Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SURAH AL-HASYR AYAT 8-10


Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir Tahlili
Disusun oleh:
Muhammad Idnan Akbar
Muhammad Saiful Abidin
Dosen pengampuh:
Dr. Ahmad Husnul Hakim, IMZI

PROGRAM STUDI ULUMUL QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL QURAN
JAKARTA
2016

PENDAHULUAN
Al-Quran

mengitroduksikan

dirinya

sebagai

pemberi

petunjuk

kepada jalan yang lurus. petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi


kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi
maupun kelompok. Rasulullah saw yang bertindak sebagai penerima alQuran

bertugas

untuk

menyampaiakan

petunjuk-petunjuk

tersebut,

mendidik dan mengajarkan manusia.


Berikut kami coba memaparkan dalam bentuk sajian makalah tafsir
tahlili kajian surah al-Hasyr ayat 8-10 yang mana nama surah tersebut
terambil dari kata al-Hasyr yang disebut pada ayat kedua yang
menguraikan peristiwa pengumpulan dan pengusiran salah satu dari tiga
komunitas besar Yahudi di Madinah Bani an-Nadhir, pada tahun keempat
hijrah.


8. (juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung
halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah
dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. mereka
Itulah orang-orang yang benar.

9. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah


beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka
(Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan
mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap
apa-apa

yang

mengutamakan

diberikan

kepada

(orang-orang

mereka

muhajirin),

(Muhajirin);
atas

diri

dan

mereka

mereka

sendiri,

Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari


kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung
10. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan
Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan
saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan
janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap
orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha
Penyantun lagi Maha Penyayang."

KANDUNGAN SURAH
Surah al- Hasyr tergolong surah madaniyyah karena turun setelah
Rasulullah SAW hijrah. merupakan surah yang kesembilan puluh delapan
dari perurutan turunnya surah-surah al-Quran. Ia turun sesudah surah alBayyinah dan sebelum surah an-Nashr. Ayat-ayatnya berjumlah 24 ayat
menurut cara perhitungan semua ulama al-Quran.1
Namanya surah al-Hasyr telah dikenal sejak masa Nabi Muhammad
SAW, bahkan at-Tirmidzi meriwayatkan satu hadits melalui Maqil Ibn Yasar
yang menunjukkan bahwa Nabi menunjuk surah ini dengan nama surah
al-Hasyr. Nama tersebut terambil dari kata al-Hasyr yang disebut pada
ayat kedua yang menguraikan

peristiwa pengumpulan dan pengusiran

salah satu dari tiga komunitas besar Yahudi di Madinah Bani an-Nadhir,
1M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Ciputat: Lentera Hati, 2005, hal. 102, vol.
14

pada tahun keempat hijrah. Karena itu pula surah ini dikenal juga dengan
nama surah Bani an-Nadhir.2

MUNASABAH
Sesudah Allah menjelaskan penggunaan harta

fai pada ayat

terdahulu, dan menyebutkan harta fai itu untuk Allah dan Rasul-Nya,
kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, di sini Allah
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan mereka itu adalah orangorang fakir dari kaum Muhajirin yang mempunyai sifat-sifat luhur dan
watak mulia. Kemudian Allah memuji orang-orang Anshar, yaitu penduduk
Madinah, dan menyangatkan pujian mereka. Dia menyebutkan untuk
mereka berbagai keutamaan berikut:
a.Mereka mencintai orang-orang Muhajirin.
b.

Tidak mempunyai rasa dendam dan dengki kepada kaum Muhajirin.

c.

Mereka lebih mengutamakan orang-orang Muhajirin di atas diri

sendiri, dan memberikan kepada orang-orang Muhajirin apa yang


sebenarnya mereka sendiri memerlukan.
Munasabah Surat Al-Hasyr ayat 9 dengan ayat sesudahnya
Kemudian Allah menyebutkan bahwa orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, yaitu orang-orang yang datang sesudah kaum
Muhajirin dan Anshar menuju hari kiamat, mereka mendoakan bagi diri
mereka sendiri dan orang-orang sebelum mereka ampunan Allah, dan
memohon kepada Allah agar tidak menjadikan dalam hati mereka rasa
dendam dan dengki kepada orang-orang sebelum mereka itu.3

2 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Ciputat: Lentera Hati, 2005, hal. 101, vol.
14
3Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi Juz 28, alih bahasa Bahrun Abu
Bakar, dkk., (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993), hlm. 65

Surah al-Hasyr ayat 9 ini berkaitan dengan kebaikan hati orangorang Anshar yang suka membantu dan memberikan pertolongan kepada
orang-orang Muhajirin, meskipun mereka di dalam keadaan susah. 4

Asbabun Nuzul Surat Al-Hasyr ayat 9


Riwayat 1:
Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Zaid ibnul Asham bahwa suatu
ketika

orang-orang

Anshar

berkata,Wahai

Rasulullah,

berikanlah

sebagian dari tanah yang kami miliki ini kepada saudara-sudara kami,
kaum Muhajirin. Rasulullah lalu menjawab, Tidak. Akan tetapi, kalian
cukup menjamin kebutuhan makan mereka serta memberikan setengah
dari hasil panen kalian. Adapun tanahnya maka ia tetap menjadi hal milik
kalian. Orang-orang Anshar lalu menjawab,Ya, kami menerimanya.
Allah lalu menurunkan ayat ini.
Riwayat 2:
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah yang berkata,Suatu
hari,

seseorang

Rasulullah,

datang

sekarang

ini

kepada
saya

Rasulullah
sangat

seraya

kelaparan.

berkata,Wahai
Rasulullah

lalu

menanyakan kepada istri-istrinya apakah memiliki persediaan makanan,


namun tidak ada apapun pada mereka. Rasulullah lantas berkata kepada
sahabat-sahabatnya, Adakah di antara kalian yang mau menjamunya
malam ini? Semoga Allah merahmati yang menjamu tersebut. Seorang
laki-laki dari kalangan Anshar lalu berdiri dan berkata,Wahai Rasulullah,
saya yang akan menjamunya.
Laki-laki

itu

lantas

pulang

ke

rumah

dan

berkata

kepada

istrinya,Saya telah berjanji akan menjamu seorang tamu Rasulullah. Oleh


karena itu, keluarkanlah persediaan makananmu. Akan tetapi, sang istri
menjawab,Demi Allah, saya tidak punya makanan apapun kecuali
sekedar yang akan diberikan kepada anak-anak kita. Laki-laki itu lantas
4 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Quran, hal. 469, jilid 2

berkata,Kalau begitu, jika nanti anak-anak kita telah terlihat ingin makan
malam maka berusahalah untuk menidurkan mereka. Setelah itu,
hidangkanlah makanan untuk mereka itu (kepada sang tamu) dan
padamkan lampu. Adapun kita sendiri akan tidur dengan perut kosong
pada malam ini ! sang istri lalu mengikuti instruksi suaminya itu.
Pada pagi harinya, laki-laki itu bertemu dengan Rasulullah. Beliau
lantas

berkata

kepada

para

sahabat,

Sesungguhnya

Allah

telah

terkagum-kagum atau tersenyum dengan apa yang dilakukan oleh si


Fulan dan si Fulanah. Allah lantas menurunkan ayat, .....dan mereka
mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga
memerlukan.....5
Akan tetapi kaidah umum yang digunakan pakar dan ahli tafsir adalah,
-

kekhususan suatu sebab tidak bisa menafikan keumuman lafadz.6


Hukum secara keseluruhan adalah masih umum, sebab hikmah
yang diambil berdasarkan keumuman lafadz bukan kekhususan
sebab.7

Arti Mufradat

)
(

:Memiliki empat makna,

1) patut, seperti disebutkan dalam surah al-Baqarah 90 dan


surah al-anfal 16.
2) Melabuhkan, sebagaimana dinyatakan dalam surah Yunus
93
3) Menempatkan, seperti terdapat dalam surah Ali Imran 121
dan surah al- Hasyr 9
5Jalaludin As-Suyuti, Asbabun Nuzul (Sebab Turunnya Ayat Al-Quran),
penerjemah Tim Abdul Hayyie, (Jakarta: Gema Insani, 2009), hlm. 561-562
6 Wahbah Zuhayli, Tafsir al Munir, Damaskus, 2009, hal. 795, jilid 15
7 As-Shobuni, Shofwatu al-Tafasir, Kairo: Daar as-Shobuni, hal. 580, jilid 3

4) Kembali, sebagaimana dinyatakan dalam surah al- Maidah


29.8
tinggal di tempat, dan dari kata At-Tabawwu itulah Mubaatul
Manzil (mengisi rumah).

: terambil dari kata yakni kembali. at-tabawwu adalah yang


menjadi tempat kembali seseorang setelah sebelumnya giat melakukan
aktivitas di beberapa tempat.9

= Madinah

= keinginan

= orang-orang Muhajirin diberi sedangkan orang-orang

Anshar tidak.

= mereka mendahulukan dan mengutamakan.


= kebutuhan, ia berasal dari Khasasah Bait, yaitu celah-celah

yang tersisa diantara tiang-tiang, juga setiap lubang dari pengayak, pintu,
awan dan tirai.10

Tafsir dan Bayan

8 Abul Fadhl Hubaisy bin Ibrahim Tiflisi, Wujuh al-Quran, Tehran: Bon Yad alQuran, 1981, cet. IV
9M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Ciputat: Lentera Hati, 2005, hal. 116, vol. 14

10Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi Juz 28, Mesir: Percetakan Mustofa, 1946,
hal. 64

Diantara keutamaan-keutamaan iman yang itu merupakan buah dari


keimanan seorang muslim dan akan nampak pada segi amalan lahiriyahnya

adalah

mereka

sangat

bersemangat

untuk

bisa

memberikan

kemanfaatan kepada saudaranya sesama muslim, baik itu berbentuk


pengajaran ilmu yang bermanfaat atau bantuan yang berupa materi atau
paling minimal ia akan mendoakan kebaikan padanya.
Hanya saja hal ini timbul disebabkan adanya sisi kebersamaan
didalam

keimanan.

Dan

hal

tersebut

akan

memberikan

sebuah

konsekuensi adanya suatu ikatan persaudaraan diantara sesama kaum


mukminin. Dengan timbulnya suatu ikatan persaudaraan diantara kaum
mukminin, pada akhirnya, akan membuahkan hasil yang menggembirakan
berupa saling mencintai dan saling mendoakan dengan kebaikan diantara
mereka.
Makna dari:







adalah: Orang-orang yang datang setelah Muhajirin dan Anshar yaitu para
tabiin dan kaum muslimin setelahnya sampai hari kiamat.
Mereka mendoakan ampunan bagi saudara-saudara mereka yang
telah mendahului mereka dalam keimanan, yaitu para shahabat (Muhajirin
dan Anshar) Radhiallahu anhum.
Dan Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi berkata dalam
kitabnya, Taisirul Karimir Rahman, menafsirkan ayat tersebut, bahwa ayat
ini (doa ini) mencakup segenap kaum mukminin yang terdahulu baik dari
kalangan shahabat maupun kaum mukminin yang hidup sebelum masa
shahabat, dan juga kaum mukminin yang datang setelah para shahabat.

Jadi doa mereka mencakup semua kaum mukminin. Mereka


mendoakan bagi saudaranya sesama mukmin dengan kebaikan dalam
keadaan saudaranya tersebut tidak hadir di hadapannya dan tanpa
sepengetahuannya. Inilah yang diistilahkan oleh para ulama dalam kitabkitabnya dengan (
) . Adalah suatu doa yang dilakukan

tanpa kehadiran orang yang didoakan dan juga tanpa sepengetahuannya.
Perlu diketahui, bahwasanya amalan yang seperti ini merupakan
bukti dan petunjuk yang kuat dan jelas akan kejujuran dan kesempurnaan
keimanan

seseorang.

Sebab

bagaimana

tidak

sedangkan

Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda:









Tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian sampai ia
mencintai untuk saudaranya apa-apa yang ia cintai bagi dirinya sendiri
(dari segala hal yang baik). (HR. Al-Bukhari danMuslim)
Maka jika engkau mendoakan bagi saudaramu suatu kebaikan
apapun tanpa sepengetahuannya bahwa engkau telah mendoakannya
dan juga tanpa adanya wasiat dari dirinya untuk minta didoakan dengan
sesuatu, maka hal itu merupakan suatu petunjuk akan kecintaanmu yang
jujur kepada saudaramu tersebut. Ini juga berarti bahwa engkau benarbenar

menginginkan

suatu

kebaikan

ada

pada

diri

saudaramu

sebagaimana engkau menginginkan kebaikan itu ada pada dirimu sendiri.


Untuk itu kita juga meminta kepada Allah Subhanahu wa Taala agar
dihilangkan dari diri kita penyakit-penyakit yang bisa menghalangi
timbulnya sifat kecintaan. Allah Subhanahu wa Taalamengisahkan doa
mereka dalam firman-Nya:







Dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian terhadap orang-orang
yang beriman (berada) dalam hati kami. Ya Rabb kami, sesungguhnya
Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hasyr: 10)

Imam Al-Qurthubi menjelaskan dalam tafsirnya, Al-Jami li AhkamilQur`an, bahwa makna ( ) adalah sifat dendam dan iri hati.
Di sini Allah Subhanahu wa Taala menyebutkan dalam firman-Nya
bahwa dalam doa tersebut mereka memohon kepada Allah Subhanahu wa
Taala agar dihilangkan dari hati-hati mereka sifat dendam dan iri hati,
baik sedikit maupun banyak. Yang mana jika hilang dua sifat tercela
tersebut, maka akan tertanam dalam hati itu sifat kebalikannya, yaitu
adanya kecintaan sesama mukmin, loyalitas, saling menasehati, dan lainlain.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman:









Dan memohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) kaum
mukminin, baik yang laki-laki maupun perempuan. (QS. Muhammad: 19)
Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan nabiNya Shalallahu alaihi wa Sallamagar beliau berdoa meminta ampun atas
dosa-dosanya dan juga memintakan ampunan bagi saudara-saudaranya
kaum mukminin, laki-laki dan perempuan.
Hal yang senada juga Allah Subhanahu wa Taala kisahkan dalam
firman-Nya tentang doa nabi Ibrohim Alaihis Salam:












Wahai Rabb kami, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan segenap
orang-orang yang beriman pada hari terjadinya hisab (hari kiamat). (QS.
Ibrahim: 41)
Potongan dua ayat diatas kembali menunjukkan tentang mendoakan
saudaranya dengan kebaikan tanpa sepengetahuan dan kehadiran
saudaranya di hadapannya.
Kesimpulan dari ayat-ayat yang telah kita lewati itu bahwasanya
mendoakan

saudaranya

dengan

kebaikan

tanpa

sepengetahuannya

merupakan petunjuk, jalan dan amalan yang telah diamalkan oleh para
rasul.

Daftar Pustaka

As-Shobuni, M. Ali, Shofwatu al-Tafasir, Kairo: Daar as-Shobuni, jilid 3, cet.


Ke-10.
Abul Fadhl Hubaisy bin Ibrahim Tiflisi, Wujuh al-Quran, Tehran: Bon Yad alQuran, 1981, cet. IV
Al-Maragi, Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragi Juz 28, Mesir: Percetakan
Mustofa, 1946, cet. Ke-1.
Imam Al-Qurthubi, Al-Jami li Ahkamil- Quran
Jalaludin As-Suyuti, Asbabun Nuzul (Sebab Turunnya Ayat Al-Quran),
penerjemah Tim Abdul Hayyie, Jakarta: Gema Insani, 2009.
Ar-Rifai, Muhammad Nasib,Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu
Katsir, Riyadh: Maktabah Maarif, 1989.
Nashir As Sadi, Asy-Syaikh Abdurrahman bin, Taisirul Karimir Rahman
Quraish, M. Shihab, Tafsir al-Misbah, Ciputat: Lentera Hati, 2005, vol. 14
Quraish, M. Shihab, Ensiklopedia al-Quran.
Wahbah Zuhayli, Tafsir al Munir, Damaskus, 2009, jilid 15.

Anda mungkin juga menyukai