Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu cara untuk memperoleh status gizi yang baik yaitu dengan
membiasakan sarapan pagi. Pemberian makan yang baik harus sesuai dengan jumlah,
jenis dan jadwal pada usia anak tertentu. Sarapan bagi anak usia sekolah sangat
penting, karena penuh aktivitas yang membutuhkan energi dan zat gizi yang cukup
dan bermanfaat dalam mencegah Hipoglikemia, menstabilkan kadar glukosa darah
dan mencegah dehidrasi setelah puasa sepanjang malam (Gibson&Gunn, 2011).
Hipoglikemia mengakibatkan tubuh gemetar, pusing dan konsentrasi terganggu, hal
tersebut dikarenakan adanya kekurangan glukosa yang merupakan sumber energi bagi
otak (Wiharyanti, 2006). Kebiasaan sarapan termasuk dalam salah satu 10 pesan gizi
seimbang. Bagi anak sekolah, sarapan dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan
memudahkan menyerap pelajaran dengan baik sehingga meningkatkan prestasi
(Depkes RI, 2005).
Menurut Hardinsyah&Aries (2012), sarapan memenuhi sebagian kebutuhan
gizi harian yaitu 15 - 30% AKG dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif dan
cerdas. Waktu sarapan yang baik adalah antara pukul 05.00 hingga 09.00 pagi dengan
kadar tidak lebih dari 400-500 kkal atau 25% dari kebutuhan kalori harian sebesar
1.800-2000 kkal. Seorang anak yang sarapan memiliki prestasi akademis yang jauh
lebih baik ketimbang yang tidak (Hardinsyah, 2015). Jumlah ini tentu bukan
merupakan nilai mutlak, tetapi tergantung pula pada faktor umur, tinggi dan berat
badan maupun aktivitas yang dilakukan sehari-hari (Almatsier, 2010).
Menurut hasil penelitian Perdana (2012), sebagian besar (45,7%) subjek
memiliki kontribusi energi sarapan 10-20% dan (14,3%) memiliki kontribusi energi
sarapan 20-26%. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh (69,6%) subjek anak
Indonesia masih belum mengkonsumsi sarapan sesuai dengan anjuran gizi seimbang.
Berbagai hasil penelitian mengenai sarapan yang dilakukan sejak tahun 2002
hingga 2011 di Indonesia menunjukkan kisaran 16.9-50% remaja tidak sarapan
dengan berbagai faktor penyebab (Hardinsyah&Aries, 2012). Penelitian dinegara
maju juga menyatakan prevalensi anak-anak remaja yang melewatkan sarapan
berkisar antara 12-34% (Rampersaud et.al, 2005).
Menurut hasil penelitian Perdana&Hardinsyah (2013), mayoritas dari total
subjek (76.1%) memiliki nilai MGP (Mutu Gizi asupan Pangan) sarapan yang

tergolong sangat kurang. Sebanyak (5.6%) subjek memiliki nilai MGP sarapan yang
tergolong baik. Banyaknya subjek yang memiliki nilai MGP sarapan yang tergolong
sangat kurang dapat disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi subjek yang dapat
menyebabkan kurangnya tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi subjek yang dapat
memengaruhi nilai MGP sarapan.
Berdasarkan data diatas, maka diperlukan pendidikan gizi yang diberikan
kepada siswa agar bisa menambah pengetahuan, sehingga meningkatkan kemauan
siswa untuk membiasakan diri melakukan sarapan pagi secara rutin.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan dari dinas kesehatan dan dinas
pendidikan terkait program Pentingnya Sarapan
2. Tujuan Khusus
- Memperoleh bantuan dana dari dinas kesehatan dan dinas pendidikan dalam
-

pelaksanaan advokasi program Pentingnya Sarapan


Memperoleh sarana dan prasarana fasilitas dalam pelaksanaan advokasi

program Pentingnya Sarapan


Mendapatkan Surat Keputusan dari pemegang kebijakan dalam pelaksanaan

advokasi program Pentingnya Sarapan


C. Sasaran
1. DPRD
2. Wali Kota/Kabupaten
3. Dinas Kesehatan
4. Dinas Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai