Tugas Sistem Sosial Budaya Lokal Indonesia
Tugas Sistem Sosial Budaya Lokal Indonesia
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam jiwa manusia terdapat keindahan yang melekat secara
utuh, naluri yang tertanam akan budaya ataupun kebudayaan, segala
bentuk yang membuat manusia itu hidup tertata dalam masyarakat
adalah
budaya
itu
sendiri
yang
dimana
setiap
manusia
wajib
kesemuanya
ditujukan
untuk
membantu
manusia
dalam
B. RUMUSAN MASALAH
- Apa yang dimaksud dengan sistem sosial budaya?
- Bagaimana bentuk sistem sosial budaya suku Bugis-Makassar?
C. TUJUAN
- Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem sosial budaya
Bugis-Makassar.
- Memenuhi tugas mata kuliah System Budaya Lokal Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
juga
sebabnya
mengapa
konsep
tersebut
sering
sangat
mendarah daging, sulit diubah apalagi diganti oleh konsep yang baru.
Bila sistem nilai budaya tadi memberi arah pada perilaku dan
tindakan manusia, maka pedomannya tegas dan konkret. Hal itu
nampak dalam norma-norma, hukum serta aturan-aturan. Normanorma dan sebagainya itu seharusnya bersumber pada manusia,
dijiwai, serta merincikan sistem nilai budaya tersebut.
Konsep sikap bukanlah bagian dari kebudayaan. Sikap merupakan daya
dorong dalam diri seorang individu untuk bereaksi terhadap seluruh
kata lain,
sikap
individu
ditentukan keadaan fisik dan psikisnya serta norma-norma dan konsepkonsep nilai budaya yang dianutnya. Namun demikian harus pula
dikatakan bahwa dalam pengamatan tentang sikap-sikap seseorang
sulitlah menunjukkan ciri-cirinya dengan tepat dan pasti. Itulah juga
sebabnya mengapa tidak dapat menggeneralisasi sikap sekelompok
warga masyarakat dengan bertolak (hanya) dari asumsi yang umum
saja.
Konsep sikap bukanlah bagian dari kebudayaan. Sikap merupakan daya
dorong dalam diri seorang individu untuk bereaksi terhadap seluruh
lingkungannya. Bagaimana pun juga harus dikatakan bahwa sikap
seseorang itu dipengaruhi oleh kebudayaannya. Artinya, yang dianut
oleh individu yang bersangkutan.
Dengan
kata lain,
sikap
individu
ditentukan keadaan fisik dan psikisnya serta norma-norma dan konsepkonsep nilai budaya yang dianutnya. Namun demikian harus pula
dikatakan bahwa dalam pengamatan tentang sikap-sikap seseorang
sulitlah menunjukkan ciri-cirinya dengan tepat dan pasti. Itulah juga
sebabnya mengapa tidak dapat menggeneralisasi sikap sekelompok
warga masyarakat dengan bertolak (hanya) dari asumsi yang umum
saja.
dan
Pangkajene
Propinsi
Sulawesi
Selatan.
Mereka
merupakan
penganut agama Islam yang taat. Agama Islam masuk ke daerah ini
sejak abad ke-17. Mereka dengan cepat menerima ajaran Tauhid.
Proses Islamisasi di daerah ini dipercepat dengan adanya kontak terusmenerus dengan pedagang-pedagang melayu Islam yang sudah
menetap di Makassar. Pada zaman pra-Islam, religi orang BugisMakassar, seperti tampak dalam Sure Galigo, mengandung suatu
kepercayaan kepada satu dewa tunggal yang disebut dengan beberapa
nama, yaitu:
1. Patoto-e, yaitu Dia yang menentukan nasib.
2. Dewata Seuwa-e, yaitu Dewa yang tunggal.
3. Turie arana, yaitu Kehendak yang tertinggi.
Sisa-sisa kepercayaan ini masih terlihat pada orang To Lotang di
Kabupaten Sindenreng-Rappang, dan pada orang Amma Towa di
Kajang,
Kabupaten
Bulukumba.
Orang
Bugis-Makassar
masih
Ade
Akkalabinengneng,
yaitu
norma
mengenai
bagian
dari
panngaderreng,
rampang
menjaga
kepastian
dan
keputusan
di
masa
perumpamaan-perumpamaan
lampau.
tingkah-laku
Rampang
ideal
juga
dalam
berupa
berbagai
C.
sederajat kesatu, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.
2.
sederajat kedua, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.
3.
sepupu sederajat ketiga, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.
Perkawinan tersebut, walaupun ideal, tidak diwajibkan sehingga
banyak pemuda yang menikah dengan gadis-gadis yang bukan
sepupunya.
Perkawinan yang dilarang atau sumbang (salimara) adalah perkawinan
antara:
1.
2.
Saudara sekandung.
3.
4.
5.
3.
dan
Kabupaten
merupakan
Pangkajene.
kesatuan-kesatuan
Desa-desa
di
administratif,
kabupaten
tersebut
gabungan
sejumlah
rumah
membelakangi
sungai.Pusat
kampung
lama
D.
10
Kabupaten
merupakan
Pangkajene.
kesatuan-kesatuan
Desa-desa
di
administratif,
kabupaten
tersebut
gabungan
sejumlah
rumah
membelakangi
sungai.Pusat
kampung
lama
11
Mereka
merupakan
suku
bangsa
Indonesia
yang
telah
mengembangkan kebudayaan maritim sejak abad ke-17. Orang BugisMakassar juga telah mewarisi hukum niaga pelayaran. Hukum ini
disebut Adeallopiloping Bicaranna Pabbalue ditulis oleh Amanna
Gappa pada lontar abad ke-17. Sambil berlayar orang Bugis-Makassar
mengembangkan perdagangan ke berbagai tempat di Indonesia.
Berbagai jenis binatang laut ditangkap dan diperdagangkan.
Teripang dan holothurioidea (sejenis binatang laut) ditangkap di
kepulauan Tanimbar, Irian Jaya, bahkan sampai ke Australia untuk
dijual kepada tengkulak. Melalui tengkulak binatang laut ini diekspor ke
Cina. Mulai abad ke- 19 sampai abad ke-20 ekspor teripang sangat
maju.
Selain
pertanian,
penangkapan
ikan,
pelayaran,dan
12