Anda di halaman 1dari 5

MODUL 08

SURFACE PLASMON RESONANCE


Siti Nur Annisa, Muhammad Zaki, Muhammad Yan Pandu, Annisa Yulia Rahma
10213028, 10213015, 10213027, 10213036
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email : sitinurannisa@rocketmail.com
Asisten: M. Heriyanto/ 10212033
Tanggal Praktikum: 14 April 2016
Abstrak
Pada praktikum ini, dilakukan percobaan mengenai surface plasmon resonance. Tujuan dari praktikum ini yaitu
menentukan kurva dispersi dan nilai permitivitas emas sebagai fungsi frekuensi dengan model Drude dan hasil
eksperimen. Surface Plasmon Resonance (SPR) merupakan fenomena resonansi antara gelombang cahaya dan
elektron-elektron pada permukaan logam yang menghasilkan osilasi elektron-elektron di permukaan yang
terkuantisasi. Syarat terjadinya SPR yaitu nilai Kix = Ksp, yakni vektor gelombang cahaya yang merambat
sepanjang bidang batas sama dengan vektor gelombang plasmon permukaan (SP). Pada praktikum kali ini
dilakukan percobaan menggunakan alat berupa laptop, CCD, collector (fiber optic), prisma, polarisator, tungsten
lamp, celah sempit, dan pinhole. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu bahan emas yang telah dilapisi tiol.
Percobaan yang dilakukan dengan mengambil data berupa grafik reflektansi terhadap panjang gelombang dengan
nilai sudut dari 43 hingga 53 dengan selisih sudut 2 derajat. Kemudian data yang telah didapat diolah
menggunakan beberapa persamaan dan didapat hasil pengolahan data yang dapat dilihat pada tabel 1. Adapun
grafik yang telah di prlot berupa grafik reflektansi terhadap panjang gelombang, grafik frekuensi terhadap Ksp
dan grafik permitivitas terhadap frekuensi yang dapat dilihat pada gambar 3 hingga 5. Kesimpulan yang didapat
pada percobaan kali ini yaitu kurva dispersi dapat dilihat pada gambar 3 hingga 5 dan nilai permitivitas emas
sebagai fungsi frekuensi dengan model Drude dan hasil eksperimen dapat dilihat pada tabel 1.
Kata kunci: Model Drude, Permitivitas, Sudut Datang, Surface Plasmon Resonance, Vektor Gelombang

I. Pendahuluan
Tujuan dari praktikum ini yaitu menentukan
kurva dispersi dan nilai permitivitas emas
sebagai fungsi frekuensi dengan model Drude
dan hasil eksperimen.
Surface
Plasmon
Resonance
(SPR)
merupakan fenomena resonansi antara
gelombang cahaya dan elektron-elektron pada
permukaan logam yang menghasilkan osilasi
elektron-elektron
di
permukaan
yang
terkuantisasi. Syarat terjadinya SPR yaitu nilai
Kix = Ksp, yakni vektor gelombang cahaya yang
merambat sepanjang bidang batas sama dengan
vektor gelombang plasmon permukaan (SP).
Vektor gelombang SP dapat ditentukan oleh
tetapan dielektrik dari metal dan bahan
dielektriknya yang diberikan oleh hubungan:
Ksp =

= ( ) +

(1)

dengan m adalah tetapan dielektrik metal dan d


adalah tetapan dielektrik bahan dielektriknya.
Proses terjadinya eksitasi SPR yaitu pada logam
terdapat banyak elektron bebas yang tersebar,
pada saat cahaya datang dari prisma dan
mengenai bagian permukaan maka elektron
pada bagian permukaan akan menyerap energi
yang datang kemudian akan terjadi osilasi yaitu
elektron yang berubah menjadi plasmon dan
merambat dari elektron-elektron yang berada
pada bidang batas dan menghasilkan gelombang
evanescent. Proses inilah yang disebut SPR.
Gelombang evanesen merupakan geombang
pada bidang batas dielektrik yang mengalami
penurunan intensitas secara eksponensial dan
jarak dimana gelombang tersebut terbentuk.[1]
Proses pembangkitan SPR ada dua cara
yaitu dengan menggunakan model Otto dan
model Kretschmann. Pada model Otto, lapisan
dielektrik berada diantara prisma dan lapisan
metal. Cahaya datang dari prisma dan kemudian
masuk ke dalam medium dielektrik sehingga
menghasilkan gelombang evanesen di bidang

batas lapisan dielektrik/logam. Gelombang SPR


akan terbentuk pada bidang batas tersebut jika
kondisi resonansi di tas terpenuhi. Sedangkan
pada model konfigurasi Kretschmann, lapisan
logam berada kontak langsung dengan prisma
sedangkan lapisan dielektriknya menutupi
lapisan logam tersebut. Dengan konfigurasi ini
gelombang SPR terbentuk pada bidang batas
metal/lapisan dielektrik di sisi sebelah luar dari
lapisan metalnya.[2] Ilustrasi pada kedua model
ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2. Model Drude (a) tanpa adanya medan


listrik (b) dengan adanya medan listrik[4]

II.

Metode Percobaan
Pada praktikum kali ini dilakukan
percobaan menggunakan alat berupa
laptop, CCD, collector (fiber optic),
prisma, polarisator, tungsten lamp, celah
sempit, dan pinhole. Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu bahan emas yang
telah dilapisi tiol. Langkah pertama yaitu
merangkai alat sesuai yang telah
ditentukan. Kemudian menaruh bahan
emas yang telah dilapisi tiol pada bagian
bawah dari prisma. Lalu menggunakan
matching
oil
untuk
membantu
merekatkan bagian prisma dengan prisma
lainnya. Kemudian mengarahkan cahaya
yang
sumbernya
berupa
cahaya
polikromatik ke sisi prisma. Dengan
menggunakan
laptop
yang
telah
dikoneksikan, mengatur sudut yang
diinginkan pada rotation stage kesatu
(untuk memutar prisma) dan bagian
kedua untuk memutar detektor sehingga
cahaya mengalami pemantlan internal
total pada prisma dan pantulannya tepat
jatuh pada di detektor. Lalu mengambil
data berupa grafik reflektansi terhadap
panjang gelombang dan tidak lupa untuk
melakukan
save
data.
Terakhir
mengulangi proses pengambilan data
dengan perbedaan sudut 2 derajat hingga
didapat 5 data.
Hipotesis pada praktikum kali ini yaitu
adanya perbedaan nilai permitivitas yang
didapat pada model Drude dan hasil
eksperimen, dan terdapat panjang
gelombang dan sudut datang yang
memberikan kondisi SPR.

III.

Data dan Pengolahan Data


Dari hasil percobaan yang telah
dilakukan didapatkan data berupa grafik
reflektansi
terhadap
panjang
gelombangnya. Adapun hasil pengolahan
data yang telah dilakukan dengan
memakan beberapa persamaan dibawah
ini:

Gambar 1. Konfigurasi pembangkitan SPR dengan


(a) model Otto dan (b) model Kretschmann
(Trugler, 2011)[3]

Adapun model pada Drude yaitu model yang


terdiri dari ion-ion positif yang diam dan
elektron-elektron yang bergerak secara acak.
Dalam pergerakannya, elektron bergerak bebas
dan menumbuk ion positif berkali-kali dan
setelah bertumbukan elektron akan berubah
arah geraknya. Namun ion positif tidak
terpengaruh oleh tumbukan ini karena massanya
yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
massa elektron. Tanpa adanya medan listrik dari
luar, elektron akan bergerak secara acak dan
bergerak ke segala arah. Berbeda halnya saat
dikenai adanya medan listrik, maka elektron
tersebut akan hanyut (driftt) dan arahnya akan
berlawanan dengan arah dari medan listrik.
Kecepatan hanyut ini lebih kecil nilainya
daripada kecepatan acaknya. Ilustrasi lebih jelas
dapat dilihat pada gambar berikut ini:

sin (45 )

i = 45o sin-1 (

Kx = ( ) sin i

m
(experiment)

(2)
(3)

Ksp = ( )

= 2 ()

(4)

Dari hasil pengolahan data diatas


dilakukan plot grafik sebagai berikut:

(5)

() = 1

2
2

1.4961 1.5736 1.6519


16843 58512 66138

(6)

dengan nilai referensi untuk permitivitas tiol


sebesar 6,9 menggunakan ethanathiol (sumber:
http://deltacnt.com/99-00032.htm)
sehingga
didapatkan hasil pengolahan data sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil pengolahan data dengan
menggunakan beberapa persamaan dan nilai
np=1,5

Gambar 3 Grafik reflektansi terhadap


panjang gelombang

p
43
45
47
(derajat)
i
43.6
45.0
46.3
(derajat)
6682
0000
3318
SPR
350.18 350.18 350.18
(nm)
(1/s
5.383 5.383 5.383
atau Hz)
E+15
E+15
E+15
1.86E- 1.90E- 1.95EKsp
02
02
02
m
(drude)
m
(experiment)

0.835
5295

0.835
5295

0.835
5295

1.2701 1.3441 1.4195


15395 55844 50527

p
49
51
53
(derajat)
i
47.6
48.9
50.3
(derajat)
6546
9593
2368
SPR
352.43 350.18 350.18
(nm)
(1/s
5.348 5.383 5.383
atau Hz)
E+15
E+15
E+15
1.98
2.03
2.07
Ksp
E-02
E-02
E-02
m
(drude)

Gambar 4. Grafik frekuensi terhadap Ksp

0.833
4092

0.835
5295

0.835
5295

Gambar 5. Grafik permitivitas terhadap


frekuensi

IV.

Pembahasan
Pengaruh perubahan sudut datang
terhadap pergeseran resonansi pada
percobaan
yang
telah
dilakukan

menunjukkan tidak adanya pengaruh


kecuali pada sudut datang sebesar 49
derajat, hal ini dapat dilihat pada grafik
reflektansi terhadap panjang gelombang.
Hal ini dikarenakan resonansi akan
terjadi pada panjang gelombang yang
tepat dan sudut datang yang tepat, pada
kasus ini nilai panjang gelombang yang
tepat berada pada nilai 350,18. Jika kita
membuat grafik reflektansi terhadap
sudut datang pada panjang gelombang
tersebut maka dapat kita lihat adanya
sudut yang memberikan reflektansi
paling rendah. Sudut itu merupakan sudut
yang memberikan keadaan SPR, yaitu
sudut 45 derajat. Lebar kurvapun pada
hasil percobaan menunjukkan tidak
adanya perubahan. Adapun pergeseran
dan perbedaan lebar kurva pada sudut 49
derajat diasumsikan dikarenakan adanya
noise.
Kurva dispersi surface plasmon yang
diperoleh pada percobaan dengan
menggunakan substrat emas yang telah
dilapisi tiol menunjukkan adanya panjang
gelombang optimal yang memberikan
reflektansi terendah dengan kata lain
energi cahaya yang datang diserap secara
maksimal oleh gelombang plasmon yaitu
pada panjang gelombang 350,18 nm.
Seharusnya pada kurva dispersi surface
plasmon tanpa tiol menunjukkan hasil
berupa pergeseran dari kurva dispersi
dengan substrat emas yang dilapisi tiol,
sehingga panjang gelombang optimal
yang menimbulkan SPR bukan pada
350,18 nm melainkan lebih kecil.
Nilai permitivitas yang didapat dengan
model Drude pada 5 kali pengambilan
data menunjukkan nilai permitivitas yang
sama yaitu 0.835529541912613 tetapi
ada satu data yang menunjukkan
perbedaan yaitu pada sudut 49 derajat
sehingga jika ditarik garis lurus didapat
hubungan linear antara frekuensi dan
permitivitas. Nilai permitivitas yang
didapat
dari
hasil
eksperimen
menunjukkan hasil yang berbeda-beda
pada frekuensi yang sama dan nilai
permitivitas yang berbeda pula pada
frekuensi yang berbeda. Namun dapat

ditarik pula hubungan linear antar


keduanya dengan mengambil salah satu
nilai permitivitas pada frekeunsi tinggi.
Permitivitas pada model Drude hasilnya
lebih kecil dibandingkan dengan
permitivitas pada eksperimen karena
pengabaian beberapa faktor dan lebih
stabil.
V.

VI.

Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada
percobaan kali ini yaitu kurva dispersi
dapat dilihat pada gambar 3 hingga 5 dan
nilai permitivitas emas sebagai fungsi
frekuensi dengan model Drude dan hasil
eksperimen dapat dilihat pada tabel 1.
Pustaka
[1] Guasto, Jeffrey S. 2004. Micro and
Nano Scale Colloidal Dynamics Near
Surface.
Dapat
diakses
via
https://repository.library.brown.edu [13
April 2016] pukul 06.06 WIB
[2] S.A Maier: Section 2.1 2.3, 5.1
[3] Gambar
diunduh
via
www.etd.repository.ugm.ac.id
[13
April 2016]
[4] Gambar diunduh via http://materialsciences.blogspot.co.id [13 April 2016]

Anda mungkin juga menyukai