
menceritakan mengenai uang saku
yang
mereka
dapat
dengan
pengeluaran mereka sehari-hari.
Rata-rata
mahasiswi
ini
mendapatkan uang bulanan. Uang
yang diberikan rata-rata sebesar
1.500.000, uang inilah yang mereka
pergunakan untuk makan, minum,
jalan-jalan, untuk keperluan kuliah
dan belanja terlepas dari biaya
kosan
bagi
mahasiswi
yang
mengekost. Soal belanja mereka
menceritakan kalau mereka adalah
para remaja putri yang sangat suka
belanja pakaian diskon dan mereka
selalu mengikuti trend pakaian
zaman sekarang. Dari mulai pakaian
yang dijual online shop yang bisa
mereka lihat dari instagram, bazar,
sampai pusat pakaian yang ada di
mall itu sendiri. Setiap ke mall
bersama yang mereka cari pasti toko
pakaian
terutama
yang
lagi
mengadakan diskon. Diskon ini
biasanya diadakan pada saat ado
toko yang baru buka untuk promosi,
diskon pada saat ada acara ulang
tahun toko tersebut berdiri diadakan
diskon sebagai perayaan ucapan
terima kasih pada pelanggan
setianya, pada saat hari raya besar,
sebagai promosi untuk menarik
perhatian dan melariskan di tokonya
dan diskon pada akhir tahun.
Mereka mengatakan sering lupa diri
kalau sudah belanja pakaian. Seperti
sekarang contohnya lagi trend
sweater bulu mereka langsung
mencari sweater itu di mall, di
instagram
serta
mencari
perbandingan bahan dan harganya.
keputusan.
Berdasarkan hasil observasi
dan wawancara peneliti pada
tanggal 17 juni 2014 dengan
mahasiswi
Fakultas
Hukum
Universitas Sriwijaya Palembang.
Para mahasiwi ini mengatakan
bahwa mereka kurang mampu
mengontrol
perilakunya
ketika
dihadapkan
dengan
toko-toko
pakaian. Mereka tergoda untuk
memasuki toko pakaian tersebut.
Mereka juga mengatakan tidak bisa
menahan keinginannya untuk tidak
belanja. Alasan ketika mereka ingin
membeli pakaian pada saat itu
karena pakaian itu bagus, menarik,
lucu apalagi ada stimulus yang
sangat mendukung yaitu diskon
dimana harganya menjadi lebih
murah. Kondisi belanja inilah yang
kurang bisa mereka antisipasi
ditambah ada dukungan stimulus
diskon yang akhirnya keputusan
yang diambil adalah membeli
pakaian tersebut. Pada umumnya
para
mahasiswi
ini
tidak
mempertimbangkan
manfaatnya
terlebih dahulu dan langsung
membelinya, yang penting mereka
mendapatkan
pakaian
yang
diingikan pada saat itu.
Berdasarkan fenomena di
atas dan definisi dari masing-masing
variable bahwa perilaku konsumtif
membeli pakaian diskon merupakan
tindakan membeli pakaian bukan
untuk mencukupi kebutuhan tetapi
untuk memenuhi keinginan yang
dilakukan
secara
berlebihan
didukung adanya stimulus diskon
yang mendorong untuk membeli
sehingga menimbulkan pemborosan
Suyasa (2004). Diharapkan dengan
ini
mahasiswi
mampu
untuk
membimbing tingkah lakunya sendiri
untuk bisa menekan atau merintangi
impuls-impuls
yaitu
perilaku
konsumtifnya
Chaplin
(2009).
Mengingat
maraknya
perilaku
Berdasarkan
tabel
4
diatas, bahwa hasil dari kedua
data yang diperoleh melalui alat
ukur yang dibuat oleh peneliti
berdistribusi
normal
karena
memenuhi kaidah p > 0,05,
dapat dilihat dari nilai p alat
ukur tersebut yaitu pada kontrol
diri
(0,144) dan perilaku
konsumtif
membeli
pakaian
diskon (0,219) yang lebih besar
dari 0,05.
Uji linieritas hubungan
Uji Linieritas merupakan uji yang
dilakukan
untuk
mengetahui
hubungan antara variabel bebas
yaitu kontrol diri dan variabel
tergantung yaitu perilaku konsumtif
membeli pakaian diskon. Kaidah
yang digunakan adalah jika p<0,05
berarti hubungan antara kedua
variabel adalah linier, jika p>0,05
maka hubungan antara kedua
variabel tidak linier.
Berdasarkan tabel 5 diatas
dari uji linieritas antara kontrol diri
dan perilaku konsumtif membeli
pakaian diskon dapat dilihat bahwa
terdapat hubungan yang linier
karena memenuhi kaidah p < 0,05.
Hasil tersebut dapat dilihat dari nilai
p (0,000) yang lebih kecil dari 0,05.
Uji Hipotesis
Berdasarkan
tabel
diatas,
Pembahasan
Berdasarkan
hasil
perhitungan stastistik yang telah
dilakukan untuk membuktikan bahwa
terdapat hubungan yang sangat
signifikan antara kontrol diri dengan
perilaku konsumtif membeli pakaian
diskon pada mahasiswi Fakultas
Hukum Unsri Palembang. Analisis
dilakukan dengan menggunakan uji
regresi sederhana yang hasilnya
adanya
penerimaan
terhadap
hipotesis yang diajukan. Hasil
tersebut dapat dilihat dari nilai
koefisien korelasi R = 0,457 dengan
nilai signifikansi (p) = 0,000 atau
dengan kata lain p < 0,01. Ini
menunjukkan bahwa ada hubungan
yang sangat signifikan antara kontrol
diri dengan perilaku konsumtif
membeli pakaian diskon pada
mahasiswi Fakultas Hukum Unsri
Palembang.
Besarnya nilai sumbangan
kontrol diri (variabel bebas) terhadap
perilaku konsumtif membeli pakaian
diskon (variabel terikat) adalah
20,9% yang berarti bahwa masih
terdapat 79,1% dari faktor lain yang
mempengaruhi perilaku konsumtif
membeli pakaian diskon tetapi
variabel itu tidak diteliti oleh peneliti.
Faktor-faktor lain itu diantaranya
adalah faktor internal yang terdiri
dari usia, siklus hidup keluarga,
pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya
diskon-diskon
pakaian
yang
diadakan karena diskon yang
diberikan kecil tidak sebesar diskondiskon selama bulan puasa, pakaian
yang didiskon juga bukan yang
terbaru masih sama dengan bulan
puasa kemarin bahkan sudah ada
pakaian yang kembali ke harga
normal, dan mereka mencoba
memikirkan terlebih dahulu manfaat
setiap pakaian yang akan dibeli
karena bisa saja mereka sudah
banyak membeli pakaian selama
diskon di bulan puasa.
Hal ini berbeda dengan
fenomena yang ditemukan peneliti
diawal. Hal ini terjadi karena pada
saat penelitian itu sudah melewati
hari lebaran dan diakibatkan oleh
beberapa faktor seperti diskon yang
sudah tidak banyak lagi karena
sudah lewat hari lebaran. Diskondiskon besar dipusat perbelanjaan
tidak setiap hari diberikan, toko bisa
memberikan diskon yang besarbesaran pada saat hari-hari besar
tertentu seperti diskon menjelang
lebaran, diskon akhir tahun, diskon
dalam memperingati hari ulang
tahun toko tersebut, atau diskon
pada saat promo pembukaan toko
baru. Memang masih ada yang
diskon tetapi kecil tidak sebesar
selama bulan puasa dan pakaian
yang di diskon sama saja dengan
pakaian yang lama bukan yang
terbaru sehingga tidak terlalu
menarik perhatian para subjek,
ditambah pada saat itu kuliah masih
belum aktif sehingga keuangan
mereka juga tidak cukup banyak
untuk digunakan belanja dan tidak
semua uang jajan bulanan para
mahasiswi
rata-rata
berjumlah
1.500.000 ada yang dibawah dari itu
sehingga mereka yang memiliki
uang jajan dibawah 1.500.000 lebih
mengontrol
uangnya
untuk
kepentingan yang lebih diutamakan
selama sebulan nanti, keterbatasan
harinya,
mampu
mengontrol
keputusannya
untuk
menahan
keinginan belanja pakaian diskon
dikarenakan pakaian yang didiskon
sama saja dengan yang lama
bahkan pakaian sudah kembali ke
harga normal dan keuangan mereka
tidak mencukupi sehingga mereka
berfikir
ulang
dan
menahan
keinginannya belanja pakaian diskon
Hal ini berbeda dengan fenomena
yang ditemukan diawal. Hal ini
diduga diakibatkan oleh beberapa
faktor seperti diskon yang sudah
tidak banyak lagi, diskon yang
diberikan kecil, pakaian yang
didiskon adalah pakaian lama bukan
yang terbaru, pakaian sudah kembali
ke harga normal, bedanya uang
jajan perbulan tiap mahasiswi,
keterbatasan uang jajan mereka
karena perkuliahan belum aktif,
kondisi para subjek saat mengisi
skala tidak membaca dengan serius
dan terburu-buru, hal ini yang
membuat kontrol diri subjek sedang.
Hasil ini sama dengan aspek kontrol
diri yang dikatakan Syamsul (2010)
yaitu
:
mengontrol
perilaku,
mengontrol kognitif, dan mengontrol
keputusan.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa kontrol diri pada
mahasiswi Fakultas Hukum Unsri
adalah sedang, seperti yang di
peroleh dari hasil analisis data yang
menunjukkan dari 155 mahasiswi
terdapat 100 mahasiswi (64,5%)
melakukan kontrol diri sedang.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Anonim.
(2004).
Rubrik
Curhat
Diri.
Diakses
dari
http://www.kompas.com/kom
Konsumtif
pas-cetak/0410/29/
muda/
1353533html.
melalui
Self-Control
Failure,
Impulsive
Reflections
and
Remaja
katalog
di
Putri
SMA
diterbitkan).
Psikologi
Fakultas
Universitas
Diponegoro, Semarang
Pepadri, I. 2002. Pricing is The
Momment
MarketingCome to Focus in
Chaplin,
J.P
(2009).
Kamus
berdasarkan
Of
Remaja
Control
Putra.
Pada
Jurnal
Psikologika.
(edisi
revisi).
All
Truth
http//vjww.imui.comlupload/
Locus
of
dan
Dalam
Iklan:
Menerobos
BT.
(2010).
Psikologi
Organisasi.
Universitas
Indonesia.
Parma. (2007). Hubungan Antara
Kencana.
Widiastuti,
R.
(2007).
Martabat
Perempuan
Konsumen.
Sebagai
Diakses
pada
Pendidikan.
Psikologi
Edisi
Yusuf,
(2011).
Perkembangan
Psikologi
Anak
dan
&
revisi
Rosdakarya