Anda di halaman 1dari 20

KONSEP BERMAIN PADA ANAK USIA DINI

Mukhyidin, M.A.1
(Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Quran Al Ittifaqiah)
Email : smuhyidin@yahoo.com

Abstrak

Key Word

: Every parent would want their children to be a nable child, who would
be expected tobe apious (godly) child, useful in the world of good for
both parents and for society at large.
Then useful in the world is also beneficial in the here after, pray when
they are gone. That desire is achieved, then a child needs an early age.
Learness through education in accordance with what has been taught
by the religion of Islam formation of moral urgency in early childhood,
then both teacher educator at the school and parents at home to use
this apportunity as quicly as passible through a variety of stimulation.
Besides the developmental stages in childrens own, according to their
age.
: Pendidikan, Bermain, Anak

A. Pendahuluan
Kesalahan persepsi sering terjadi pada sebagian orang tua dan guru dalam
menyikapi anak-anak ketika berlangsung proses pembelajaran baik di dalam maupun
di luar kelas. Tidak sedikit orang tua dan atau guru marah terhadap anak-anak yang
aktif bermain-main ketika sedang berlangung proses pembelajaran. Orang tua dan
guru sangat membatasi bahkan cenderung otoriter terhadap kebebasan anak-anak
untuk bermain dan mengekspresikan keinginan mereka untuk bermain/ Anak
"dipaksa" untuk mengikuti kemauan orang tua atau guru. Dampaknya anak sangat
terkekang dan menjadi "penurut" kehendak orang tua dan guru yang tampak
sepertinya positif padahal belum tentu tepat dan baik bagi anak.

DosenTetapSekolahTinggiIlmuTarbiyah Al Quran Al Ittifaqiah

Dunia anak adalah dunia bermain (al La'b) dengan serba gerak dan alat dengan
benda-benda yang ada di sekitarnya. Anak-anak aktif menggerakkan anggota
tubuhnya untuk mengekspresikan keinginannya. Bermain disamping untuk dapat
menggerakkan fungsi-fungsi motorik anggota tubuhnya agar dapat berkembang
dengan baik. Disamping itu dengan bermain anak juga dapat menemukan eksistensi
dirinya.
Urgensi orang tua dan pendidik dalam memahami pertumbuhan dan
perkembangan anak terutama pada usia dini sangat bermanfaat

bagi upaya

membantu dan mempermudah anak dalam belajar, bermain merupakan proses belajar
yang tak terpisahkan bagi anak. Oleh karena itu orang tua dan pendidik harus
memberikan peluang seluas-luasnya kepada anak untuk dapat bermain dan tidaklah
tepat orang tua maupun pendidik yang melarang anak untuk bermain apalagi dengan
ancaman yang menyebabkan anak menjadi takut. Orang tua dan pendidik berperan
penting dalam memilih dan menyediakan mainan yang mendidik, sehingga mainan
tersebut bukan hanya sekedar memberikan kesenangan atau memuaskan hati anak
tetapi juga banyak memberikan pengalaman dan pengetahuan kepadanya.
Bermain merupakan kebutuhan yang tak terelakkan bagi anak, bermain juga
merupakan metode yang tepat dalam proses pembelajaran anak. Hal ini dibuktikan
dari hasil penelitian yang dilakukan di Florida USA selama lebih 25 tahun. (Bekti
Winarsih, 2009). Pada anak yang masih dalam usia dini lebih besar kebutuhannya
terhadap permainan dari pada ketika ia telah dewasa. Rasulullah saw. dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan Imam Turmudzi

menyatakan bahwa begitu pentingnya

bermain bagi seorang anak karena permainan anak akan menambah kecerdasan
ketika anak telah dewasa.
2

.

Artinya : Uramah (yaitu permainan, keaktifan dan kelincahan seorang anak,
serta sosialisasinya dengan orang lain) seorang anak semasa kecilnya dapat menambah
kecerdasannya ketika dia sudah dewasa ( HR. Turmudzi)

Dari
haditstersebutsemakinjelaslahbahwabegitubanyakmanfaatbermainbagianak.Namumd
emikiantidakberartianakharusdiberikansebebasbebasnyauntukbermaiantanpadiarahkandandiawasioleh

orang

tuadanpendidiksangatdibutuhkanuntuk,

tua.Peran

orang

membantu,

mengarahkandanmengawasianakterkaitdenganwaktudanapa

yang

dimainkanpadaanakusiadini. Mengingatsangaturgenartibermainbagianak, di bawah


ini penulis paparkan berbagai hal tentang konsep bermain pada anak usia dini.

B. Batasan Anak Usia Dini


Sebagaimana hasil penelitian ilmiah yang menjadi kesepakatan internasional ,
usia dini itu 0 8 tahun. Tetapi di Indonesia, berdasarkan UU Nomor : 20/2003, usia
dini 0 6 tahun, sedangkan usia 7 8 tahun sudah memasuki Sekolah Dasar (SD),
berarti anak TK usia 4 5 tahun masih termasuk anak usia dini. (Misni Irawati, 2009)
Sebagaimana yang dijelaskan dalam PP. RI No. 27 tahun 1990 tentang prasekolah Bab I
Pasal 1 ayat (2) dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan Taman Kanak-kanak adalah
salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini
bagi anak usia 4 (empat) tahun sampai memasuki pendidikan sekolah dasar. Lebih

lanjut dijelaskan bahwa satuan pendidikan prasekolah meliputi Taman Kanak-kanak,


Kelompok Bermain dan Penitipan Anak. (Soemarti Patmonodewo, 2000)

C. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia Dini


a. Hereditas
Hereditas

disebut

juga

dengan

keturunan/pembawaan

yang

mana

merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perekembangan individu. Dengan


demikian karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tua.
Karakter tersebut menyangkut fisik seperti struktur badan, kulit dan bentuk rambut
dan sifat-sifat mental seperti emosi, kecerdasan dan bakat. (Syamsu Yusuf, 2008)
b. Lingkungan
Lingkungan di sini merupakan berbagai peristiwa, situasi/kondisi di luar
organisme yang diduga mempengaruhi/dipengaruhi oleh perkembangan individu.
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini, yaitu lingkungan keluarga, sekolah,
kelompok sebaya dan masyarakat.
c. Keluarga
Yang disebut keluarga adalah perkumpulan yang halal antara seorang laki-laki
dan seorang perempuan yang bersifat terus menerus dimana yang satu merasa
tentram dengan yang lainnya sesuai yang ditentukan oleh agama dan masyarakat.
Kemudian ketika suami istri itu dikaruniai seorang anak/lebih, maka anak ini menjadi
unsur ketiga di samping dua unsur sebelumnya. Namun di dalam pengertian Islam
keluarga juga meliputi kaum kerabat. Kaum kerabat di sini termasuklah saudarasaudara, nenek/kakek, paman, bibik dan semua pihak yang ada hubungan
darah/keturunan.
4

d. Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis
melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu
siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moralspritual, intelektual, emosional maupun sosial.
Seperti yang penulis sebutkan sebelumnya, bahwa biasanya anak usia 4
6 tahun duduk di bangku sekolah Taman Kanak-kanak (TK), karenanya para pembina
di sekolah, terutama guru yang paling intens berinteraksi dengan anak harus
memahami konsep-konsep pendidikan anak usia dini selaras dengan apa yang
dipahami orang tua di rumah.
e. Kelompok sebaya
Kelompok sebaya adalah kelompok bermain anak yang tingkat usianya hampir
sama. Pada anak usia dini biasanya banyak mempunyai waktu untuk bermain, karena
mereka belum mempunyai kegiatan seperti anak yang telah memasuki usia Sekolah
Dasar. Karenanya periode ini merupakan masa transisi anak lebih mendekat kepada
teman-temannya dan di saat yang sama mulai mengabaikan perintah, anjuran dan
keharusan yang diminta oleh orang tua. Maka pada periode ini orang tua untuk
mewaspadai dan menyikapi anak dengan bijak. (Syaiful Zaman, 2008)

f.

Masyarakat
Lingkungan masyarakat tempat tinggal anak adalah tempat anak

menyerap informasi, fakta dan belajar bahasa. Tempat dimana anak bergaul dan
bersosialisiasi. Ini turut mendukung konsep pada diri anak. Oleh karena itu
5

masyarakat harus memiliki kesadaran penuh untuk memberikan suasana yang


kondusif bagi perkembangan anak. (Rezkiana Rahmawati, 2008)

D. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini


Aspek-aspek

perkembangan

di

sini

meliputi

perkembangan

fisik,

perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa.


1. Perkembangan fisik
Fisik/tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Yang mana aktifitas mereka dari bayi, anak kecil hingga anak
prasekolah adalah alam. Mereka memerlukan banyak latihan untuk mengembangkan
kemampuan fisiknya. (Ali Nugraha, 2003)
Untuk mengembangkan kemampuan fisiknya anak memerlukan penyaluran
melalui berbagai aktifitas fisik, baik kegiatan fisik yang berkaitan dengan gerakan
motorik kasar maupun gerakan motorik halus. (Martin Jumaris, 2006)
Ketrampilan motorik kasar, misalnya melompat, main jungkat jangkit dan lari.
Sedangkan ketrampilan motorik halus, misalnya kegiatan membalik halaman buku,
menggunakan gunting dan menggabungkan kepingan apabila bermain puzzle.
(Sumiarti, 2000)
Rasulullah saw. sebagai tauladan terbaik sangat memperhatikan pentingnya
bermain bagi perkembangan anak-anak. Hal ini dibuktikan ketika beliau bermain
kuda-kudaan dengan cucunya Hasan dan Husen. Hal ini sebagaimana dinyatakan
dalam sebuah hadits riwayat Thabrani dari Jabir r.a. dia berkata :


Artinya

:Akupernahmenemuinabi

SAW,

saatitubeliausedangberjalandenganduatangandankakinya

(merangkak),

sementaraHasandan Husain berada di ataspunggungbeliau. Beliaulalubersabda :


sebaik-baiktungganganadalah

yang

kalian

berduatungganginidansebaik-

baikpenunggangadalah kalian berdua.


2. Perkembangan kognitif
Kognitif sering kali diartikan sebagai kecerdasan/berfikir. Kognitif adalah
pengertian yang kuat mengenai berfikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah lakutingkah

laku

ditumbuhkan

yang
untuk

mengakibatkan
menggunakan

orang

memperoleh

pengetahuan.

Selain

pengetahuan/yang
itu

juga

kognitif

menunjukkan perkembangan dari cara anak berfikir. (Martin Jumaris, 2006)

3. Perkembangan Bahasa
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang sempurna salah
satunya diberikan organ mulut yang berguna untuk berkomunikasi antar sesama.
Begitu pun komunikasi antar orang tua dengan anaknya, sebenarnya telah dimulai
sejak anak masih bayi. Hanya saja bahasa bayi masih berupa sinyal-sinyal dalam
bentuk tangisan. (Novaria, 2008)
Salah satu sifat khusus pada diri anak adalah cepat menguasai suatu bahasa
tentunya peran orang tua dan pendidik sangat besar pengaruhnya dalam mengasah
7

ketrampilan berbahasa anak, kecepatan anak menguasai bahasa di usia dini dapat
dimanfaatkan untuk pengajaran berbahasa, baik bahasa sehari-hari maupun bahasa
asing. (Albani, 2005)

E. Batasan Bermain
Pada kehidupan sehari-hari kegiatan bermain begitu mudah diamati namun
dalam beberapa situasi, bermain sulit dibedakan dengan kegiatan yang bukan
bermain. Untuk itu Schwarman (1978) mengemukakan suatu batasan bermain.
Bermain bukan bekerja; bermain bukan pura-pura; bermain bukan sesuatu
yang sungguh-sungguh; bermain bukan suatu kegiatan yang produktif; dan
sebagainya, bekerja pun dapat diartikan bermain sementara kadang-kadang bemain
dapat dialami sebagai bekerja; demikian pula anak yang sedang bermain dapat
membentuk dunianya sehingga sering kali dianggap nyata, sungguh-sungguh,
produktif, dan menyerupai kehidupan yang sebenarnya.

F. Manfaat Bermain
Ada banyak manfaat yang dapat dipetik dari memahami dan memfasilitasi
kebutuhan bermain dalam diri seorang anak, berikut penulis paparkan beberapa
manfaat bermain, yaitu :

1. Melatih Kemampuan Motorik


Stimulasi untuk motorik halus diperoleh saat anak menjumput mainannya,
meraba, memegang dengan kelima jarinya, dsb. Sedangkan rangsangan motorik kasar
di dapat anak saat menggerak-gerakkan mainannya, melempar, mengangkat, dsb.
Motorik di sini maksudnya ialah unsur dalam suatu permainan yang dapat membantu
anak mengembangkan koordinasi keseimbangan dan kekuatan. Jenis permainan ini

yang paling banyak biasanya masuk kategori olahraga, contoh lompat tali, sepak bola,
basket, dsb.

2. Melatih Konsentrasi
Mainan edukatif dirancang untuk menggali kemampuan anak, termasuk
kemampuannya dalam berkonsentrasi, contoh saat anak bermain puzzle, anak
dituntun untuk fokus pada gambar/bentuk yang ada di depannya, anak tidak berlarilarian/melakukan aktifitas fisik lain sehingga konsentrasinya bisa lebih tergali tanpa
konsentrasi bisa jadi hasilnya tidak memuaskan.

3. Mengenalkan Konsep Sebab Akibat


Contohnya dengan memasukkan benda kecil ke dalam benda yang besar anak
akan memahami bahwa benda yang lebih kecil bisa dimuat dalam benda yang lebih
besar. Sedangkan benda yang lebih besar tidak bisa masuk ke dalam benda yang lebih
kecil. Ini adalah pengenalan konsep sebab akibat yang sangat mendasar.

4. Melatih Perkembangan Bahasa dan Wawasan


Permainan edukatif sangat baik bila dibarengi dengan penuturan cerita. Hal ini
akan memberikan manfaat tambahan buat anak, yakni meningkatkan kemampuan
berbahasa juga keluasan wawasan.

5. Mengenalkan Aneka Warna dan Bentuk

10

Permainan yang baik adalah yang mengandung banyak warna, bentuk, model,
gaya/tampilannya. Itu semua penting bagi pertumbuhan dan perkembangan pola fikir
anak.
6. Bersifat Multifungsi
Maksudnya di sini adalah suatu permainan yang digunakan anak mengandung
banyak fungsi/manfaat dari satu permainan bisa di dapat berbagai variasi mainan
sehingga stimulasi yang di dapat anak juga lebih beragam.

7. Berwujud Pemecahan Masalah


Permainan yang mengandung unsur pemecahan masalah biasanya berbentuk
serpihan, bagian, potongan suatu unit sempurna objek tertentu. Anak dilatih
berimajinasi dan mencari jalan agar imajinasinya tersebut dapat terwujud melalui
permainan yang dihadapinya.

8. Melatih Ketelitian dan Ketekunan


Ciri permainan yang mendidik ketelitian dan ketekunan adalah jenis pekerjaan
orang dewasa tetapi diolah dengan benar menjadi permainan yang efektif bagi anak.
Contohnya bercocok tanam, beternak, memelihara ikan, memasak/merangkai bunga.

9. Merangsang Kreatifitas

11

Jenis permainan anak yang merangsang kreatiftas contohnya melukis,


bernyanyi, menulis, bertanya, mengandai-andai, bahkan kesibukan mengamati suatu
benda juga seringkali membantu pembentukan kreatifitas. (Agus Zubair, 2008)
Dalam sumber yang berbeda juga menyebutkan manfaat bermain, yakni
mempengaruhi perkembangan fisik anak yang lebih baik, mempengaruhi dan
menambah pengetahuan anak, menambah wawasan, mempercepat perkembangan
kreatifitas anak, mengembangkan tingkah laku sosial anak, menambah kepercayaan
diri anak, meningkatkan kecerdasan dan daya imajinasi anak.

G. Perbedaan Gender Dalam Bermain


Dalam kegiatan bermain anak laki-laki dan perempuan menunjukkan adanya
perbedaan. Para ahli pun berpendapat bahwa perbedaan tersebut telah dibawa sejak
lahir, dengan perkataan lain mereka telah ditentukan secara genetik. Sementara ahli
lain menyatakan bahwa perbedaan tersebut disebabkan karena cara pengasuhan yang
berbeda sejak anak dilahirkan.
Permainan anak laki-laki dan perempuan tentunya harus dibedakan sebab
permainan yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya justru akan membahayakan
anak itu kelak. Misalnya anak perempuan tidak cocok bermain perang-perangan
karena jenis permainan ini biasanya dilakukan oleh laki-laki, begitu pula sebaliknya
anak laki-laki tidak cocok bermain boneka-bonekaan sebab ini adalah permainan anak
perempuan.
Rasulullah pun mengajarkan kepada kita bahwa permainan berdasarkan jenis
kelaminnya, sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Hajar :

12

Artinya : Ajarilah anak-anak kalian berenang dan memanah, sedangkan anak


wanita ajari menenun (H.R. Al-Hakim).(Nasiruddin, 2006)

H. Klasifikasi Bermain Anak


Dalam konteks pengetahuan umum, permainan itu dibedakan dalam 2 jenis,
yaitu permainan aktif dan permainan pasif.
1. Permainan Aktif
Permainan aktif adalah permainan yang melibatkan/dalam arti tertentu
mengutamakan gerak motorik fisik. Dalam permainan ini anak dapat melakukan
segala yang diinginkan, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak akan
terus bermain dengan permainan tersebut, selama permainan menimbulkan
kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak
menyenangkan. Berikut beberapa contoh permainan aktif.

a. Permainan Drama
Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan menirukan karakter
yang dikagumi dalam kehidupan nyata atau dalam mass media. Bermain sandiwara
pura-pura/permainan yang melibatkan daya khayal, adalah salah satu landasan bagi
dunia anak. Kebanyakan anak menunjukkan prilaku seperti ini ketika anak menginjak
usia 2 tahun.

b. Permainan Musik

13

Permainan musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku


sosialnya, yaitu bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam memproduksi
musik, menyanyi, berdansa atau menggunakan alat musik.
Musik merupakan salah satu hal yang mempunyai pengaruh pada kehidupan
manusia, mulai dari bayi hingga seseorang menjadi dewasa. Dengan demikian sesuai
dengan penelitian para ilmuwan, yang mana membukti bahwa musik, terutama musik
klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ
(Emosional Quotien).
c. Permainan Mengumpulkan/Mengoleksi Sesuatu
Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai koleksi
lebih banyak dari pada teman-temannya. Di samping itu, mengumpulkan bendabenda dapat mempengaruhi penyusiaan pribudi dan sosial anak. Anak terdorong
untuk bersikap jujur, bekerja sama dan bersaing.
d. Bermain Olahraga
Dalam permainan olahraga, anak banyak menggunakan energi, sehingga sangat
membantu perkembangan fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi
anak dengan belajar bergaul, berkeja sama, memainkan peran pemimpin, serta
menilai diri dan kemampuan secara sportif. Dalam sebuah hadits pun Rasulullah SAW
juga bermain bersama anak-anaknya, yang hadits berbunyi :

14

Artinya : Rasulullah pernah menyuruh Abdullah, Ubaidillah dan Katsir


yang merupakan putra Abbas untuk berbaris lalu beliau bersabda : Barang siapa yang
lebih dahulu sampai padaku, maka dia mendapatkan ini. Mereka pun berlomba-lomba
untuk segera sampai di tempat Rasulullah, lalu diantara mereka ada yang menempel diri
di punggung beliau dan ada pula yang di dada beliau. Beliau pun lalu mencium dan
memeluk mereka.

2.

Permainan Pasif

Permainan pasif adalah jenis permainan yang tidak banyak menggunakan


gerakan fisik motorik anak. Permainan jenis ini lebih mengutamakan penggunaan
nalar dan akal fikir. Indra yang digunakan biasanya terbatas hanya pada penglihatan
(visual), pendengaran (auditorial) dan jarang melibatkan kinestetik. Berikut beberapa
contoh dari jenis permainan pasif.
a. Membaca
Membaca merupakan kegiatan sehat, yang mana akan memperluas wawasan
dan pengetahuan anak, sehingga anak pun akan berkembang kreatifitas dan
kecerdasannya.
Sebagaimana pendapat Clenn Doman menyatakan bahwa usia yang sesuai bagi
anak untuk mulai belajar membaca dapat dimulai kapan pun selama anak belum
mampu membaca, maka pada saat itulah merupakan usia yang tepat bagi anak untuk
mulai belajar membaca. Karena dengan membaca sejak dini, anak terbiasa berfikir dan
menggunakan pengetahuan yang mereka miliki untuk memahami sekeliling. Anak
mengembangkan rasa ingin tahu sekaligus kesabaran untuk memahami dan Ia belajar
untuk tidak tergesa-gesa. (Mohammad Fauzil, 2006)
Berikut beberapa tips untuk menciptakan kesenangan bersama anak pada saat
mengajaknya belajar.
-

Ciptakan ruangan belajar yang berwarna warni


15

Untuk menimbulkan kesan santai, pakailah tikar/karpet di lantai

Agar anak mudah mengambil buku, sebaiknya buku-buku diletakan di rak kecil

Ciptakan suasana akrab

Selanjutnya bermain sambil belajar membaca

b. Mendengarkan Radio
Mendengar radio dapat mempengaruhi anak. Pengaruh tersebut dapat bersifat
positif tetapi dapat pula menjadi bersifat negatif. Pengaruh positifnya adalah anak
akan bertambah pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya, yaitu apabila anak
meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas/penipuan
lainnya.
Mendengar merupakan suatu permainan, karena bisa menjadi suatu wahana
untuk mencari kesenangan. Dengan mendengar suara merdu hati akan damai,
mendengar suara keras bersemangat, orang menjadi bergetar hati dan terpengaruh
untuk bereaksi secara fisik.
c. Menonton Televisi
Pengaruh televisi sama seperti radio, baik pengaruh positif maupun negatif.
Anak-anak suka sekali nonton televisi, memang televisi bermanfaat untuk anak, tetapi
jika tidak dibatasi dan diawasi justru berbahaya.
Salah satu pengaruh negatif pada anak ketika nonton televisi adalah anak
meniru apa yang dilihat dan didengar pada layar, tanpa mereka mengerti apa yang Ia
tiru. Untuk itu orang tua harus membatasi anak dalam menonton.
d. Televisi Game

16

Diantara sekian banyak permainan yang ditawarkan di pasar, salah satu benda
yang harus diwaspadai adalah play station/televisi game. Permainan ini membawa
sedikit dampak positif, tetapi dampak negatifnya lebih banyak. Pada permainan ini
biasanya anak merasa cukup terhibur walaupun yang dirangsang hanya satu aspek
darinya, yaitu kemampuan kognitif. Permainan ini amat miskin unsur yang
merangsang kecerdasan sosial anak. Permainan yang biasanya dimainkan sendiri itu
membuat mereka biasanya menjadi egois karena kurang kesempatan berinteraksi
dengan temannya.
Dampak buruk lainnya adalah kurangnya keinginan anak dalam melakukan
rutinitas dan kewajibannya sehari-hari, seperti belajar dan mengerjakan pekerjaan
rumah. Pada tingkat kecanduan kronis pada permainan ini, anak bahkan bisa lupa
waktu makan/sekedar minum. Kalau dilarang anak bisa melawan orang tua.

I. Belajar Sambil Bermain


Bermain adalah hal yang penting bagi anak. Permainan dapat memberikan
kesempatan untuk melatih keterampilannya secara berulang-ulang dan dapat
mengembangkan ide-idenya sesuai dengan cara dan kemampuannya sendiri.
Mainan dan segala peralatannya juga dapat membantu anak untuk belajar dan
menyenangkan, berikut beberapa hal yang berkaitan dengan belajar sambil bermain :
1.

Desain dan ciptakan suasana kondusif bagi kegiatan bermain anak. Lingkungan
bermain anak dapat dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi nilainilai belajar yang baik.

2.

Sediakan waktu yang luas bagi kegiatan bermain dan belajar anak
17

3.

Amati dan bimbing anak ketika bermain sambil belajar, namun jangan terlalu
banyak campur tangan karena justru akan membuat anak merasa terganggu

4. Memberikan petunjuk terhadap hal-hal yang harus dilakukan anak jika diperlukan
5.

Orang tua perlu bertindak sebagai teman yang menyenangkan bagi anak, terutama
anak dalam usia awal. (Ali Nugraha, 2002)

J. Penutup
Tidak dapat dinafikan bahwa bermain ( al La'b) bagi anak usia dini adalah
kebutuhan yang harus dipenuhi karena berpengaruh secara signifikan bagi
perkembangan baik fisik maupun mental mereka. Anak-anak yang terpenuhi
kebutuhan bermainnya akan mengalami perkembangan fisik dan mental yang baik,
sebaliknya anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan bermainnya karena sebabsebab tertentu berakibat tidak baik bagi perkembangan dirinya. Secara fisik karena
fungsi-fungsi motoriknya tidak tidak terrangsang secara baik, maka perkembanganya
dapat terhambat. Demikian halnya perkembangan mentalnya, anak akan menjadi
minder, perkembangan kecerdasannya juga lambat dan emosinya tidak berjalan
dengan baik.
Keharusan orang tua dan pendidik untuk memberikan kesempatan bermain
bagi anak-anak usia dini dengan memfasilitasi mereka untuk memilihkan waktu, jenis
dan alat bermain yang tepat. Orang tua dan guru juga dituntut untuk mengawasi dan
membimbing mereka agar mereka dapat memaksimalkan hasil peremainan yang
dipilih atau diberikan kepada anak.
Melalui permainan yang baik dan tepat serta kepedulian orang-orang di
sekitarnya, anak sangat terbantu mengembangkan berbagai potensi yang ada pada
18

mereka sehingga dapat berkembang secara maksimal baik fisik, emosional, kecerdasan
maupun mentalnya. Sebaliknya anak yang tidak terpenuhi kebutuhan bermainnya
atau kesalahan orang tua atau pendidik memilihkan waktu, jenis dan alat permainan
juga dapat berakibat tidak baik bagi perkembangan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Nugraha dan Neny Ratnawati, 2003, Kiat Merangsang Kecerdasan Anak, Jakarta,
Puspa Swara
Darajad, Zakiah, 1993, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang
Fauzil

Adhim,
Muhammad,
2007, Positive Parenting:Cara-Cara
MengembangkanKarakter Positif Pada Anak Anda, Bandung, Mizania

Islami

Nasiruddin,2006, Anak Berprestasi Cara Rasulullah, Jakarta, Fikr


Novaria A.I., dan Triton P.B, 2008, Cara Pintar Mendampingi Anak, Yokyakarta, Tugu
Patmonodewo, Soemiarti, 2000, Pendidikan Anak Pra Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta
Rahmayanti, Rezkiana, PAUD Berbasis Aqidah Islam Upaya Melahirkan Generasi
Berkualitas, (on line), diakses tanggal 8 Maret 2009
Ramayulis, 1994, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia
Saputro, Romi Febrianto, IbukuPAUD Pertamaku, (on line) diakses tanggal 8 Maret
2009
Saeful Zaman dan Andriani, 2008, Melejitkan Akhlak Pada Anak, Bandung, Azzam
Media Abadi
Sukardi, Dewa Ketut, 1987, Psikologi Populer: Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak,
Jakarta, Ghalia Indonesia
Seniawan, Cony R. Seniawan, 1998, Belajar dan Pembelajaran dalam Tarap Usia Dini,
Jakarta, PT Prenhalindo
Winarsih, Bekti, Media Bermain dan Kegiatan Bermain Anak PAUD Metode BCCT, (on
line), diakses tanggal 12 Maret 2009

19

Yusuf LN, Syamsy, 2008, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, Rosda
Karya
Zubair, Agus, 2008, Mengenal Dunia Bermain Anak, Yokyakarta, Banyu Media

20

Anda mungkin juga menyukai